Anda di halaman 1dari 23

PT.

“K” LINE INDONESIA

PERATURAN PERUSAHAAN

BAB I
UMUM

Pasal 1
Pengertian

Yang dimaksud dengan Perusahaan menurut Peraturan Perusahaan ini adalah PT. “K”
LINE Indonesia yang berkantor pusat di Jakarta, bertempat di Jalan Jend. Sudirman
Kav. 61 - 62, Gedung Summitmas II Lantai 4, Jakarta - Indonesia.

Pasal 2
Ruang Lingkup Peraturan Perusahaan

Peraturan Perusahaan ini, selanjutnya disebut peraturan, akan diberlakukan untuk


seluruh karyawan, sepanjang syarat kerjanya tidak diatur secara khusus dalam
perjanjian kerja dan dilaksanakan dengan berpedoman pada peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

BAB II
HUBUNGAN KERJA

Pasal 3
Masa Percobaan

1) Pengangkatan karyawan tetap akan dilakukan setelah melalui masa percobaan yang
selama tiga (3) bulan, terhitung sejak karyawan yang bersangkutan mulai bekerja di
perusahaan dan harus diberitahukan kepada calon karyawan yang bersangkutan
secara tertulis.

2) Pemutusan hubungan kerja dalam masa percobaan dapat dilakukan oleh masing-
masing pihak dengan pemberitahuan sekurang-kurangnya 2 (dua) hari sebelumnya.

3) Bilamana sampai batas waktu masa percobaan tidak ada penolakan secara tertulis
dari perusahaan, maka lewat masa waktu tersebut berlaku sebagai penetapan
mengangkat yang bersangkutan sebagai karyawan tetap, dan masa kerjanya berlaku
terhitung mulai dari hari pertama masa percobaan.

Pasal 4
Penerimaan, Pengangkatan, dan Penempatan Karyawan

1
1) Perusahaan memiliki hak prerogatif dan wewenang penuh dalam penentuan
formulirasi, persyaratan penerimaan, serta perencanaan pengangkatan dan
penempatan karyawan.

2) Penerimaan karyawan dilakukan dengan melaksanakan rangkaian tes dan


wawancara yang dilakukan oleh perusahaan. Calon karyawan dinyatakan lulus
seleksi penerimaan karyawan baru dengan nilai minimum tes Bahasa Inggris
sama dengan 85 dan lulus tes wawancara. Apabila calon karyawan dapat
melalui seluruh rangkaian kegiatan penerimaan, maka calon karyawan tersebut
harus melalui masa percobaan selama tiga (3) bulan.

3) Selama periode percobaan, kinerja karyawan tersebut akan dievaluasi dan


apabila hasil evaluasi tersebut dinyatakan bahwa karyawan tersebut mampu dan
memenuhi kualifikasi pekerjaan yang diharapkan, maka selanjutnya karyawan
akan diangkat sebagai karyawan tetap oleh perusahaan.

4) Pengangkatan dilakukan dengan suatu surat pengangkatan, yang mencatat


antara lain keterangan tentang tanggal dari mulai berlakunya masa kerja ;
pangkat dan jabatan; upah dan lain-lain ketentuan dan persyaratan mengenai
hubungan kerja yang bersangkutan.

Pasal 5
Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Karir

1) Kegiatan pendidikan, pelatihan, dan pengembangan karir diberikan kepada


karyawan dengan tujuan untuk meningkatkan performulira karyawan sendiri
dalam memberikan kontribusinya bagi perusahaan.

2) Pemberian pendidikan, pelatihan, dan pengembangan karir diberikan dan


diusulkan melalui manajemen perusahaan kepada karyawan yang bersangkutan
dengan berkonsultasi dengan semua kepala departemen, guna pemberian
pendidikan, pelatihan, dan pengembangan karir yang tepat guna dan tepat
sasaran.

Pasal 6
Penilaian dan Manajemen Kinerja Karyawan

1) Penilaian terhadap kinerja setiap karyawan dilakukan pada setiap akhir tahun.

2) Penilaian kinerja akan dilakukan secara terpisah, untuk posisi staf dan manajer
ke atas.
3) Penilaian karyawan posisi staf akan dilaksanakan oleh dan melalui kepala
departemen, sedangkan penilaian karyawan posisi kepala departemen ke atas
akan dilaksanakan langsung oleh manajemen.

4) Kedua tahap penilaian karyawan tersebut akan disahkan oleh manajemen dan
hasil akan diberikan kepada masing-masing karyawan guna pengembangan diri
dan kinerja.

Pasal 7

2
Penggolongan Karyawan

Penggolongan karyawan dari yang tertinggi sampai yang terendah adalah


sebagai berikut :

10 Director
9 Advisor
8 General Manager
7 Deputy General Manager
6 Senior Manager
5 Manager
4 Assistant Manager
3 Chief / Supervisor
2 Staff
1 Non Staff

Pasal 8
Pemindahan atau Mutasi Karyawan

1) Proses pemindahan atau mutasi karyawan dilakukan untuk mencapai tujuan


operasional perusahaan.

2) Pemindahan atau mutasi karyawan dilakukan dalam tiga (3) cara antara lain :

a. Rotasi, yakni perpindahan atau perputaran karyawani antar unit departemen;

b. Promosi, yakni penghargaan yang diberikan kepada karyawan atas


kinerjanya kepada perusahaan dalam bentuk kenaikkan pangkat atau
golongan; dan

c. Demosi, yakni bentuk hukuman yang dijatuhkan kepada karyawan atas


pelanggaran yang dilakukan kepada perusahaan dengan menghilangkan
bantuan dan/atau fasilitas yang melekat pada jabatan atau golongan
karyawan sebelumnya tanpa perlu diberikannya surat peringatan terlebih
dahulu.

3) Pemindahan atau mutasi dilakukan dengan menyesuaikan kebutuhan tenaga


internal departemen perusahaan.

4) Penolakan atas pemindahan atau mutasi tanpa alasan yang jelas, akan berakibat
pada diberikannya sanksi kepada karyawan dengan pemberian surat peringatan
hingga pemberhentian karyawan yang bersangkutan.

BAB III
WAKTU KERJA

Pasal 9
Hari kerja

3
1) Dengan memperhatikan ketentuan perundangan yang berlaku, hari kerja di
perusahaan adalah 5 (lima) hari kerja (Senin, Selasa, Rabu, Kamis, dan Jumat).

2) Jam kerja perusahaan adalah 8 (delapan) jam sehari untuk 5 (lima) hari kerja dalam
seminggu.

Pasal 10
Jadwal Jam Kerja

1) Dengan memperhatikan hari dan jam kerja pada pasal 9 diatas dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, jadwal kerja di perusahaan diatur sebagai
berikut, akan tetapi sewaktu-waktu dapat diubah oleh perusahaan sesuai dengan
situasi dan kebutuhan kerja perusahaan.

- Senin sampai dengan Jumat : 08.00 – 17.00

- Istirahat siang : 12.00 – 13.00

- Sabtu : Libur.
Staff piket / staff stand-by selalu tersedia
setiap hari Sabtu jika dibutuhkan dengan
menggunakan perhitungan lembur sesuai
dengan peraturan perundangan yang
berlaku.

2) Setiap karyawan berhak untuk mendapatkan waktu istirahat dan makan siang
setiap harinya selama satu (1) jam.

3) Khusus pada hari Jumat, karyawan pria yang beragama Islam diberikan waktu
untuk menunaikan ibadah.

Pasal 11
Berhalangan Hadir Karena Alasan Tertentu

1) Karyawan wajib memberitahukan ketidak hadirannya kepada atasan


departemen, untuk digunakan sebagai pencatatan absensi karyawan.

2) Karyawan wajib menyerahkan formulir yang telah dibagikan atas ketidak


hadirannya (formulir : formulir cuti, formulir potong cuti, formulir sakit yang
dilengkapi dengan surat keterangan dokter, formulir keterlambatan, dan
formulir izin untuk pulang meninggalkan kantor lebih cepat).

Pasal 12
Kerja Lembur

1) Perusahaan dapat memberlakukan kerja lembur yang telah ditentukan dalam


Peraturan Perusahaan ini :

4
a. Bilamana pada suatu waktu, pekerjaan bertumpuk dan harus diselesaikan
dengan segera.

b. Dalam keadaan darurat dan mendesak.

2) Pekerjaan selama kelebihan jam kerja tersebut, diperlukan sebagai kerja lembur :

- Senin s/d Jumat : kerja lembur dimulai pukul 17.31.

- Sabtu / hari libur : tergantung dari jam kerja yang diperlukan.

3) Kerja lembur dilakukan atas instruksi tertulis dari pengawas/ manager atasan
langsung dan atas persetujuan dari karyawan yang kerja lembur, terkecuali dalam
keadaan force majeure dan mendesak.

Keadaan yang diberlakukan sebagai keadaan mendesak dalam hal ini, adalah
keadaan mendadak yang menimbulkan resiko/ ancaman kerugian berat, baik
terhadap perusahaan ataupun terhadap umum.

4) Ketentuan-ketentuan mengenai kerja lembur dan perhitungan upah lembur berlaku


juga untuk karyawan masa percobaan, akan tetapi tidak berlaku untuk karyawan
pada jabatan tertentu yaitu karyawan yang memegang jabatan, memiliki tanggung
jawab sebagai pemikir, perencana, pelaksana, dan pengendali jalannya perusahaan
yang waktu kerjanya tidak dapat dibatasi menurut waktu kerja yang ditetapkan
perusahaan, atau yang dalam perjalanan dinas ataupun yang mengikuti latihan kerja
yang diselenggarakan oleh perusahaan dengan berpedoman pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

BAB IV
PENGUPAHAN

Pasal 13
Upah

Upah terdiri dari :

1) Upah Pokok

2) Tunjangan Tetap :

a. Asuransi kesehatan
b. BPJS Kesehatan
c. BPJS Ketenagakerjaan (JHT / Pensiun)
d. Tunjangan Jabatan

3) Tunjangan tidak tetap :


a. Uang makan
b. Lain-lain

5
o Insentif marketing,
o tunjangan komunikasi,
o tunjangan kendaraan;
Yang pemberiannya diberikan dan diatur sesuai kebijakan dan ketetapan
manajemen.

Pengupahan berdasarkan atas prinsip tiada upah tanpa kerja dan diatur sebagai berikut:

a. Karyawan akan diberikan upah sesuai dengan daftar pengupahan terpisah yang
setiap tahun ditinjau untuk penyesuaian dimana perlu dengan perkembangan sosial
dan ekonomi dan besarnya upah sekurang-kurangnya sesuai dengan ketentuan upah
minimum yang berlaku.

b. Dalam hal absensi tanpa ijin, terlebih dahulu akan dipotong dari cuti tahunan yang
menjadi hak karyawan, akan tetapi bilamana tidak ada lagi tersisa hari cuti tahunan
yang dapat diambil, pemotongan itu akan diambil dari upah sebanyak 1/24 dari
jumlah upah bulan yang berjalan, atau 1 / hari kerja pada bulan yang bersangkutan.

c. Pembayaran upah terendah tidak akan kurang dari ketentuan upah minimum yang
ditetapkan pemerintah, yang pelaksanaannya berpedoman kepada peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Pembayaran upah akan dilakukan pada hari terakhir dari bulan yang bersangkutan ;
akan tetapi mengenai upah lembur, meskipun dibayar pada hari yang sama, yang
dibayarkan adalah mengenai lembur yang dilakukan dalam bulan yang sebelumnya.

Pasal 14
Perhitungan Upah Lembur

1) Perhitungan mengenai upah lembur untuk kerja lembur pada hari-hari kerja biasa
dan hari-hari libur akan dilakukan dengan ketentuan dibawah ini.

2) Perhitungan upah lembur dihitung sesuai dengan ketentuan perundang-undangan


yang berlaku yaitu ditentukan sebagai berikut :

A. Perhitungan upah lembur pada hari kerja biasa :

a) Untuk jam kerja lembur pertama, dibayar sebesar 1½ (satu setengah) kali
upah sejam ;

b) Untuk Jam kerja lembur kedua dan seterusnya, dibayar sebesar 2 (dua) kali
upah sejam ;

B. Perhitungan upah lembur yang dilakukan pada hari istirahat mingguan, hari
libur, hari raya resmi adalah sebagai berikut :

a) Perhitungan upah lembur untuk 7 (tujuh) jam pertama dibayar 2 (dua) kali
upah sejam ; dan kedelapan dibayar 3 (tiga) kali upah sejam dan jam lembur
kesembilan dan kesepuluh dibayar 4 (empat) kali upah sejam.

6
b) Apabila hari libur resmi jatuh pada hari kerja terpendek, perhitungan upah
lembur 5 (lima) jam pertama dibayar 2 (dua) kali upah sejam, jam keenam
dibayar 3 (tiga) kali upah sejam, jam lembur ketujuh dan kedelapan dibayar
4 (empat) kali upah sejam.

c) Perhitungan sejam adalah 1/173 upah bulanan.

3) Karyawan wajib mengisi formulir lembur dan kemudian menyerahkannya kepada


manajer atau kepala departemen untuk mendapatkan pengesahan sesuai dengan
beban kerja yang dilaksanakan oleh karyawan, dan selanjutnya akan diserahkan ke
bagian Administrasi guna perhitungan upah lembur.

4) Perhitungan lembur karyawan dihitung dalam satu periode yang dimulai pada :

- 01 – 15 bulan berjalan

- 16 – 30 / 31 bulan sebelumnya

Pasal 15
Kenaikan Upah

Perusahaan akan mengimbangi perbaikan prestasi keterampilan kerja dari para


karyawan dan untuk itu setiap tahunnya akan ditinjau kembali tingkatan upah untuk
kenaikan upah yang diberlakukan setiap kali terhitung mulai bulan April.

Kenaikan upah tersebut akan dipertimbangkan berdasarkan atas penilaian yang


dilakukan oleh Perusahaan atas :

1. Loyalitas terhadap pekerjaannya dalam melaksanakan tugas sehari-hari;


2. Mutu kerja;
3. Keterampilan dan inteligensia.
4. Dan lain-lain.

Pasal 16
Upah Selama Sakit

Karyawan tidak bisa menjalankan pekerjaannya karena sakit, berhak menerima


upahnya sebagai berikut :

1. 4 (empat) bulan pertama dibayar sebesar 100% dari upah.

2. 4 (empat) bulan kedua sebesar 75% dari upah.

3. 4 (empat) bulan ketiga sebesar 50% dari upah.

4. Dan bulan selanjutnya sebesar 25% dari upah.

7
Apabila setelah sakit selama 12 (dua belas) bulan berturut-turut karyawan yang
bersangkutan menurut keterangan dokter masih belum dapat menjalankan pekerjaan,
hubungan kerjanya dapat diputuskan oleh perusahaan sesuai dengan ketentuan pasal
172 Undang – Undang 13 tahun 2003 Jo. Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.

BAB V
TUNJANGAN DAN BONUS AKHIR TAHUN

Pasal 17
Tunjangan Hari Raya

Setiap tahun perusahaan akan memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) keagamaan
selambat-lambatnya 2 (dua) minggu sebelum Hari Raya Idul Fitri sebesar upah 1 (satu)
bulan terakhir bagi karyawan yang sudah bekerja 1 (satu) tahun atau lebih. Dan bagi
karyawan yang masa kerjanya 1 (satu) bulan atau lebih secara terus menerus, tetapi
belum mencapai 1 (satu) tahun maka THR keagamaan akan diberikan secara
proporsional (besar THR dan tata caranya berpedoman pada peraturan perundangan
yang berlaku).

Pasal 18
Bonus Akhir Tahun

Pemberian bonus akhir tahun akan diberikan secara merata kepada seluruh karyawan
tetap atau tidak tetap. Besaran bonus yang diberikan kepada karyawan akan bervariatif.
Besaran bonus yang diberikan akan ditentukan oleh:

1) Kinerja dan performulira karyawan;


2) Absensi atau kehadiran di kantor; dan
3) Pemberian surat peringatan kepada karyawan.
4) Loyalitas terhadap pekerjaannya dalam melaksanakan tugas sehari-hari;
5) Mutu kerja;
6) Keterampilan dan inteligensia.
7) Dan lain-lain.

BAB VI
JAMINAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN

Pasal 19
Jaminan Kesehatan

Perusahaan telah menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan para karyawan


dan keluarganya dengan manfaat lebih baik dari Undang-Undang No. 24 tahun 2011
tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

8
Pasal 20
Medical Check-Up

Karyawan merupakan aset perusahaan yang paling utama. Maka, seluruh karyawan,
baik dalam golongan staf maupun golongan manajer ke atas, diwajibkan untuk
melakukan medical check-up, sebagaimana yang telah diatur dalam peraturan
perundang-undangan. Medical check-up dilaksanakan setiap tahunnya dan disesuaikan
dengan pengaturan beban kerja dalam satu departemen.

Pasal 21
Tunjangan Kematian bukan oleh karena Kecelakaan Kerja

1) Hubungan kerja akan berakhir dengan kematian karyawan bilamana kematian


tersebut atau kecelakaan yang mengakibatkan kematian itu terjadi diluar waktu
tugas, maka perusahaan akan memberikan kepada ahli waris yang meninggal
santunan sebagai berikut :

a. Upah sebulan penuh dari tahun berjalan/upah dalam bulan yang sedang
berjalan.

b. Biaya pemakaman dalam batas maksimum 1 (satu) bulan upah bulan


terakhir.

c. Uang duka atau uang pengabdian karyawan yang besarnya serendah-


rendahnya sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

d. Santunan jamsostek sesuai dengan ketentuan Undang-Undang No. 24 tahun


2011 tentang BPJS.

e. Hak-hak lainnya yang seharusnya diterima.

2) Apabila meninggalnya karyawan akibat kecelakaan sewaktu dalam tugas, maka


santunan yang diberikan akan menurut peraturan ketenaga kerjaan yang berlaku.

3). Apabila keluarga pekerja yang meninggal dunia, makaperusahaan akan


memberikan sumbangan sesuai dengan kebijaksanaan perusahaan.

Pasal 22
Tunjangan Kecelakaan Kerja

1) Apabila karyawan mendapatkan kecelakaan sesuai dengan yang dimaksud dalam


Undang-Undang Kecelakaan Kerja, maka Perusahaan memberikan ganti kerugian
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 24 tahun 2011 yang dalam
pelaksanaannya dilaksanakan melalui program BPJS.

9
2) Macamnya ganti kerugian seperti yang dimaksud dalam ayat (1) tersebut diatas
berupa :

a. Biaya pengangkutan karyawan dari tempat kecelakaan ke rumahnya atau ke


rumah sakit.

b. Biaya perawatan dan pengobatan.

c. Biaya penguburan apabila meninggal dunia.

d. Tunjangan kecelakaan.

Pasal 23
Bantuan Untuk Keluarga Karyawan yang Ditahan

1) Karyawan yang ditahan oleh pihak yang berwajib karena pengaduan dari dalam dan
luar Perusahaan, tidak mendapat upah.

2) Kepada keluarga yang menjadi tanggungannya diberikan bantuan dengan ketentuan


sebagai berikut :

- Untuk 1 (satu) orang tanggungan : 25 % dari upah.


- Untuk 2 (dua) orang tanggungan : 35 % dari upah.
- Untuk 3 (tiga) orang tanggungan : 45 % dari upah.
- Untuk 4 (empat) orang tanggungan atau lebih : 50 % dari upah.

3) Lamanya pembayaran bantuan 6 (enam) bulan, setelah lewat 6 (enam) bulan


hubungan kerja dengan karyawan yang bersangkutan akan diputuskan hubungan
kerjanya menurut Undang – Undang No. 13 tahun 2003 dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

BAB VII
CUTI, IJIN DAN HARI LIBUR

Pasal 24
Cuti Tahunan

1) Karyawan setiap menyelesaikan setahun kerja berhak atas cuti tahunan selama 12
(dua belas) hari kerja dengan mendapat upah penuh, adapun jumlah hak cuti
tahunan adalah sebagai berikut :

a. Staff dengan masa kerja 1 tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 tahun : 12 Hari
b. Staff dengan masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 tahun : 14 Hari
c. Staff dengan masa kerja 5 tahun atau lebih tetapi kurang dari 10 tahun : 16 Hari
d. Staff dengan masa kerja 10 tahun atau lebih : 18 Hari
e. Manager / Deputy General Manager / General Manager / Advisor / Director : 18
hari

10
f. Assisten Manager : 16 Hari
g. Chief/Supervisor : 14 Hari

2) Setiap Periode Cuti yang diperoleh Karyawan sesuai ketentuan di dalam ayat 1
(satu) memiliki masa berlaku selama 1 Tahun dan dapat diakumulasikan 1 tahun
berikutnya.

3) Pengambilan cuti tahunan harus dengan ijin atas permohonan secara tertulis
dari karyawan sendiri, yang diajukan selambat-lambatnya 6 (enam) hari
sebelumnya dan atau 1 (satu ) bulan sebelumnya jika cuti lama, demi kelayakan
untuk kepentingan karyawan, maka perusahaan dapat mengubah atau
menangguhkan cuti yang diminta, penangguhan tidak lebih dari 1 (satu) tahun.

4) Untuk keperluan cuti keagamaan / cuti panjang, maka karyawan harus


mengajukan permohonan satu (1) bulan di muka.

5) Perusahaan akan memberitahukan kepada pekerja apabila hak atas istirahat/cuti


tahunannya timbul.

Pasal 25
Penggantian Cuti

Apabila karyawan masih memiliki sisa cuti pada tahun sebelumnya, maka karyawan
diperbolehkan menukar jumlah sisa cuti tersebut dengan sejumlah nominal yang telah
ditetapkan oleh perusahaan. Dengan demikian, sisa cuti yang dimiliki karyawan tidak
dapat diminta kembali.

Pasal 26
Pelaksanaan Ibadah Keagamaan

Pelaksanaan ibadah keagamaan yang bersifat wajib maupun tidak wajib akan
memotong jatah cuti yang dimiliki oleh karyawan yang bersangkutan. Hal berikut
berlaku untuk agama Islam, seperti Umrah (Haji Kecil). Atau special cuti dalam hal
pelaksanaan Ibadah untuk agama Islam, seperti berangkat ke tanah suci pada musim
Haji (Haji Besar) hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali selama bekerja di perusahaan.

Pasal 27
Istirahat Melahirkan dan Keguguran Kandungan

Karyawan wanita berhak atas istirahat melahirkan 1½ ( satu setengah) bulan sebelum
dan 1½ (satu setengah) bulan setelah melahirkan dengan mendapat upah penuh;
sedangkan bagi karyawan wanita yang gugur kandungan akan diberikan istirahat
selama 1½ (satu setengah) bulan dengan memperhatikan kondisi karyawan yang
bersangkutan sesuai dengan surat keterangan dokter atau bidan yang merawat, selama
masa cuti tersebut karyawan akan mendapat upah penuh.
Karyawan wanita yang akan mengambil istirahat melahirkan harus mengajukan
permohonan yang disertai dengan surat keterangan dokter atau bidan yang merawat.

Pasal 28
Istirahat Karena Haid

11
Karyawan wanita tidak diwajibkan kerja pada hari pertama dan hari kedua dalam masa
haid, dengan memberitahukan kepada perusahaan.

Pasal 29
Istirahat Karena Sakit

Istirahat karena sakit harus dibuktikan dengan surat keterangan dokter, hasil
pemeriksaan laboratorium, dan surat pendukung lainnya.
Pasal 30
Izin Meninggalkan Kerja

1) Karyawan diizinkan untuk meninggalkan kerja dengan mendapatkan upah dalam


hal-hal sebagai berikut :

1. Kematian orang tua, mertua, isteri/suami, anak atau menantu : 2 (dua) hari
kerja.

2. Pernikahan karyawan : 3 (tiga) hari


kerja.

3. Pernikahan putra/putri : 2 (dua) hari


kerja.

4. Isteri melahirkan / keguguran : 2 (dua) hari


kerja.

5. Sunatan/pembaptisan anak : 2 (dua) hari


kerja.

6. Hal-hal yang diatur dalam Undang-Undang No. 13 tahun 2003.

2) Izin meninggalkan pekerjaan tersebut harus diperoleh terlebih dahulu dari


perusahaan, kecuali dalam keadaan mendesak, bukti-bukti tersebut dapat diajukan.

3) Setiap karyawan yang meninggalkan pekerjaan tanpa izin dari perusahaan atau
surat-surat keterangan/alasan yang dapat diterima oleh perusahaan dianggap
mangkir.

Pasal 31
Istirahat Mingguan dan Hari Libur

1) Setelah bekerja lima (5) hari berturut-turut (Senin, Selasa, Rabu, Kamis, dan Jumat)
kepada karyawan diberikan istirahat mingguan.

2) Pada hari-hari libur resmi/hari raya yang ditetapkan oleh Pemerintah, karyawan
dibebaskan untuk bekerja dengan mendapat upah penuh.

12
BAB VIII
KESELAMATAN KERJA

Pasal 32
Keselamatan Kerja dan Perlengkapan Kerja

1) Setiap karyawan wajib menjaga keselamatan dirinya dan karyawan lainnya dan
wajib memakai alat-alat keselamatan kerja yang telah disediakan oleh Perusahaan
serta mengikuti/mematuhi ketentuan-ketentuan mengenai keselamatan kerja dan
perlindungan kerja yang berlaku.

2) Apabila karyawan menemui hal-hal yang dapat membahayakan terhadap


keselamatan kerja karyawan dan perusahaan harus melaporkan kepada pimpinan
(atasannya).

3) Diluar waktu kerja yang telah ditentukan oleh Perusahaan setiap karyawan tidak
diperbolehkan memakai/menggunakan alat-alat perlengkapan kerja milik
Perusahaan untuk keperluan pribadi.

4) Setiap Pekerja wajib memelihara alat-alat/perlengkapan kerja dengan baik dan teliti,

BAB IX
PERATURAN TATA TERTIB

Pasal 33
Tata Tertib Kerja Perusahaan dan Kewajiban-Kewajiban Karyawan

1) Setiap karyawan telah berada/hadir ditempat tugas masing-masing tepat pada waktu
yang telah ditetapkan dan demikian pula, pada waktu meninggalkan pekerjaan
harus tepat pada waktunya.

2) Setiap karyawan wajib melakukan cetak jari pada mesin pencatat kehadiran.

3) Setiap karyawan wajib mengikuti dan mematuhi seluruh petunjuk-petunjuk atau


instruksi-instruksi yang diberikan oleh atasannya atau pimpinan perusahaan yang
berwenang memberikan petunjuk atau instruksi tersebut.

13
4) Setiap karyawan melaksanakan tugas pekerjaan yang telah ditentukan oleh
perusahaan.

5) Setiap karyawan wajib menjaga serta memelihara dengan baik milik perusahaan
dan segera melaporkan kepada pimpinan perusahaan/atasannya apabila mengetahui
hal-hal yang dapat menimbulkan bahaya atau kerugian perusahaan.

6) Setiap karyawan wajib memelihara dan memegang teguh rahasia perusahaan


terhadap siapapun mengenai segala hal yang diketahui mengenai perusahaan.

7) Setiap karyawan wajib melaporkan kepada pimpinan perusahaan apabila ada


perubahan-perubahan atas status dirinya, susunan keluarganya, perubahan alamat,
dan sebagainya.

8) Setiap karyawan wajib memelihara semua alat-alat kerja masing-masing sebelum


mulai bekerja atau akan meninggalkan pekerjaan, sehingga benar-benar tidak akan
menimbulkan kerusakan/bahaya yang mengganggu pekerjaan.

Pasal 34
Larangan – larangan bagi karyawan

1) Setiap karyawan dilarang membawa/menggunakan barang-barang/alat-alat milik


perusahaan keluar dari lingkungan perusahaan tanpa ijin dari pimpinan perusahaan
atau yang berwenang.

2) Setiap karyawan dilarang melakukan penipuan, pencurian, atau penggelapan barang


dan / atau uang milik perusahaan.

3) Setiap karyawan dilarang menjual/memperdagangkan barang-barang berupa apapun


atau mengedarkan daftar sokongan, menempelkan atau mengedarkan poster yang
tidak ada hubungannya dengan pekerjaan tanpa ijin dari pimpinan perusahaan.

4) Setiap karyawan dilarang minum-minuman keras, mabok ditempat kerja,


membawa, menyimpan, menyalahgunakan obat-obatan terlarang/narkotika dan
sejenisnya, melakukan segala macam perjudian dan bertengkar atau berkelahi
dengan sesama karyawan/pimpinan didalam lingkungan perusahaan.

5) Setiap karyawan dilarang membawa senjata api/tajam kedalam lingkungan


perusahaan.

6) Setiap karyawan dilarang melakukan tindak a-susila didalam lingkungan


perusahaan.

BAB X
SANKSI-SANKSI TERHADAP PELANGGARAN TATA TERTIB KERJA

14
Pasal 35
Pemberian Surat Peringatan

1) Perusahaan dapat memberikan surat peringatan tertulis kepada setiap karyawan


yang melakukan pelanggaran tata tertib perusahaan antara lain sebagai berikut :

a. Sering datang terlambat atau pulang mendahului waktu yang telah ditentukan.

b. Tidak mematuhi ketentuan-ketentuan keselamatan kerja, petunjuk atasan dan


sebagainya.

c. Menolak perintah yang layak.

d. Melakukan kewajiban secara serampangan.

e. Tidak cakap melakukan pekerjaan walaupun telah dicoba di mana-mana.

2) Kepada Pekerja yang telah melakukan pelanggaran tata tertib Perusahaan akan
diberikan Surat Peringatan tertulis, yaitu :

a. Surat Peringatan I.

b. Surat Peringatan II.

c. Surat Peringatan III.

3) Surat Peringatan tidak perlu diberikan menurut urutan-urutannya, tetapi dinilai


besar kecilnya kesalahan yang dilakukan pekerja, antara lain :
a. Surat Peringatan I (Pertama)

1. Terlambat masuk kerja 4 (empat) kali berturut-turut atau 8 (delapan) kali


dalam satu bulan tanpa alasan yang dapat dipertanggung jawabkan atau
tanpa ijin dari atasan Karyawan yang bersangkutan atau Pimpinan
Perusahaan.

2. Pulang lebih cepat dari waktu kerja yang telah ditetapkan tanpa alasan yang
dapat diterima.

3. Selama jam kerja meninggalkan tempat kerja tanpa ijin atasannya.

4. Mangkir selama 2 (dua) hari kerja berturut-turut dalam 1 (satu) bulan atau 3
(tiga) hari kerja dalam 2 (dua) bulan.

5. Memperpanjang waktu libur/cuti massal yang ditetapkan oleh Perusahaan


tanpa ijin Perusahaan.

6. Tetap tidak menunjukkan kesungguhan bekerja walaupun sudah diberi


peringatan lisan oleh atasan.

7. Prestasi kerja yang tidak memenuhi standar.

15
8. Mengabaikan instruksi kerja yang diberikan atasannya.

9. Masuk ke area kerja yang terlarang baginya.

10. Tanpa alasan yang jelas menolak untuk mengikuti pemeriksaan kesehatan
yang diwajibkan oleh Perusahaan meskipun telah diberikan peringatan lisan
oleh atasannya.

11. Melakukan pelanggaran/kelalaian lain yang masih termasuk dalam taraf


ringan meskipun telah diperingatkan secara lisan.

12. Tidak mematuhi peraturan keselamatan kerja.

13. Menjual/memperdagangkan barang-barang berupa apapun atau


mengedarkan daftar sumbangan, menempelkan dan mengedarkan poster
atau surat edaran yang tidak berhubungan dengan pekerjaan di dalam
lingkungan perusahaan.

b. Surat Peringatan II (Kedua)

1. Melakukan pelanggaran lagi saat peringatan pertama masih berlaku.

2. Tiga kali mendapat surat peringatan pertama.

3. Terlambat masuk kerja 5 (lima) kali berturut – turut atau 10 (sepuluh) hari
dalam satu bulan tanpa alasan yang dapat dipertanggung jawabkan atau
tanpa ijin dari atasan Karyawan yang bersangkutan atau Pimpinan
Perusahaan.

4. Mangkir selama 3 (tiga) hari kerja berturut-turut dalam satu bulan atau 4
(empat) hari dalam 2 (dua) bulan.

5. Mencoret, merobek atau mengambil pengumuman pemberitahuan yang


ditempel pada papan pengumuman tanpa ijin atasan.

6. Tidur pada jam kerja berlangsung.

7. Melakukan kesalahan kerja yang mengakibatkan kerusakan ringan terhadap


barang/milik perusahaan sehingga mengganggu operasional perusahaan.

8. Melakukan pelanggaran/kelalaian lain yang termasuk pelanggaran pada


taraf sedang (lebih berat dari peringatan pertama).

c. Surat Peringatan III (ketiga) dan Terakhir

1. Melakukan pelanggaran lagi saat surat peringatan kedua masih berlaku.

2. Tiga kali mendapat surat peringatan kedua.

16
3. Mangkir selama 4 (empat) hari kerja berturut-turut dalam 1 (satu) bulan atau
5 (lima) hari kerja dalam 2 (dua) bulan.

4. Memanipulasi absensi karyawan lain.

5. Memalsukan laporan/membuat laporan yang tidak sebenarnya.

6. Menyebarkan berita-berita yang tidak benar dilingkungan Perusahaan


sehingga menimbulkan keresahan diantara sesama karyawan.

7. Masih tetap tidak cakap dalam melakukan pekerjaan yang ditugaskan


kepadanya walaupun telah dicoba ditempatkan pada beberapa jenis
pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya.

8. Menolak perintah atasan yang layak.

9. Meminjam tanda pengenal/kartu pengenal karyawan/surat keterangan


pribadi dan sejenisnya yang dikeluarkan Perusahaan untuk digunakan oleh
orang lain yang tidak berhak.

10. Melakukan tugas pekerjaannya secara serampangan / ceroboh dan tidak


bertanggung jawab.

11. Melakukan pelanggaran/kelalaian yang termasuk taraf berat, namun masih


dapat diberikan toleransi atau dispensasi (belum termasuk taraf skorsing
atau PHK)

12. Membawa senjata api/senjata tajam.

13. Merokok didalam ruangan kerja dan lingkungan kerja yang ada tanda
larangan merokok.

4) Masing – masing surat peringatan mempunyai masa berlaku 6 (enam) bulan dan
apabila setelah peringatan ketiga (terakhir) ternyata yang bersangkutan masih
melakukan pelanggaran lagi, maka Perusahaan dapat memutuskan hubungan
kerjanya dan dilakukan sesuai dengan prosedur Undang-Undang No. 13 Tahun
2003 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 36
Mangkir

1) Karyawan yang tidak masuk kerja tanpa bukti atau keterangan yang sah akan
dianggap mangkir.
2) Karyawan akan dikenakan sanksi berupa pemberian surat peringatan atau
pengurangan upah sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
3) Apabila karyawan tidak masuk bekerja selama lima (5) hari berturut-turut tanpa
bukti atau keterangan yang sah, maka karyawan dianggap mengundurkan diri
dan perusahaan dapat melakukan proses pemutusan hubungan kerja terhadap
karyawan tersebut.
Pasal 37

17
Whistle Blower

1) Karyawan dapat mengadukan seluruh pelanggaran dan penyimpangan atas


peraturan yang telah ditetapkan kepada manajemen. Pihak manajemen akan
menindak lanjuti delik aduan kepada pihak yang terkait, seperti manajer atau
kepala departemen karyawan yang bersangkutan, dan mempertemukannya
dengan pihak-pihak yang bersengketa.

2) Bukti-bukti diperlukan ketika karyawan mengadukannya kepada pihak


manajemen untuk tindakan lebih lanjut.

3) Bukti dan identitas asli whistle blower harus tertera dengan jelas. Apabila
kelengkapan tersebut tidak diberikan, maka delik adua akan dianggap sebagai
laporan palsu.

4) Perusahaan telah menetapkan internal contact point yang akan menyimpan


semua bukti aduan dan identitas guna pendalaman lebih jauh. Bukti dan
identitas yang diberikan kepada internal contact point akan bersifat rahasia.
Internal contact point :

ROSETINI & PARTNERS


E-mail : ypranata@rosetini.co.id
Nomor Telepon : (62-21) 29333618
Alamat : Office 8, lt. 18 – 19, SCBD lot. 28.
Jalan Jenderal Sudirman kav. 52-53,
Jakarta 12190

5) Apabila diperlukan, manajemen dapat membawa bukti, identitas, dan data


pendukung lainnya kepada pihak yang berwajib (misal: kepolisian), guna
kepentingan penyelidikkan lebih lanjut.

Pasal 38
Skorsing

1) Dalam hal karyawan melakukan pelanggaran berat yang merugikan perusahaan,


maka perusahaan sebelum melakukan PHK, dapat terlebih dahulu menggunakan
skorsing atas karyawan/ti tersebut. Selama masa skorsing hubungan kerja tetap
berjalan, tetapi karyawan dibebas tugaskan, dengan upah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

2) Selama penetapan PHK masih dalam proses Lembaga Penyelesaian Perselisihan


Hubungan Industrial.

BAB XI
PEMUTUSAN/ BERAKHIRNYA HUBUNGAN KERJA

18
Pasal 39
Pengunduran Diri dari Perusahaan dan Dikualifikasikan Mengundurkan Diri

1) Karyawan yang mengundurkan diri dari Perusahaan harus mengajukan permohonan


pengunduran diri secara tertulis resmi sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan
sebelumnya kepada pimpinan perusahaan dan diserahkan secara langsung (tidak
melalui orang ketiga). Dalam hal yang demikian pada prinsipnya perusahaan tidak
ada kewajiban untuk memberikan uang pesangon dan uang penghargaan masa
kerja, namun pekerja masih berhak atas uang penggantian hak dan uang pisah,
apabila masa kerja sudah lebih dari 3 tahun. Besarnya uang pisah sama dengan uang
penghargaan masa kerja.

2) Sebelum berhenti dari Perusahaan, setiap karyawan wajib untuk mengembalikan


segala sesuatu yang telah diberikan dan merupakan inventaris dari perusahaan.
Antara lain : Kartu identitas karyawan, dokumen-dokumen yang menyangkut
pekerjaan si karyawan, dan fasilitas-fasilitas lainnya yang menunjang karyawan
untuk melaksanakan tugas harian selama masih bergabung dengan Perusahaan.

3) Karyawan yang mengundurkan diri dari Perusahaan wajib menyelesaikan setiap


pekerjaannya dan melakukan serah terima pekerjaan dengan karyawan pengganti
dari semenjak surat pengunduran diri diserahkan sampai dengan hari terakhir
bekerja (dalam waktu 1 bulan dari tanggal persetujuan).

4) Apabila karyawan/ti mangkir sedikit-dikitnya 5 (lima) hari kerja berturut – turut


dan setelah dipanggil oleh perusahaan sebanyak 2 (dua) kali secara patut dan
tertulis, karyawan tersebut dikualifikasikan mengundurkan diri dan dilaksanakan
sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, karyawan bersangkutan
mendapat uang penggantian hak dan uang pisah. Besarnya uang pisah adalah
sebesar 30% dari metode perhitungan uang penghargaan masa kerja.

Pasal 40
Pemutusan Hubungan Kerja Karena Rasionalisasi

Bilamana karena suatu sebab, Perusahaan tidak dapat melanjutkan perusahaan atau
terpaksa melakukan rasionalisasi, maka pemutusan hubungan kerja, setelah
dikonsultasikan terlebih dahulu dengan instansi ketenagakerjaan, dilaksanakan sesuai
dengan prosedur Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Pasal 41
Pemutusan Hubungan Kerja Dengan Alasan Mendesak

Karyawan dapat diputuskan hubungan kerjanya dengan alasan mendesak karena


melakukan pelanggaran berat dan akan dilaksanakan dengan berpedoman pada

19
peraturan perundang-undangan yang berlaku, adapun pelanggaran berat yang
dimaksudkan adalah :

a. Memberikan pada Perusahaan keterangan palsu/yang dipalsukan, mengenai hal


ihwal dirinya pada waktu mengikat perjanjian kerja;

b. Mabuk, Mengisap candu, ganja, dan narkotika di tempat kerja;

c. Melakukan perbuatan a-susila di tempat kerja;

d. Melakukan kejahatan didalam dan diluar tempat kerja, seperti pencurian,


penggelapan, penipuan, pengedaran barang terlarang;

e. Melakukan penganiayaan, melukai, atau tindak kekerasan fisik lainnya, menghina,


dan mengancam anggota pengurus Perusahaan/keluarganya atau terhadap teman
sekerjanya;

f. Membujuk anggota pengurus Perusahaan atau teman sekerjanya untuk melakukan


perbuatan melanggar hukum atau perbuatan a-susila;

g. Dengan sengaja atau karena kecerobohannya merusak harta kekayaan perusahaan


atau menelantarkannya yang dapat berakibat kerusakan/kehilangan;

h. Dengan sengaja atau melakukan kelalaian yang berakibat cedera pada ataupun yang
menimbulkan bahaya mengancam keselamatan teman sekerjanya;

i. Membocorkan data intern Perusahaan/rahasia Perusahaan atau hal ikwal


pribadi/Prive dari anggota pengurus Perusahaan atau keluarga mereka yang bisa
berakibat timbulnya masalah penghinaan/ pencemaran nama baik, kecuali hal itu
demi kepentingan Negara;

j. Melibatkan diri dalam perusahaan yang sejenis baik sebagai karyawan maupun
agen atau perusahaan sehingga merugikan perusahaan.

Pasal 42
Pemutusan Hubungan Kerja pada Usia Pensiun

1) Karyawan pada usia 56 (lima puluh enam) tahun adalah batas usia pensiun untuk
semua karyawan baik pria maupun wanita, akan berhenti atau diberhentikan sebagai
karyawan tetap dengan mendapat uang pensiun sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
2) Bagi karyawan usia pensiun ini dapat diperpanjang masa kerjanya dengan
persetujuan di antara Perusahaan dan Karyawan, dengan persetujuan medis untuk
memperpanjang hubungan kerja tetap dengan syarat berpedoman pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 43
Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja, dan Uang Penggantian Hak

20
Ketetapan pemberian pesangon dan uang penghargaan masa kerja berpedoman pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1. Perhitungan uang pesangon ditetapkan paling sedikit sebagai berikut :

a. Masa kerja kurang dari 1 tahun ……………………....................................1 bulan


upah.
b. Masa kerja 1 tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 tahun …………… ..2 bulan upah.
c. Masa kerja 2 tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 tahun …………… ..3 bulan upah.
d. Masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 tahun ………….. ..4 bulan upah.
e. Masa kerja 4 tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 tahun ……………..5 bulan upah.
f. Masa kerja 5 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun ……………..6 bulan upah.
g. Masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 7 tahun ……………..7 bulan upah.
h. Masa kerja 7 tahun atau lebih tetapi kurang dari 8 tahun ………....….8 bulan upah.
i. Masa kerja 8 tahun atau lebih ………………………................................... 9 bulan
upah.

2. Perhitungan uang penghargaan masa kerja ditetapkan sebagai berikut :

a. Masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun …………….2 bulan upah.
b. Masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 tahun …………….3 bulan upah.
c. Masa kerja 9 tahun atau lebih tetapi kurang dari 12 tahun …………..4 bulan upah.
d. Masa kerja 12 tahun atau lebih tetapi kurang dari 15 tahun ………..5 bulan upah.
e. Masa kerja 15 tahun atau lebih tetapi kurang dari 18 tahun …………6 bulan upah.
f. Masa kerja 18 tahun atau lebih tetapi kurang dari 21 tahun …...……7 bulan upah.
g. Masa kerja 21 tahun atau lebih tetapi kurang dari 24 tahun ………..8 bulan upah.
h. Masa kerja 24 tahun atau lebih ……………….……................................10 bulan
upah.

3. Uang penggantian hak untuk PHK sesuai dengan peraturan perundang-undangan


yang berlaku.

a. Ganti kerugian untuk istirahat tahunan yang belum diambil dan sebelum gugur
menurut perhitungan sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang
berlaku.

b. Ganti kerugian untuk istirahat panjang bilamana di Perusahaan berlaku


peraturan istirahat panjang dan karyawan belum mengambilnya istirahat itu
menurut perbandingan antara masa kerja yang ditentukan untuk dapat
mengambil istirahat panjang.

c. Biaya atau ongkos pulang untuk karyawan dan keluarganya ke tempat di mana
karyawan diterima kerja.

d. Penggantian fasilitas pengobatan dan perawatan serta penggantian fasilitas


perumahan ditetapkan sebesar 15 % dari uang pesangon dan uang penghargaan
masa kerja apabila masa kerjanya telah memenuhi syarat untuk mendapatkan
uang penghargaan masa kerja.

21
2. Upah sebagai dasar pemberian uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan
penggantian hak terdiri dari :

a. Uang pokok.

b. Segala macam tunjangan yang diberikan kepada pekerja dan keluarganya yang
bersifat tetap.

c. Harga pembelian dari catu yang diberikan kepada Pekerja secara cuma-cuma
apabila catu harus dibayar pekerja dengan subsidi maka sebagai upah dianggap
selisih antara harga pembelian dengan harga yang harus dibayar oleh pekerja.

BAB XII
PENYELESAIAN KELUH KESAH

Pasal 44
Penyelesaian Keluh Kesah Karyawan

Apabila seorang karyawan menganggap bahwa perlakuan terhadapnya tidak adil


ataupun tidak wajar serta bertentangan dengan peraturan perusahaan atau peraturan
ketenagakerjaan, maka karyawan/ti tersebut dapat menyampaikan keluhannya melalui
jalur sebagai berikut :

1. Setiap keluhan pekerja terlebih dahulu diselesaikan dengan atasannya dan


dibicarakan langsung dengan yang melayani dan mengurusnya.

2. Bila penyelesaiannya belum memuaskan, maka dengan sepengetahuan langsung


karyawan tersebut dapat meneruskannya ke atasannya yang lebih tinggi sampai ke
pimpinan perusahaan.

3. Bilamana masih belum ada penyelesaiannya, maka karyawan tersebut dapat


mengajukan keluhannya kepada pengurus unit kerja yang ada di perusahaan, untuk
menyelesaikannya secara bipartit.

4. Bila penyelesaian bipartit ditingkat perusahaan masih belum mencapai kesepakatan,


maka baik pihak karyawan maupun pihak perusahaan secara sendiri-sendiri atau
bersama-sama dapat meminta bantuan kepada instansi ketenagakerjaan setempat.

5. Setiap pertemuan/perundingan diatas, untuk mengidentifikasi permasalahan yang


dibahas, dibuat risalah pertemuan/ perundingan atau notulen yang ditanda tangani
oleh pihak karyawan dan pihak perusahaan.

BAB XIII
LAIN-LAIN

Pasal 45
Penutup

22
1) Naskah peraturan perusahaan ini berlaku bagi karyawan di lingkungan perusahaan
PT. “K” LINE Indonesia dan dibagikan / diberikan kepada setiap karyawan/ti,
dengan demikian setiap karyawan dianggap telah mengetahuinya.

2) Masa berlaku Peraturan Perusahaan ini terhitung sejak disahkannya oleh


Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia dan berlaku untuk masa 2 (dua)
tahun.

3) Bilamana Peraturan Perundang-undangan yang berlaku lebih baik dari pada


Peraturan Perusahaan maka Ketentuan Peraturan Perundang-Undangan yang
berlaku yang akan diberlakukan.

4) Jika ada pasal-pasal syarat kerja dan Peraturan Perusahaan ini kurang atau
bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku, maka adalah
batal demi hukum dan yang diberlakukan adalah sesuai dengan Peraturan
Perundang-Undangan yang berlaku.

5) Peraturan Perusahaan ini dibagikan kepada karyawan untuk diketahui dan


dilaksanakan sebagaimana mestinya.

6) Apabila ada hal-hal yang belum tercantum didalam Peraturan Perusahaan ini maka
akan memperhatikan ketentuan perundangan yang berlaku.

Jakarta, 19 Agustus 2019


PT. “K” LINE INDONESIA

ENDANG
DIRECTOR

23

Anda mungkin juga menyukai