PERATURAN PERUSAHAAN
BAB I
UMUM
Pasal 1
Pengertian
Yang dimaksud dengan Perusahaan menurut Peraturan Perusahaan ini adalah PT. “K”
LINE Indonesia yang berkantor pusat di Jakarta, bertempat di Jalan Jend. Sudirman
Kav. 61 - 62, Gedung Summitmas II Lantai 4, Jakarta - Indonesia.
Pasal 2
Ruang Lingkup Peraturan Perusahaan
BAB II
HUBUNGAN KERJA
Pasal 3
Masa Percobaan
1) Pengangkatan karyawan tetap akan dilakukan setelah melalui masa percobaan yang
selama tiga (3) bulan, terhitung sejak karyawan yang bersangkutan mulai bekerja di
perusahaan dan harus diberitahukan kepada calon karyawan yang bersangkutan
secara tertulis.
2) Pemutusan hubungan kerja dalam masa percobaan dapat dilakukan oleh masing-
masing pihak dengan pemberitahuan sekurang-kurangnya 2 (dua) hari sebelumnya.
3) Bilamana sampai batas waktu masa percobaan tidak ada penolakan secara tertulis
dari perusahaan, maka lewat masa waktu tersebut berlaku sebagai penetapan
mengangkat yang bersangkutan sebagai karyawan tetap, dan masa kerjanya berlaku
terhitung mulai dari hari pertama masa percobaan.
Pasal 4
Penerimaan, Pengangkatan, dan Penempatan Karyawan
1
1) Perusahaan memiliki hak prerogatif dan wewenang penuh dalam penentuan
formulirasi, persyaratan penerimaan, serta perencanaan pengangkatan dan
penempatan karyawan.
Pasal 5
Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Karir
Pasal 6
Penilaian dan Manajemen Kinerja Karyawan
1) Penilaian terhadap kinerja setiap karyawan dilakukan pada setiap akhir tahun.
2) Penilaian kinerja akan dilakukan secara terpisah, untuk posisi staf dan manajer
ke atas.
3) Penilaian karyawan posisi staf akan dilaksanakan oleh dan melalui kepala
departemen, sedangkan penilaian karyawan posisi kepala departemen ke atas
akan dilaksanakan langsung oleh manajemen.
4) Kedua tahap penilaian karyawan tersebut akan disahkan oleh manajemen dan
hasil akan diberikan kepada masing-masing karyawan guna pengembangan diri
dan kinerja.
Pasal 7
2
Penggolongan Karyawan
10 Director
9 Advisor
8 General Manager
7 Deputy General Manager
6 Senior Manager
5 Manager
4 Assistant Manager
3 Chief / Supervisor
2 Staff
1 Non Staff
Pasal 8
Pemindahan atau Mutasi Karyawan
2) Pemindahan atau mutasi karyawan dilakukan dalam tiga (3) cara antara lain :
4) Penolakan atas pemindahan atau mutasi tanpa alasan yang jelas, akan berakibat
pada diberikannya sanksi kepada karyawan dengan pemberian surat peringatan
hingga pemberhentian karyawan yang bersangkutan.
BAB III
WAKTU KERJA
Pasal 9
Hari kerja
3
1) Dengan memperhatikan ketentuan perundangan yang berlaku, hari kerja di
perusahaan adalah 5 (lima) hari kerja (Senin, Selasa, Rabu, Kamis, dan Jumat).
2) Jam kerja perusahaan adalah 8 (delapan) jam sehari untuk 5 (lima) hari kerja dalam
seminggu.
Pasal 10
Jadwal Jam Kerja
1) Dengan memperhatikan hari dan jam kerja pada pasal 9 diatas dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, jadwal kerja di perusahaan diatur sebagai
berikut, akan tetapi sewaktu-waktu dapat diubah oleh perusahaan sesuai dengan
situasi dan kebutuhan kerja perusahaan.
- Sabtu : Libur.
Staff piket / staff stand-by selalu tersedia
setiap hari Sabtu jika dibutuhkan dengan
menggunakan perhitungan lembur sesuai
dengan peraturan perundangan yang
berlaku.
2) Setiap karyawan berhak untuk mendapatkan waktu istirahat dan makan siang
setiap harinya selama satu (1) jam.
3) Khusus pada hari Jumat, karyawan pria yang beragama Islam diberikan waktu
untuk menunaikan ibadah.
Pasal 11
Berhalangan Hadir Karena Alasan Tertentu
Pasal 12
Kerja Lembur
4
a. Bilamana pada suatu waktu, pekerjaan bertumpuk dan harus diselesaikan
dengan segera.
2) Pekerjaan selama kelebihan jam kerja tersebut, diperlukan sebagai kerja lembur :
3) Kerja lembur dilakukan atas instruksi tertulis dari pengawas/ manager atasan
langsung dan atas persetujuan dari karyawan yang kerja lembur, terkecuali dalam
keadaan force majeure dan mendesak.
Keadaan yang diberlakukan sebagai keadaan mendesak dalam hal ini, adalah
keadaan mendadak yang menimbulkan resiko/ ancaman kerugian berat, baik
terhadap perusahaan ataupun terhadap umum.
BAB IV
PENGUPAHAN
Pasal 13
Upah
1) Upah Pokok
2) Tunjangan Tetap :
a. Asuransi kesehatan
b. BPJS Kesehatan
c. BPJS Ketenagakerjaan (JHT / Pensiun)
d. Tunjangan Jabatan
5
o Insentif marketing,
o tunjangan komunikasi,
o tunjangan kendaraan;
Yang pemberiannya diberikan dan diatur sesuai kebijakan dan ketetapan
manajemen.
Pengupahan berdasarkan atas prinsip tiada upah tanpa kerja dan diatur sebagai berikut:
a. Karyawan akan diberikan upah sesuai dengan daftar pengupahan terpisah yang
setiap tahun ditinjau untuk penyesuaian dimana perlu dengan perkembangan sosial
dan ekonomi dan besarnya upah sekurang-kurangnya sesuai dengan ketentuan upah
minimum yang berlaku.
b. Dalam hal absensi tanpa ijin, terlebih dahulu akan dipotong dari cuti tahunan yang
menjadi hak karyawan, akan tetapi bilamana tidak ada lagi tersisa hari cuti tahunan
yang dapat diambil, pemotongan itu akan diambil dari upah sebanyak 1/24 dari
jumlah upah bulan yang berjalan, atau 1 / hari kerja pada bulan yang bersangkutan.
c. Pembayaran upah terendah tidak akan kurang dari ketentuan upah minimum yang
ditetapkan pemerintah, yang pelaksanaannya berpedoman kepada peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pembayaran upah akan dilakukan pada hari terakhir dari bulan yang bersangkutan ;
akan tetapi mengenai upah lembur, meskipun dibayar pada hari yang sama, yang
dibayarkan adalah mengenai lembur yang dilakukan dalam bulan yang sebelumnya.
Pasal 14
Perhitungan Upah Lembur
1) Perhitungan mengenai upah lembur untuk kerja lembur pada hari-hari kerja biasa
dan hari-hari libur akan dilakukan dengan ketentuan dibawah ini.
a) Untuk jam kerja lembur pertama, dibayar sebesar 1½ (satu setengah) kali
upah sejam ;
b) Untuk Jam kerja lembur kedua dan seterusnya, dibayar sebesar 2 (dua) kali
upah sejam ;
B. Perhitungan upah lembur yang dilakukan pada hari istirahat mingguan, hari
libur, hari raya resmi adalah sebagai berikut :
a) Perhitungan upah lembur untuk 7 (tujuh) jam pertama dibayar 2 (dua) kali
upah sejam ; dan kedelapan dibayar 3 (tiga) kali upah sejam dan jam lembur
kesembilan dan kesepuluh dibayar 4 (empat) kali upah sejam.
6
b) Apabila hari libur resmi jatuh pada hari kerja terpendek, perhitungan upah
lembur 5 (lima) jam pertama dibayar 2 (dua) kali upah sejam, jam keenam
dibayar 3 (tiga) kali upah sejam, jam lembur ketujuh dan kedelapan dibayar
4 (empat) kali upah sejam.
4) Perhitungan lembur karyawan dihitung dalam satu periode yang dimulai pada :
- 01 – 15 bulan berjalan
- 16 – 30 / 31 bulan sebelumnya
Pasal 15
Kenaikan Upah
Pasal 16
Upah Selama Sakit
7
Apabila setelah sakit selama 12 (dua belas) bulan berturut-turut karyawan yang
bersangkutan menurut keterangan dokter masih belum dapat menjalankan pekerjaan,
hubungan kerjanya dapat diputuskan oleh perusahaan sesuai dengan ketentuan pasal
172 Undang – Undang 13 tahun 2003 Jo. Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.
BAB V
TUNJANGAN DAN BONUS AKHIR TAHUN
Pasal 17
Tunjangan Hari Raya
Setiap tahun perusahaan akan memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) keagamaan
selambat-lambatnya 2 (dua) minggu sebelum Hari Raya Idul Fitri sebesar upah 1 (satu)
bulan terakhir bagi karyawan yang sudah bekerja 1 (satu) tahun atau lebih. Dan bagi
karyawan yang masa kerjanya 1 (satu) bulan atau lebih secara terus menerus, tetapi
belum mencapai 1 (satu) tahun maka THR keagamaan akan diberikan secara
proporsional (besar THR dan tata caranya berpedoman pada peraturan perundangan
yang berlaku).
Pasal 18
Bonus Akhir Tahun
Pemberian bonus akhir tahun akan diberikan secara merata kepada seluruh karyawan
tetap atau tidak tetap. Besaran bonus yang diberikan kepada karyawan akan bervariatif.
Besaran bonus yang diberikan akan ditentukan oleh:
BAB VI
JAMINAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN
Pasal 19
Jaminan Kesehatan
8
Pasal 20
Medical Check-Up
Karyawan merupakan aset perusahaan yang paling utama. Maka, seluruh karyawan,
baik dalam golongan staf maupun golongan manajer ke atas, diwajibkan untuk
melakukan medical check-up, sebagaimana yang telah diatur dalam peraturan
perundang-undangan. Medical check-up dilaksanakan setiap tahunnya dan disesuaikan
dengan pengaturan beban kerja dalam satu departemen.
Pasal 21
Tunjangan Kematian bukan oleh karena Kecelakaan Kerja
a. Upah sebulan penuh dari tahun berjalan/upah dalam bulan yang sedang
berjalan.
Pasal 22
Tunjangan Kecelakaan Kerja
9
2) Macamnya ganti kerugian seperti yang dimaksud dalam ayat (1) tersebut diatas
berupa :
d. Tunjangan kecelakaan.
Pasal 23
Bantuan Untuk Keluarga Karyawan yang Ditahan
1) Karyawan yang ditahan oleh pihak yang berwajib karena pengaduan dari dalam dan
luar Perusahaan, tidak mendapat upah.
BAB VII
CUTI, IJIN DAN HARI LIBUR
Pasal 24
Cuti Tahunan
1) Karyawan setiap menyelesaikan setahun kerja berhak atas cuti tahunan selama 12
(dua belas) hari kerja dengan mendapat upah penuh, adapun jumlah hak cuti
tahunan adalah sebagai berikut :
a. Staff dengan masa kerja 1 tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 tahun : 12 Hari
b. Staff dengan masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 tahun : 14 Hari
c. Staff dengan masa kerja 5 tahun atau lebih tetapi kurang dari 10 tahun : 16 Hari
d. Staff dengan masa kerja 10 tahun atau lebih : 18 Hari
e. Manager / Deputy General Manager / General Manager / Advisor / Director : 18
hari
10
f. Assisten Manager : 16 Hari
g. Chief/Supervisor : 14 Hari
2) Setiap Periode Cuti yang diperoleh Karyawan sesuai ketentuan di dalam ayat 1
(satu) memiliki masa berlaku selama 1 Tahun dan dapat diakumulasikan 1 tahun
berikutnya.
3) Pengambilan cuti tahunan harus dengan ijin atas permohonan secara tertulis
dari karyawan sendiri, yang diajukan selambat-lambatnya 6 (enam) hari
sebelumnya dan atau 1 (satu ) bulan sebelumnya jika cuti lama, demi kelayakan
untuk kepentingan karyawan, maka perusahaan dapat mengubah atau
menangguhkan cuti yang diminta, penangguhan tidak lebih dari 1 (satu) tahun.
Pasal 25
Penggantian Cuti
Apabila karyawan masih memiliki sisa cuti pada tahun sebelumnya, maka karyawan
diperbolehkan menukar jumlah sisa cuti tersebut dengan sejumlah nominal yang telah
ditetapkan oleh perusahaan. Dengan demikian, sisa cuti yang dimiliki karyawan tidak
dapat diminta kembali.
Pasal 26
Pelaksanaan Ibadah Keagamaan
Pelaksanaan ibadah keagamaan yang bersifat wajib maupun tidak wajib akan
memotong jatah cuti yang dimiliki oleh karyawan yang bersangkutan. Hal berikut
berlaku untuk agama Islam, seperti Umrah (Haji Kecil). Atau special cuti dalam hal
pelaksanaan Ibadah untuk agama Islam, seperti berangkat ke tanah suci pada musim
Haji (Haji Besar) hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali selama bekerja di perusahaan.
Pasal 27
Istirahat Melahirkan dan Keguguran Kandungan
Karyawan wanita berhak atas istirahat melahirkan 1½ ( satu setengah) bulan sebelum
dan 1½ (satu setengah) bulan setelah melahirkan dengan mendapat upah penuh;
sedangkan bagi karyawan wanita yang gugur kandungan akan diberikan istirahat
selama 1½ (satu setengah) bulan dengan memperhatikan kondisi karyawan yang
bersangkutan sesuai dengan surat keterangan dokter atau bidan yang merawat, selama
masa cuti tersebut karyawan akan mendapat upah penuh.
Karyawan wanita yang akan mengambil istirahat melahirkan harus mengajukan
permohonan yang disertai dengan surat keterangan dokter atau bidan yang merawat.
Pasal 28
Istirahat Karena Haid
11
Karyawan wanita tidak diwajibkan kerja pada hari pertama dan hari kedua dalam masa
haid, dengan memberitahukan kepada perusahaan.
Pasal 29
Istirahat Karena Sakit
Istirahat karena sakit harus dibuktikan dengan surat keterangan dokter, hasil
pemeriksaan laboratorium, dan surat pendukung lainnya.
Pasal 30
Izin Meninggalkan Kerja
1. Kematian orang tua, mertua, isteri/suami, anak atau menantu : 2 (dua) hari
kerja.
3) Setiap karyawan yang meninggalkan pekerjaan tanpa izin dari perusahaan atau
surat-surat keterangan/alasan yang dapat diterima oleh perusahaan dianggap
mangkir.
Pasal 31
Istirahat Mingguan dan Hari Libur
1) Setelah bekerja lima (5) hari berturut-turut (Senin, Selasa, Rabu, Kamis, dan Jumat)
kepada karyawan diberikan istirahat mingguan.
2) Pada hari-hari libur resmi/hari raya yang ditetapkan oleh Pemerintah, karyawan
dibebaskan untuk bekerja dengan mendapat upah penuh.
12
BAB VIII
KESELAMATAN KERJA
Pasal 32
Keselamatan Kerja dan Perlengkapan Kerja
1) Setiap karyawan wajib menjaga keselamatan dirinya dan karyawan lainnya dan
wajib memakai alat-alat keselamatan kerja yang telah disediakan oleh Perusahaan
serta mengikuti/mematuhi ketentuan-ketentuan mengenai keselamatan kerja dan
perlindungan kerja yang berlaku.
3) Diluar waktu kerja yang telah ditentukan oleh Perusahaan setiap karyawan tidak
diperbolehkan memakai/menggunakan alat-alat perlengkapan kerja milik
Perusahaan untuk keperluan pribadi.
4) Setiap Pekerja wajib memelihara alat-alat/perlengkapan kerja dengan baik dan teliti,
BAB IX
PERATURAN TATA TERTIB
Pasal 33
Tata Tertib Kerja Perusahaan dan Kewajiban-Kewajiban Karyawan
1) Setiap karyawan telah berada/hadir ditempat tugas masing-masing tepat pada waktu
yang telah ditetapkan dan demikian pula, pada waktu meninggalkan pekerjaan
harus tepat pada waktunya.
2) Setiap karyawan wajib melakukan cetak jari pada mesin pencatat kehadiran.
13
4) Setiap karyawan melaksanakan tugas pekerjaan yang telah ditentukan oleh
perusahaan.
5) Setiap karyawan wajib menjaga serta memelihara dengan baik milik perusahaan
dan segera melaporkan kepada pimpinan perusahaan/atasannya apabila mengetahui
hal-hal yang dapat menimbulkan bahaya atau kerugian perusahaan.
Pasal 34
Larangan – larangan bagi karyawan
BAB X
SANKSI-SANKSI TERHADAP PELANGGARAN TATA TERTIB KERJA
14
Pasal 35
Pemberian Surat Peringatan
a. Sering datang terlambat atau pulang mendahului waktu yang telah ditentukan.
2) Kepada Pekerja yang telah melakukan pelanggaran tata tertib Perusahaan akan
diberikan Surat Peringatan tertulis, yaitu :
a. Surat Peringatan I.
2. Pulang lebih cepat dari waktu kerja yang telah ditetapkan tanpa alasan yang
dapat diterima.
4. Mangkir selama 2 (dua) hari kerja berturut-turut dalam 1 (satu) bulan atau 3
(tiga) hari kerja dalam 2 (dua) bulan.
15
8. Mengabaikan instruksi kerja yang diberikan atasannya.
10. Tanpa alasan yang jelas menolak untuk mengikuti pemeriksaan kesehatan
yang diwajibkan oleh Perusahaan meskipun telah diberikan peringatan lisan
oleh atasannya.
3. Terlambat masuk kerja 5 (lima) kali berturut – turut atau 10 (sepuluh) hari
dalam satu bulan tanpa alasan yang dapat dipertanggung jawabkan atau
tanpa ijin dari atasan Karyawan yang bersangkutan atau Pimpinan
Perusahaan.
4. Mangkir selama 3 (tiga) hari kerja berturut-turut dalam satu bulan atau 4
(empat) hari dalam 2 (dua) bulan.
16
3. Mangkir selama 4 (empat) hari kerja berturut-turut dalam 1 (satu) bulan atau
5 (lima) hari kerja dalam 2 (dua) bulan.
13. Merokok didalam ruangan kerja dan lingkungan kerja yang ada tanda
larangan merokok.
4) Masing – masing surat peringatan mempunyai masa berlaku 6 (enam) bulan dan
apabila setelah peringatan ketiga (terakhir) ternyata yang bersangkutan masih
melakukan pelanggaran lagi, maka Perusahaan dapat memutuskan hubungan
kerjanya dan dilakukan sesuai dengan prosedur Undang-Undang No. 13 Tahun
2003 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 36
Mangkir
1) Karyawan yang tidak masuk kerja tanpa bukti atau keterangan yang sah akan
dianggap mangkir.
2) Karyawan akan dikenakan sanksi berupa pemberian surat peringatan atau
pengurangan upah sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
3) Apabila karyawan tidak masuk bekerja selama lima (5) hari berturut-turut tanpa
bukti atau keterangan yang sah, maka karyawan dianggap mengundurkan diri
dan perusahaan dapat melakukan proses pemutusan hubungan kerja terhadap
karyawan tersebut.
Pasal 37
17
Whistle Blower
3) Bukti dan identitas asli whistle blower harus tertera dengan jelas. Apabila
kelengkapan tersebut tidak diberikan, maka delik adua akan dianggap sebagai
laporan palsu.
Pasal 38
Skorsing
BAB XI
PEMUTUSAN/ BERAKHIRNYA HUBUNGAN KERJA
18
Pasal 39
Pengunduran Diri dari Perusahaan dan Dikualifikasikan Mengundurkan Diri
Pasal 40
Pemutusan Hubungan Kerja Karena Rasionalisasi
Bilamana karena suatu sebab, Perusahaan tidak dapat melanjutkan perusahaan atau
terpaksa melakukan rasionalisasi, maka pemutusan hubungan kerja, setelah
dikonsultasikan terlebih dahulu dengan instansi ketenagakerjaan, dilaksanakan sesuai
dengan prosedur Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Pasal 41
Pemutusan Hubungan Kerja Dengan Alasan Mendesak
19
peraturan perundang-undangan yang berlaku, adapun pelanggaran berat yang
dimaksudkan adalah :
h. Dengan sengaja atau melakukan kelalaian yang berakibat cedera pada ataupun yang
menimbulkan bahaya mengancam keselamatan teman sekerjanya;
j. Melibatkan diri dalam perusahaan yang sejenis baik sebagai karyawan maupun
agen atau perusahaan sehingga merugikan perusahaan.
Pasal 42
Pemutusan Hubungan Kerja pada Usia Pensiun
1) Karyawan pada usia 56 (lima puluh enam) tahun adalah batas usia pensiun untuk
semua karyawan baik pria maupun wanita, akan berhenti atau diberhentikan sebagai
karyawan tetap dengan mendapat uang pensiun sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
2) Bagi karyawan usia pensiun ini dapat diperpanjang masa kerjanya dengan
persetujuan di antara Perusahaan dan Karyawan, dengan persetujuan medis untuk
memperpanjang hubungan kerja tetap dengan syarat berpedoman pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 43
Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja, dan Uang Penggantian Hak
20
Ketetapan pemberian pesangon dan uang penghargaan masa kerja berpedoman pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
a. Masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun …………….2 bulan upah.
b. Masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 tahun …………….3 bulan upah.
c. Masa kerja 9 tahun atau lebih tetapi kurang dari 12 tahun …………..4 bulan upah.
d. Masa kerja 12 tahun atau lebih tetapi kurang dari 15 tahun ………..5 bulan upah.
e. Masa kerja 15 tahun atau lebih tetapi kurang dari 18 tahun …………6 bulan upah.
f. Masa kerja 18 tahun atau lebih tetapi kurang dari 21 tahun …...……7 bulan upah.
g. Masa kerja 21 tahun atau lebih tetapi kurang dari 24 tahun ………..8 bulan upah.
h. Masa kerja 24 tahun atau lebih ……………….……................................10 bulan
upah.
a. Ganti kerugian untuk istirahat tahunan yang belum diambil dan sebelum gugur
menurut perhitungan sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang
berlaku.
c. Biaya atau ongkos pulang untuk karyawan dan keluarganya ke tempat di mana
karyawan diterima kerja.
21
2. Upah sebagai dasar pemberian uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan
penggantian hak terdiri dari :
a. Uang pokok.
b. Segala macam tunjangan yang diberikan kepada pekerja dan keluarganya yang
bersifat tetap.
c. Harga pembelian dari catu yang diberikan kepada Pekerja secara cuma-cuma
apabila catu harus dibayar pekerja dengan subsidi maka sebagai upah dianggap
selisih antara harga pembelian dengan harga yang harus dibayar oleh pekerja.
BAB XII
PENYELESAIAN KELUH KESAH
Pasal 44
Penyelesaian Keluh Kesah Karyawan
BAB XIII
LAIN-LAIN
Pasal 45
Penutup
22
1) Naskah peraturan perusahaan ini berlaku bagi karyawan di lingkungan perusahaan
PT. “K” LINE Indonesia dan dibagikan / diberikan kepada setiap karyawan/ti,
dengan demikian setiap karyawan dianggap telah mengetahuinya.
4) Jika ada pasal-pasal syarat kerja dan Peraturan Perusahaan ini kurang atau
bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku, maka adalah
batal demi hukum dan yang diberlakukan adalah sesuai dengan Peraturan
Perundang-Undangan yang berlaku.
6) Apabila ada hal-hal yang belum tercantum didalam Peraturan Perusahaan ini maka
akan memperhatikan ketentuan perundangan yang berlaku.
ENDANG
DIRECTOR
23