Anda di halaman 1dari 32

DRAFT PERJANJIAN KERJA BERSAMA

MUKADIMAH

Dengan mengucapkan puji syukur ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, setelah
melakukan perundingan Tim Perunding Pengusaha dan Tim Perunding Serikat Pekerja PUK
SPL FSPMI PT. Tsingshan Steel Indonesia berhasil mencapai kesepakatan dalam pembuatan
Perjanjian Kerja Bersama 2023-2025 (“PKB”).
Dibuatnya PKB ini adalah dengan maksud mengatur hak dan kewajiban Pengusaha,
Pekerja dan Serikat Pekerja dan persyaratan kerja sehingga diharapkan dapat menciptakan
hubungan industrial yang harmonis, dinamis dan sehat antara Pengusaha/Pemberi Kerja,
Pekerja dan Serikat Pekerjaguna meningkatkan produktifitas kerja Pekerja dan Perusahaan
dan mempertahankan kelancaran usaha Perusahaan.
Pengusaha/Pemberi Kerja dan Serikat Pekerja mengakui bahwa :
1. Pengusaha/Pemberi Kerja berwenang dan bertanggung jawab mengatur jalannya
Perusahaan dan Pekerja .
2. Serikat Pekerja berwenang mewakili Pekerja yang menjadi Anggotanya baik secara
perorangan maupun kolektif dalam hal-hal terkait hubungan industrial.
PKB ini hanya mencakup hal-hal yang bersifat umum dan untuk hal hal yang khusus
perlu penjabaran yang lebih rinci dapat disepakati melalui perundingan dengan tetap
berlandaskan pada PKB ini.
Diharapkan dengan adanya PKB ini kedua belah pihak dapat menjunjung tinggi dan
melaksanakan serta meningkatkan hubungan industrial yang sehat, dinamis dan saling
menghormati.

BAB I
UMUM

Pasal 1
Pihak-pihak Yang Mengadakan Perjanjian
Pihak – pihak yang membuat Perjanjian Kerja Bersama iniialah :
1. Perusahaan ialah PT Tsingshan Steel Indonesia yaitu perusahaan yang bergerak
dibidang Olahan Murni Nikel (NPI) yang beralamat di kawasan IMIP, Desa Fatuvia,
Kecamatan Bahaodopi, Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah .
2. Pimpinan Unit Kerja Serikat Pekerja Logam Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (
PUK SPL FSPMI ) PT. Tsingshan Steel Indonesia yang tercatat pada Dinas
Ketenagakerjaan Kabupaten Morowali dengan nomor pencatatan :
No.560/218/VIII/2020.

Pasal 2
lstilah-Istilah
1. Perusahaan :
Ialah PT TSINGSHAN STEEL INDONESIA berkantor di kawasan IMIP, Desa
Fatufia, Kecamatan Bahaodopi, Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah.
2. Pengusaha/Pemberi Kerja:
Ialah seluruh direktur yang diangkat oleh Para Pemegang Saham Perusahaan dengan
tugas mengelola dan mengatur kelangsungan jalannya usaha Perusahaan dan Pekerja.
3. Serikat Pekerja :
Ialah Pengurus Unit Kerja Serikat Pekerja Logam Federasi Serikat Pekerja Metal
Indonesia (SPL – FSPMI) Unit PT. Tsingshan Steel Indonesia yang terdaftar pada
Kantor Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten Morowali No.: 560/218/VIII/2020,
tanggal 14 Agustus 2020.
4. Pekerja :
Ialah tenaga kerja yang bekerja pada dan menerima upah dari Perusahaan.
5. Anggota :
Adalah Pekerja yang menjadi anggota Serikat Pekerja.
6. Tanggungan Pekerja :
Ialah Istri atau Suami dan/atau Anak yang telah terdaftar di Bagian HRD-GA
Perusahaan.
7. Anak :
Ialah adalah anak kandung dan/atau anak tiri dari pernikahan yang sah dan/atau anak
angkat berdasarkan penetapan Pengadilan, berjumlah paling banyak 3 orang. berusia
maksimal 21 tahun, belum bekerja dan belum menikah, atau berusia maksimal 25
tahun, belum bekerja, belum menikah, masih bersekolah/kuliah berdasarkan surat
keterangan resmi dari sekolah/universitas yang wajib diperbaharui setiap tahun ajaran.
8. Ahli Waris :
Ialah keluarga atau orang yang ditunjuk oleh Pekerja secara tertulis untuk menerima
pembayaran dalam hal Pekerja meninggal dunia dengan ketentuan apabila tidak ada
penunjukan ahli waris secara tertulis, maka penetapan ahli waris merujuk pada
peraturan perundang-undangan.
9. Pekerjaan :
Ialah kegiatan yang diberikan oleh Pengusaha/Pemberi Kerja dan wajib dilakukan oleh
Pekerja.
10. Hari Kerja :
Ialah har-hari dimana Pekerja wajib menjalankan kewajibannya bekerja.
11. Jam Kerja :
Ialah waktu dimana Pekerja wajib melakukan pekerjaannya.
12. Kerja Lembur :
Ialah pekerjaan yang dilakukan lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam dalam seminggu atau
yang dilakukan pada Hari Libur Resmi.
13. Hari Libur Resmi :
Ialah hari-hari libur yang ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia.
14. Kerja Shift :
lalah hari-hari dimana Pekerja wajib bekerjasecara bergilir.
15. Jam Lembur :
Jam Lembur ialah jam kerja diluar ketentuan jam kerja yang telah ditetapkan.
Perhitungan Jam lembur adalah mengikuti aktual jam lembur.
16. Upah Pokok :
Ialah imbalan berupa uang yang diterima oleh Pekerja selain tunjangan-tunjangan
berdasarkan Grade Upah, pangkat dan golongan.
17. Upah Lembur :
Ialah upah yang dibayarkan kepada Pekerja yang melakukan kerja lembur .
18. Hari Istirahat :
Ialah hari-hari dimana Pekerja tidak wajib melakukan pekerjaan dan/atau untuk
diberikan kepada pekerja yang telah bekerja lembur setelah jam 24.00 atau 00.00 wib
19. StrukturUpah
Ialah susunan tingkat upah dari yang terendah sampai yang tertinggi.
19. Skala Upah
Ialah kisaran nilai nominal upah untuk setiap kelompok jabatan.
20. Grade Upah
Ialah kisaran kelas dalam skala upah untuk setiap kelompok jabatan.
21. Upah Minimum
Ialah upah pokok terendah tingkat perusahaan di masing-masing wilayah provinsi
(Sulawesi Tengah), Kabupaten (Morowali) yang mempunyai masa kerja kurang dari 1
(satu) tahun dan lajang.
22. Tunjangan
Ialah pembayaran dari Pengusaha/Pemberi Kerja kepada Pekerja yang, dapat berupa
tunjangan tetap dan/atau tunjangan tidak tetap.
23. TunjanganTetap
Ialah pembayaran kepada Pekerja yang dilakukan secara teratur dan tidak dikaitkan
dengan kehadiran Pekerja.
24. TunjanganTidakTetap
Ialah pembayaran kepada Pekerja yang dikaitkan dengan kehadiran Pekerja.
25. Tunjangan Jabatan
Ialah tunjangan yang diberikan kepada Pekerja yang memangku jabatan tertentu.

26. Tunjangan Akhir Tahun


Ialah tunjangan yang diterima Pekerja pada setiap akhir tahun.
27. Hari kerja
Ialah waktu kerja selama 5 (lima) hari dalam 1 (satu) minggu
28. Jam Kerja Normal
Ialah jam kerjadalam1 (satu) minggu dengan skala ketetapan 8 (delapan) jam sehari
untuk hari kerja
29. Masa Kerja
Ialah jangka waktu Pekerja bekerja di Perusahaan secara terus menerus terhitung sejak
adanya hubungan kerja sampai dengan berakhirnya hubungan kerja.
30. KecelakaanKerja
Ialah kecelakaan yang timbul dalam hubungan kerja.
31. Surat Peringatan
Ialah surat yang diberikan oleh Pengusaha/Pemberi Kerja kepada Pekerja yang
melanggar PKB.
32. Ijin
Ialah permohonan Pekerja kepada Perusahaan untuk tidak bekerja sehubungan dengan
adanya kepentingan pribadi Pekerja.
33. Dispensasi
Ialah pemberitahuan kepada Perusahaan untuk meninggalkan pekerjaan untuk pengurus
atau anggota Serikat Pekerja dalam rangka melakukan kegiatan serikat pekerja dengan
tetap mendapatkan Upah.
34. Lingkungan Perusahaan
Ialah seluruh wilayah kerja Perusahaan.
35. Mutasi
IalahpemindahanPekerjakebagian yang lain.
36. Promosi
Ialahpemindahan Pekerja ke kedudukan/jabatan/grade/golonganyanag lebih tinggi.
37. Demosi
Ialah penurunan kedudukan/jabatan Pekerja ketingkat yang lebih rendah dengan tidak
mengurangi upah yang biasa diterima Pekerja..
38. Rotasi.
Ialah pemindahan Pekerja ke bagian yang lain pada kedudukan yang sama dengan tidak
mengurangi upah yang biasa diterima Pekerja.
39. Jabatan
Ialah kedudukan dalam struktur organisasi Perusahaan yang diberikan dan atau
dipercayakan kepada Pekerja untuk menjalankan tugas, tanggungjawab dan wewenang
yang melekat pada kedudukan tersebut.
40. Kesejahteraan Pekerja
Ialah suatu pemenuhan kebutuhan dan/atau keperluan yang bersifat jasmaniah dan
rohaniah, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja, yang secara langsung atau
tidak langsung dapat mempertinggi produktivitas kerja dalam lingkungan kerja yang
aman dan sehat.
41. Mogok Kerja
Ialah tindakan pekerja/buruh yang direncanakan dan dilaksanakan secara bersama-sama
dan/atau oleh serikat pekerja/serikatburuh untuk menghentikan atau memperlambat
pekerjaan
42. Gagal Perundingan
Ialah tidak tercapainya kesepakatan penyelesaian perselisihan hubungan industrial
antara Pengusaha/Pemberi Kerja dan Pekerja atau Serikat Pekerja setelah melampaui 30
hari terhitung sejak perundingan pertama atau Pengusaha/Pemberi Kerja tidak melayani
permintaan berunding SerikatPekerja/Serikat Buruh.
43. Pemutusan Hubungan Kerja
Ialah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan
berakhirnya hak dan kewajiban antara Pekerja dan Pengusaha/Pemberi Kerja
Pasal 3
Maksud dan Tujuan
1. PKB ini mengatur syarat kerja, tata tertib, disiplin kerja, hak dan kewajiban
Pengusaha/Pemberi Kerja, Pekerja dan Serikat Pekerja dan hal-hal lainnya berdasarkan
peraturan perundang-undangan dengan maksud dan tujuan untuk:
a. membina dan meningkatkan hubungan industrial dan hubungan kerja yang sehat,
dinamis dan harmonis.
b. mewujudkan suatu perlindungan, ketentraman, ketenangan, dan keselamatan serta
kesehatan kerja.
c. Mencapai peningkatan mutu pelayanan yang terbaik kepada klien dan pihak ketiga
d. Meningkatkan kesejahteraan Pekerja.
e. Menjaga kelancaran jalannya usaha Perusahaan
f. Meningkatkan disiplin Pekerja.
2. PKB ini dibuat sebagai panduan, petunjuk, bimbingan dan wadah komunikasi dalam
menjalin hubungan industrial antara Pengusaha/Pemberi Kerja dan Pekerja serta Serikat
Pekerja dalam melaksanakan hak dan kewajiban masing-masing.
3. PKB ini juga mengatur hak dan kewajiban secara timbal balik antara
Pengusaha/Pemberi Kerja dan Pekerja serta Serikat Pekerja yang wajib dilaksanakan
dengan benar dan penuh tanggung jawab oleh masing-masing pihak.

Pasal 4
Ruang Lingkup
1. PKB ini mengikat dan terbatas pada hal-hal yang tercantumdalam PKB ini.
2. Serikat Pekerja dan Pengusaha/Pemberi Kerja tetap mempunyai hak-hak lain yang tidak
bertentangan dengan syarat sahnya perjanjian.

Pasal 5
Kewajiban Para Pihak
1. Pengusaha/Pemberi Kerja, Pekerja dan Serikat Pekerja berkewajiban untuk mentaati,
mematuhi dan melaksanakan PKB ini dengan benar, teliti dan penuh tanggung jawab.
2. Pengusaha/Pemberi Kerja dan Serikat Pekerja berkewajiban untuk memberikan
penjelasan mengenai PKB ini kepada Pekerja.
3. Dalam hal terjadi perubahan nama, penggabungan atau perubahan kepemilikan
Perusahaan maka ketentuan PKB ini tetap berlaku hingga berakhir masa berlakunya.

BAB II
PENGAKUAN, JAMINAN DAN FASILITAS BAGI SERIKAT PEKERJA

Pasal 6
Pengakuan Hak
1. Pengusaha/Pemberi Kerja mengakui bahwa Serikat Pekerja adalah organisasi pekerja
yang sah dan berhak untuk mewakili Anggota sesuai dengan fungsi, peranan dan tugas
Serikat Pekerja yang dilaksanakan sesuai dengan peraturan.
2. Serikat Pekerja mengakui hak Pengusaha/Pemberi Kerja untuk mengelola Perusahaan
dan mengatur Pekerja yang dilaksanakan sesuai dengan peraturan.
3. Serikat Pekerja dan Pengusaha/Pemberi Kerja saling menghormati dan tidak akan
mencampuri urusan internal masing-masing pihak.

Pasal 7
Hubungan Pengusaha dengan Serikat Pekerja
1. Pengusaha/Pemberi Kerja dan Serikat Pekerja akan selalu bekerja sama dalam
menciptakan ketenangan kerja dan ketenangan usaha serta hubungan industrial yang
harmonis, dinamis dan berkelanjutan.
2. Untuk membicarakan hal-hal yang menyangkut ketenagakerjaan, Pengusaha/Pemberi
Kerja dan Serikat Pekerja akan mengadakan pertemuan Lembaga Kerjasama Bipartit
sekurang-kurangnya satu kali dalam 2 bulan.

Pasal 8
Jaminan Bagi Perusahaan
1. Serikat Pekerja dan Pengusaha/Pemberi Kerja akan bekerja sama dalam menegakkan
tata tertib dan disiplin kerja serta produktifitas kerja Pekerja dan peningkatan efisiensi
Perusahaan.
2. Serikat Pekerja menyadari bahwa mogok kerja tidak sesuai dengan semangat hubungan
industrial oleh karena itu berusaha untuk dihindari.

Pasal 9
Jaminan Bagi Serikat Pekerja
1. Pengusaha/Pemberi Kerja tidak akan melakukan tindakan-tindakan yang merugikan
Pekerja yang menjadi Anggota atau Pengurus Serikat Pekerja dan/atau menjalankan
kegiatan keserikatpekerjaan.
2. Pengusaha/Pemberi Kerja akan menyelesaikan setiap perselisihan hubungan industrial
dengan Serikat Pekerja dengan azas musyawarah untuk mufakat.
3. Pengusaha/Pemberi Kerja menyadari bahwa penutupan perusahaan (lock out)
merupakan hak dasar pengusaha, tindakan penutupan perusahaan (lock out) harus
dilakukan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Pasal 10
Fasilitas dan Dispensasi bagi Serikat Pekerja

1. Pengusaha/Pemberi Kerja memberikan izin kepada Serikat Pekerja untuk menggunakan


satu ruangan di kantor Perusahaan untuk digunakan sebagai kantor sekretariat Serikat
Pekerja.
2. Pengusaha/Pemberi Kerja dapat mengizinkan Serikat Pekerja untuk menggunakan ruang
rapat Perusahaan dalam melakukan rapat dengan Anggotanya.
3. Ruangan kantor Serikat Pekerja hanya diperuntukkan bagi kegiatan Serikat Pekerja tanpa
mengurangi kelancaran jalannya operasional Perusahaan.
4. Permohonan izin untuk menggunakan ruang rapat wajib diajukan secara tertulis kepada
Pengusaha/Pemberi Kerja minimal 7 hari sebelum tanggal dilakukan rapat.
5. Serikat Pekerja bertanggung jawab untuk menjaga dan memelihara kebersihan dan
keamanan ruang rapat yang digunakan untuk rapat tersebut.
6. Pengusaha/Pemberi Kerja memberikan 1 papan pengumuman di kantor Perusahaan untuk
sarana pengumuman kepada Anggota.
7. Perusahaan dapat memberikan dispensasi kepada pengurus Serikat Pekerja atau anggota
yang ditunjuk untuk mewakili Serikat Pekerja dalam mengikuti Kongres, Rapat,
Konferensi, Seminar/Pendidikan yang berhubungan dengan masalah kegiatan Serikat
Pekerja yang diselenggarakan oleh KSPI/FSPMI atau Pemerintah dengan mendapat upah
penuh,dengan tetap memperhatikan tugas pekerjaan yang dibebankan kepadanya oleh
Perusahaan dengan ketentuan 1 x 24 jam sebelumnya permohonan Izin untuk itu sudah
diajukan oleh Pengurus Serikat Pekerja kepada pihak Perusahaan secara tertulis disertai
dengan bukti-bukti konkret.
8. Dalam keadaan mendesak dispensasi dapat di lakukan dengan mengajukan dispensasi
susulan.

BAB – III
HUBUNGAN KERJA

Pasal 11
Syarat Kerja
Hak dan kewajiban Pengusaha/Pemberi Kerja dan Pekerja diatur dalam Perjanjian Kerja
Bersama ini.
Pasal 12
Penerimaan Pekerja
1. Penerimaan dan pengangkatan Pekerja merupakan wewenang Pengusaha/Pemberi
Kerja.
2. Penerimaan Pekerja dilakukan tanpa diskriminasi.
3. Pengusaha/Pemberi Kerja mengatur persyaratan penerimaan Pekerja dalam ketentuan
tersendiri.

Pasal 13
Masa Percobaan
1. Pengusaha/Pemberi Kerja dapat mewajibkan calon Pekerja tetap untuk menjalani masa
percobaan paling lama 3 bulan.
2. Masa percobaan merupakan bagian dari masa kerja.
3. Selama masa percobaan, baik Pengusaha/Pemberi Kerja maupun Pekerja masing-
masing dapat mengakhiri hubungan kerja dengan pemberitahuan minimal 2 hari kerja
sebelumnya.
4. Dalam hal hubungan kerja diakhiri dalam masa percobaan Pengusaha/Pemberi Kerja
tidak berkewajiban untuk membayarkan apapun kecuali upah Pekerja hingga hari
terakhir masa percobaan.
5. Pengusaha/Pemberi Kerja wajib memberitahukan lulus tidaknya Pekerja dalam masa
percobaan secara tertulis selambat-lambatnya pada hari terakhir masa percobaan.
6. Apabila pada hari terakhir masa percobaan Pekerja tidak menerima pemberitahuan
lulus tidaknya Pekerja dalam masa percobaan secara tertulis maka dengan lewatnya
masa percobaan Pekerja dianggap lulus masa percobaan.
7. Pengusaha/PemberiKerja memberikan surat keputusan pengangkatan sebagai Pekerja
Tetap kepada Pekerja yang lulus masa percobaan.

Pasal 14
Status Pekerja
Status Pekerja terdiriatas:
a. Pekerja yang hubungan kerjanya atas dasar Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT).
b. Pekerja yang hubungan kerjanya atas dasar Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu
(PKWTT) atau yang biasa disebut sebagai Pekerja Tetap.
c. Pekerja Harian Lepas adalah Pekerja yang bekerja kurang dari 21 hari dalam sebulan
dan 3 bulan berturut-turut.

Pasal 15
Pangkat dan Golongan
1. Pangkat dan Golongan Pekerja dibagi dalam susunan sebagai berikut :
- Grade I
- Grade II
- Grade III
- Grade IV
- Grade V
- Grade VI
- Grade VII
- Grade VIII
2. Pengusaha/Pemberi Kerja dapat melakukan peninjauan untuk melakuan kenaikan
pangkat dan golongan dengan mempertimbangkanPenilaian Kinerja dan Evaluasi
Jabatan.
3. Kenaikan pangkat dan golongan ditetapkan dengan Surat Keputusan
Pengusaha/Pemberi Kerja.
4. Setiap saat Pengusaha/Pemberi Kerja dapat merubah system kepangkatan dan golongan
disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta kebutuhan Perusahaan.
5. Perubahan dalam system kepangkatan dan golongan akan dituangkan dalam Surat
Keputusan dan hasilnya akan diberitahukan kepada SerikatPekerja dan Pekerja.

Pasal 16
Masa Kerja dan UsiaPensiun
1. Masa kerja Pekerja dihitung sejak hari pertama Pekerja mulai bekerja di Perusahaan.
2. Usia pensiun Pekerja adalah 58 tahun.
3. yang sudah mencapai usia 56 tahun atau mempunyai masa kerja 25 tahun dapat
mengajukan pension dini

BABIV
HARI DAN JAM KERJA

Pasal 17
Waktu Dan Jam Kerja
1. Waktu kerja Perusahaan adalah 8 jam sehari 5 hari seminggu dan 40 jam seminggu.
2. Kecuali diatur lain maka waktu kerja adalah sebagai berikut :
a. Kantor Pusat :
Senin sampai dengan Jumat : Pukul08.30 s/d 17.30 WIB
Istirahat Senin s/d dengan Kamis : Pukul 12.00 s/d 13.00 WIB
Istirahat Jumat : Pukul 11.30 s/d 13,00 WIB.
Sabtu&Minggu : Libur
b. Site Office :
Senin sampai dengan Jumat :Pukul08.00 s/d 17.00 WIB
Istirahat Senin s/d dengan Kamis :Pukul 12.00 s/d 13.00 WIB
Istirahat Jumat : Pukul 11.30 s/d 13,00 WIB.
Sabtu&Minggu :Libur
c. Untuk unit kerja tertentu waktu kerja disesuaikan dengan sifat pekerjaan dan
kebutuhan Perusahaan.
d. Pengusaha/Pemberi Kerja dapat mengatur waktu kerja berbeda dengan merujuk pada
ketentuan perundang-undangan atau kondisi tertentu dengan kesepakatan Serikat
Pekerja.

Pasal 18
Pencatatan Waktu Kerja

1. Setiap memasuki dan meninggalkantempatkerja, Pekerja wajib mencatatkan dirinya


pada alat absensi pencatat sidik jari (Finger Print) yang tersedia atau mesin absensi lain
yang ditentukan oleh Perusahaan.
2. Tidak dibenarkan mengabsenkan orang lain ataupun menyuruh orang lain untuk
mengabsenkan.
3. Pelanggaran atas ketentuan ini akan dikenakan sanksi.

Pasal 19
Kerja Lembur
1. Atas perintah tertulis dari Pengusaha/Pemberi Kerja dan persetujuan tertulis dari
Pekerja, Pekerja diwajibkan untuk melakukan kerja lembur sebagai berikut :
- Apabila pekerjaan tersebut tidak segera diselesaikan akan membahayakan kesehatan
atau keselamatan jiwa manusia.
- Apabila pekerjaan tersebut tidak segera diselesaikan maka akan menimbulkan
kerugian bagi Perusahaan atau mengganggu kelancaran jalannya operasional
Perusahaan atau bahaya bagi lingkungan.
- Adanya pekerjaan lain yang wajib diselesaikan dengan segera menurut
pertimbangan Pengusaha/Pemberi Kerja.
2. Pelaksanaan kerja lembur diatur sebagai berikut :
- Atasan wajib memberikan surat perintah lembur sebelum kerja lembur tersebut
dilaksanakan (yang ditandatangani oleh atasan dan pekerja) dan segera diserahkan
ke Bagian HRD-GA, kecuali dalam keadaan mendesak dapat disusulkan kemudian.
- Setelah selesai dilaksanakan pelaksanaan kerja lembur wajib dilaporkan kerja
lembur ke Bagian HRD-GA.
- Pengusaha/Pemberi Kerja tidak akan membayar upah kepada Pekerja yang
melakukan kerja lembur yang tidak memenuhi persyaratan di atas .
3. Perhitungan Upah Lembur merujuk pada Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. Kep-102/Men/VI/2004.
4. Pembayaran upah lembur dilakukan bersamaan dengan pembayaran Upah.

Pasal 20
Perjalanan Dinas
1. Pengusaha/Pemberi Kerja dapat memerintahkan Pekerja untuk melakukan perjalanan
dinas untuk kepentingan Perusahaan.
2. Perjalanan Dinas terbagi dalam 2 jenis, yaitu :
a. Perjalanan dinas dalam negeri, dimana tugas yang dilakukan Pekerja kesuatu tempat
tujuan didalam wilayah NKRI dengan jarak tempuh dari Kantor Pusat ketujuan
adalah minimal 150 km pulang pergi.
b. Perjalanan dinas luar negeri, kesuatu tempat tujuan diluar wilayah NKRI.
3. Perjalanan dinas dilakukan dengan maksud yang jelas dan wajib mendapat persetujuan
atasan dan atau Pengusaha/Pemberi Kerja
4. Ketentuan mengenai tatacara dan besarnya fasilitas perjalanan dinas ditetapkan oleh
Pengusaha/Pemberi Kerja dalam kebijakan Perusahaan yang dijadikan lampiran PKB.
5. Pekerja melakukan perjalanan dinas setelah mendapatkan surat penugasan perjalanan
dinas dari Perusahaan.

BAB V
IZIN, ISTIRAHAT DAN HARI LIBUR

Pasal 21
Libur Resmi.
Pekerja tidak wajib bekerja pada hari-hari libur resmi yang ditetapkan oleh pemerintah.

Pasal 22
Istirahat Tahunan
1. Pekerja yang telah bekerja selama 12 bulan terus menerus berhak atas istirahat tahunan
selama 12 hari kerja dengan tetap mendapat upah pokok dan tunjangan tetap.
2. Istirahat tahunan wajib diambil dalam waktu 12 bulan setelah timbulnya hak atas
istirahat tahunan.
3. Pekerja yang setelahbekerja 5 tahun atau lebih berturut-turut berhak atas tambahan
istirahat tahunan selama 2 hari per tahun.
4. Pekerja yang bermaksud mengambil istirahat tahunan, wajib mengajukan permohonan
sekurang-kurangnya 7 hari sebelum tanggal pelaksanaan istirahat tahunan.
5. Pelaksanaan istirahat tahunan diatur oleh atasan masing-masing dengan ketentuan wajib
memperhatikan kelancaran pelaksanaan kegiatan Perusahaan.
6. Istirahat Tahunan tidak dapat dikumpulkan (kumulatif).
7. Pengusaha/Pemberi Kerja akan memberitahukan kepada Pekerja apabila hak istirahat
tahunannya timbul secara tertulis.
8. Hak atas istirahat tahunan gugur apabila dalam waktu 12 bulan setelah timbulnya hak
atas istirahat tahunan Pekerja tidak mengajukan permohonan persetujuan pengambilan
istirahat tahunan.
9. Bagi Pekerja yang ingin mengambil istirahat tahunan tetapi belum memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 di atas, istirahat tahunan tersebut akan dipotong
pada tahun masa kerja berikutnya tetapi apabila sebelum 12 bulan bekerja, Pekerja
mengundurkan diri maka jumlah istirahat tahunan yang telah diambil akan dipotong
dari pembayaran upah terakhir.
10. Untuk pelaksanaan ketentuan ayat 9 diatas, Pekerja wajib mendapatkan persetujuan
tertulis dari atasan langsung dan istirahat tahunan yang dapat diambil maksimum 5 hari
di luar istirahat massal yang diputuskan oleh Pengusaha/Pemberi Kerja dan/atau
istirahat bersama yang diputuskan oleh pemerintah.
11. Karena alasan pekerjaan, tanpa merugikan kepentingan Pekerja, pelaksanaan istirahat
tahunan dapat ditunda selambat-lambatnya 6 bulan, terhitung sejak timbulnya hak atas
istirahat tahunan.
12. Manajer HRD & GA wajib memberitahukan Pekerja secara tertulis apabila Perusahaan
menunda penggunaan hak atas istirahat tahunan Pekerja.
13. Dalam keadaan darurat, Pengusaha/Pemberi Kerja dapat memanggil Pekerja yang
sedang menjalankan istirahat tahunan untuk masuk bekerja.
14. Untuk pelaksanaan ketentuan ayat 13 diatas, Pengusaha/Pemberi Kerja menanggung
biaya kembali Pekerja dan Keluarganya yang berada di luar kota yang pengaturannya
akan diatur dalam keputusan Pengusaha.

Pasal 23
Istirahat Sakit
1. Pekerja yang tidak masuk kerja karena sakit wajib memberikan surat keterangan sakit
dari dokter pada hari pertama Pekerja masuk bekerja kembali.
2. Surat keterangan sakit tersebut wajib diparaf oleh atasan langsung dan kemudian
diserahkan ke HRD & GA.
3. Apabila Pekerja tidak menyerahkan surat keterangan sakit dari dokter maka hari-hari
Pekerja tidak masuk kerja akan digolongkan sebagai mangkir.
4. Jika Pekerja tidak masuk kerja melebihi jumlah hari yang tercantum dalam surat
keterangan sakit dari dokter tersebut, maka hari-hari Pekerja tidak masuk kerja akan
digolongkan sebagai mangkir.
5. Dalam hal Pekerja secara terus menerus sakit, Pengusaha dapat mewajibkan Pekerja
untuk memeriksakan diri kepada dokter yang ditunjuk oleh Pengusaha dan hasilnya
dijadikan dasar untuk penentuan kebijaksanaan Perusahaan terhadap Pekerja tersebut

Pasal 24
Istirahat Melahirkan, Gugur Kandungan dan Haid
1. Pekerja perempuan berhak atas istirahat melahirkan selama 1,5 bulan sebelum dan 1,5
bulan setelah tanggal melahirkan menurut perhitungan dokter kandungan atau bidan,
atau 1,5 bulan setelah tanggal keguguran kandungan dengan mendapat upah penuh.
2. Pekerjaperempuan yang bermaksud akan menggunakan hak istirahat melahirkan wajib
mengajukan permohonan kepada Pengusaha/Pemberi Kerja paling lambat 7 hari kerja
sebelum tanggal dimulainya istirahat melahirkan disertai dengan Surat Keterangan
dokter atau Bidan yang merawatnya.
3. Pekerja perempuan yang mengalami keguguran kandungan yang bukan faktor
kesengajaan pengguguran, berhak memperoleh istirahat 1,5 bulan setelah tanggal
terjadi keguguran yang wajib dilampiri dengan bukti Surat Keterangan Dokter
Kandungan atau bidan.
4. Pekerja perempuan yang dalam masa haid merasakan sakit pada hari pertama dan hari
kedua pada waktu haid dan memberitahukan ke Bagian HRD-GA, dengan disertai Surat
Keterangan Dokter, tidak wajib bekerja pada hari pertama dan hari kedua pada waktu
haid.
5. Pekerja perempuan akan dianggap mangkir apabila pada
haripertamamasukbekerjakembali, tidak memberitahu ketidakhadirannya karena haid.

Pasal 25
MeninggalkanPekerjaanDenganMendapatkanUpah
1. Izin meninggalkan pekerjaan dengan mendapat upah diatur sebagal berikut :
a. Pernikahan pertamaPekerja 3 hari kerja.
b. Pernikahan 3 anak yang sah 2 hari kerja.
c. Istri/suami/anak yang sah/orang tua/mertua/menantu meninggal dunia 2 hari kerja.
d. Istri sah Pekerja melahirkan/gugur kandungan 2 hari kerja.
e. Kakak/adik kandung menikah 1 hari kerja.
f. Anggota keluarga dalam satu rumah/Kakak kandung/adik kandungmeninggal dunia
1 hari kerja.
g. Khitanan dan Baptis anak 2 hari kerja.
h. Korban kebakaran/kebanjiran paling lama 2 hari kerja.
i. Pekerja mengalami musibah dimana suami/istri/anak/ayah/ibu sakit parah 1 hari
kerja.
2. Pekerja wajib mengajukan permohonan izin meninggalkan pekerjaan secara tertulis
(dengan cara mengisi formulir yang tersedia)selambat-lambatnya 1 hari sebelum
meninggalkan pekerjaan kepada atasannya.
3. Dalam keadaan darurat dan mendesak (ayat 1c, 1d, 1f, 1h, 1i) permohonan izin wajib
diajukan pada hari pertama Pekerja kembali masuk bekerja.
4. Untuk mendukung kebenaran dan menghindari penyalahgunaan kebijaksanaan Izin
yang diberikan, perlu dibuktikan dengan keterangan tertulis dari Lurah/Kepala Desa
atau yang berwenang untuk itu.

Pasal 26
MeninggalkanPekerjaanDenganTidakMendapatUpah.
1. Atas permohonan tertulis dari Pekerja, Pengusaha/Pemberi Kerja dapat memberikan
ljin meninggalkan pekerjaan tanpa Upah kepada Pekerja.
2. Permohonan ijin wajib diajukan paling lambat 7 hari sebelum tanggal meninggalkan
pekerjaan.

Pasal27
Menunaikan Ibadah Keagamaan
1. Pengusaha/Pemberi Kerja dapat memberikan ijin meninggalkan pekerjaan untuk
menunaikan ibadah haji dengan tetap mendapat upah penuh kepada Pekerja maksimum
selama 40 hari kalender atau sesuai dengan jangka waktu menunaikan ibadah haji yang
dipilih oleh Pekerja yang mana yang lebih singkat.
2. Pengusaha/Pemberi Kerja dapat memberikan ijin untuk menunaikan ibadah umroh dan
ziarah keagamaan kepada Pekerja yang bukan beragama Islam dengan mendapat Upah
maksimum selama 10 hari kerja.
3. Pekerja yang bermaksud akan meninggalkan pekerjaan untuk menunaikan ibadah haji,
ibadah umroh atau ziarah keagamaan wajib mengajukan permohonan ijin secara tertulis
kepada Atasan dan HRD-GA dengan dilampiri bukti-bukti yang sah selambat-
lambatnya 30 hari sebelum tanggal keberangkatan.
4. Pelaksanaan ibadah haji atau ibadah umroh atau ziarah keagamaan dengan tetap
mendapat upah hanya berlaku sekali selama berlangsungnya hubungan kerja.
5. Ijin meninggalkan pekerjaan untuk menunaikan ibadah umroh atau ziarah keagamaan
diberikan kepada Pekerja yang telah mempunyai masa kerja sekurang-kurangnya 1
tahun terus-menerus.

BAB VI
PENGUPAHAN

Pasal 28
Sistem Pengupahan
1. Penetapan upah didasarkan atas kualifikasi, golongan, dan tingkatan Pekerja.
2. Upah terdiri dari Upah Pokok dan tunjangan tetap dan/atau tunjangan tidak tetap sesuai
ketentuan pengupahan di Perusahaan.
3. Upah pokok terendah tidak boleh lebih rendah daripada ketentuan Upah Minimum.
4. Upah dibayarkan pada setiap tanggal 25.
5. Apabila tanggal pembayaran Upah jatuh pada hari Sabtu, Minggu atau pada hari libur
resmi, maka pembayaran dilakukan paling lambat 1 hari sebelumnya.
6. Dalam hal berakhirnya hubungan kerja berada diawal atau pertengahan bulan atau tidak
mencapai jumlah hari kerja selama sebulan (kurang dari hari kerja normal selama
sebulan) upahPekerja dihitung secara proporsional.
7. Upah yang dibayar (proporsional) = Jumlahharikerja x upahsebulan hari kerja di bulan
tersebut
8. Perhitugan Upah secara proporsional juga berlaku untuk Pekerja baru yang tanggal
mulai bekerjanya tidak dimulai pada awal bulan.
9. Pengusaha/Pemberi Kerja memotong pajak atas penghasilan Pekerja (Pph21) sesuai
dengan ketentuan perpajakan untuk disetorkan ke kas Negara.
10. Pajak atas penghasilan pekerja sepenuhnya ditanggung pengusaha/pemberi kerja.
11. Apabila Pekerja membutuhkan Surat Keterangan Penghasilan/Upah untuk suatu
keperluan dengan instansi lain (Bank dll), Pengusaha/Pemberi Kerja dapat
memenuhinya dengan tetap berpedoman kepada azas kerahasiaan (confidential) dan
azas privacy setiap Pekerja.
12. Setiap bulan Pengusaha/Pemberi Kerja akan memberikan perincian pendapatan
perbulan (slip upah) kepada Pekerja.
13. Setiap akhir tahun Pengusaha/Pemberi Kerja memberikan perincian bukti pemotongan
Pajak selamasa tutahun kepada Pekerja

Pasal 29
Peninjauan Upah
1. Setiap tahun Pengusaha/Pemberi Kerja melakukan peninjauan Upah dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Inflasi dan pertumbuhanekonomi
b. Masa Kerja
c. PrestasiPekerja
d. Konduite
e. Struktur dan skalaupah
2. Kenaikanupahditentukandenganrumusansebagaiberikut:
KenaikanUpah = upah minimum x ( inflasi + pertumbuhanekonomi) + masa kerja +
PA ( Personal Apracial ) + kebijakan Perusahaan.
Dengan keterangan sebagai berikut :
a. Upah minimum = upah pokok terendah tingkat perusahaan di masing-masing
wilayah provinsi (DKI Jakarta), Kabupaten (Bekasi) dan Kota (Surabaya) yang
mempunyai masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun dan lajang.
b. Inflasi + pertumbuhanekonomi = sesuai data dari BPS ( Badan Pusat Statistik ).
c. Masa kerja = per tahunadalah Rp. 20.000,-
d. PA ( Personal Apracial ) = dirundingkanantara Perusahaan denganserikatpekerja
yang selanjutnyamenjadiketetapandalam PKB ini.
e. Kebijakan Perusahaan = nilaitambah yang diberikan Perusahaan
kepadaseluruhPekerja.
3. Penyesuaian kenaikan upah karena kenaikan UMP/UMSK berlaku pada 1 Januari
setiap tahunnya.
4. Pengusaha/pemberi kerja wajib menyusun dan menerapkan struktur dan skala upah di
perusahaan dengan berdasarkan golongan, jabatan, Pendidikan, masa kerja,
kemampuan perusahaan dan produktifitas.

Pasal 30
Keluarga Pekerja Yang Ditanggung Perusahaan
Keluarga Pekerja yang menjadi tanggungan Perusahaan adalah:
a. Satu Istri dan 3 Anak.
b. Pekerja Perempuan hanya menanggung dirinya sendiri, kecuali anak-anaknya tidak
ditanggung oleh suami yang dibuktikan dengan surat pernyataan dari perusahaan
dimana suaminya bekerja yang menyatakan tidak menanggung anak-anaknya.Apabila
Suami dan Istri bekerja di Perusahaan maka yang menanggung Keluarga adalah Pekerja
yang pangkat dan golongannya lebih tinggi.
c. Perubahan atas data yang terdaftar di Bagian HRD-GA Perusahaan hanya dapat
dilakukan dalam hal apabila pernikahan berakhir karena perceraian dan/atau meninggal
dunia yang wajib dibuktikan dengan:
1. Putusan Pengadilan Negeri atau Pengadilan Agama, atau
2. Keterangan Kematian dari instansi yang berwenang.
Pasal 31
UpahSelamaPekerjaDitahanPihak Yang Berwajib
1. Dalam hal pekerja ditahan pihak yang berwajib karena diduga melakukan tindak
pidana, maka Pengusaha/Pemberi Kerja tidak wajib membayar Upah Pekerja yang
ditahan oleh yang berwajib tetapi wajib memberikan bantuan kepada
keluarganyasebagai berikut :
a. 1 orang tanggungan = 25 % dari upah.
b. 2 orang tanggungan = 35 % dari upah.
c. 3 orang tanggungan = 45 % dari upah.
d. 4 orang tanggungan ataulebih = 50 % dari upah.
2. Lamanya pembayaran bantuan maksimum 6 bulansejakharipertamaPekerjaditahan.
3. Pengusaha/Pemberi Kerja dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap
pekerja yang setelah 6 (enam) bulan tidak dapat melakukan pekerjaan sebagaimana
mestinya karena dalam proses perkara pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
4. Apabila Pekerja dinyatakan tidak bersalah oleh putusan Pengadilan, atau pada
pemeriksaan Kepolisian, hubungan kerjanya tidak terputus dan Pengusaha/Pemberi
Kerja wajib membayar upah penuh beserta hak-hak lainnya.
5. Apabila Pekerja dinyatakan bersalah oleh putusan Pengadilan, maka
Pengusaha/Pemberi Kerja berhak melaksanakan pemutusan hubungan kerja (PHK) atas
Pekerja tersebut sesuai dengan Undang-undang No.13 Tahun 2003.
6. Pengusaha wajib membayar kepada pekerja yang mengalami pemutusan hubungan
kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (5), uangpenghargaan masa kerja
1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan uangpenggantian hak sesuai ketentuan
dalam Pasal 156 ayat (4)Undang-undang No.13 Tahun 2003.

Pasal 32
Upah Selama Pekerja Menderita Sakit
1. Dalam hal Pekerja menderita sakit berkepanjangan atau cacat yang bukan akibat
hubungan kerja, sehingga Pekerja tidak dapat melakukan pekerjaannya, makaUpah yang
dibayarkansebagaiberikut:
a. 6 bulan pertama 100 % dari upah.
b. 6 bulan kedua 75% dari upah, sampai dengan adanya pemutusan hubungan kerja
dilakukan oleh Pengusaha/Pemberi Kerja.
2. Apabilasetelah melampaui jangka waktu 12 bulan terus
menerussebagaimanadimaksudayat 1 (satu), Pekerja atau Pengusaha/Pemberi
Kerjadapat mengajukan atau melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) sesuai UU
No. 2/2004.
3. Dalam hal Pekerja menderita sakit berkepanjangan atau cacat akibat hubungan kerja,
sehingga Pekerja tidak dapat melakukan pekerjaannya, maka Upah yang dibayarkan
sebesar 100% dari upah.
4. Apabilasetelah melampaui jangka waktu 12 bulan terus menerus, Pekerja sebagaimana
dimaksud ayat 3 (tiga) tidak dapat diputushubungan kerjanya.

Pasal 33
Tunjangan Jabatan
1. Pengusaha/Pemberi Kerja memberikan tunjangan jabatan kepada Pekerja yang
memangku jabatan tertentu.
2. Jenis jabatan dan besarnya tunjangan diatur dalam Keputusan Pengusaha/Pemberi
Kerja.

Pasal 34
Tunjangan Kehadiran
1. Dalam rangka memberikan motivasi terhadap kehadiran Pekerja, Pengusaha/Pemberi
Kerja memberikan tunjangan kehadiran kepada Pekerja pada golongan tertentu.
2. Peningkatankualitasmengenaibesarnyatunjangankehadirandirundingkandenganserikatpe
kerja dan ditetapkan oleh Pengusaha/Pemberi Kerjadalambentukkebijakan Perusahaan
yang dijadikanlampiran PKB

Pasal 35
Tunjangan Transport Harian
1. Pengusaha/Pemberi Kerja memberikan tunjangan transport untuk membantu Pekerja
dalam membiayai transportasinya ke tempat kerja dan kembali dari tempat kerja setiap
hari.
2. Tunjangan transport hanya diberikan kepada Pekerja Golongan I–VI yang tidak
menikmati fasilitas kendaraan Perusahaan.
3. Peningkatan kualitas mengenai besarnya tunjangan transport harian dirundingkan
dengan serikat pekerja dan ditetapkan oleh Pengusaha/Pemberi Kerja dalam bentuk
kebijakan Perusahaan yang dijadikan lampiran PKB.

Pasal 36
Tunjangan Makan Harian
1. Tunjangan makan diberikan kepada Pekerja dikarenakan belum tersedianya fasilitas
makan.
2. Ketentuan mengenai besarnya tunjangan makan harian dirundingkan dengan serikat
pekerja dan ditetapkan oleh Pengusaha dalam kebijakan Perusahaan yang dijadikan
lampiran PKB.
3. Peningkatan kualitas mengenai besarnya tunjangan makan harian dirundingkan dengan
serikat pekerja dan ditetapkan oleh Pengusaha/Pemberi Kerja dalam bentuk kebijakan
Perusahaan yang dijadikan lampiran PKB.

Pasal 37
Tunjangan Transport Lembur
1. Pengusaha/Pemberi Kerja memberikan tunjangan transport lembur sebagai bantuan
biaya transportasi kepada Pekerja golongan I-VI yang tidak menikmati fasilitas
kendaraan Perusahaan dan Pekerja yang melakukan kerja lembur lebih dari jam 20:00
waktu setempat.
2. Ketentuan mengenai besarnya tunjangan transport lembur dirundingkan dengan serikat
pekerja dan ditetapkan oleh Pengusaha dalam kebijakan Perusahaan yang dijadikan
lampiran PKB
3. Peningkatan kualitas mengenai besarnya tunjangan transport lembur dirundingkan
dengan serikat pekerja dan ditetapkan oleh Pengusaha/Pemberi Kerja dalam bentuk
kebijakan Perusahaan yang dijadikan lampiran PKB.

Pasal 38
Tunjangan Makan Lembur
1. Pengusaha/Pemberi Kerja memberikan tunjangan makan lembur kepada Pekerja yang
bekerja lembur lebih dari jam 20:00 waktu setempat.
2. Ketentuan mengenai besarnya tunjangan makan lembur dirundingkan dengan serikat
pekerja dan ditetapkan oleh Pengusaha dalam kebijakan Perusahaan yang dijadikan
lampiran PKB.
3. Peningkatan kualitas mengenai besarnya tunjangan makan lembur dirundingkan dengan
serikat pekerja dan ditetapkan oleh Pengusaha/Pemberi Kerja dalam bentuk kebijakan
Perusahaan yang dijadikan lampiran PKB.

Pasal 39
Tunjangan Lain Lain
1. Pengusaha/Pemberi Kerja memberikan tunjangan lain-lain kepada Pekerja golongan IV
sampai VIII yang bekerja diluar waktu kerja.
2. Besarnya tunjangan diatur dalam Surat Keputusan Pengusaha/Pemberi Kerja
3. Tunjangan lain-lain diberikan berdasarkan kehadiran dan tercatat dalam mesin pencatat
kehadiran (finger print).
4. Pengusaha/Pemberi Kerja mengatur besarnya tunjangan lain-lain.

Pasal 40
Tunjangan Hari Raya Keagamaan
1. Tunjangan Hari Raya Keagamaan yang selanjutnya disebut THR, ialah pendapatan
pekerja yang dibayarkan oleh Pengusaha/Pemberi Kerja kepada pekerja atau
keluarganya menjelang Hari Raya Keagamaan Pekerja.
2. THR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diberikan Pengusaha/Pemberi Kerja
kepada Pekerja.
3. Pembayaran THR dilakukan selambat-lambatnya 7 hari sebelum tanggal Hari Raya
Keagamaan Pekerja.
4. Pekerja yang telah mempunyai masa kerja 12 bulan secara terus menerus atau lebih
berhak atas THR sekurang-kurangnya 1 bulan Upah.
5. Pekerja yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja terhitung 30 (tigapuluh) hari
sebelum hari raya Keagamaan, pekerja berhak atas Tunjangan Hari Raya Keagamaan.
6. Pekerja yang mempunyai masa kerja 1 bulan secara terus menerus atau lebih tetapi
kurang dari 12 bulan berhak atas THR secara proporsional sesuai masa kerja dengan
perhitungan:
masa kerja x 1 bulan Upah
12
7. Komponen upah untuk pembayaran THR terdiri dari Upah Pokok, tunjangan tetap dan
tunjangankehadiran.

Pasal 41
Bonus
1. Bonus adalah bentuk penghargaan atas prestasi kerja yang telah dicapai Pekerja dalam
satu tahun buku.
2. Pengusaha/Pemberi Kerja memberikan bonus kepada Pekerja yang telah bekerja di
Perusahaan selama 6 bulan terus menerus atau lebih.
3. Besarnya bonus tergantung kepada kinerja Perusahaan.
4. Besaran bonus untukPekerja yang memiliki masa kerja 3 bulan atau lebih tetapi kurang
dari 12 bulan dihitung secara proporsional sesuai dengan masa kerja, yaitu :
Masa kerja x Besarnya Bonus.
12
5. Pekerja yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhitung sejak 30
(tigapuluh) hari sebelum pemberian bonus berhak atas Bonus
6. Komponen upah untuk pembayaran Bonus terdiri dari Upah Pokok dan Tunjangan
Tetap.
7. Pengusaha/Pemberi Kerja memberikan bonus kepada Pekerja setiap bulan April.

BABVII
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Pasal 42
Perlengkapan Dan KeselamatanKerja
1. Untuk menjamin keselamatan Pekerja pada pekerjaan-pekerjaan tertentu,
Pengusaha/Pemberi Kerja wajib menyediakan perlengkapan kerja dan/atau alat-alat
keselamatan kerja sesuai peraturan perundangan.
2. Selama bekerja, Pekerja wajib memakai alat-alat keselamatan kerja yang telah
disediakan oleh Perusahaan
3. Pekerja wajib memelihara alat-alat keselamatan kerja yang telah disediakan oleh
Perusahaan.
4. Pekerja wajib ikut mengambil bagian dalam usaha pencegahan dan penanggulangan
kecelakaan kerja atau kebakaran di lingkungan unit masing-masing.
5. Untuk kepentingan keselamatan dan kesehatan kerja, Pengusaha/Pemberi Kerja
membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) yang
memilikitugas mengkoordinir, merumuskan dan menentukan kebijakan-kebijakan
strategis menyangkut upaya prevensi dan/atau pilihan penanggulangan
kasus-kasus/permasalahan keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan Perusahaan.
6. Pekerja wajib melaporkan dengan segera setiap kejadian kecelakaan atau kebakaran
dilingkungan Perusahaan dan wajib memberikan keterangan yang benar kepada petugas
yang ditunjuk oleh Pengusaha/Pemberi Kerja untuk menyelidiki peristiwa tersebut.
7. Pekerjadilarangmenggunakanalat-alatperlengkapan dan
keselamatankerjadiluarwaktukerja dan diluarlingkungan Perusahaan
ataulingkungankerjauntukkeperluanpribadi
8. Pekerjadilarangmenyalahgunakanataumemindahtangankanalat-alatkeselamatankerja.
9. Pengusaha/Pemberi Kerja dapat membebankan ganti kerugian kepada Pekerja yang
karena kesengajaan dan/atau kelalaiannya mengakibatkan hilang atau rusaknya alat-alat
keselamatan kerja yang disediakan.

Pasal 43
Kecelakaan Kerja
1. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan pekerjaan, termasuk
penyakit yang timbul akibat pekerjaan atau kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan
berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang kerumah melalui jalan yang
biasa atau wajar dilalui.
2. Pekerja yang mengalami kecelakaan kerja akan segara dievakuasi ke rumah sakit
terdekat diutamakan Rumah Sakit yang sudah ada kerjasama dengan BPJS
Ketenagakerjaan (Rumah Sakit Trauma Center) untuk mendapatkan pertolongan
pertama.
3. Pengusaha/Pemberi Kerja menanggung biaya tindakan pertolongan pertama Pekerja
yang mengalami kecelakaan kerja.
4. Pekerja atau keluarganya atau teman sekerjanya yang mengetahui adanya kecelakaan
kerja wajib melaporkan kepada Pengusaha/Pemberi Kerja dalam waktu 1 X 24 jam.
5. Pengusaha/Pemberi Kerja paling lambat dalam waktu 2 X 24 jam setelah terjadinya
kecelakaan kerja wajib menindaklanjuti kepada instansi terkait.
6. Pekerja yang tidak mampu bekerja karena kecelakaan kerja dan dibuktikan dengan
surat keterangan dokter berhak atas upah dan hak lainnya sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
7. Apabila Pekerja meninggal dunia karena kecelakaan kerja atau meninggal di tempat
kerja, maka Pengusaha/Pemberi Kerja akan membayarkan hak-haknya kepada keluarga
yang ditinggalkan atau ahli warisnya sebagai berikut :
a. UpahPekerjabulanberjalan.
b. Biayapengurusanjenazah
c. Uang dukacitadari Perusahaan
d. Berhakataspembayaran uang pesangon 2 (dua) kali ketentuandalamPasal76ayat (2),
uang penghargaan masa kerja 1 (satu) kali ketentuanpasal76ayat (3) dan uang
penggantianhakketentuanpasal76ayat (4) PKB ini.
e. Santunandariasuransi Kesehatan yang ditunjuk Perusahaan
8. Dalam hal Pekerja yang meninggal dunia masih mempunyai hutang kepada Perusahaan,
maka Pengusaha/Pemberi Kerja dapat memotong pembayaran yang menjadi hak ahli
waris Pekerja sebesar hutang yang belum dilunasi.

Pasal 44
Pemeriksaan Kesehatan (Medical Check Up)
1. Untuk menjaga keselamatan dan kesehatan Pekerja, setiap setahun sekali
Pengusaha/Pemberi Kerja melakukan pemeriksaan kesehatan (medical check-up)
kepada seluruh Pekerja.
2. Pekerja wajib melakukan pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan oleh Perusahaan.
3. Penolakan melakukan pemeriksaan kesehatan akan dikenakan sanksi.
BABVIII
JAMINAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN

Pasal 45
Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
1. Pengusaha/Pemberi Kerja wajib mengikut sertakan seluruh Pekerja dalam program
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan terhitung sejak hari pertama
Pekerja bekerja.
2. Ruang lingkup Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan meliputi :
a. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK).
b. Jaminan Kematian (JKM).
c. Jaminan Hari Tua (JHT).
d. Jaminan Pensiun (JP).
e. Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP).

Pasal 46
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
1. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Utama.
a. Pengusaha/Pemberi Kerja wajib mengikutsertakan seluruh Pekerja dalam program
Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan terhitung sejak hari pertama Pekerja
bekerja.
b. Kepesertaan dan manfaatjaminanpelayanankesehatanataufasilitas BPJS Kesehatan
mengacu pada peraturanperundangan.
c. Prosedurpemakaianfasilitas BPJS Kesehatan mengacu pada peraturan BPJS
atauperundangan.
d. Penyimpanganatasprosedurpemakaianfasilitas BPJS Kesehatan
sepenuhnyamenjaditanggungjawabPekerja.
2. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pendukung.
a. Pekerja diikutsertakan dalam program
asuransikesehatanmencakuppelayanankesehatan Rawat Inap, Rawat Jalan dan
perawatan Gigi. yang merupakan program
kesehatanpendukungdarifasilitaspelayananBPJS Kesehatan.
b. Pekerja yang telahbekerja 3 bulanataulebihsecaraberturutturut akan diikutsertakan
dalam program ini.
c. Manfaatatasrawatinapmenggunakan system plafond, yang
besarnyaditentukanmelalui Surat Keputusan Pengusaha/Pemberi Kerja.
d. Manfaatatasrawatjalanmenggunakansistempenggantian biayasebesar 80 % dengan
plafond, yang besarnyaditentukanmelalui Surat Keputusan Pengusaha/Pemberi
Kerja.
e. Manfaatatasperawatangigimenggunakansistempenggantian biayasebesar 80 %
dengan plafond, yang besarnyaditentukanmelalui Keputusan Pengusaha/Pemberi
Kerja.
f. Prosedurpemakaianfasilitaspelayanankesehatanasuransiswastamengacuketentuan
yang diberlakukanasuransiswasta yang ditunjuk
g. Peyimpanganatasprosedurpemakaianfasilitaspelayanankesehatanasuransiswastamenj
aditanggungjawabPekerja.
3. Melahirkan.
a. FasilitasinidiberikankepadaPekerjauntukmembantubiayamelahirkananakpertama,
kedua dan ketigadariistripertama yang sah yang tidakmenggunakanfasilitas BPJS
Keehatan.
b. Fasilitasinidiberikandenganbesaran plafond tertentu yang ditetapkan oleh
Pengusaha/Pemberi Kerja dalam bentuk kebijakan Perusahaan yang dijadikan
lampiran PKB.

Pasal 47
Bantuan Uang Suka Cita dan Santunan Duka Cita
1. Pengusaha/Pemberi Kerja memberikan bantuansuka cita kepada Pekerja yang
melakukan khitanan anak, baptis dan pernikahan Anak.
2. Pengusaha/Pemberi Kerja memberikan santunan kepada Pekerja yang mengalami
dukacita karena meninggalnya Anggota Keluarganya.
3. Ketentuan mengenai tatacara dan besarnya pemberian bantuan sukacita dansantunan
dukacita ditetapkan oleh Pengusaha/Pemberi Kerja dalam bentuk kebijakan
Perusahaan yang dijadikan lampiran PKB.

Pasal 48
Bantuan Pernikahan
1. Pengusaha/Pemberi Kerja memberikan bantuan pernikahan kepada Pekerja yang
melaksanakan pernikahan yang pertama.
2. Ketentuan mengenai tatacara dan besarnya pemberian bantuan pernikahan ditetapkan
oleh Pengusaha/Pemberi Kerja dalam bentuk kebijakan Perusahaan yang dijadikan
lampiran PKB.

Pasal 49
Bantuan Kelahiran
1. Pengusaha/Pemberi Kerja memberikan bantuan melahirkan kepada Pekerja Perempuan
dan istri Pekerja yang melahirkan anak pertama, kedua dan ketiga.
2. Ketentuan mengenai tatacara dan besarnya pemberian bantuan melahirkan ditetapkan
oleh Pengusaha/Pemberi Kerja dalam bentuk kebijakan Perusahaan yang dijadikan
lampiran PKB.

Pasal 50
Penghargaan Masa Kerja
1. Pengusaha/Pemberi Kerja memberikan penghargaan masa kerja kepada Pekerja yang
telah mencapai masa kerja 5, 10, 15, 20, 25 dan 30tahunberturut-turut.
2. Pemberian penghargaan masa kerjadiatur dalam Surat Keputusan Pengusaha/Pemberi
Kerja.

Pasal 51
Rekreasi dan Olah Raga
1. Dengan mempertimbangkan kondisi keuangan Perusahaan, dalam 1 tahun sekali
Pengusaha/Pemberi Kerja menyelenggarakan rekreasi bagi Pekerja dan Keluarganya.
2. Sebagai upaya untuk menjaga kebugaran tubuh Pekerja, dengan tetap
mempertimbangkan kondisi keuangan Perusahaan dan lingkungan, Pengusaha/Pemberi
Kerja menyediakan sarana olah raga bagi Pekerja

Pasal 52
Pinjaman
1. Perusahaan menyediakan fasilitas pinjaman kepada Pekerja untuk membantu Pekerja
memenuhi kebutuhan Pekerja yang penting dan mendesak.
2. Ketentuan dan persyaratan pengajuan pinjaman diatur melalui Keputusan
Pengusaha/Pemberi Kerja.

Pasal 53
Koperasi
Pengusaha/Pemberi Kerja mendukung pembentukan Koperasi Pekerja berdasarkan prakarsa
Pekerja.

Pasal 54
Pakaian Kerja, Alat Pelindung Diri dan Tanda Pengenal
1. Pekerja diberikan pakaian seragam, alat pelindung diri dan tanda pengenal disesuaikan
dengan kebutuhan.
2. Pakaian seragam diberikan setahun sekali.
3. Setiap berada di dalam lingkungan PerusahaanPekerja diwajibkan memakai pakaian
kerja, alat safety dan tanda pengenal yang ditentukan Pengusaha/Pemberi Kerja.
4. Pengusaha/Pemberi Kerja menentukan bentuk, warna pakaian kerja dan tanda
pengenal Pekerja.

BABIX
PENILAIAN, PENDIDIKAN DAN PENGEMBANGAN

Pasal 55
Penilaian Prestasi Kerja
1. Untuk mendorong Pekerja mencapai sasaran kerja yang ditetapkan, atasan Pekerja akan
membicarakan dengan Pekerja target yang wajib dicapai dan hal-hal lain yang patut
diketahui.
2. Pengusaha/Pemberi Kerja secara berkala akan memperhatikan serta menilai kinerja
Pekerja.
3. Atasan diwajibkan mengevaluasi hasil penilaian bawahannya sebagai dasar untuk
meningkatkan kemampuan Pekerja.
4. Apabila berdasarkan penilaian, Pekerja dinyatakan tidak mampu melaksanakan tugas
yang diberikan maka Atasan Pekerja dapat memberikan kesempatan untuk diberikan
pelatihan

Pasal 56
Program Pelatihan
1. Adalah kewajiban Pekerja untuk terus menerus meningkatkan pengetahuan,
kemampuan dan ketrampilan bekerja.
2. Dalam rangka peningkatan keterampilan Pekerja dan mendukung peningkatan produksi
ataupun mutu kerja, Pengusaha/Pemberi Kerja dapat memberikan kesempatan kepada
Pekerja untuk mengikuti pendidikan tambahan dan/atau pelatihan yang diadakan
sebagai berikut:
a. Di dalam Perusahaan :
Melalui pimpinan atau instruktur yang memiliki keahlian untuk memberikan
pendidikan dan atau pelatihan dengan cara kelompok belajar/latihan ataupun melalui
pelatihan dan on the job training di bagian masing-masing.
b. Di luar Perusahaan :
Melalui kursus-kursus, seminar-seminar sesuai bidang pekerjaannya sehari-hari yang
pelaksanaannya diatur sesuai keadaan serta bergilir atau bertahap dan apabila
pelaksanaannya memerlukan biaya, maka Perusahaanmembiayai dengan
mempertimbangkan manfaat serta kepentingan hal tersebut.
3. Pelaksanaan pelatihan akan disesuaikan dengan kebutuhan usaha Perusahaan.

Pasal 57
Promosi, Rotasi, Demosi dan Mutasi
1. Promosi.
a. Tujuan promosi adalah :
- Memberikan kesempatan kepada Pekerja yang berpretasiuntukmendudukiposisi
yang lebihtinggi.
- MemberikankesempatankepadaPekerjauntukmengembangkankarirdalam
Perusahaan sesuaidengankesempatan yang ada dan kemampuanPekerja.
b. Promosi dilaksanakan sebagai berikut :
- Adanyalowonganjabatan.
- Pekerjamemenuhipersyaratanjabatan yang ditetapkanantara lain kemampuan,
pengalamankerja, penilaian dan pendidikan.
- Keputusan promosidiberikansecaratertulis.
c. SetiapsaatPengusaha/Pemberi Kerja dapatmelakukanpromosisesuaidengankebutuhan
Perusahaan.
d. Pekerjawajibmelaksanakankeputusanpromosi.
e. PenolakanuntukmelakukanPromosimerupakanpelanggaran dan
akandikenakansanksi.
2. Rotasi.
a. Tujuan dari rotasi adalah untuk memperkaya pengalaman Pekerja di bidang lain
sebagai salah satu bentuk persiapan karir dan optimalisasi pendayagunaan Pekerja
sejalan dengan program efisiensi dan produktivitas serta adanya perencanaan
sumberdayamanusiauntukmemenuhikebutuhantenagadisetiapbagian/departemen.
b. Rotasidilakukandenganmemperhatikanhal-halsebagaiberikut :
- Adanya permintaan tenaga kerja dikarenakan adanya lowongan posisi yang wajib
diisi serta tersedianya calon dari dalam Perusahaan.
- Potensi yang dimiliki oleh Pekerja tersebut cenderung dapat dikembangkan atau
sesuai dengan peluang yang ada, sedangkan peluang itu sendiri tidak tersedia di
bagian/departemennya.
- Rencana rotasi wajib diberitahukan terlebih dahulu selambat-lambatnya 5 hari
kerja sehingga Pekerja dapat mempersiapkan diri lebih awal dan diberikan
pembekalan kepada pekerjaan yang baru.
c. Adanya rotasi tersebut tidak mengurangi haknya sesuai jabatan pada seksi kerja
sebelumnya.
d. Penolakan untuk melakukan rotasi merupakan pelanggaran dan akan dikenakan
sanksi.
3. Demosi.
a. Tujuan Demosi adalah memberikan kesempatan kepada Pekerja untuk meningkatkan
kinerja dan kemampuankerjanya di jabatan yang lebih rendah.
b. Pelaksanaan Demosi:
 Usulandemosiwajibdilampiri data prestasikerjaPekerja yang akan di demosi.
 Pengusaha/Pemberi Kerja memberitahukan keputusan demosi kepada Pekerja
selambat-lambatnya 5 harikerjasebelumtanggalberlakudemosi.
 Pengusahamemberikan Surat Keputusan Demosi yang memuatperubahan status
Pekerja yang terkenaDemosi.
 Upah Pokok Pekerja yang didemosi tidak mengalami perubahan, tetapi golongan,
fasilitas serta tunjangan akan disesuaikan dengan jabatan baru.
c. Penolakan untuk melakukan demosi merupakan pelanggaran dan akan dikenakan
sanksi.
4. Mutasi
a. Tujuan Mutasi adalah kebutuhan sumber daya manusia dengan menugaskan seorang
pekerja yang berasal dari satu wilayah ke wilayah yang lain maupun sebaliknya
b. Mutasi Terdiri dari:
1. Mutasi Sementara
2. Mutasi Tetap
c. Bagi Pekerja yang terkena mutasi tetap mendapatkan hak yang sama sesuia dengan
tempat kerja sebelumnya.

BABX
TATA TERTIB KERJA

Pasal 58
KewajibanUmumPekerja
1. Bertanggungjawab untuk selalu meningkatkan kinerja, pengetahuan atas pekerjaan,
ketrampilan bekerja dan mutu pekerjaan.
2. Terus menerus meningkatkan efisiensi waktu dan menghindari setiap kegiatan yang
dapat menghambat kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
3. Bertanggungjawab atas pemeliharaan mesin-mesin, perlengkapan, peralatan, perkakas,
bahan dan barang serta seluruh fasilitas yang menjadi tanggung jawabnya.
4. Memberikan saran-saran yang membangun untuk penyempurnaan metode-metode
kerja, efesiensi dan efektifitas kerja.
5. Membina kerjasama dan menciptakan hubungan industrial yang harmonis, selaras dan
serasi dengan sesama rekan kerja dan atasan.
6. Mengutamakan kepentingan Perusahaan di atas kepentingan pribadi, bertindak jujur
dan dapat dipercaya.
7. Memberikan keterangan-keterangan atau laporan mengenai pekerjaannya dengan benar.
8. Menjaga kebersihan di lingkungan kerja masing-masing, membersihkannya apabila
kotor/mencemari lingkungan.
Pasal 59
Tata TertibPekerja.
Pekerja wajib:
a. Mencatatkankehadirannya pada mesinpencatatkehadiran (finger print) yang
tersediaataualatabsensi lain yang ditentukan oleh Perusahaan, setiapmemasuki dan
meninggalkantempatkerja.
b. Bertanggung jawab penuh atas pekerjaan dan peralatan kerja yang dipercayakan
kepadanya.
c. Menjaga dan memelihara dengan sebaik-baiknya seluruh barang milik Perusahaan yang
dipercayakan kepada Pekerja.
d. Mengarahkan dan mencurahkan segala daya upaya kemampuannya dalam
melaksanakan tugas yang dipercayakan kepadanya.
e. Mentaati dan melaksanakan dengan benar, teliti dan tepat waktu setiap perintah kerja
atasan sesuai dengan ruang lingkup jabatan.
f. Segera melapor ke petugas keamanan dan atasan bila mengetahui adanya kehilangan
atau kerusakan barang-barang milik Perusahaan.
g. Menjaga nama baik Perusahaan dan kepercayaan yang diberikan Pengusaha/Pemberi
Kerja.
h. Menghindaritindakan-tindakan yang dapat merugikan Perusahaan.
i. Menjaga disiplin serta selalu mematuhi seluruh ketentuan yang ditetapkan
Pengusaha/Pemberi Kerja.
j. Menjaga sopan santun dan norma kesusilaan di lingkungan kerja maupun lingkungan
Perusahaan.
k. Memelihara kebersihan di lingkungan kerja dan lingkungan Perusahaan.
l. Selalu berada di tempat kerja selama jam kerja dan dilarang meninggalkan tempat kerja
kecuali untuk hal-hal yang ada hubungannya dengan pelaksanaan tugas dan tanggung
jawab kerja atau atas perintah atasannya.
m. Meminta Izin secara tertulis terlebih dahulu kepada atasannya sesuai prosedur apabila
meninggalkan tempat kerja.
n. Menyerahkan Surat keterangan Sakit dari Dokter atau Dokter BPJS apabila tidak dapat
masuk bekerja karena sakit. Jika tidak ada Surat keterangan Sakit daridokter maka
ketidakhadiran Pekerja digolongkan sebagai kemangkiran dan akan dikenakan sanksi.
o. Membantu menjaga keamanan den keselamatan umum di tempat kerja sehingga dapat
tercipta suasana kerja yang aman .
p. Membantu mencegah usaha gangguan di dalam maupun diluar lingkungan Perusahaan
yangdapat menghambat kelancaran operasionalataumerugikan Perusahaan.
q. Selambat-lambatnya 14 hari setelah tanggal terjadi perubahan, melaporkan secara
tertulis atas setiap perubahan data pribadi berupa alamat tempat tinggal, status
pernikahan, status Anggota Keluarga ke Bagian HRD - GA melaluiatasannya.
r. Menjaga/menyimpan segala data yang dinyatakan bersifat rahasia dan tidak
membocorkan kepada siapapun.
s. Menghormati antar pekerja, Pengusaha/pemberi Kerja.

Pasal 60
Larangan-larangan
Pekerja dilarang:
a. Bekerja pada perusahaan lain.
b. Melakukan kegiatan-kegiatan di luar kepentingan Perusahaan selama waktu kerja
tanpaIzin tertulis dari Pengusaha/Pemberi Kerja.
c. Menerima tamu pribadi selama waktu kerja tanpa izin dari atasan.
d. Menggunakan peralatan kerja untuk kepentingan pribadidan/atau untuk kepentingan
orang lain yang tidakadahubungannyadengan Perusahaan.
e. Melanggar ketentuan perundangan dan ketentuan Perusahaan.
f. Membawa senjata api atau tajam dan/atau jenis-jenis senjata lainnya ke dalam lokasi
kerja atau lingkungan Perusahaan.
g. Membawa dan/atau meminum minuman keras dan obat-obatan terlarang atau dalam
keadaan mabuk di dalam lingkungan kerja atau lingkungan Perusahaan yang dapat
mengakibatkan bahaya/gangguan dalam menjalankan tugasnya baik kepada dirinya
maupun orang lain.
h. Menyalahgunakan fasilitas pengobatan atau perawatan.
i. Merokok di tempat-tempat yang dinyatakan bahaya/mudah terbakar serta tempat-
tempat yang terlaranguntukmerokok.
j. Menghilangkan atau merusak alat-alat kerja atau keselamatan kerja yang disediakan.
k. Melakukan segala macam bentuk perjudian di dalam lingkungan Perusahaan.
l. Memberikan keterangan tidak benar.
m. Menolak perintah kerja yang layak.

Pasal61
Jenis Sanksi
1. Tujuan pemberian teguran lisan, teguran tertulis atau Peringatan adalah dalam rangka
pembinaan agar Pekerja menyadari kesalahannya dan tidak melakukan pelanggaran
lagi.
2. Jenis sanksi terdiri dari:
- Teguran Lisan.
- Teguran Tertulis.
- Peringatan I, II dan III yang diberikansecaraberurutan.
- Peringatan Pertama dan Terakhir.
- PHK.
3. Masa berlaku Teguran Tertulis paling lama 6 bulan.
4. Masa berlaku Peringatan:
- Peringatan I paling lama 6 bulan.
- Peringatan II paling lama 6 bulan.
- Peringatan III paling lama 6 bulan.
- PeringatanPertama dan Terakhir paling lama 6 bulan

Pasal 62
Pelanggaran dan Sanksi
1. Pelanggaran di bawahiniakandiberikanTeguranLisan.
a. Terlambat memulai pekerjaan atau terlambat masuk kerja kembali setelah waktu
istirahat sebanyak 3 kali berturut-turut atau 5 kali tidak berturut-turut dalam waktu
satu bulan.
b. Bergurau pada waktu kerja.
c. Tidak memakai seragam kerja yang telah diberikan.
d. Berpakaian tidak sopan dan tidak rapi pada waktu kerja
e. Berambut panjang di luar kesopanan (untuk pria).
f. Tidak ikut menjaga kebersihan lingkungan kerja, membuang sampah
sembarangan.
g. Menerima tamu pribadi pada jam kerja tanpa Izin atasannya.
h. Tidak melaksanakan kewajiban umum pekerja
2. Pelanggaran di bawahiniakandiberikanTeguranTertulis
a. Mengulangi perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 setelah diberikan
Teguran Lisan.
b. Berdagang tanpa Izin dari Pengusaha/Pemberi Kerja pada waktu kerja di
lingkungan kerja atau Perusahaan.
c. Mengedarkan sumbangan untuk kepentingan pribadi/orang lain tanpa Izin HRD.
d. Menolak ditegur terhadap kesalahan yang dilakukan.
e. Berjalan-jalan, bermain-main ke tempat lain yang bukan tempat kerjanya tanpa
alasan yang sah.
f. Menunjukkan sikap yang kurang sopan apabila diberikan petunjuk oleh atasannya
atau pimpinan yang bermaksud menunjukkan kesalahan untuk dibenarkan.
g. Memasuki ruangan yang bukan bagiannya tanpa ada keperluan dan tanpa Izin dari
yang berwenang.
h. Pulang sebelum berakhirnya waktu kerja tanpa Izin atasan.
i. Tidak menjaga/bertanggung jawab ikut mengamankan peralatan kerja ataupun
hasil kerja yang telah diselesaikan.
j. Melakukan pelanggaran tata tertib sebagaimana dimaksud pada Pasal 59.
3. Pelanggaran di bawahiniakandiberikanPeringatan I.
a. Melakukan dan atau mengulangi pelanggaran saat berlakunya Teguran Tertulis.
b. Mangkir 2 hari dalam sebulan.
c. Berbaring atau tiduran pada waktu jam kerja.
d. Masuk ke tempat yang dilarang bagi yang tidak berkepentingan karena sifatnya
rahasia/berbahaya.
e. Menolak perintah kerjaatasan sesuai dengan ruang lingkup jabatan.
f. Melakukan pekerjaan yang bukan tugasnya tanpa izin atasan.
g. Memakai peralatan/bahan milik Perusahaan untuk kepentingan pribadi/orang lain
tanpa izin.
h. Memindahkan/melakukan sesuatu yang akibatnya merusak alat kerja tanpa izin
atasan.
i. Tidak cakap melaksanakan pekerjaan menurut standar Perusahaan dan telah
dicoba di tempat lain.
j. Menolak diperiksa Satpam.
k. Menolak perintah untuk melaksanakan pemeriksaan kesehatan.
l. Menyalahgunakan waktu berobat.
m. Mengabaikan petunjuk atasan sehingga dapat mengakibatkan kesulitan atau
menghambat kelancaran operasional Perusahaan.
n. Melakukan kelalaian yang dapat mengakibatkan kerusakan barang milik
Perusahaan.
o. Melakukan kegaduhan/menimbulkan keonaran di lingkungan Perusahaan yang
mengganggu suasana kerja.
p. Meninggalkan pekerjaan tanpa izin atasan.
q. Mengganggu teman kerja yang menimbulkan tidak adanya ketenangan bekerja
atau mengganggu konsentrasi teman sekerja.
s. Meninggalkan pekerjaan atau berhenti kerja sebelum jam istirahat atau
berakhirnya waktu kerja.
t. Menggunakan istirahat tahunan melebihi izin yang diberikan tanpa
memberitahukan atasannya dan atau HRD.
u. Menolak rotasi, demosi atau promosi.
v. Melakukan Pelanggaran atas larangan larangan sebagaimana diatur dalam pasal
60 huruf a,b,c, d, dan e.
w. Melanggar peraturan tentang Keselamatan Kerja.
x. Meminjamkan uang kepada Pekerja lain dengan memungut bunga di dalam
lingkungan Perusahaan.
y. Melakukan ulah dan perbuatan yang tidak terpuji (tercela) terhadap rekan sekerja
atau atasannya sehingga dapat menimbulkan ketegangan di antara sesama Pekerja.
z. Mengacaukan hasil pekerjaan sesama Pekerja sehingga merugikan Pekerja lain.
aa. Lalai dalam melakukan pengawasan terhadap bawahan sehingga mengakibatkan
kesalahan kerja di bagiannya atau mengakibatkan kerugian terhadap Perusahaan.
bb. Bertengkar, cekcok di dalam lingkungan Perusahaan sehingga mengganggu
ketenangan dan kelancaran kerja.Melakukan Pelanggaran atas larangan larangan
sebagaimana diatur dalam pasal 60 huruf f,g,h, dan j.
cc. Dengan sengaja merusak dokumenperusahaan dan seragam kerja.
dd. Mengeluarkan atau menciptakan suara gaduh dengan sengaja yang tidak ada
hubungannya dengan bunyi peralatan yang digunakan sehari-hari pada jam kerja
sehingga mengganggu ketenangan kerja.
ee. Pekerja memasang poster atau pengumuman tanpa izin atau perintah dari
Pengusaha/Pemberi Kerja
4. Pelanggaran di bawah ini akan diberikan Peringatan II.
Mengulangi pelanggaran yang sama atau melakukan pelanggaran a sampai dengan ee
seperti diatur dalam ayat 3, saat berlakunya Surat Peringatan I.
5. Pelanggaran di bawah ini akan diberikan Peringatan III.
Mengulangi pelanggaran yang sama atau melakukan pelanggaran a sampai dengan ee
seperti diatur dalam ayat 3, saat berlakunya Surat Peringatan II.
6. Pelanggaran di bawah ini akan diberikan Peringatan Pertama dan Terakhir.
a. Mangkir 4 hari berturut turut atau 8 hari tidak berturut-turut dalam sebulan.
b. Mengabaikan petunjuk dalam pelaksanaan tugas sehingga menimbulkan
kecelakaan pada diri sendiri atau orang lain.
c. Merokok di tempat yang dilarang.
d. Membuang cairan/bahan yang mudah terbakar di sembarang tempat sehingga
menimbulkan bahaya kebakaran
e. Membuat api/membakar sampah bukan pada tempat yang telah ditentukan.
f. Memindahkan alat pemadam kebakaran dan alat-alat untuk keadaan darurat tanpa
izin.
g. Memberikan surat keterangan sakit atau haid yang tidak benar;
h. Memberikan surat keterangan istirahat melahirkan yang tidak sesuai dengan
perhitungan atau pertimbangan klinis yang benar dari dokter/bidan.
i. Meminjam barang milik Perusahaan yang bukan sebagai perlengkapan kerjanya
sehari-hari tanpa ijn tertulis dari pimpinan yang berwenang.

Pasal63
PembebasandariKewajibanBekerja (Skhorsing)
1. Pengusaha/Pemberi Kerja dapat membebaskan Pekerja dari kewajiban bekerja atau
skhorsing karena:
a. Pekerja dalam proses pemeriksaan karena dugaan atas pelanggaran; atau
b. Pekerja dalam proses PHK.
2. Selama dibebaskan dari kewajiban bekerja atau skhorsing Pekerja dilarang berada di
seluruh lingkungan usaha Perusahaan.
3. Selama dibebaskan dari kewajiban bekerja atau skhorsing Pengusaha/Pemberi Kerja
wajib membayarkan Upahdan hak-hak Pekerja yang biasa diterimanya.

BABXI
BERAKHIRNYA HUBUNGAN KERJA

Pasal 64
Sebab-sebab Berakhirnya Hubungan Kerja.
1. Pemutusan Hubungan Kerja adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal
tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara
pekerja/buruh dan pengusaha.
2. Pengusaha/Pemberi Kerja dan serikat pekerja dengan segala upaya menghindari
terjadinya pemutusan hubungan kerja.
3. Dalam hal pemutusan hubungan kerja tidak dapat dihindari, maka maksud dan
alasan Pemutusan Hubungan Kerja wajib dirundingkan antara
Pengusaha/Pemberi Kerja dengan Serikat Pekerja atau dengan Pekerja apabila
Pekerja yang bersangkutan tidak menjadi anggota serikat pekerja.
4. Dalam hal tidak terjadi kesepakatan sebagaimana dimaksud ayat(3),maka
Pengusaha/Pemberi Kerja menerbitkan surat pemberitahuan Pemutusan
Hubungan Kerja kepada Pekerja yang bersangkutan paling lama14 (emapt
belas) hari kerja sebelum Pemutusan Hubungan Kerja.
5. Surat Pemberitahuan Pemutusan Hubungan Kerja sekurang-kurangnya memuat
: maksud dan alasan Pemutusan Hubungan Kerja, kompensasi Pemutusan
Hubungan Kerja serta hak lainnya bagi Pekerja/Buruh yang timbul akibat
Pemutusan Hubungan Kerja.
6. Pekerja yang menolak Pemutusan Hubungan Kerja, harus membuat surat
penolakan disertai alasan paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah diterimanya
surat pemberitahuan.
7. Dalam hal pekerja menolak Pemutusan Hubungan Kerja secara tertulis, maka
penyelesaian pemutusan hubungan kerja harus dilakuakan melalui mekanisme
penyelesain perselisihan hubungan industrial sesuai tingkatannya.
8. Selama belum ada putusan yang bersifat tetap dari Pengadilan Hubungan
Industrial (PHI), maka Pengusaha/Pemberi Kerja tetap menjalankan
kewajibannya
9. Hubungan kerja dapat berakhir karena :
a. Masa Percobaan
b. Pekerja mengundurkan diri.
c. Pekerja menderita sakit berkepanjangan dan tidak mampu bekerja.
d. Pekerja meninggal dunia.
e. Pekerja mencapai usia pensiun.
f. Pekerja melakukan pelanggaran terhadap PKB.
g. Berakhirnya perjanjian Kerja
h. Pekerja Ditahan Pihak Yang Berwajiib
i. Restrukturisasi Perusahaan atau Rasionalisasi/Efisiensi
j. Perusahaan Pailit
k. Perusahaan tutup atau tidak beroprasi lagi
l. Perubahan kepimilikan perusahaan

Pasal 64 A
Pemutusan Hubungan Kerja Dalam Masa Percobaan
1. Pemutusan Hubungan Kerja dalam masa percobaan dapat dilakukan setiap saat,
baik atas permintaan Pekerja atau Pengusaha dan atau Pemberi Kerja.
2. Kepada Pekerja diberikan upah bulan berjalan

Pasal 65
Pekerja Mengundurkan diri
1. Pekerja yang bermaksud mengundurkan diri atas kemauan sendiri wajib mematuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. Mengajukan pemberitahuan pengunduran diri kepada Pengusaha/Pemberi Kerja
secara tertulis selambat-lambatnya 30 hari bagi Pekerja yang tidak membawahi
departemen atau bukan merupakan pejabat struktural/manajerial.
b. Mengajukan pemberitahuan pengunduran diri kepada Pengusaha/Pemberi Kerja
secara tertulis selambat-lambatnya 60 hari bagi Pekerja yang membawahi
departemen atau pejabat struktural/manajerial sebelum tanggal berlaku pengunduran
diri.
c. Tetap bekerja hingga tanggal berlaku pengunduran diri.
d. Melakukan serah terima seluruh pekerjaan kepada atasan langsung atau kepada
Pekerja lain yang ditunjuk
e. Menyelesaikanseluruhkewajiban dan melakukantugas dan
tanggungjawabhinggatanggalberlakupengundurandiri
f. Mengembalikanseluruhbarangataualatperlengkapankerjasertafasilitaskerjamilik
Perusahaan (jikaada) dalamkeadaanbaik.
2. Pekerja yang mentaati persyaratan di atas berhak uang penggantian hak sesuai Pasal 76
ayat 3 dan uang pisah sesuai pasal 76 ayat 4 PKB ini
3. Pekerja yang mengundurkan diri yang mentaati persyaratan di atas berhak atas uang
pisah.
4. Pekerja yang mengundurkan diri tanpamentaati persyaratan di atas tidak berhak atas
uang penggantian hak dan uang pisah.
Pasal 66
Pekerja Menderita Sakit Berkepanjangan
1. Pekerja dapat mengajukan atau melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) yang
tidak dapat bekerja karena menderita sakit berkepanjangan setelah melampaui 12 bulan.
2. Pekerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja sesuai ayat 1, berhak atas
pembayaran yang terdiri dari Uang pesangon sebesar 2 x Pasal 72 (2), uang
penghargaan masa kerja sebesar 2 x Pasal 76 (1) dan uang penggantian hak sesuai Pasal
76 ayat 3 PKB ini

Pasal 67
PekerjaMeninggal Dunia
1. Hubungan kerja berakhir karena Pekerja meninggal dunia.
2. Kepada ahli waris Pekerja diberikan sejumlah uang yang perhitungannya sama dengan
Uang pesangon sebesar 2 x Pasal 76 ayat 1, uang penghargaan masa kerja sebesar 2 x
Pasal 76 ayat 2 dan uang penggantian hak sesuai Pasal 76 ayat 3 PKB ini.

Pasal 68
Pekerja Mencapai Usia Pensiun
1. Hubungan kerja berakhir pada saat Pekerja mencapai usia pensiun 58 tahun.
2. Pekerja yang hubungan kerjanya berakhir sesuai ayat (1) diatas berhak atas pembayaran
yang terdiri dari Uang pesangon sebesar 2 x Pasal 76 ayat 1, uang penghargaan masa
kerja sebesar 1 x Pasal 76 ayat 2 dan uang penggantian hak sesuai Pasal 76 ayat 3 PKB
ini.

Pasal 69
Pelanggaran Terhadap PKB
1. Pengusaha/Pemberi Kerja dapat melakukan PHK terhadap Pekerja yang melanggar
ketentuan dalam PKB dalam masa berlakunya Surat Peringatan Tertulis Ketiga.
2. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) seperti dimaksud dalam ayat 1,pekerja berhak atas
pembayaran uang pesangon sebesar 1 x Pasal 76 ayat 1, uang penghargaan masa kerja
sebesar 1 x Pasal 76 ayat 2 dan uang penggantian hak sesuai Pasal 76 ayat 3 PKB ini.

Pasal 70
Kemangkiran
1. Pekerja yang mangkir 5 hari kerja atau lebih berturut-turut tanpa keterangan disertai
bukti tertulis dan telah dipanggil oleh pengusaha/Pemberi Kerja dua kali secara patut
dan tertulis dengan tenggang waktu antara panggilan pertama dan kedua sekurang-
kurangnya 3 hari kerja dapat diputuskan hubungan kerjanya karena dikualifikasikan
mengundurkan diri.
2. Pekerja yang di PHK karena kemangkiran berhak atas pembayaran uang pisah sesuai
Pasal 76 ayat 4 dan uang penggantian hak sesuai Pasal 76 ayat 3 PKB ini

Pasal71
Berakhirnya Jangka Waktu PKWT
1. Hubungan kerja berakhir dengan berakhinya jangka waktu PKWT.
2. Pengusaha wajib memberikan uang kompensasi kepada Pekerja yang hubungan
kerjanya berdasarkan PKWT.
3. Pemberian uang kompensasi dilaksanakan pada saat berakhirnya PKWT.
4. Apabila PKWT diperpanjang, uang kompensasi diberikan saat selesainya jangka waktu
PKWT sebelum perpanjangan dan terhadap jangka waktu perpanjangan PKWT, uang
kompensasi berikutnya diberikan setelah perpanjangan jangka waktu PKWT berakhir
atau selesai.
5. Besaran uang kompensasi diberikan sesuai dengan ketentuan sebagai berikut :
a. PKWT selama 12 (dua belas) bulan secara terus menerus, diberikan sebesar 1 (satu)
bulan upah;
b. PKWT selama 1 (satu) bulan atau lebih tetapi kurang dari 12 (dua belas) bulan,
dihitung secara proporsional dengan perhitungan;
Masa kerja/12 x 1 (satu) bulan Upah;
c. PKWT selama lebih dari 12 (dua belas) bulan, dihitung secara proporsional dengan
perhitungan: masa kerja/12 x 1 (satu) bulan Upah.
6. Upah sebagaimana dimaksud ayat 5 yang digunakan sebagai dasar perhitungan
pembayaran uang kompensasai terdiri atas Upah pokok dan tunjangan tetap.
7. Pengusaha dan atau Pemberi Kerja berkewajiban memberikan uang sisa waktu
perjanjian kerja akibat hubungan kerja kerja yang belum berakhir apabila
pengusaha dan atau pemberi kerja memutuskan hubungan kerja sepihak.
Pasal 71A
Ditahan Pihak Yang Berwajib

Pemutusan Hubungan Kerja Karena Pekerja Ditahan Pihak Yang Berwajib


Bukan Atas Pengaduan Pengusaha
1. Dalam hal Pekerja ditahan pihak yang berwajib karena diduga melakukan
tindak pidana bukan atas pengaduan pengusaha dan atau pemberi kerja, maka
pengusaha dan atau pemberi kerja tidak wajib membayar upah tetap
2. Pengusaha dan atau Pemberi Kerja wajib memberikan bantuan kepada keluarga
Pekerja yang menjadi tanggungannya berupa upah bulanan selama 6 (enam)
bulan terhitung sejak hari pertama Pekerja ditahan oleh pihak yangberwajib
3. Pengusaha dan atau Pemberi Kerja dapat melakukan pemutusan hubungan
kerja terhadap Pekerja setelah adanya putusan pengadilan pidana yang telah
berkekuatan hukum tetap yang menyatakan pekerja bersalah
4. Apabila putusan pengadilan pidana yang telah berkekuatan hukum tetap
pekerja dinyatakan tidak bersalah, maka pengusaha dan atau Pemberi Kerja
wajib mempekerjakan kembali pekerja yang bersangkutan
5. Pekerja yang diputus Hubungan Kerjanya sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
di atas, maka Pengusaha dan atau Pemberi Kerja wajib membayar uang
penghargaan masa kerja sesuai pasal 76 ayat (2), uang pengantian hak sesuai
ketentuan pasal 76 ayat (3) dan uang pisah sesuai ketentuan pasal 76 ayat (4)

Pasal 71B
Ditahan Pihak Yang Berwajib

Pemutusan Hubungan Kerja Karena Pekerja Ditahan Pihak Yang


Berwajib Atas Pengaduan Pengusaha atau Pemberi Kerja
1. Dalam hal Pekerja ditahan pihak yang berwajib karena diduga melakukan
tindak pidana atas pengaduan pengusaha dan atau Pemberi Kerja, maka
pengusahawajib membayar upah dan hak-hak lainnya yang biasa diterima
oleh pekerja
2. Pengusaha dan atau Pemberi Kerja dapat melakukan pemutusan hubungan
kerja terhadap Pekerja setelah adanya putusan pengadilan pidana yang telah
berkekuatan hukum tetap yang menyatakan pekerja bersalah maka Pengusaha
dan atau Pemberi Kerja wajib membayar uang penggantian hak sesuai pasal
76 ayat (3) dan uang pisah sesuai ketentuan pasal 76ayat(4)
3. Apabila putusan pengadilan pidana yang telah berkekuatan hukum tetap
pekerja dinyatakan tidak bersalah maka pengusaha dan atau pemberikerja
wajib mempekerjakan kembali pekerja yang bersangkutan

Pasal71 C
Pemutusan Hubungan Kerja Karena Perubahan Kepemilikan
Dalam hal terjadi Pemutusan Hubungan Kerja karena perubahan status,
Penggabungan, Peleburan, atau Perubahan Kepemimpinan Perusahaan, maka teknis
dan pelaksanaannya dirundingkan antara pengusaha dan serikat pekerja dengan
kompensasi sekurang-kurangnya uang pesangon sebesar 2 (dua) kali ketentuan pasal
76 ayat (1), uang penghargaan masa kerjas ebesar 2 (dua) kali ketentuan pasal 76
ayat (2), dan uang penggantian hak sesuai ketentuan pasal 76 ayat (3).

Pasal 72
Restrukturisasi Perusahaan Atau Rasionalisasi
Pengusaha/Pemberi Kerja dapat melakukan PHK karena melakukan restrukturisasi
Perusahaan atau rasionalisasidengan ketentuan sebagai berikut :
1. Pekerja diberhentikan dengan hormat.
2. Pemutusan hubungan kerja (PHK) karena restrukturisasi Perusahaan atau rasionalisasi
berhak atas pembayaran Uang pesangon sebesar 2 x Pasal 76 ayat 1, uang penghargaan
masa kerja sebesar 1 x Pasal 76 ayat 2 dan uang penggantian hak sesuai Pasal 76 ayat 3
PKB ini.
3. Selain mendapatkan hak sesuai ayat 2 diatas, Perusahaan memberikan uang kompensasi
kepada pekerja sebesar 20 x 1 (satu) bulan upah.

Pasal 72 A
Pemutusan Hubungan Kerja Karena Perusahaan Pailit
Dalam hal terjadi penutupan Perusahaan (lockout) yang disebabkan
Perusahaan mengalami kerugian secara terus menerus selama 2 (dua) tahun yang
dibuktikan dengan laporan audit akuntan publik independen maka pengusaha
dan atau pemberi kerja dapat melakukan pemutusan Hubungan Kerja kepada
pekerja atas dasar kesepakatan antara pengusaha dan atau pemberi kerja dengan
serikat pekerja, dengan kompensasi sekurang-kurangnya uang pesangon sebesar
2 (dua) kali ketentuan pasal 76 ayat (1), uang penghargaan masa kerja sebesar 1
(satu) kali ketentuan pasal 76 ayat(2), dan uang penggantian hak sesuai ketentuan
pasal 76 ayat (3)

Pasal 72 B
PemutusanHubunganKerjakarenaPenutupan
Perusahaan
Dalam hal terjadi Pemutusan Hubungan Kerja yang disebabkan karena
Perusahaan Tutup atau tidak beroperasi, maka Pekerja berhak atas kompensasi
berupa: uang pesangon sebesar 2 (dua) kali ketentuan Pasal 76 ayat (1)
uangpenghargaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 76 ayat (2) dan
uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 76 ayat (3).

Pasal 73
Pelanggaran Disiplin Berat

1. Pengusaha/Pemberi Kerja dapat memutuskan hubungan kerja terhadap Pekerja yang


melakukan pelanggaran sebagai berikut :
a. Menolak rotasi, demosi atau promosi walaupun telah diberikan Peringatan III.
b. Melakukan penipuan, pencurian, atau penggelapan barang dan/atau uang milik
Perusahaan.
c. Memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan atau membuat dokumen yang
memuat keterangan atau data yang tidak benar sehingga merugikan Perusahaan.
d. Mabuk atau meminum minuman keras yang memabukkan, memakai dan atau
mengedarkan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya di lingkungan kerja
Perusahaan.
e. Melakukan perbuatan asusila atau perjudian di lingkungan kerja .
f. Menyerang, menganiaya, mengancam, atau mengintimidasi pekerja atau
Pengusaha/Pemberi Kerja di lingkungan kerja.
g. Membujuk teman sekerja atau Pengusaha/Pemberi Kerja untuk melakukan
perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perundang – undangan.
h. Merusak atau membiarkan dalam keadaan bahaya barang milik Perusahaan yang
menimbulkan kerugian bagi Perusahaan
i. Sengaja membiarkan teman sekerja atau atasan dalam keadaan bahaya ditempat
kerja.
j. Membongkar atau membocorkan rahasia Perusahaan yang seharusnya
dirahasiakan kecuali untuk kepentingan negara.
k. Melakukan pekerjaan untuk pihak lain dalam waktu kerja.
l. Menggunakan alat kerja milik perusahaan untuk kepentingan perusahan lain.
2. Pelanggaran yang dapat dikenakan hukuman sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
terlebih dahulu akan diproses sesuai hukum pidana.
3. Dalam hal Pekerja telah dinyatakan bersalah dan dihukum pidana diatas 2 (dua) tahun,
maka Pengusaha/Pemberi Kerja dapat melakukan PHK terhadap Pekerja.
4. Pekerja yang hubungan kerjanya berakhir berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), berhak atas pembayaran penggantian hak sesuai dalam pasal 76 ayat 3
dan uang pisah sesuai pasal 76 ayat 4 PKB ini
Pasal 74
Pekerja Melakukan Tindak Kriminal

1. Pengusaha/Pemberi Kerja dapat melakukan PHK terhadap Pekerja yang dinyatakan


bersalah dan dihukum oleh pengadilan.
2. Pengusaha/PemberiKerja wajib membayar uang penghargaan masa kerja sebesar 1 x
pasal 76 ayat 2 dan uang penggantian hak sesuai pasal 76 ayat 3 PKB ini.

Pasal 75
Penggabungan, Peleburan Perusahaan

Dalam hal terjadi PHK dikarenakan terjadi perubahan status, penggabungan, peleburan, atau
perubahan kepemilikan Perusahaan, maka Pekerja berhak atas Uang pesangon sebesar 2 x
Pasal 76 ayat 1, uang penghargaan masa kerja sebesar 1 x Pasal 76 ayat 2 dan uang
penggantian hak sesuai Pasal 76 ayat 4 PKB ini.

Pasal 76
Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja dan Ganti Kerugian
1. Perhitungan uang pesangon sekurang-kurangnya sebagai berikut :
a. Masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun, 1 (satu) bulan upah;
b. Masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 (dua) tahun, 2 (dua)
bulanupah;
c. Masa kerja 2 (dua) tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 (tiga) tahun, 3 (tiga)
bulanupah;
d. Masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 (empat) tahun, 4
(empat)bulan upah;
e. Masa kerja 4 (empat) tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 (lima) tahun, 5
(lima)bulan upah;
f. Masa kerja 5 (lima) tahun atau lebih, tetapi kurang dari 6 (enam) tahun, 6
(enam)bulan upah;
g. Masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi kurang dari 7 (tujuh) tahun, 7
(tujuh)bulan upah.
h. Masa kerja 7 (tujuh) tahun atau lebih tetapi kurang dari 8 (delapan) tahun,
8(delapan) bulan upah;
i. Masa kerja 8 (delapan) tahun atau lebih, 9 (sembilan) bulan upah.
j. Masa kerja 9 (sembilan) tahunataulebihtetapikurangdari 12 (dua belas) tahun, 12
bulanupah
k. Masa kerja 12 (dua belas) tahunataulebihtetapikurangdari 15 (lima belas) tahun, 15
bulanupah
l. Masa kerja 15 (lima belas) tahunataulebihtetapikurangdari 18 (delapanbelas) tahun,
18 bulanupah
m. Masa kerja 18 (delapanbelas) tahunataulebihtetapikurangdari 21 (dua puluhsatu)
tahun, 20 bulanupah

2. Perhitungan uang penghargaan masa kerjasebagaimanadimaksuddalamayat (1)


ditetapkansebagaiberikut :
a. Masa kerja 3 (tiga) tahunataulebihtetapikurangdari 6 (enam) tahun, 2 (dua)
bulanupah;
b. Masa kerja 6 (enam) tahunataulebihtetapikurangdari 9 (sembilan) tahun, 3 (tiga)
bulanupah;
c. Masa kerja 9 (sembilan) tahunataulebihtetapikurangdari 12 (dua belas) tahun, 4
(empat) bulanupah;
d. Masa kerja 12 (dua belas) tahunataulebihtetapikurangdari 15 (lima belas) tahun, 5
(lima) bulanupah;
e. Masa kerja 15 (lima belas) tahunataulebihtetapikurangdari 18 (delapanbelas) tahun,
6 (enam) bulanupah;
f. Masa kerja 18 (delapanbelas) tahunataulebihtetapikurangdari 21 (dua puluhsatu)
tahun, 7 (tujuh) bulanupah;
g. Masa kerja 21 (dua puluhsatu) tahunataulebihtetapikurangdari 24 (dua puluhempat)
tahun, 8 (delapan) bulanupah;
h. Masa kerja 24 (dua puluhempat) tahunataulebih, 10 (sepuluh) bulanupah.

3. Besarnya uang penggantianhakantara lain adalah :


a. Cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur;
b. Biayaatauongkospulanguntukpekerja/buruh dan
keluarganyaketempatdimanapekera/buruhditerimabekerja;
c. Penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15% (lima
belas perseratus) dari uang pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja bagi
yang memenuhisyarat;
d. Hal-hal lain yang ditetapkandalamperjanjiankerja,
peraturanperusahaanatauperjanjiankerja Bersama.

4. Besarnya uang pisah:


a. Masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 (enam) tahun, 1 (satu)
bulan upah;
b. Masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 (sembilan) tahun, 2 (dua)
bulan upah;
c. Masa kerja 9 (sembilan) tahun atau lebih tetapi kurang dari 12 (dua belas) tahun, 3
(tiga) bulan upah;
d. Masa kerja 12 (dua belas) tahun atau lebih tetapi kurang dari 16 (enambelas) tahun,
4 (empat) bulan upah;
e. Masa kerja 16 (enambelas) tahun atau lebih tetapi kurang dari 20 (dua puluh)
tahun, 5 (lima) bulan upah;
f. Masa kerja 20 (dua puluh) tahun atau lebih tetapi kurang dari 25 (dua puluh lima)
tahun, 6 (enam) bulan upah;
g. Masa kerja 25 (dua puluh lima) tahun atau lebih, 7 (tujuh) bulan upah;

Pasal 77
Hak dan Kewajiban masing masing pihak atas berakhirnya hubungan kerja
1. Pengusaha/Pemberi Kerja berhak untuk langsung memotong pembayaran yang timbul
akibat berakhirnya hubungan kerja yang menjadi hak Pekerja sebagai pelunasan atas
seluruh kewajiban keuangan Pekerja kepada Perusahaan.
2. Pengusaha/Pemberi Kerja memotong pajak atas pembayaran yang timbul akibat
berakhirnya hubungan kerja yang menjadi kewajiban Pekerja sesuai dengan ketentuan
perpajakan yang berlaku dan memberikan bukti pemotongan pajak kepada Pekerja.
3. Pengusaha/Pemberi Kerja membantu pengurusan administrasi terkait dengan BPJS.

BAB XII
PENYAMPAIAN KELUH KESAH

Pasal 78
Penyelesaian Keluh Kesah
1. Setiap keluh kesah Pekerja akan diselesaikan dengan musyawarah/mufakat.
2. Tata cara penyelesaian keluh kesah :
a. Pekerja mengajukan keluh kesah secara lisan ataupun tertulis kepada atasan
langsung.
b. Atasan langsung wajib berupaya menyelesaikan keluh kesah Pekerja dalam waktu
14 hari kerja sejak tanggal menerima pengaduan Pekerja.
c. Apabila Atasan langsung Pekerja gagal menyelesaikan keluh kesah Pekerja dalam
waktu 14 hari kerja Pekerja dapat mengajukan keluh kesahnya kepada atasan dari
atasan langsung Pekerja untuk diselesaikan dalam waktu 14 hari kerja sejak tanggal
menerima pengaduan Pekerja.
d. Apabila Atasan dari Atasan langsung Pekerja gagal menyelesaikan keluh kesah
Pekerja dalam waktu 14 hari kerja Pekerja dapat mengajukan keluh kesahnya kepada
Manajer HRD-GA untuk diselesaikan dalam waktu 14 hari kerja sejak tanggal
menerima pengaduan Pekerja.
e. Apabila Manajer HRD-GA gagal menyelesaikan keluh kesah Pekerja dalam waktu
14 hari kerja maka keluh kesah Pekerja akan diselesaikan sesuai UU No. 2/2004.

BAB – XIII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 79
Ketentuan Peralihan
1. Perjanjian Kerja Bersama ini berlaku untuk jangka waktu 2 tahun sejak tanggal
didaftarkan di Kementerian Tenaga Kerja.
2. Ketentuan dalam Perjanjian Kerja Bersama yang telah berakhir masa berlakunya tetap
berlaku hingga ditandatanganinya Perjanjian Kerja Bersama yang baru.
3. Dalam hal terjadi perubahan perundang-undangan ketenagakerjaan maka ketentuan
perundang-undangan yang baru akan diberlakukan dan teknis pelaksanaannya
dirundingkan dengan serikat pekerja.
4. Dalam hal pembaharuan PKB, PKB berikutnya kualitas dan kuantitasnya ditingkatkan.

Pasal 80
Masa Peralihan
1. Perjanjian Kerja Bersama dapat diperpanjang masa berlakunya paling lama 1 (satu)
tahun berdasarkan kesepakatan tertulis antara pengusaha/pemberi Kerja dengan serikat
pekerja.
2. Selambat-lambatnya 90 hari sebelum tanggal berakhirnya jangka waktu Perjanjian
Kerja Bersama ini, kedua belah pihak mulai untuk melakukan perundingan
pembaharuan Perjanjian Kerja Bersama ini.
3. Apabila Perjanjian Kerja Bersama ini telah berakhir masa berlakunya, dan Perjanjian
Kerja Bersama yang baru belum ditandatangani maka jangka waktu Perjanjian Kerja
Bersama yang telah berakhir tersebut dapat diperpanjang paling lama satu tahun.
4. Apabila jangka waktu perpanjangan telah berakhir namun Perjanjian Kerja Bersama
yang baru belum ditandatangani maka ketentuan dalam Perjanjian Kerja Bersama yang
telah berakhir masa berlakunya tetap berlaku hingga ditandatanganinya Perjanjian Kerja
Bersama yang baru.

Pasal 81
Sosialisasi
1. Agar Pekerja memahami Perjanjian Kerja Bersama ini, Pengusaha/Pemberi Kerja dan
Serikat Pekerja secara bersama-sama wajib mensosialisasikan PKB ini kepada seluruh
Pekerja selambat-lambatnya 1 bulan setelah PKB ini berlaku.
2. Kepada setiap Pekerja diberikan 1 (satu) eksemplar Perjanjian Kerja Bersama ini dalam
bentuk buku.
3. Pekerja wajib membaca dan memahami PKB ini dan menjadikannya sebagai pedoman
kerja dan perilaku.
4. Pengusaha/Pemberi Kerja dan Serikat Pekerja secara bersama sama wajib
mensosialisasikan PKB ini kepada Pekerja baru.

BAB – XIV
PENUTUP

Pasal 82
Penutup
1. Apabila ada hal-hal yang belum tercantum didalam Perjanjian Kerja Bersama ini, maka
akan diatur lebih lanjut dalam ketentuan tersendiri yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dan menjadi kesatuan dengan Perjanjian Kerja Bersama ini atas persetujuan
bersama antara Serikat Pekerja dengan Pengusaha/Pemberi Kerja
2. Perjanjian Kerja Bersama ini akan dicatatkan di Kementerian Ketenagakerjaan RI.

Anda mungkin juga menyukai