Anda di halaman 1dari 41

PERATURAN PERUSAHAAN

PT. HUIMAO TECH INDUSTRY


001/PT.HTI/PP/I/2023

BAB I
KETENTUAN UMUM
Peraturan Perusahaan ini memuat ketentuan-ketentuan pokok tentang hak, kewajiban, dan tata tertib dalam
hubungan kerjasama antara Perusahaan dengan karyawan.

Pasal 1
Istilah Dan Definisi

1. Perusahaan tersebut adalah PT. Alamat terdaftar PT. Huimao Tech Industry adalah Rukan Ruko La
Riviera Block RLGC No.1. 30, Salembaran Raya, Kosambi, Tangerang, yang Anggaran Dasarnya dan
perubahannya telah diumumkan dalam Akta Notaris No. 25 tanggal 11 Agustus 2016.
2. Penanggung jawab perusahaan adalah direktur operasi PT. Huimao Tech Industry.
3. Direktur Operasi adalah pimpinan perusahaan yang bertindak atas nama PT. Huimao Tech Industry
4. Peraturan dan ketentuan perusahaan adalah peraturan dan ketentuan yang ditetapkan oleh manajemen
dalam bentuk tertulis, yang memuat syarat-syarat kerja dan peraturan perusahaan.
5. Keputusan Direksi adalah peraturan yang dikeluarkan oleh direksi dalam bentuk surat keputusan,
memorandum atau surat edaran yang merinci mengenai standar operasional prosedur atau kebijakan
yang berlaku pada perusahaan.
6. Atasan langsung adalah atasan pegawai yang berwenang mengeluarkan perintah kerja serta menilai
dan membimbing pegawai sesuai dengan tanggung jawab pekerjaannya.
7. Pekerja adalah pekerja yang mempunyai hubungan kerja sesuai dengan peraturan dan menerima upah
berdasarkan hubungan kerja tersebut.
8. Keluarga adalah suami, istri, anak kandung dan/atau anak angkat yang disetujui pengadilan dari
pekerja yang terdaftar di perusahaan, sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang anak, dengan batasan usia
maksimal 21 (dua puluh satu) tahun. , belum menikah dan Belum bekerja, apabila berusia di atas 21
(dua puluh satu) tahun dan belum menikah namun masih belajar dan mempunyai ijazah kampus.
9. Fasilitas adalah imbalan yang diberikan oleh perusahaan untuk alasan khusus atau untuk meningkatkan
kesejahteraan karyawan, termasuk penggantian biaya transportasi, penghargaan keahlian khusus dan
hal-hal lain yang ditetapkan oleh Direktur Operasi.
10. Lingkungan perusahaan adalah seluruh lokasi yang berada dalam pengawasan perusahaan yang
digunakan untuk menunjang kelangsungan kegiatan perusahaan.
11. Pekerja adalah pekerja yang mempunyai hubungan kerja sesuai dengan peraturan dan menerima upah
berdasarkan hubungan kerja tersebut.
12. Keluarga adalah suami, istri, anak kandung dan/atau anak angkat yang disetujui pengadilan dari
pekerja yang terdaftar di Perusahaan, sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang anak, dengan batasan usia
maksimal 21 (dua puluh satu) tahun, belum menikah dan belum bekerja, apabila berusia di atas 21
(dua puluh satu) tahun dan belum menikah namun masih bersekolah dan mempunyai ijazah kampus.
13. Fasilitas adalah imbalan yang diberikan Perusahaan untuk alasan khusus atau untuk meningkatkan
kesejahteraan karyawan, termasuk penggantian biaya transportasi, penghargaan keahlian khusus, dan
hal-hal lain yang ditetapkan oleh Direktur .
14. Lingkungan perusahaan adalah seluruh lokasi yang berada dalam pengawasan perusahaan yang
digunakan untuk menunjang kelangsungan kegiatan perusahaan.
15. Masa kerja adalah jangka waktu seorang pekerja diterima atau mulai bekerja.
16. Pekerja adalah pekerja yang mempunyai hubungan kerja sesuai dengan peraturan dan menerima upah
berdasarkan hubungan kerja tersebut.
17. Keluarga adalah suami, istri, anak kandung dan/atau anak angkat yang disetujui pengadilan dari
pekerja yang terdaftar di Perusahaan, sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang anak, dengan batas usia
maksimal 21 (dua puluh satu tahun), belum kawin dan Belum bekerja apabila berumur di atas 21 (dua
puluh satu) tahun dan belum menikah namun masih kuliah dan mempunyai ijazah kampus.
18. Fasilitas adalah imbalan yang diberikan Perusahaan untuk alasan khusus atau untuk meningkatkan
kesejahteraan karyawan, termasuk penggantian biaya transportasi, penghargaan keahlian khusus, dan
hal-hal lain yang ditetapkan oleh Direktur Operasi.
19. Lingkungan perusahaan adalah seluruh lokasi yang berada dalam pengawasan perusahaan yang
digunakan untuk menunjang kelangsungan kegiatan perusahaan.
20. Masa Kerja adalah jangka waktu seorang pekerja diterima atau mulai bekerja
21. Pekerja adalah pekerja yang mempunyai hubungan kerja sesuai dengan peraturan dan menerima upah
berdasarkan hubungan kerja tersebut.
22. Keluarga adalah suami, istri, anak kandung dan/atau anak angkat yang disetujui pengadilan dari
pekerja yang terdaftar pada perusahaan, sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang anak, dengan batas usia
paling lama 21 (dua puluh satu) tahun, belum menikah dan belum bekerja, apabila berusia di atas 21
(dua puluh satu) tahun dan belum menikah namun masih bersekolah dan mempunyai ijazah sekolah.
23. Fasilitas mengacu pada kompensasi yang diberikan oleh perusahaan untuk alasan khusus atau untuk
meningkatkan tunjangan karyawan, termasuk penggantian biaya transportasi, penghargaan
keterampilan khusus, dan hal-hal lain yang ditentukan oleh direktur operasi.
24. Lingkungan perusahaan adalah segala tempat yang berada di bawah pengawasan perusahaan yang
dipergunakan untuk menunjang kelangsungan kegiatan perusahaan.
25. Masa kerja adalah jangka waktu seorang pekerja diterima atau mulai bekerja.
26. Evaluasi pegawai adalah serangkaian kegiatan untuk mengukur, menganalisis, mengevaluasi dan
mengkomunikasikan proses dan hasil kinerja dalam jangka waktu tertentu.
27. Hari kerja adalah jumlah hari buruh melakukan aktivitas kerja, umumnya menurut jam kerja masing-
masing bagian.
28. Jam Kerja Jam kerja adalah waktu dimana seorang pekerja wajib mulai bekerja sampai dengan
berakhirnya hari kerja.
29. Lembur adalah pekerjaan yang dilakukan di luar jam kerja normal.
30. Upah adalah hak pekerja untuk menerima imbalan dalam bentuk uang dari perusahaan sesuai dengan
kontrak kerja, perjanjian atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.
31. SP adalah surat peringatan yang diberikan kepada pegawai yang melakukan pelanggaran hukum di
lingkungan perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
32. PHK adalah hubungan kerja yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja dan
pemberi kerja karena suatu sebab.
33. BPJS Kesehatan adalah lembaga jaminan sosial kesehatan.
34. Badan BPJS Ketenagakerjaan adalah penyelenggara jaminan sosial ketenagakerjaan.

Pasal 2
Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan penyusunan Anggaran Dasar adalah:


1. Membina, memelihara dan mengembangkan hubungan kerja yang sehat, ketenangan dan kepuasan
kerja untuk kepentingan perusahaan dan pekerja, membangun kemitraan yang saling membutuhkan.
2. Merumuskan syarat-syarat kerja dan peraturan perundang-undangan, menekankan hak dan kewajiban
perusahaan dan pekerja, serta memberikan pedoman bagi terciptanya hubungan kerja yang harmonis
antara perusahaan dan pekerja.

Pasal 3
Ruang Lingkup Peraturan Perusahaan

Ruang lingkup peraturan kami adalah:


1. Anggaran dasar perseroan berlaku di dalam perseroan.
2. Peraturan perusahaan berlaku bagi seluruh pekerja tetap dan tidak tetap, sepanjang syarat-syarat kerja
mereka tidak ditentukan dalam perjanjian kerja.
3. Anggaran dasar perseroan hanya terbatas pada hal-hal yang tercantum dan diatur dalam pasal-pasal
yang terdapat dalam anggaran dasar perseroan, namun perseroan tetap mempunyai hak dan kewajiban
lain yang ditentukan atau dilindungi oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Perusahaan dan karyawannya wajib menaati dan menaati seluruh peraturan yang terdapat dalam
peraturan perusahaan.
5. Mewajibkan perusahaan dan karyawannya untuk menjaga ketertiban dan kenyamanan kerja,
mendukung terciptanya suasana perusahaan yang baik, dan mendukung kemajuan perusahaan dalam
produktivitas yang tinggi.
6. Perusahaan mempunyai wewenang untuk mengelola sumber daya yang dimilikinya untuk mencapai
maksud dan tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien, dengan tetap memperhatikan
peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan yang berlaku.
7. Pekerja berhak menerima upah menurut golongan, jabatan, masa kerja, pendidikan dan
kemampuannya.
8. Pegawai mempunyai kewajiban untuk menjaga nama baik perusahaan, nama baik, integritas,
kredibilitas dan menaati kode etik yang berlaku di lingkungan perusahaan.
9. Peraturan Perusahaan berlaku bagi seluruh pekerja tetap dan tidak tetap, sepanjang syarat-syarat kerja
mereka tidak ditentukan dalam perjanjian kerja.
10. Anggaran Dasar Perseroan hanya terbatas pada hal-hal yang tercantum dan diatur dalam pasal-pasal
yang terdapat dalam Anggaran Dasar Perseroan, namun Perseroan tetap mempunyai hak dan
kewajiban lain yang diatur atau dilindungi oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.
11. Perusahaan dan karyawannya wajib menaati dan menaati seluruh peraturan yang terdapat dalam
Peraturan Perusahaan.
12. Mewajibkan perusahaan dan karyawannya untuk menjaga ketertiban dan kenyamanan kerja,
mendukung terciptanya suasana perusahaan yang baik, dan mendukung kemajuan perusahaan dalam
produktivitas yang tinggi.
13. Perusahaan berhak mengelola sumber dayanya untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan secara efektif dan efisien, dengan tetap memperhatikan peraturan perundang-undangan
ketenagakerjaan yang berlaku.
14. Pekerja berhak menerima upah berdasarkan golongan, jabatan, masa kerja, pendidikan dan
kemampuannya.
15. Karyawan mempunyai kewajiban menjaga nama baik, reputasi baik, integritas, dapat dipercaya
Perusahaan serta mematuhi aturan etika yang berlaku di lingkungan Perusahaan.

Pasal 4
Hak dan Tanggung Jawab

1. Direksi, pimpinan lainnya, dan pegawai mempunyai tanggung jawab untuk bersama-sama mendukung
upaya perusahaan dalam meningkatkan kinerja perusahaan, mengembangkan perusahaan, dan
mendukung pertumbuhan perekonomian nasional.
2. Hak dan kewajiban pekerja:
a. Menjaga kepentingan perusahaan, mencegah dan melaporkan segala kemungkinan yang
merugikan, serta berperan aktif dalam pengembangan perusahaan.
b. Karyawan wajib mematuhi dan melaksanakan seluruh ketetapan, peraturan, dan prosedur kerja
yang berlaku di lingkungan perusahaan.
c. Pegawai wajib memberikan keterangan, keterangan, data, dan laporan serta dokumen yang relevan
dengan pekerjaannya secara jujur dan penuh tanggung jawab, dengan tetap memperhatikan
prosedur yang berlaku dan kewajiban pegawai untuk menjaga kerahasiaan perusahaan.
d. Menjaga dan menjaga kerahasiaan segala sesuatu yang berkaitan dengan perusahaan, termasuk
metode, peralatan dan inventaris kantor, sistem yang digunakan perusahaan, keadaan keuangan,
struktur gaji, dan tidak membicarakan dengan orang lain sebagai rahasia perusahaan, yaitu semua
dokumen, diketahui atau mengendalikan properti perusahaan dan kebijakan perusahaan secara
langsung atau tidak langsung.
e. Karyawan memperoleh ketenangan dan kenyamanan dalam bekerja tanpa rasa khawatir dan takut
diperlakukan tidak adil oleh perusahaan.
f. Sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, pekerja mempunyai kesempatan yang sama
untuk mendapatkan promosi, tanpa diskriminasi terhadap kelompok agama/keyakinan, ras, suku
dan kebangsaan, serta tanpa mengurangi kepentingan perusahaan.
g. Keluhan karyawan akan mendapat perhatian segera dan penanganan yang tepat oleh perusahaan.
h. Pegawai tidak boleh menerima uang atau insentif atau imbalan dalam bentuk apa pun dari pihak
lain sehubungan dengan tanggung jawab pekerjaannya.
i. Pekerja tidak boleh mengadakan hubungan kerja dengan badan usaha lain di luar perusahaan.
j. Seluruh pekerja wajib mematuhi setiap peraturan yang dikeluarkan oleh perusahaan.
k. Segala upaya peningkatan mutu dan menjamin keselamatan perusahaan harus mendapat dukungan
penuh, perhatian dan kerja sama dari seluruh pimpinan karyawan.
3. Hak dan tanggung jawab perusahaan:
a. Menyelenggarakan dan mengelola perusahaan
b. Mewajibkan upaya dan tanggung jawab yang wajar dari setiap pekerja untuk melaksanakan
tugasnya masing-masing semaksimal mungkin.
c. Menerima dan mengangkat pekerja baru.
d. Menerima, mengangkat, menempatkan dan memindahkan pegawai pada
jabatan/lokasi/departemen sesuai dengan kebutuhan dan kondisi perusahaan.
e. Mengatur dan mengawasi secara menyeluruh berbagai kegiatan usaha perusahaan.
f. Mengevaluasi kinerja pekerja berdasarkan alat ukur yang ditetapkan perusahaan.
g. Memberikan pelatihan, pengembangan keterampilan untuk meningkatkan kinerja karyawan dan
produktivitas perusahaan.
h. Memungkinkan pegawai untuk efisien dan efektif dengan tetap mematuhi peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
4. Baik pekerja maupun pengurus perusahaan wajib menaati seluruh peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
BAB II

HUBUNGAN KERJA

Pasal 5
Status Pekerja

Status Pekerja di Perusahaan terdiri dari :


1. Pekerja Tetap
Pekerja Tetap yang diangkat berdasarkan Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) setelah
mengalami masa percobaan dan setelah dinilai memenuhi syarat untuk menjadi Pekerja Tetap di
Perusahaan maka pekerja tersebut diangkat berdasarkan Surat Keputusan Direktur.
2. Pekerja Tidak Tetap
Berdasarkan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) yang diangkat berdasarkan Perjanjian Kerja
Waktu Tertentu (PKWT) dengan persyaratan umum.

Pasal 6
Penerimaan dan Pengangkatan Pekerja

1. Penerimaan dan pengangkatan pekerja didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut :


a. Berdasarkan pada perencanaan tenaga kerja yang disetujui oleh Pimpinan Perusahaan

b. Berdasarkan pada persyaratan jabatan dan kualifikasi pekerja atau calon pekerja tanpa memandang
agama, suku, jenis kelamin maupun golongan.
c. Melakukan rekruitmen secara efektif untuk mendapatkan pekerja yang berkualitas.
d. Menerapkan kondisi ketenagakerjaan yang adil, memadai dan menerapkan sistem administrasi
yang baik dan benar.
2. Semua proses rekruitmen dan pelaksanaan seleksi pekerja harus berada dibawah koordinasi Human
Resource Generalist.
3. Seorang pelamar dapat dipekerjakan sebagai calon pekerja jika memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Memiliki kualifikasi pendidikan dan pengalaman sebagaimana disyaratkan untuk mengisi posisi
atau jabatan yang diperlukan.
b. Berkelakuan baik dan tidak pernah dihukum karena melakukan kejahatan kecuali telah
direhabilitasi secara sah oleh pihak yang berwenang untuk itu.
c. Memiliki Kartu Tanda Penduduk yang sah dan surat keterangan berkelakuan baik dari kepolisian
setempat.
d. Lulus test yang telah ditentukan dan disyaratkan oleh Perusahaan.

Pasal 7
Masa Percobaan

1. Penerimaan pekerja sebagai calon pekerja tetap dilakukan melalui masa percobaan yang lamanya
adalah paling lama 3 (tiga) bulan.
2. Selama masa percobaan, pekerja tersebut akan dinilai berdasarkan standar penilaian hasil kerja yang
berlaku.
3. Setelah melalui masa percobaan dengan hasil penilaian baik, pekerja diangkat menjadi pekerja tetap
dengan menerima surat tanda pengangkatan dari Perusahaan.
4. Masa kerja pekerja diperhitungkan sejak tanggal pekerja menjalani masa percobaan.
5. Dalam masa percobaan baik Perusahaan maupun pekerja dapat memutuskan hubungan kerja setiap
saat tanpa kewajiban Perusahaan untuk membayar kompensasi apapun, kecuali upah sampai hari
terakhir pekerja bekerja atau diatur lain di dalam perjanjian kerja.

Pasal 8
Pengangkatan, Pemindahan Penempatan Pekerja

Dengan mempertimbangkan kondisi Perusahaan, Pimpinan Perusahaan dapat melakukan Promosi,


pemindahan kerja (mutasi/ rotasi) dan Demosi terhadap pekerja.

1. Promosi
a. Menurut peraturan ini adalah peningkatan jenjang/ kelas jabatan pekerja ke jenjang/ jabatan yang
lebih tinggi.
b. Peningkatan jabatan/ kelas jabatan dilakukan dengan memperhatikan :
1. Prestasi kerja para pekerja yang bersangkutan.
2. Formasi yang ada, sesuai dengan perencanaan sumber daya manusia di Perusahaan.
3. Kualifikasi pekerja yang bersangkutan terhadap tuntutan jabatan yang dimaksud.
4. Masa kerja dalam jabatan yang dijalani.
2. Mutasi/ Rotasi Pekerja
a. Mutasi/ Rotasi menurut Peraturan Perusahaan ini adalah pemindahan pekerja dari satu jabatan/
posisi ke jabatan/ posisi lain yang setara dengan tingkat jabatan yang dipegang saat ini.
b. Pemindahan pekerja ke jabatan/ posisi lain dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut :
1. Atas permintaan/ kemauan pekerja sendiri.
2. Adanya formasi yang lowong sesuai dengan kualifikasi pekerja yang bersangkutan.
3. Kurang sesuainya kualifikasi pekerja dengan jabatan yang dipegangnya,sehingga prestasi kerja
kurang optimal.
4. Mutasi tidak diikuti dengan perubahan apapun, baik upah maupun fasilitas yang diterimanya.
3. Demosi Pekerja
a. Demosi menurut Peraturan Perusahaan ini adalah penurunan jabatan/ kelas jabatan ke jenjang/
kelas jabatan yang lebih rendah.
b. Demosi dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1. Keadaan yang menyebabkan pekerja tidak dapat/ tidak mungkin melaksanakan pekerjaan
semula.
2. Sebagai seleksi atas prestasi, sikap atau tindakannya yang menyebabkan pekerja yang
bersangkutan tidak layak menduduki jabatan tersebut, yaitu:
2.1. Prestasi kerjanya tidak memuaskan atau tidak sesuai dengan tuntutan jabatannya
selama 2 (dua) periode penilaian atas 1 (satu) tahun kerja.
2.2. Pelanggaran terhadap peraturan dan tata tertib yang berlaku di Perusahaan, atau sikap
dan tindakannya yang menghambat/ mempengaruhi pelaksanaan tugas dan fungsi
jabatannya.
c. Demosi diikuti dengan penyesuaian fasilitas/ tunjangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
untuk jenjang/ kelas jabatan baru tersebut.

Pasal 9
Wewenang Direksi

1. Wewenang penerimaan, pemindahan, peningkatan dan penurunan jabatan/ kelas jabatan pekerja
sepenuhnya adalah wewenang Direktur.
2. Pelimpahan wewenang Direktur untuk menerima, mengangkat, memindahkan dan mempromosikan
serta mendemosikan seorang pekerja akan diatur lebih lanjut dengan Surat Keputusan tersendiri.
3. Penolakan terhadap perintah Pimpinan Perusahaan, dianggap sebagai pelanggaran terhadap Peraturan
Perusahaan dan dapat dikenakan sanksi disiplin berupa pemberian Surat Peringatan sampai dengan
PHK.

Pasal 10
Penilaian Prestasi Kerja

1. Dalam usaha mendorong pekerja untuk mencapai prestasi yang optimal, maka setiap atasan langsung
diwajibkan memberikan penilaian terhadap prestasi kerja para pekerja yang menjadi bawahannya
dengan cara menggunakan formulir yang formatnya telah ditentukan.
2. Penilaian kerja para pekerja dilakukan secara terus menerus dan tertulis sekurang-kurangnya akan
dilakukan 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun. Untuk itu, Perusahaan akan menjelaskan sistem penilaian
prestasi kerja kepada seluruh pekerja.
3. Hasil penilaian prestasi kerja para pekerja akan terkait dengan kenaikan upah, kenaikan jenjang/
golongan jabatan, pemberian fasilitas dan sebagainya.
4. Ketentuan mengenai Penilaian Prestasi Kerja akan diatur secara tersendiri.
BAB III
TATA TERTIB KERJA

Agar kegiatan Perusahaan dapat berjalan dengan lancar dan kondusif, maka diperlukan peraturan mengenai
tata tertib dan disiplin kerja. Pelanggaran-pelanggaran terhadap tata tertib dan disiplin kerja akan dikenakan
tindakan-tindakan penegakan disiplin.

Pasal 11
Waktu Kerja

1. Perusahaan beroperasi dan berjalan selama 8 (delapan) jam sehari dan 5 (lima) hari dalam seminggu,
waktu kerja diatur sebagai berikut:
Non Shift
i. Manajemen, Business Development dan Administrasi Back Office
Hari Senin sampai dengan Hari Jum’at Pukul 08.30 WIB sampai dengan Pukul 17.30 WIB
ii. Operasional dan Host Live Streaming
Hari Rabu sampai dengan Hari Minggu Pukul 13.00 WIB sampai dengan 22.00 WIB
2. Dengan memperhatikan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku, jumlah waktu kerja tidak
melebihi 8 (delapan) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam seminggu.
4. Tanpa mengurangi jumlah waktu kerja tersebut pada butir 1 diatas, setiap pekerja diberikan waktu
istirahat sekurang-kurangnya 60 (enam puluh) menit setelah bekerja terus menerus selama 4 (empat)
jam.
5. Jika kebutuhan Perusahaan menghendaki, Pimpinan Perusahaan dapat menugaskan pekerja yang
bekerja non shift untuk bekerja secara shift atau sebaliknya.
6. Dalam keadaan tertentu, untuk menjaga kelangsungan operasional Perusahaan, Pimpinan Perusahaan
dapat mengatur jadwal kerja secara khusus, dimana pekerja wajib mentaatinya.
7. Ketentuan mengenai waktu kerja dalam pasal ini dapat dirubah sesuai dengan kebutuhan kegiatan
Perusahaan dengan tetap berpedoman pada Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 12
Istirahat

1. Istirahat Mingguan.
Pekerja yang telah bekerja selama 6 (enam) hari mendapat istirahat mingguan selama 1 (satu) hari atau
2 (dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.
2. Istirahat Hari Libur Resmi.
Pada hari-hari Libur Resmi yang ditetapkan oleh Pemerintah, pekerja dibebaskan dari kewajiban
bekerja.
3. Istirahat Sakit.
a. Pekerja yang sakit tidak masuk kerja mendapat Surat Keterangan Istirahat dari Dokter, wajib
memberitahukan kepada Bagian Human Resource Generalist disertai dengan Surat Keterangan
Istirahat dari Dokter Rumah Sakit atau Klinik yang Valid.
b. Pekerja yang tidak masuk kerja melebihi waktu istirahat yang diberikan oleh Dokter Klinik /
Rumah Sakit / tanpa Surat Keterangan Istirahat dari Dokter Klinik / Rumah Sakit dianggap
mangkir dan akan diberikan sanksi administratif berupa pemotongan administratif dari Gaji Pokok.

Pasal 13
Tata Tertib Kehadiran

1. Pekerja wajib berada di tempat dan melaksanakan tugasnya dan pulang sesuai dengan waktu kerja
yang telah ditentukan.
2. Pekerja wajib melakukan absensi pada waktu datang dan pulang kerja .
3. Keterlambatan datang akan mengganggu kegiatan Perusahaan dan oleh karena itu Perusahaan akan
memberikan Tindakan disiplin atau diberikan sanksi administratif berupa pemotongan administratif
sebesar Rp. 25.000,- (dua puluh lima ribu rupiah) per keterlambatan dari Gaji Pokok.
4. Pekerja yang lalai melakukan absensi pada saat datang, meskipun hadir, akan dianggap tidak masuk
kerja jika yang bersangkutan tidak langsung melapor pada Bagian Human Resource Generalist yang
selanjutnya akan disertakan formulir kelalaian absen.
Pasal 14
Tata Tertib Registrasi

1. Pekerja Wajib memberikan data pribadi yang benar kepada Perusahaan.


2. Pekerja wajib melaporkan kepada Pimpinan Perusahaan melalui Bagian SDM, paling lama 15 (lima
belas) hari, bilamana ada perubahan status dirinya (pernikahan, perceraian, kelahiran anak, kematian
suami/ istri/ anak, pindah agama, pindah alamat rumah). Segala sesuatu yang terjadi karena pekerja
tidak memberikan perubahan data pribadinya kepada Perusahaan merupakan tanggung jawab pekerja
sendiri.

Pasal 15
Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja merupakan suatu hal yang sangat penting sehingga setiap pekerja dalam melaksanakan
tugasnya wajib mentaati ketentuan-ketentuan yang berlaku untuk menjaga keselamatan Dirinya, Teman
Sekerja, maupun Perusahaan.
1. Perusahaan menyediakan peralatan keselamatan kerja sesuai bidang tugas masing-masing.
2. Semua pekerja harus mencegah kemungkinan terjadinya keadaan yang membahayakan dirinya atau
yang dapat menimbulkan kerusakan/ kerugian milik Perusahaan.
3. Pekerja yang menggunakan peralatan keselamatan kerja wajib selalu memakainya sewaktu
menjalankan tugas dan mengembalikannya setelah tugas selesai.

Pasal 16
Larangan Bagi Pekerja

Pekerja dilarang melakukan hal-hal sebagai berikut :

1. Bekerja ditempat lain selama jam kerja Perusahaan dengan mendapatkan upah tanpa persetujuan
tertulis dari Perusahaan.
2. Melakukan usaha-usaha (bisnis) pribadinya selama waktu kerja dan dalam lingkungan Perusahaan.
3. Merusak barang milik Perusahaan.
4. Melakukan tindakan-tindakan yang dapat merusak dan merugikan nama baik Perusahaan.
5. Mengambil, menggunakan uang/ harta milik Perusahaan tanpa ijin Perusahaan, Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme di dalam lingkungan Perusahaan untuk kepentingan pribadi.
6. Bekerjasama dengan kontraktor, distributor, suplier untuk mencari keuntungan sendiri seperti diskon
atau potongan harga dan komisi yang seharusnya untuk Perusahaan.
7. Mengintimidasi, menghasut, atau melakukan usaha-usaha/ tindakan-tindakan penghasutan serta
mempengaruhi teman sekerja yang dapat menimbulkan keonaran, ketidaktenangan atau keresahan dan
keruhnya suasana kerja di lingkungan Perusahaan.
8. Melakukan aksi demo, unjuk rasa, mogok kerja tidak sah atau tidak sesuai Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku
9. Berkelahi, memukul, menganiaya, menghina, memfitnah, menyebar isu, mengancam atau menghujat
atasan/ bawahan/ rekan sekerja yang mengakibatkan terganggunya suasana lingkungan kerja.
10. Memberikan keterangan kepada pihak luar dan/ atau wartawan mengenai kegiatan Perusahaan, kecuali
pekerja tersebut telah ditunjuk oleh Perusahaan untuk melakukan hal tersebut.
11. Membawa dokumen-dokumen, data-data, barang-barang/ alat milik Perusahaan keluar lingkungan
Perusahaan tanpa ijin dari Pimpinan/ atasannya.
12. Selama jam kerja pekerja dilarang menggunakan waktu dan fasilitas yang ada pada Perusahaan untuk
kepentingan pribadi, kecuali untuk keperluan mendesak dan dengan ijin Pimpinan Perusahaan.
13. Pekerja yang tidak berkepentingan dilarang datang kebagian lain yang bukan bagian tempat/ tugas
kerjanya, kecuali yang berhubungan langsung dengan tugas pekerjaannya.
14. Melakukan hal-hal atau perbuatan-perbuatan yang secara langsung atau tidak langsung merugikan
Perusahaan, menentang atau menolak tugas-tugas yang telah ditetapkan oleh Perusahaan dalam rangka
jabatan yang bersangkutan ataupun dalam bidang penugasan Perusahaan.
15. Melakukan pekerjaan secara serampangan/ ceroboh.
16. Tidur pada waktu bertugas.
17. Tidak mematuhi ketentuan-ketentuan keselamatan kerja atau petunjuk atasan.
18. Membawa dan/ atau menggunakan senjata api, senjata tajam, minuman keras, berjudi, memakai atau
mengkonsumsi narkoba atau melakukan hal-hal yang dianggap melanggar sopan santun dan
keamanan.
19. Merokok didalam ruangan kantor
20. Tidak masuk kerja tanpa ijin atasan/ tanpa alasan yang dapat diterima oleh Perusahaan (Mangkir).

Pasal 17
Tindakan Displin/ Sanksi

1. Untuk menegakkan disiplin kerja, maka bagi pekerja yang melanggar ketentuan tata tertib disiplin
kerja dalam Peraturan Perusahaan ini dan pelanggaran-pelanggaran lain yang diatur dalam Peraturan
yang lebih khusus mengenai pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya, akan dikenakan sanksi
berupa :
a. Peringatan Lisan.
b. Surat Peringatan.
c. Pemutusan Hubungan Kerja.
2. Perusahaan berhak untuk menentukan bentuk sanksi/ hukuman kepada pekerja yang melakukan
pelanggaran.
3. Pekerja yang melakukan pelanggaran yang menimbulkan kerugian bagi Perusahaan dapat dikenakan
denda dengan berpedoman pada Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
4. Berat ringannya sanksi/ hukuman dan/ atau denda ditentukan berdasarkan tim manajemen dan
Peraturan yang berlaku.

Pasal 18
Surat Peringatan

1. Perusahaan menyadari sepenuhnya penegakan disiplin kerja, oleh karena itu, terhadap pelanggaran
dan kesalahan yang dilakukan pekerja atas Peraturan yang telah diatur dalam Peraturan Perusahaan ini
dapat diberikan pengarahan/ pembinaan atau sanksi.
2. Surat Peringatan adalah surat teguran yang dikeluarkan oleh Pimpinan Perusahaan yang berwenang
kepada pekerja karena melanggar Peraturan, dan ketentuan tata tertib atau disiplin kerja yang berlaku.
3. Sebelum Surat Peringatan dikeluarkan, sebaiknya didahului dengan peringatan lisan.
4. Usaha-usaha membina pekerja yang bersangkutan untuk mencegah dikeluarkannya Surat Peringatan
berikutnya akan dilakukan oleh atasan pekerja dan Bagian SDM.
5. Jika usaha yang dilakukan tersebut tidak mengakibatkan perubahan sikap yang diharapkan, maka
Perusahaan akan segera mengeluarkan peringatan lebih lanjut.
6. Dalam memberikan sanksi/ peringatan kepada pekerja, Perusahaan akan mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut :
Jenis Peringatan Masa Berlaku Dikeluarkan oleh

Peringatan Lisan - Assistant Manager.

Teguran Tertulis - Assistant Manager, tembusan


ke Bagian Human Resource
Generalist.

Surat Peringatan I (SP I) 6 Bulan Assistant Manager, tembusan


ke Bagian Human Resource
Generalist.

Surat Peringatan II (SP II) 3 Bulan Assistant Manager, tembusan


ke Bagian Human Resource
Generalist.

Surat Peringatan III (Terakhir) 1 Bulan Assistant Manager, tembusan


ke Bagian Human Resource
Generalist.

7. Jangka waktu berlakunya surat peringatan tersebut dimulai sejak tanggal dikeluarkannya surat
peringatan tersebut sampai berakhirnya jangka waktu yang telah ditetapkan. Setelah jangka waktu
tersebut berakhir, surat peringatan itu berakhir dengan sendirinya.
8. Surat peringatan dapat diberikan secara berurutan atau tidak berurutan, tetapi didasarkan pada berat
ringannya kesalahan/ pelanggaran yang dilakukan oleh pekerja.
Pasal 19
Pelanggaran dan Sanksi dengan Surat Peringatan I (SP I)

1. Pelanggaran yang dapat dikenakan SP I, antara lain:


a. Mangkir / tidak hadir tanpa ijin sebanyak 2 (dua) hari secara berturut-turut dalam sebulan dan/ atau
5 (lima) hari dalam 6 (enam) bulan.
b. Datang terlambat sebanyak 5 (lima) kali dalam sebulan tanpa alasan/ pemberitahuan yang dapat
diterima sebelumnya.
c. Pulang meninggalkan pekerjaan dalam jam kerja tanpa ijin yang sah sebanyak 5 (lima) kali dalam
1 (satu) bulan.
d. Membawa/ menggunakan barang-barang/ alat-alat milik Perusahaan tanpa ijin atasan.
e. Melakukan pekerjaan yang bukan tugasnya kecuali atas perintah atasan.
f. Tidak mematuhi ketentuan-ketentuan keselamatan kerja atau petunjuk atasannya.
g. Tidak melakukan daftar hadir/ absensi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
h. Tidak memakai pakaian kerja dengan lengkap.
i. Tidak melaporkan kepada Perusahaan tentang perubahan status dirinya dan keluarganya
(pernikahan, perceraian, kelahiran anak, kematian suami/ istri/ anak, pindah agama dan pindah
alamat).
j. Tidur pada saat jam kerja di lingkungan Perusahaan.
k. Menjual/ memperdagangkan barang-barang apapun, mengedarkan daftar sumbangan,
menempelkan/ mengedarkan poster yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan tanpa ijin
Pimpinan Perusahaan.
l. Melakukan bisnis pribadi pada saat jam kerja di lingkungan Perusahaan.
4. Sanksi untuk SP I, yaitu :
Masa Kerja Golongan Upah/kenaikan upah berkala ditunda kenaikannya selama 1 (satu) tahun.

Pasal 20
Pelanggaran dan Sanksi dengan Surat Peringatan II (SP II)

1. Pelanggaran yang dapat dikenakan SP II, antara lain:


a. Pekerja yang melakukan pelanggaran kumulatif atau masih di dalam kurun waktu sanksi atas
pelanggaran SP I.
b. Tidak masuk kerja tanpa ijin atasan (mangkir) selama 3 – 4 (tiga – empat) hari berturut-turut atau
tidak berturut-turut dalam jangka waktu 1 (satu) bulan.
c. Menyalahgunakan wewenang untuk kepentingan pribadi.
d. Sering meninggalkan pekerjaan tanpa ijin atau mondar-mandir yang tidak ada kaitannya dengan
pekerjaan.
e. Dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan barang milik Perusahaan sehingga
menimbulkan kerugian bagi Perusahaan.
f. Menandatangani daftar hadir/ absensi teman sekerja.
2. Sanksi untuk SP II, yaitu:
Masa Kerja Golongan Upah ditunda kenaikannya selama 1 (satu) tahun.

Pasal 21
Pelanggaran dan Sanksi dengan Surat Peringatan III (terakhir)

1. Pelanggaran yang dapat dikenakan SP III (Terakhir), antara lain:


a. Pekerja yang melakukan pelanggaran kumulatif atau masih di dalam kurun waktu sanksi atas
pelanggaran SP II.
b. Tidak masuk kerja tanpa ijin atasan (mangkir) selama 5 (lima) hari tidak berturut-turut dalam
jangka waktu 1 (satu) bulan.
c. Bertengkar/ menghina secara kasar/ mengancam Pimpinan/ teman sekerja.
d. Menolak/ tidak melakukan tugas/ perintah kerja yang diberikan oleh Perusahaan.
e. Melakukan pekerjaan secara serampangan/ ceroboh.
f. Sering tidur pada waktu bertugas di tempat kerja ataupun di lingkungan Perusahaan.
2. Sanksi untuk SP III (Terakhir), yaitu :
Masa Kerja Golongan Upah tidak ada kenaikan selama 2 (dua) tahun.
3. Apabila pekerja telah mendapatkan SP III (Terakhir) dan dalam masa berlakunya Surat Peringatan
tersebut melakukan perbuatan melanggar hukum, melanggar peraturan Perusahaan, melanggar
ketentuan tentang larangan dan tata tertib atau bertingkah laku yang dapat merugikan Perusahaan,
maka Pimpinan Perusahaan dapat memutuskan hubungan kerja dengan pekerja yang bersangkutan.
Pasal 22
Sanksi Tidak Mendapat Upah Atas Keterlambatan
Atau Pulang lebih Awal

1. Pekerja yang terlambat masuk kerja atau pulang lebih awal, upah di lakukan pemotongan
2. Pemotongan berdasarkan jumlah keterlambatan x Rp. 25.000,- (dua puluh lima ribu rupiah) per hari
BAB IV
UPAH DAN TUNJANGAN

Pasal 24
Dasar Pengupahan

Sistem pengupahan pekerja Perusahaan disusun dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Didasarkan pada golongan jabatan; Masa Kerja, Pendidikan dan Kompetensi.
2. Prestasi kerja.
3. Memenuhi Peraturan Pemerintah dan Undang-undang yang berlaku.

Pasal 25
Upah

1. Upah pekerja terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut:


a. Upah Tetap
Komponen Upah Tetap terdiri dari:
1. Upah Pokok
Diberikan kepada pakerja berdasarkan Offering Letter
2. Tunjangan Transport.
b. Upah Tidak Tetap
Komponen Upah Tidak Tetap terdiri dari :
1. Lembur/ Kompensasi.
Adapun Tunjangan Lembur dihitung berdasarkan ketentuan dan regulasi yang tertuang
dalam Undang-undang Republik Indonesia serta merujuk kepada Keputusan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia.
2. Tunjangan Jabatan
Tunjangan yang diberikan kepada pekerja yang menduduki jabatan baik secara struktural
maupun fungsional. Dalam waktu tertentu dapat diadakan peninjauan kembali mengenai
besarnya tunjangan jabatan. Apabila seorang pekerja menduduki jabatan lebih dari satu
jabatan baik struktural maupun fungsional, maka pekerja yang bersangkutan hanya berhak
atas satu tunjangan jabatan saja, yaitu tunjangan jabatan yang tertinggi nilainya dan
selanjutnya yang bersangkutan tidak berhak mendapat tunjangan jabatan lainnya.

Pasal 26
Kenaikan Upah

1. Kenaikan Upah akan dilakukan berdasarkan :


a. Kenaikan upah khusus, yang hanya diberikan kepada pekerja yang dipromosikan menduduki
jabatan yang lowong dengan golongan jabatan yang lebih tinggi.
b. Kenaikan upah berkala, diberikan secara berkala setiap tahunnya dengan mempertimbangkan besar
kecilnya inflasi, kinerja pekerja dan penyesuaian tingkat hidup pada tahun tersebut, akan tetapi
kenaikan upah berkala akan dilakukan/ diberikan sesuai dengan kondisi dan kemampuan
Perusahaan.
2. Upah terendah yang ditetapkan Perusahaan, tidak akan kurang dari upah minimum serta Regulasi yang
telah ditetapkan oleh Pemerintah.

Pasal 27
Waktu Pembayaran Upah

Upah pekerja akan dibayarkan pada tanggal 30 atau 31 setiap akhir bulan. Apabila tanggal 30 atau 31 jatuh
pada hari sabtu atau Minggu maka akan dibayarkan pada hari kerja sebelumnya. Upah dibayarkan dengan
cara ditransfer ke masing-masing rekening pekerja dalam bentuk rupiah.

Pasal 28
Pembayaran Upah Selama Sakit

1. Pekerja yang sakit dan memerlukan istirahat, dibuktikan dengan Surat Keterangan Dokter yang valid
dan disertai dengan cap stempel Surat Ijin Praktik ( SIP ) Dokter Penanggung Jawab Pasien ( DPJP )
Pasal 29
Pajak Penghasilan

Pajak Penghasilan atas upah pekerja (UU PPh Nomor: 7 Tahun 1983) ditanggung oleh Karyawan dan
dibayarkan oleh Perusahaan kepada kas negara bagi pekerja yang memiliki NPWP.

Pasal 30
Daftar Perhitungan Upah

Pekerja akan menerima daftar perhitungan upah termasuk pemotongan-pemotongan sesuai dengan
kewajibannya.

Pasal 31
Tunjangan Hari Raya Keagamaan

1. Perusahaan akan memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) pada menjelang hari raya masing-masing
pekerja.
2. Pekerja yang berhak menerima dan memperoleh THR adalah mereka yang telah bekerja sekurang-
kurangnya 1 (satu) bulan
3. Pekerja yang telah memiliki masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih akan memperoleh THR sebesar 1
(satu) bulan upah terakhir, sedangkan pekerja yang memiliki masa kerja dibawah 1 (satu) tahun akan
menerima THR yang besarnya dihitung secara prorata sesuai dengan masa kerjanya sebagai pekerja.
4. THR akan dibayarkan kepada pekerja selambat-lambatnya 2 (dua) minggu sebelum tibanya Hari Raya
Keagamaan.
5. Pekerja yang sedang menjalani cuti diluar tanggungan, besarnya Tunjangan Hari Raya dikurangi/
diperhitungkan dengan lamanya cuti diluar tanggungan yang dijalaninya.

Pasal 32
Kerja Lembur dan Upah

1. Kerja lembur ialah kerja yang dilakukan:


a. Pada jam kerja yang melebihi 8 (delapan) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam seminggu pada
hari-hari kerja biasa.
b. Pada hari-hari raya/ libur resmi yang ditetapkan oleh Pemerintah.
c. Pada hari-hari libur mingguan setelah bekerja 5 (lima) hari berturut-turut.
2. Kerja lembur dilaksanakan dalam hal-hal sebagai berikut:
a. Apabila ada pekerjaan yang harus secara cepat diselesaikan pada hari itu juga di luar jam kerja
yang sudah ditentukan.
b. Dalam keadaan force majeur/ darurat misalnya: kebakaran, kebanjiran, gempa bumi dan
sebagainya dan/ atau pekerjaan yang bila tidak segera diselesaikan akan menimbulkan bahaya.
3. Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dalam satu hari/ 14 (empat
belas) jam dalam satu minggu.
4. Perhitungan upah kerja lembur ditetapkan oleh Kebijakan Perusahaan melalui bagian SDM
5. Hal- hal yang tidak termasuk kerja lembur adalah :
a. Pelatihan dan pendidikan.
b. Rapat-rapat.
c. Keterlambatan perjalanan yang terjadi bukan karena kesalahan Perusahaan.
d. Kegiatan yang bertujuan untuk kesejahteraan pekerja.
BAB V
JAMINAN SOSIAL

Pasal 33
Jaminan Sosial dan Kesejahteraan Pekerja

Sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku, semua pekerja diikutsertakan dalam program
BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan, yang mencakup:
1. Jaminan Kecelakaan Kerja (J.K.K).
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja setiap bulannya sebesar 0,24 % dari upah pekerja ditanggung oleh
Perusahaan.
2. Jaminan Hari Tua (J.H.T).
Premi Jaminan Hari Tua ditentukan sebesar :
a. 3,7 % dari upah pekerja ditanggung oleh Perusahaan.
b. 2 % dari upah pekerja ditanggung oleh pekerja sendiri
3. Jaminan Kematian (J.K.M)
Premi Jaminan Kematian sebesar 0,3 % dari upah pekerja ditanggung oleh Perusahaan.
4. Jaminan Pensiun (J.P).
Premi Jaminan Pensiun ditentukan sebesar :
e. 2 % dari upah pekerja ditanggung oleh Perusahaan
f. 1 % dari upah pekerja ditanggung oleh pekerja sendiri
5. BPJS Kesehatan
Premi perhitungan BPJS Kesehatan ditentukan sebesar :
a. 4 % dari upah pekerja ditanggung oleh Perusahaan
b. 1 % dari upah pekerja ditanggung oleh pekerja sendiri

Pasal 34
Tunjangan Kematian Pekerja dan Keluarganya

Pekerja yang meninggal dunia bukan kerena kecelakaan kerja kepada ahli warisnya diberikan:
1. Uang berdasarkan Pasal 166 Undang-Undang Nomor: 13 Tahun 2003:
a. Uang pesangon sebesar 2 (dua) kali, sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (2).
b. Uang penghargaan Masa Kerja sebesar 1 (satu) kali, sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (3).
c. Penggantian Hak sesuai ketentuan pasal 156 ayat (4).
2. Upah bulan berjalan.
3. Bagi pekerja yang sudah bekerja 25 (dua puluh lima) tahun atau lebih diberikan tanda mata.
4. Biaya kubur atau santunan kematian.
5. Pembayaran dari BPJS Ketenagakerjaan, terdiri dari :
a. Jaminan Hari Tua (JHT).
b. Jaminan Kematian (JKM).

Pasal 35
Jaminan Kecelakaan Kerja

Pekerja yang mengalami kecelakaan kerja berhak atas Jaminan Kecelakaan Kerja sesuai Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku, diselesaikan melalui Suku Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota
Administrasi Jakarta Utara maupun BPJS Ketenagakerjaan.
BAB VI
JAMINAN KESEHATAN

Pasal 36
Pengobatan Umum

1. Pekerja dan keluarganya apabila sakit dapat memeriksakan dirinya/ berobat dengan jaminan BPJS
Kesehatan dari Perusahaan.
2. Pengobatan pekerja dan keluarganya yang ditanggung oleh Perusahaan ialah:
a. Istri/ suami.
b. Anak-anak sah dari pekerja paling banyak 3 (tiga orang) berusia 21 (dua puluh satu) tahun ke bawah
atau belum bekerja atau belum menikah/ masih kuliah yang terdaftar di Bagian SDM.
c. Anak-anak sah pekerja yang berusia kurang dari 21 (dua puluh satu) tahun tetapi sudah bekerja/
sudah menikah tidak ditanggung.
3. Semua anggota keluarga pekerja yang menjadi tanggungan Perusahaan harus didaftarkan ke Bagian
SDM.
4. Anggota keluarga yang sudah didaftarkan ke Bagian SDM tidak dapat dirubah/ ditukar, kecuali:
a. Meninggal dunia.
b. Terjadi perceraian, dibuktikan dengan surat cerai dari Pengadilan dan hak asuh ada pada pekerja.

Pasal 37
Jaminan Perawatan

1. Apabila pekerja atau anggota keluarganya di rawat di Perusahaan , jaminan perawatan sesuai dengan
jaminan BPJS Kesehatan.
2. Untuk pemeriksaan/ pengobatan/ tindakan di Perusahaan sesuai anjuran Dokter Perusahaan, terlebih
dahulu mendapat persetujuan dari Pimpinan Perusahaan melalui Bagian SDM.
3. Apabila pekerja/ keluarganya menginginkan kelas perawatan yang lebih tinggi maka pekerja harus
menanggung sendiri selisih biaya.
4. Bagi pekerja perempuan yang suaminya bekerja di Perusahaan, hak kelas perawatannya sesuai dengan
dirinya sendiri, sedangkan hak kelas perawatan anak-anaknya sesuai dengan ayahnya.
5. Bagi Pekerja yang bekerja berdasarkan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (Kontrak), fasilitas
pengobatan dan perawatan hanya berlaku untuk dirinya sendiri.
6. Untuk memelihara kesehatan pekerja, Perusahaan perlu mengadakan pemeriksaan kesehatan secara
berkala.

Pasal 38
Pengobatan dan Perawatan Yang Tidak Ditanggung

Perusahaan tidak menanggung biaya pengobatan dan perawatan pekerja dan keluarganya karena hal-hal
sebagai berikut:
1. Penyakit yang timbul akibat kesalahan pekerja sendiri yang disengaja atau perbuatan yang melanggar
hukum.
2. Imunisasi selain imunisasi dasar pada bayi.
3. Pengobatan kosmetik/ kecantikan.
4. Pengobatan kesuburan.
5. Pengobatan akibat menggunakan alkohol/ narkoba.
6. Gugur kandungan tanpa indikasi medis.
7. Gugur kandungan dan melahirkan diluar nikah.
8. Anak pekerja yang belum melampirkan akte kelahiran yang sah/ tidak terdaftar di SDM.
9. Medical check up tanpa indikasi.
10. Sedang menjalankan cuti di luar tanggungan.
BAB VII
CUTI/ ISTIRAHAT KARENA MELAHIRKAN

Pasal 39
Cuti

1. Cuti Tahunan:
a. Pekerja yang telah bekerja selama 12 (dua belas) bulan terus menerus berhak atas cuti tahunan
b. Hak cuti tahunan dapat dijalani secara penuh atau sebagian dan pelaksanaannya atas persetujuan
Pimpinan Perusahaan sesuai dengan prosedur yang berlaku.
c. Pelaksanaan hak cuti tahunan diambil/ dijalankan pada saat bulan jatuh tempo dalam waktu 1
(satu) tahun. Setelah waktu tersebut, apabila hak cuti/ sisa cuti tidak diambil dinyatakan gugur
dan tidak dapat diuangkan.
d. Pekerja yang ada keperluan mendesak/ penting dimana hak cutinya sudah habis, maka dapat
diberikan pinjaman cuti untuk hak cuti tahun berikutnya paling lama sebanyak 6 (enam) hari kerja.
Bila lebih dari 6 (enam) hari, maka selebihnya upah tidak dibayar pada bulan berjalan, dan tidak
diperhitungkan sebagai cuti.
2. Istirahat karena Melahirkan :
a. Pekerja yang hamil berhak atas istirahat karena melahirkan selama 1 ½ (satu setengah) bulan
sebelum dan 1 ½ (satu setengah) bulan sesudah melahirkan berdasarkan keterangan Dokter
Perusahaan, dengan tetap mendapat upah pokok.
3. Cuti di luar tanggungan Perusahaan.
a. Cuti diluar tanggungan Perusahaan ialah cuti yang diberikan kepada pekerja berdasarkan alasan-
alasan penting yang diajukan oleh pekerja dan alasan tersebut dapat diterima oleh Pimpinan
Perusahaan.
b. Setiap pengambilan cuti diluar tanggungan Perusahaan, lamanya adalah minimal 1 (satu) bulan dan
maksimal 3 (tiga) bulan tanpa mendapat hak-haknya sebagai pekerja, yaitu: upah, cuti, termasuk
pengobatan dan perawatan bagi dirinya serta tanggungannya.
c. Cuti diluar tanggungan dapat diberikan kepada pekerja yang telah bekerja sekurang-kurangnya 3
(tiga) tahun dan hanya dapat diberikan 2 (dua) kali selama yang bersangkutan bekerja di
Perusahaan.
d. Pekerja yang akan menjalani cuti diluar tanggungan harus mengajukan permohonan selambat-
lambatnya 1 (satu) bulan sebelumnya.
e. Cuti diluar tanggungan tidak diperhitungkan sebagai masa kerja pekerja.
4. Ijin Menunaikan Ibadah Agama.
a. Pekerja dapat mengambil ijin untuk memenuhi kewajiban ibadah agamanya (Haji, Umroh, Wisata
Rohani) sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku dan tetap mendapat upah
penuh.
b. Untuk keperluan tersebut diatas maka pekerja akan diberikan ijin menunaikan ibadah agama tanpa
mengurangi hak cuti tahunannya sebagai berikut :
1. Bekerja minimal 1 (satu) tahun berturut-turut.
2. Harus mengajukan permohonan kepada Pimpinan Perusahaan minimal 2 (dua) bulan sebelum
dimulainya ijin khusus dimaksud.
3. Ijin tersebut hanya diberikan 1 (satu) kali selama masa kerja. Jangka waktu ijin sesuai dengan
jadwal yang ditetapkan oleh Pemerintah.

Pasal 40
Ijin Meninggalkan Pekerjaan Dengan Tetap Mendapat Upah

1. Ijin meninggalkan pekerjaan dengan tetap mendapatkan upah penuh adalah pembebasan pekerja dari
kewajiban untuk bekerja dikarenakan suatu alasan tertentu sesuai dengan Undang-undang yang
berlaku.
2. Ijin meninggalkan pekerjaan dengan tetap mendapat upah penuh dapat diberikan dengan ketentuan
sebagai berikut :
a. Pernikahan pekerja yang bersangkutan : 3 hari
b. Pernikahan anak sah pekerja : 3 hari
c. Istri melahirkan/ keguguran kandungan : 3 hari
d. Kematian istri/ suami, anak/ menantu : 3 hari
e. Khitanan dan Baptis : 2 hari
f. Kematian orang tua / mertua : 2 hari
g. Kematian anggota keluarga dalam satu rumah : 1 hari
3. Pengajuan hal-hal yang tercantum dalam ayat 1 dan 2 tersebut diatas harus disertai bukti-bukti tertulis
yang sah. Apabila pengajuan ijin tidak sesuai dengan ketentuan ayat (1), maka ijin tersebut dianggap
sebagai pengambilan cuti tahunan.
4. Apabila pekerja untuk keperluan yang tercantum pada ayat (1) diatas membutuhkan waktu yang lebih
lama, maka pekerja harus mengajukan cuti tahunan.
5. Tidak masuk kerja di luar ketentuan dalam pasal ini merupakan suatu pelanggaran atas disiplin/ tata
tertib Perusahaan.

Pasal 41
Mangkir

1. Seorang pekerja dianggap mangkir dalam hal sebagai berikut:


a. Pekerja yang tidak masuk kerja tanpa ijin/ surat keterangan/ alasan yang tidak dapat diterima
Pimpinan Perusahaan maka dianggap mangkir.
b. Pekerja yang meninggalkan pekerjaan tanpa ijin Pimpinan Perusahaan/ alasan yang tidak dapat
diterima Pimpinan Perusahaan dianggap mangkir.
c. Pekerja yang tidak masuk kerja dengan alasan sakit tanpa surat keterangan dari Dokter dianggap
mangkir.
2. Pengecualian terhadap Pasal 40 ayat (1) di atas diberikan kepada pekerja yang tidak masuk karena
sakit yang sifatnya mendadak atau darurat yang tidak memungkinkannya untuk mendapat keterangan
Dokter pada hari itu.
3. Pekerja yang mangkir tidak mendapat atau dilakukan pemotongan sesuai dengan ketentuan perusahaan
4. Pekerja yang sering mangkir, selain upahnya tidak dibayar dapat diberikan sanksi/ hukuman atas
pelanggaran disiplin dan tata tertib.
5. Pekerja yang mangkir selama 5 (lima) hari berturut-turut tanpa alasan yang dapat diterima Pimpinan
Perusahaan dan telah dipanggil oleh Pimpinan Perusahaan 2 (dua) kali secara patut dan tertulis, maka
Perusahaan dapat melakukan PHK karena dikualifikasikan mengundurkan diri secara tidak baik.
6. Keterangan tertulis, alasan dan bukti yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatas, harus
diserahkan paling lambat hari pertama pekerja masuk setelah 5 (lima) hari mangkir.
BAB VIII
PENDIDIKAN DAN LATIHAN

Pasal 42
Pendidikan dan Latihan

Demi kepentingan Perusahaan Pendidikan dan Latihan diadakan sebagai berikut:


1. Pekerja yang memiliki kemampuan dan persyaratan dapat dipertimbangkan untuk mengikuti
pendidikan tambahan/ kejuruan yang diselenggarakan di luar atau di dalam Perusahaan. Pekerja yang
ditugaskan mengikuti pendidikan, setelah lulus harus bekerja kembali di Perusahaan sedikit- dikitnya
selama waktu yang ditentukan sesuai dengan perjanjian. Untuk pendidikan dan latihan yang perlu
dibuatkan perjanjian ikatan dinas, ialah untuk masa pendidikan paling sedikit selama 6 (enam) bulan.
Setelah selesai pendidikan/ latihan, Ijazah/ Sertifikat asli disimpan di Perusahaan sampai dengan
menjalani masa ikatan dinasnya sesuai perjanjian.
2. Selain yang tersebut pada ayat 1, dapat juga diadakan pendidikan/ pelatihan jangka pendek di dalam
maupun di luar Perusahaan yang tidak memerlukan perjanjian ikatan dinas kecuali karena
pertimbangan tertentu Pimpinan Perusahaan.
BAB IX
PENGHARGAAN

Pasal 43
Piagam dan Hadiah

Kepada pekerja tetap yang telah mempunyai masa kerja terus menerus tanpa terputus diberikan Piagam
Penghargaan dan Hadiah Uang, sebagai berikut :
1. Masa kerja 10 (sepuluh) tahun, memperoleh Piagam Penghargaan dan Hadiah Uang sebesar 1 (satu)
bulan upah.
2. Masa kerja 15 (lima belas) tahun, memperoleh Piagam Penghargaan dan Hadiah Uang sebesar 1 ½
(satu setengah) bulan upah.
3. Masa kerja 20 (dua puluh) tahun, memperoleh Piagam Penghargaan dan Hadiah Uang sebesar 2 (dua)
bulan upah.
4. Masa kerja 25 (dua puluh lima) tahun, memperoleh Piagam Penghargaan dan Hadiah Uang sebesar
2 ½ (dua setengah) bulan upah.
BAB X
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA

Pasal 44
Prinsip Dasar

1. Perusahaan pada hakekatnya akan senantiasa menghindari terjadinya PHK namun PHK dapat terjadi
karena sebab tertentu yang mungkin terjadi karena tidak dapat dihindari.
2. Bentuk-bentuk PHK terdiri dari :
a. PHK atas permintaan sendiri, dan dikualifikasikan mengundurkan diri.
b. PHK dalam masa percobaan.
c. PHK karena meninggal dunia.
d. PHK karena memasuki usia pensiun.
e. PHK karena sakit yang berkepanjangan.
f. PHK karena kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
g. PHK karena rasionalisasi.
h. PHK karena tindak pidana.
i. PHK karena indisipliner dan pelanggaran tata tertib.
j. PHK karena Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT).
k. PHK dengan alasan mendesak karena melakukan kesalahan fatal.
3. Penyelesaian Perselisihan PHK pertama kali harus melalui musyawarah secara bipartit antara
Pimpinan dengan pekerja dan apabila tidak tercapai kesepakatan akan diselesaikan melalui Lembaga
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial dengan mencatatkan perselisihan ke Suku Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Adminitrasi Jakarta Utara.
Pasal 45
Pemutusan Hubungan Kerja
Atas Permintaan Sendiri (Mengundurkan Diri)

1. Pekerja yang ingin mengundurkan diri secara baik dari Perusahaan, diwajibkan menyatakan maksud
tersebut secara tertulis kepada Perusahaan minimal 30 (tiga puluh) hari sebelum tanggal efektif dari
pengunduran dirinya.
Dalam hal demikian pekerja tersebut tidak mendapat uang pesangon, uang penghargaan masa kerja
dan uang penggantian perumahan, tetapi berhak atas uang pisah sebagaimana tersebut pada ayat (1)
satu.
2. Putusnya hubungan kerja atas permintaan pengunduran diri pekerja, dilakukan tanpa penetapan
Lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan industrial.

Pasal 46
Pemutusan Hubungan Kerja Dalam Masa Percobaan

Perusahaan berhak setiap waktu untuk memutuskan hubungan kerja dengan seseorang pekerja yang masih
dalam percobaan tanpa adanya kewajiban untuk membayar pesangon.

Pasal 47
Pemutusan Hubungan Kerja Karena Meninggal Dunia

1. Dalam hal pekerja meninggal dunia, maka hubungan kerja dengan Perusahaan putus dengan
sendirinya.
2. Kepada ahli waris pekerja yang bersangkutan diberikan hak-hak sesuai kebijakan dari Perusahaan
Pasal 48
Pemutusan Hubungan Kerja Karena Sakit Yang Berkepanjangan

Dalam hal pekerja tidak mampu lagi untuk bekerja karena sakit jasmani maupun rohani yang
berkepanjangan selama 12 (dua belas) bulan berturut-turut, maka Perusahaan dapat melakukan PHK dengan
pekerja dan hak-haknya diberikan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 49
Pemutusan Hubungan Kerja Karena
Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja

1. Pekerja yang cacat karena kecelakaan kerja atau menderita penyakit akibat kerja, maka kepada yang
bersangkutan akan diberikan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya dan tidak membahayakan
dirinya.
2. Apabila pekerja yang bersangkutan tidak mampu untuk melaksanakan pekerjaannya dan mengajukan
permohonan berhenti, maka Perusahaan dapat melakukan PHK dan kepadanya diberikan hak-haknya
sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 50
Pemutusan Hubungan Kerja Karena Rasionalisasi

Dalam hal terpaksa melakukan rasionalisasi di Perusahaan sehingga harus dilakukan PHK, maka
pelaksanaannya disesuaikan dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 51
Pemutusan Hubungan Kerja Karena
Indisipliner dan Pelanggaran Tata tertib

Perusahaan dapat memutuskan hubungan kerja dengan pekerja yang telah melanggar Perjanjian Kerja, Tata
Tertib Kerja dan Peraturan Perusahaan dan telah diberikan SP III (Terakhir) tetapi masih mengulangi
pelanggaran lagi atau pekerja melakukan perbuatan yang merugikan Perusahaan dan diproses sesuai dengan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 52
Pemutusan Hubungan Kerja Karena
Berakhirnya Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)

1. Dalam hal berakhirnya PKWT, maka hubungan kerja antara Perusahaan dengan pekerja akan berakhir/
putus dengan sendirinya.
2. Pekerja yang mengalami PHK karena berakhirnya PKWT, tidak berhak atas uang pesangon, uang
penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak.

Pasal 53
Pemutusan Hubungan Kerja Karena Alasan Mendesak
Karena Melakukan Kesalahan Fatal

Selain dasar-dasar yang diatur secara khusus dalam pasal-pasal dari tata tertib dan Peraturan Perusahaan
ini, maka Perusahaan dapat melakukan PHK dengan pekerja dengan alasan mendesak karena melakukan
kesalahan fatal sebagaimana diuraikan dibawah ini :
1. Pekerja melakukan penipuan terhadap Pimpinan, mengambil uang atau harta milik Perusahaan,
melakukan pencurian atau penggelapan barang dan atau uang milik Perusahaan atau rekan bisnis atau
pelanggan Perusahaan.
2. Pekerja melakukan penganiayaan terhadap Pimpinan Perusahaan, keluarga Pimpinan Perusahaan,
teman sekerja, sehingga merugikan Perusahaan dan/ atau rekan bisnis Perusahaan atau pelanggan
Perusahaan.
3. Pekerja merusak barang milik Perusahaan dengan sengaja atau karena kelalaiannya sehingga
merugikan Perusahaan.
4. Pekerja memberikan keterangan palsu atau dipalsukan atau sumpah palsu tentang data pribadinya
termasuk pada saat melamar pekerjaan sehingga merugikan Perusahaan dan/ atau rekan bisnis
Perusahaan.
5. Pekerja kedapatan mabuk, madat dan merokok/ atau berada di bawah pengaruh obat bius/ narkotika
dan/ atau obat terlarang lainnya ditempat kerja dan/ atau lingkungan Perusahaan.
6. Pekerja diketahui mempergunakan dan/ atau memperdagangkan atau mengedarkan obat bius/
narkotika/ obat terlarang lainnya di dalam lingkungan kerja.
7. Pekerja membujuk, mendorong dan/ atau memikat Pimpinan Perusahaan, keluarga Pimpinan
Perusahaan atau teman sekerja untuk melakukan dan/ atau turut melakukan perbuatan yang tidak
bermoral dan/ atau tindakan pencabulan/ pelecehan seksual/ asusila di lingkungan Perusahaan.
8. Pekerja dengan ceroboh atau merusak atau membiarkan dalam keadaan bahaya diri sendiri, teman
sekerjanya dan/ atau milik Perusahaan yang menimbulkan kerugian bagi Perusahaan atau rekan
bisnis Perusahaan.
9. Pekerja sesuai dengan kewenangannya melakukan kerjasama dengan suplier, pemborong,
distributor, mitra Perusahaan untuk mengambil keuntungan sendiri seperti diskon atau potongan
harga dengan komisi yang seharusnya untuk Perusahaan.
10. Pekerja melakukan penipuan terhadap pelanggan atau tamu atau rekan bisnis Perusahaan.
11. Pekerja membocorkan rahasia perusahaan sehingga merugikan Perusahaan atau rekan bisnis
Perusahaan.
12. Pekerja ditahan, diperiksa, diadili oleh yang berwenang untuk suatu tindakan pidana yang dilakukan
atau di mana pekerja dianggap terlibat/ tersangkut didalamnya.
13. Pekerja berkelahi ditempat/ lingkungan kerja dengan sesama pekerja, Pemilik Perusahaan, rekan
bisnis Perusahaan atau tamu Perusahaan.
14. Pekerja membawa senjata api atau senjata tajam ke tempat kerja atau lingkungan Perusahaan.
15. Pekerja kedapatan bermain judi, dan/ atau membawa alat/ sarana bermain judi.
16. Menyalahgunakan keahliannya untuk kepentingan sendiri atau orang lain baik inisiatif sendiri atau
atas perintah orang lain atau dengan kerjasama dengan orang lain, sehingga merugikan Perusahaan
atau rekan bisnis Perusahaan.
17. Menyalahgunakan kepercayaan Perusahaan dengan menerima sogokan, upeti dalam bentuk apapun
dan/ atau menerima balas jasa atau uang diskon atas pelayanan customer/ rekan bisnis tanpa
persetujuan Pimpinan.
18. Mendalangi/ terlibat dalam aksi pemogokan/ unjuk rasa yang dapat merugikan Perusahaan atau rekan
bisnis Perusahaan tanpa prosedur resmi.
19. Pekerja mengambil order pekerjaan Perusahaan meskipun pekerjaan tersebut dilakukan di luar
Perusahaan dan diluar jam kerja.
20. Mengarahkan atau menyuruh pasien Perusahaan untuk berobat ke tempat praktek di luar Perusahaan.

Pasal 54
Hak Pekerja Yang Di PHK Dengan Alasan Mendesak

Dalam hal Perusahaan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karena alasan mendesak
sebagaimana dimaksud pada Pasal 54 diatas, Perusahaan tidak ada kewajiban untuk membayar apapun
kepada karyawan.
BAB XI
Penyelesaian Keluh Kesah Pekerja

Pasal 55
Penyelesaian Keluh Kesah Pekerja

1. Setiap keluh kesah dan perselisihan diselesaikan dengan dasar prinsip musyawarah untuk mencapai
mufakat.
2. Apabila terjadi keluh kesah/ kekurang puasan dari pekerja atau hubungan kerja, syarat-syarat kerja
dan keadaan ketenagakerjaan akan diselesaikan secara musyawarah dengan atasannya langsung.
Apabila belum dapat diselesaikan, maka diteruskan kepada Pimpinan yang lebih tinggi.
3. Pekerja yang ingin menyampaikan keluh kesah tentang suatu masalah atau pengaduan yang perlu
mendapat perhatian atau penyelesaian Pimpinan Perusahaan dapat disampaikan menurut prosedur
sebagai berikut:
a. Keluh kesah tentang masalah atau pengaduan harus disampaikan kepada atasan langsung
pekerja bersangkutan untuk diselesaikan.
b. Bila penyelesaian dari atasan langsung belum atau tidak memuaskan pekerja bersangkutan,
dapat diselesaikan dengan Human Resource Generalist.
c. Bila setelah ditangani oleh Human Resource Generalist masih kurang/ tidak memuaskan pekerja
bersangkutan, masalah tersebut akan disampaikan oleh Human Resource Generalist kepada
Pimpinan Perusahaan.
d. Bila penyelesaian seperti tersebut pada ayat (3) belum/ tidak memuaskan, maka masalahnya
akan diselesaikan oleh Pimpinan Perusahaan melalui Kantor Suku Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Jakarta Utara.

Anda mungkin juga menyukai