Anda di halaman 1dari 12

TATA TERTIB KARYAWAN

BAB I

PENDAHULUAN

Maksud dan tujuan diadakannya Peraturan Perusahaan ini adalah untuk menciptakan hubungan kerja
yang harmonis, kelancaran usaha, ketentraman dan kepastian kerja Karyawan. Disamping itu
Peraturan Perusahaan ini juga mengatur Tata Tertib Perusahaan yang mengikat semua karyawan
sepanjang tidak bertentangan dengan Undang Undang dan Peraturan Pemerintah yang berlaku.

BAB II
UMUM
Pasal 1
1. Kebijakan Perusahaan dipegang sepenuhnya oleh Pimpinan Perusahaan dibantu oleh staff
yang ditunjuk Pemimpin.
2. Pemeriksaaan pekerjaan yang menyangkut pembukuan, keuangan, stok barang dan lain lain
dikerjakan oleh karyawan yang ditunjuk oleh Pemimpin.
3. Setiap karyawan wajib mentaati Peraturan Perusahaan & Tata Tertib yang telah ditetapkan &
disahkan.
4. Dalam melaksanakan pekerjaannya, setiap karyawan wajib bekerja sama dan saling
menghormati satu dengan yang lainnya demi tercapainya hubungan kerja yang harmonis
sehingga berhasil mencapai tujuan.

BAB III
HUBUNGAN KERJA, WAKTU KERJA, WAKTU ISTIRAHAT dan HARI LIBUR
Pasal 2
MASA PERCOBAAN
1. Setiap karyawan yang diterima dan dipekerjakan didahului dengan Masa Percobaan paling
lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak mulai berkerja.
2. Selama masa percobaan, baik pengusaha maupun karyawan dapat mengakhiri hubungan
kerja tanpa syarat apapun.
3. Karyawan yang telah mengakhiri masa percobaan dengan baik, diangkat menjadi karyawan
sesuai dengan status penggolongannya dan kebijaksanakan Perusahaan.

Pasal 3
HARI KERJA DAN JAM KERJA
1. Waktu kerja karyawan adalah 8 (delapan) jam sehari selama 5 (lima) hari termasuk waktu
istirahat dan 5 (lima) jam sehari sebelum libur tanpa istirahat. Kecuali karyawan part time yang
lamanya 6 (enam) jam sehari termasuk waktu istirahat atau sesuai dengan kebijakan
Perusahaan/ kesepakatan bersama.
2. Jam kerja kantor dan gudang dimulai pada pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.00.
3. Jam kerja Outlet dimulai pukul 08.00 sampai pukul 22.00.
4. Karyawan outlet wajib hadir 15 menit sebelum outlet buka.
5. Pekerjaan yang sifatnya harus dilaksanakan dengan sistem kerja shift, maka dibentuk
kelompok kerja dengan jadwal kerja shift yang diatur dan ditentukan oleh Supervisor atau
Manager yang berwenang.
6. Penukaran jadwal kerja diantara karyawan, hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan
tertulis dari Supervisor, Manager yang bersangkutan dan Human Resourcer Manager, dan
diajukan paling lambat 1 (satu) hari sebelumnya.

Pasal 4
WAKTU LEMBUR
1. Kelebihan jam kerja dihargai sebagai kerja lembur diatur sesuai dengan Peraturan
Pemerintah/ Undang-Undang yang berlaku dengan mengingat kondisi & kemampuan
perusahaan.
2. Kerja lembur dilaksanakan berdasarkan kepentingan Perusahaan dan ditentukan oleh
Supervisor/ Manager/ Human Resourcer Manager langsung secara tertulis 1 (satu) hari
sebelum pelaksanaa.
3. Kerja lembur bersifat wajib apabila :
a. Dalam keadaan darurat dan apabila ada pekerjaan yang tidak segera diselesaikan akan
membahayakan kesehatan dan keselamatan.
b. Pekerjaan yang apabila tidak diselesaikan akan menimbulkan kerugian atau dapat
mengganggu kegiatan operasional Perusahaan.
4. Untuk karyawan yang menduduki jabatan struktural dan fungsional tertentu (Supervisor/
Officer/ Manager) dan karyawan yang bertugas disektor lapangan (Sales Executive dan Driver)
tidak diperhitungkan atas kelebihan jam kerjanya sebagai jam kerja lembur.

Pasal 5
WAKTU ISTIRAHAT DAN HARI LIBUR
1. Waktu istirahat selama 1 (satu) jam setiap hari untuk karyawan full time dan 30 (tiga puluh)
menit untuk karyawan part time, yang dilaksanakan secara bergantian dan bertahap demi
kelangsungan dan kelancaran kerja.
2. Setiap karyawan mendapatkan hari istirahat mingguan satu hari dalam seminggu, disamping
hari libur resmi/ hari besar nasional yang ditetapkan pemerintah.
3. Bagi karyawan yang tergabung dalam kelompok kerja shift, hari istirahat mingguannya diatur
secara tersendiri dengan system rolling oleh atasan masing-masing dalam suatu jadwal kerja,
sehingga tidak harus jatuh pada hari minggu.
4. Pada hari libur karyawan tidak dipekerjakan kecuali karena sifat pekerjaan yang dipandang
perlu dan sesuai kesepakatan dengan karyawan yang bersangkutan.
BAB IV
CUTI

Pasal 6
CUTI TAHUNAN
1. Setiap karyawan yang telah bekerja selama 12 (dua belas) bulan secara terus menerus behak
atas cuti tahunan selama 12 (dua belas) hari kerja setelah diijinkan Perusahaan dengan tetap
menerima upah penuh.
2. Bagi yang akan menggunakan hak cuti tahunan 2(dua) minggu sebelumnya wajib mengajukan
permohonan kepada Perusahaan.
3. Perusahaan dapat mengatur permohonan cuti dengan mengingat kondisi pekerjaan dan
adanya cuti bersama sehubungan dengan hari raya tertentu.
4. Pemberian jumlah hari cuti diperhitungkan dengan jumlah hari cuti sebelumnya yang telah
diambil.
5. Hak cuti tahunan yang tidak diambil karyawan pada masa pemberian cuti tidak dapat diambil
lagi pada masa cuti selanjutnya tanpa ijin tertulis dari Human Resourcer Manager atas
persetujuan Direktur.
6. Permohonan cuti tahunan yang diambil dimuka hanya dapat diberikan dalam keadaan sangat
mendesak dan hanya diberikan dengan persetujuan tertulis dari Human Resourcer Manager
atas persetujuan Direktur.

Pasal 7
CUTI HAMIL
1. Khusus bagi karyawati yang sedang hamil akan diberikan cuti selama 3 (tiga) bulan, terbagi 1,5
(satu setengah) bulan sebelum melahirkan dan 1,5 (satu setengah) bulan sesudah melahirkan
dengan upah penuh.
2. Bagi yang akan menggunakan cuti hamil tersebut wajib mengajukan permohonan terlebih
dahulu kepada Perusahaan disertai dengan Surat keterangan Dokter atau Bidan yang
merawat.

Pasal 8
CUTI LAINNYA
1. Apabila pada hari besar nasional atau pada hari libur resmi yang ditentukan pemerintah,
karena tugasnya karyawan harus masuk kerja, maka karyawan yang bersangkutan akan
mendapatkan upah lembur sebagaimana peraturan perusahaan yang berlaku atau sesuai
kondisi perusahaan dan atau akan diberikan hari libur atas persetujuan Direktur. Pengambilan
hari libur ini diatur dan disetujui oleh Direktur.
2. Cuti tanpa gaji :
a. Apabila karena suatu hal yang sangat penting dimana karyawan tidak masuk kerja, maka
karyawan yang bersangkutan dapat mengajukan cuti tanpa gaji paling lambat 7 (tujuh)
hari sebelumnya, dan harus mendapatkan persetujuan dari Atasannya, dan Human
Resourcer Manager secara tertulis. Cuti seperti ini dapat diambil oleh karyawan paling
lama 1 (satu) bulan dengan alasan yang bisa dipertanggungjawabkan.
b. Apabila karena suatu hal yang sangat penting dan darurat karyawan tidak dapat masuk
kerja, maka karyawan yang bersangkutan sekurang-kurangnya 2 (dua) jam sebelum waktu
dimulainya bekerja memberitahukan kepada Atasan langsung, dan dalam waktu 1 x 24
jam mengajukan permohonan secara tertulis seperti tersebut dalam pasal 8 ayat 2 butir
a.
c. Dalam cuti ini karyawan tidak mendapatkan gaji
3. Cuti Khusus
Untuk hal-hal yang khusus karyawan mendapatkan cuti, dan hal ini tetap mendapatkan gaji
pokok, antara lain :
a. Pernikahan karyawan 3 (tiga) hari
b. Pernikahan anak 2 (dua) hari
c. Istri melahirkan/ keguguran 2 (dua) hari
d. Mengkhitankan/ membabtiskan anak 2 (dua) hari
e. Kematian (suami/ istri/anak/orangtua/mertua) 2 (dua) hari
f. Kematian anggota keluarga satu rumah 1 (satu) hari
Untuk tersebut pasal 8 ayat 3 butir a sampai d, Karyawan yang bersangkutan mengajukan
permohonan kepada atasannya paling lambat 7 (tujuh) hari sebelumnya, dengan
mengusulkan/ melampirkan bukti yang sah.
4. Cuti untuk tidak bekerja yang tidak ada keterangan yang sah, dianggap mangkir. Dalam hal ini
akan dikenakan sanksi sesuai Peraturan Perusahaan, dan apabila dilaksanakan selama 5 (lima)
hari berturut-turut maka karyawan tersebut dianggap mengundurkan diri.

BAB V
SISTEM PENGUPAHAN DAN KESEJAHTERAAN KARYAWAN

Pasal 9
UPAH DAN KASBON

1. Gaji/ Upah, Insentif dan hadiah lainnya ditetapkan oleh Direktur sesuai dengan ketetapan
Undang-Undang/ Peraturan Pemerintah yang berlaku mengingat kondisi/ kemampuan
Perusahaan.
2. System pengupahan diatur berdasarkan upah bulanan yang akan diberikan setiap tanggal
1 (satu) pada bulan berikutnya, dengan memperhatikan Peraturan Pemerintah mengenai
Upah Minimum Provinsi (UMP).
3. System pengupahan ditetapkan berdasarkan keahlian, kecakapan, prestasi, masa kerja
dan kondisi perusahaan.
4. Kenaikan gaji/ upah ditetapkan Direktur sesuai butir 1 dan 3.
5. Bagi karyawan yang dikenakan Pemutusan Hubungan Kerja, pembayaran gajinya
dilaksanakan pada kesempatan pertama (segera setelah karyawan tersebut
menandatangani pelaksanaan pemutusan hubungan kerja) dan telah menyelesaikan
administrasi dan pengembalian inventaris perusahaan.
6. Kas Bon merupakan gaji yang dibayar dimuka, yang hanya dapat dilakukan jika dalam
keadaan sangat mendesak maksimal ½ (setengah) dari paket gaji diluar insentif/ komisi
(gaji pokok + tunjangan struktural/ fungsional + tunjangan kehadiran) dengan mengisi
lembar permohonan Kas Bon yang telah disediakan dan menyerahkan kepada bagian
Finance setelah mendapatkan persetujuan dari Human Resourcer Manager.
7. Permohonan Kas Bon yang melebihi ketentuan yang berlaku (melebihi setengah gaji)
harus melalui persetujuan tertulis dari Direktur.
Pasal 10
GAJI KERJA LEMBUR
1. Gaji kerja lembur diberikan apabila ada surat perintah lembur yang sah.
2. Ketentuan gaji kerja lembur adalah sebagai berikut :
a. Gaji kerja lembur per jam dihitung dari gaji pokok ditambah tunjangan tetap (tunjangan
fungsional/ struktural + tunjangan kehadiran) per bulan dibagi 26 (dua puluh enam) hari
dibagi 8 (delapan) jam dikali 2 (dua).
b. Setiap kerja lembur yang melebihi 4 (empat) jam berturut-turut karyawan berhak
mendapatkan uang makan sebesar Rp. 5.000,- (lima ribu rupiah).
3. Gaji kerja lembur diberikan bersamaan dengan gaji bulanan.

Pasal 11
KOMISI PENJUALAN DAN BONUS AKHIR TAHUN
1. Komisi penjualan dan bonus pencapaian target penjualan diberikan kepada karyawan bagian
penjualan yang besarnya ditentukan oleh perusahaan.
2. Uang komisi penjualan dibayarkan kepada karyawan bagian penjualan pada setiap bulannya
bersamaan dengan pembayaran gaji sesuai dengan ketentuan Perusahaan.
3. Bonus akhir tahun diberikan kepada karyawan dengan posisi jabatan struktural dan fungsional
tertentu (Supervisor, Officer, Manager) yang besarnya ditentukan Perusahaan dan diberikan
di akhir tahun.

Pasal 12
UPAH SELAMA SAKIT
1. Tidak masuk kerja karena sakit, dengan disertai bukti Surat Keterangan Dokter yang sah/
disetujui Perusahaan termasuk opname/ rawat inap di Rumah Sakit ditetapkan sebagai
berikut :
a. Bulan pertama sampai dengan ketiga dibayarkan 100% gaji
b. Bulan keempat sampai dengan keenam dibayarkan 75% gaji
c. Bulan ketujuh sampai dengan kesembilan dibayarkan 50% gaji
d. Bulan kesepuluh sampai dengan kedua belas dibayarkan 25% gaji
2. Apabila setelah setahun karyawan sakit belum juga sembuh, dapat dihentikan gajinya dengan
pemberitahuan terlebih dahulu kepada yang bersangkutan.
3. Apabila menurut Dokter penyakit karyawan tersebut tidak ada harapan/ tidak mampu bekerja
lagi, dapat dilaksanakan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Pasal 13
PAKAIAN KERJA DAN PERLENGKAPAN KERJA
1. Karyawan tertentu mendapatkan pakaian dan perlengkapan kerja yang wajib dipakai secara
benar dan baik pada saat bekerja
2. Pakaian dan perlengkapan kerja tersebut harus dipakai dan dirawat dengan baik, apabila rusak
atau hilang, maka karyawan yang bersangkutan harus mengganti sesuai dengan harga yang
ditentukan Perusahaan.
3. Apabila ada karyawan keluar dari Perusahaan (berhenti bekerja) maka pembayaran gaji
terakhir dapat ditahan perusahaan sampai pakaian dan kelengkapan kerja milik Perusahaan
dikembalikan. Apabila barang-barang tersebut tidak dikembalikan dalam keadaan baik, akan
dipotong dari gaji terakhir.

Pasal 14
TUNJANGAN HARI RAYA KEAGAMAAN
1. Tunjangan hari raya keagamaan sebesar 1 (satu) bulan gaji pokok ditambah dengan tunjangan
tetap, diberikan pada karyawan yang sudah mempunyai masa kerja 1 (satu) tahun lebih
sebagai gaji ke-tiga belas.
Bagi karyawan yang pada saat dibayarkan tunjangan ini memiliki masa kerja kurang dari 1
(satu) tahun atau 3 (tiga) bulan atau lebih diberikan secara proporsional.
2. Tunjangan ini dibayarkan menjelang hari raya Idul Fitri bagi karyawan muslim dan menjelang
hari raya Natal bagi karyawan non Muslim dan pelaksanaan pembayarannya disesuaikan
dengan ketentuan perusahaan.
3. Besarnya tunjangan ini disesuaikan dengan ketentuan perundang-undangan yang belaku.
4. Tunjangan ini dibayarkan kepada karyawan selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari sebelum
hari raya, kecuali apabila kondisi perusahaan tidak memungkinkan.

Pasal 15
ASURANSI KESEHATAN
1. Setiap karyawan yang telah melewati masa percobaan berhak mendapatkan asuransi
kesehatan sesuai dengan ketentuan Perusahaan.
2. Biaya Premi asuransi kesehatan menjadi sepenuhnya tanggungan Perusahaan.

Pasal 16
DENDA DAN POTONGAN GAJI
1. Setiap ketidakhadiran karena alasan-alasan kecuali karena cuti sakit dan cuti khusus, maka
karyawan dikenakan potongan dari gaji tetap, tunjangan tetap dan tunjangan jabatan secara
proporsional.
2. Resiko kehilangan barang yang dibawa oleh Sales Executive akan menjadi sepenuhnya
tanggungan Sales yang bersangkutan.
3. Resiko piutang tak tertagih yang usianya lebih dari 2 (dua) bulan akan memotong gaji Sales
Executive atau Sales Counter yang melakukan penjualan nota tersebut.
4. Resiko kehilangan barang di gudang akan menjadi sepenuhnya tanggungan staff gudang.
5. Resiko kehilangan barang toko sepenuhnya menjadi tanggungan Sales Counter dan Kasir
setengah dikurangi subsidi missing dan besarnya sudah ditentukan oleh Perusahaan.
6. Potongan/ denda untuk resiko kehilangan barang yang dilakukan baik oleh Sales Executive
maupun Sales Counter akan dijelaskan secara lebih rinci melalui memo yang dikeluarkan oleh
Sales & Marketing Manager dengan persetujuan Direktur.
BAB VI
PERATURAN DAN TATA TERTIB KERJA
Pasal 17
PRESENSI/ KEHADIRAN
1. Setiap karyawan wajib mengisi Daftar presensi/ Time Recorder yang telah disediakan, baik
sewaktu datang maupun meninggalkan tempat pekerjaan.
2. Bagi yang terlambat hadir, wajib melapor kepada Atasan langsung atau Human Resourcer
Manager dengan memberikan penjelasan sebab keterlambatan.
3. Keterlambatan dengan alasan yang telah direncanakan terlebih dahulu, wajib mengajukan
permohonan. Bila ijin tidak diberikan, maka yang bersangkutan TIDAK DIBENARKAN
MENINGGALKAN PEKERJAAN.
4. Bila dalam seminggu terjadi keterlambatan 2 (dua) kali atau lebih, maka yang bersangkutan
akan diberikan SURAT PERINGATAN PERTAMA. Bila terlambat samapi 4 (empat) kali, akan
diberikan SURAT PERINGATAN KEDUA, dan sterusnya.

Pasal 18
TIDAK MASUK KERJA KARENA SAKIT
1. Tidak masuk kerja karena sakit wajib melapor kepada Atasan langsung/ Human Resourcer
Manager pada hari itu juga/ secepat mungkin sebelum dimulainya jam kerja dengan cara
apapun (telepon/ surat), kecuali SMS, dengan mempertanggungjawabkan ketidakhadiran
tersebut.
2. Bagi yang sakit lebih dari 1 (satu) hari, wajib menyerahkan Surat Keterangan Dokter secara
sah dan dapat dipertanggungjawabkan. Tanpa Surat Keterangan Dokter, yang bersangkutan
akan diberikan Surat Peringatan.

Pasal 19
TIDAK MASUK KERJA KARENA ALASAN PRIBADI
1. Karyawan yang memerlukan ijin tidak masuk kerja karena hal pribadi yang mendesak dan
dapat dibuktikan, Perusahaan akan memberikan ijin sesuai pasal 8.
2. Ijin yang diberikan atasan dipertimbangkan dengan melihat kondisi pekerjaan atau keadaan
mendesak yang dapat dibuktikan, misalnya : musibah, bencana alam, kematian atau sakit
keras suami/ istri/ anak/ orangtua yang tinggal serumah atau memerlukan dirawat di Rumah
Sakit dan harus dijaga.

Pasal 20
PENAMPILAN DAN SIKAP
1. Setiap karyawan wajib hadir ke tempat kerja dalam keadaan segar, bersih dan berpenampilan
menarik.
2. Setiap Karyawan wajib memakai pakaian kerja, perlengkapan kerja atau tanda pengenal
lainnya yang telah disediakan selama melakukan tugas pekerjaannya, dengan menjaga
kebersihan dan kerapihannya.
3. Karyawan yang belum mendapatkan pakaian kerja diwajibkan berpakaian rapi, bersih dan
sopan (kemeja atau kaos berkerah, serta celana panjang) serta memakai sepatu yang tertutup.
4. Karyawan laki-laki wajib memelihara rambutnya dengan baik.
5. Karyawan yang memakai parfum, perhiasan dan tata rias hendaknya tidak berlebihan dan
wajib memelihara rambutnya dengan baik dengan gaya yang sederhana dan tidak menutupi
wajah.
6. Karyawan tidak diperkenankan berkuku panjang dan memiliki tato yang nampak.
7. Setiap karyawan wajib menjaga citra perusahaan dengan tidak melakukan hal-hal sebagai
berikut :
Melakukan/ menerima suap, naik kendaraan bermotor tanpa SIM, meminta tips, mencuri,
memeras, mengancam, melecehkan, membocorkan rahasia perusahaan, melakukan aktivitas
bisnis pribadi di jam dan atau lingkungan kerja, meminjam uang/ barang milik customer,
menggunakan barang/ inventaris perusahaan untuk kepentingan pribadi, membawa pulang
barang/ inventaris perusahaan tanpa ijin tertulis dari Manager/ Human Resourcer Manager
dan Direktur, terlibat judi, minuman keras, narkoba, dan perbuatan melanggar hukum lainnya.

Pasal 21
MAKAN, MINUM, MEROKOK, DAN MERIAS DIRI
1. Karyawan diperbolehkan makan sekali sehari kerja yang dilakukan secara bergilir/ bergantian
2. Tidak dibenarkan makan, minum, merias diri di depan tamu.
3. Tidak diperkenankan merokok saat berada di outlet, gudang dan saat sedang rapat.

Pasal 22
KEHARMONISAN KERJA
1. Karyawan wajib menciptakan dan memelihara ketenangan kerja, saling membantu antar
karyawan sehingga tecipta kerjasama yang baik untuk meningkatkan produktivitas.
2. Karyawan wajib berusaha menjadi sumber daya manusia yang berkualitas dengan memiliki
etos kerja dan etika yang tinggi (rasa handarbeni, hangrungkebi, disiplin, jujur,
tanggungjawab, kreatif, loyal, serta berdedikasi).

Pasal 23
KEGIATAN PERUSAHAAN
Setiap karyawan wajib hadir/ mengikuti semua kegiatan yang diadakan oleh perusahaan, misalnya :
rapat, pelatihan, pameran, keakraban, dan kegiatan-kegiatan yang lainnya sesuai dengan tugas,
undangan, atau perintah yang diberikan Pimpinan.

BAB VII
SURAT PERINGATAN DAN SANKSI
Pasal 24
PEMBERIAN SURAT PERINGATAN
1. Karyawan yang dinilai kurang dalam hal kinerja maupun etika kerja, akan diberikan teguran
dan bimbingan oleh Atasan langsung atau Human Resourcer Manager.
2. Perusahaan akan memberikan Surat Peringatan kepada Karyawan yang melakukan
pelanggaran Tata Tertib/ Peraturan Perusahaan berupa : Surat Peringatan I, Surat Peringatan
II & Surat Peringatan III (terakhir).
3. Surat Peringatan yang diberikan tidak perlu menurut urutannya melainkan dinilai dari besar-
kecilnya kesalahan/ pelanggaran yang dilakukan.
4. Perusahaan berhak memberikan Surat Peringatan III langsung bagi pelanggaran yang
dilakukan karyawan yang oleh Perusahaan dianggap sebagai pelanggaran berat, dan bagi yang
mendapat Surat Peringatan III akan mendapatkan sanksi Pemutusan Hubungan Kerja.

Pasal 25
SANKSI : MANGKIR DAN SKORSING
1. Bila karyawan tidak masuk kerja tanpa ada pemberitahuan atau alasan yang dapat diterima
oleh Perusahaan, maka karyawan tersebut dianggap mangkir. Mangkir 2 (dua) hari berturut
turut akan diberikan Surat Peringatan.
2. Bila mangkir selama 6 (enam) hari berturut-turut atau 10 (sepuluh) hari kerja dalam sebulan,
Perusahaan dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja karena dianggap mengundurkan
diri.
3. Skorsing dapat dikenakan kepada setiap karyawan yang melakukan pelanggaran terhadap tata
tertib/ Peraturan Perusahaan, atau telah melakukan perbuatan yang dinilai merugikan
Perusahaan.
4. Jangka waktu skorsing paling lama 1 (satu) bulan. Selama masa skorsing gaji dibayarkan
sebesar 50%.

BAB VIII
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DAN PESANGON
Pasal 26
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA ATAS PERMINTAAN SENDIRI
Pemutusan hubungan kerja atas permintaan karyawan sendiri dapat dilakukan dengan mengajukan
permohonan secara tertulis 1 (satu) bulan sebelumnya, dan Perusahaan akan memberikan sanksi
serta tidak akan memberikan Surat Referensi jika karyawan tidak melaksanakan hal tersebut di atas.

Pasal 27
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA KARENA SELESAINYA KONTRAK
Pemutusan Hubungan Kerja ini dilaksanakan, karena masa berlakunya hubungan kerja dalam
kesepakatan kerja untuk waktu tertentu sudah berakhir.

Pasal 28
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA KARENA PELANGGARAN TATA TERTIB
1. Pemutusan Hubungan Kerja dapat diberikan/ dijatuhkan karena katagori berat, karena telah
mendapat Surat Peringatan Terakhir, maupun karena kesalahan-kesalahan lainnya akibat
melakukan pelanggaran terhadap Tata Tertib/ Peraturan Perusahaan atau kesalahan yang
telah merugikan Perusahaan, misalnya :
a. Tindakan berupa melakukan kecurangan sehingga merugikan Perusahaan.
b. Karyawan yang dihukum karena melakukan tindakan kriminal/ kesalahan yang dilakukan
baik di dalam maupun di luar perusahaan.
c. Tindakan membocorkan rahasia Perusahaan.
d. Memberikan keterangan palsu atau memutarbalikkan fakta (kenyataan).
e. Menyalahgunakan jabatan untuk kepentingan pribadi (misalnya menerima/ memberi
uang/ barang untuk kepentingan pribadi).
f. Mencuri atau melakukan penggelapan.
g. Menimbulkan keresahan atau mengganggu ketenangan kerja sehingga mengganggu
kinerja.
h. Melakukan tindakan subversive, melakukan kecerobohan atau pengrusakan atas alat/
barang/ bangunan milik Perusahaan.
i. Melakukan perbuatan asusila atau pelecehan di lingkungan Perusahaan, yang
mengakibatkan pengaduan masyarakat dan mencemarkan nama baik perusahaan.
j. Perbuatan menentang Atasan dalam melaksanakan tugas, melakukan penghinaan secara
kasar dan mengancam Atasan, keluarganya maupun rekan kerja.
k. Mabuk-mabukan maupun terlibat penyalahgunaan narkoba serta judi.
2. Jenis kesalahan yang dapat dikenai Surat Peringatan terakhir antara lain :
a. Melakukan kecerobohan sehingga menimbulkan kebakaran maupun kerusakan atau
kerugian pada Perusahaan.
b. Membawa senjata api atau benda-benda berbahaya lainnya ke lingkungan Perusahaan,
kecuali yang sedang menjalankan tugasnya.
c. Melalaikan kewajiban atau menjalankan tugasnya secara serampangan yang
menimbulkan kerugian bagi Perusahaan.
3. Jenis kesalahan yang perlu diberi Surat Peringatan adalah sebagai beikut :
a. Tidak masuk kerja tanpa alasan yang kuat.
b. Terlambat masuk kerja pada waktu yang telah ditetapkan (tanda merah di kartu presensi)
sebanyak 3 (tiga) kali dalam satu bulan tanpa adanya pemberitahuan/ alasan yang dapat
dipertanggungjawaban.
c. Berbagai pelanggaran disiplin dan Tata Tertib lainnya.

Pasal 29
PESANGON
Dilaksanakan dan diselesaikan sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku atau sesuai kondisi dan
kemampuan Perusahaan, misalnya : pailit.
BAB IX
KEBIJAKAN KHUSUS
Atas pertimbangan kepentingan Perusahaan, Direktur dapat menerapkan kebijakan khusus yang
berkaitan dengan jam kerja dan gaji untuk Karyawan tertentu.

BAB X
PENYELESAIAN MASALAH
Pasal 30
KELUHAN DAN PENGADUAN
1. Bila terjadi permasalahan/ perselisihan khusunya dalam hubungan kerja, maka sedapat
mungkin diselesaikan secara berjenjang melalui Atasan langsung dilandasi dengan semangat
musyawarah (kekeluargaan). Apabila belum dapat diselesaikan, maka akan dibawa kepada
Atasan/ Pimpinan yang lebih tinggi secara berjenjang dengan cara musyawarah.
2. Apabila dalam usaha tersebut mengalami kegagalan, maka penyelesaian selanjutnya
diserahkan kepada Instansi Ketenagakerjaan (Disnaker) setempat berdasarkan Peraturan
Perundangan yang berlaku untuk mendapat penyelesaian.

BAB XI
PENUTUP

1. Apabila ada hal-hal yang belum tercantum dalam Peraturan ini, akan diatur kemudian dengan
memperhatikan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
2. Dengan berlakunya Tata Tertib Perusahaan ini, maka Peraturan yang pernah dan sebelumnya
dan Peraturan lain yang bertentangan dengan Tata Tertib Perusahaan ini dinyatakan tidak
berlaku lagi.
3. Peraturan Tata Tertib ini dapat berubah karena alasan tertentu yang dipandang perlu dan
ditetapkan oleh Perusahaan.

Yogyakarta, Februari 2008

Anda mungkin juga menyukai