Pada dasarnya hubungan antara pengusaha dengan Pekerja diharapkan lebih serasi dalam
upaya memasyarakatkan Hubungan Industrial Pancasila (HIP) di perusahaan swasta. Pengusaha
mengharapkan adanya kemajuan dan perkembangan Perusahaan yang lebih baik dan Pekerja
mengharapkan peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan kesejahteraan dalam
hidupnya.Untuk itu perlu adanya ketentuan yang mengatur hak dan kewajiban dari kedua belah
pihak sehingga tercipta ketenangan kerja dan hubungan kerja yang harmonis.
Pengusaha dan Pekerja dalam melaksanakan tugas dan hubungan kerja selalu berpegang
kepada Tri Dharma yakni, antara Pengusaha dan Pekerja mengembangkan sikap atau iklim
untuk saling :
1. Merasa ikut memiliki ( Rumangsa handarbeni)
2. Wajib ikut memelihara dan mempertahankan (Melu Hangkrungkepi)
3. Selalu mawas diri ( Mulat sariro hangrasa wani)
Semuanya itu mengandung asas kemitraan (partnership), tanggungjawab bersama, dan
hubungan yang harmonis.
Menyadari akan hal-hal tersebut di atas, dibuatlah perjanjian kerja bersama ini sebagai
pedoman tertulis yang wajib ditaati dan dilaksanakan bersama atas kehendak dan iktikad baik
masing-masing pihak yang disusun berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan
Ketenagakerjaan yang berlaku.
PKB ini merupakan pedoman bagi para pimpinan lini sebagai wakil Perusahaan dalam
melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dimana salah satu yang utama adalah Menjaga dan
Menjamin agar PKB ini ditaati dan dilaksanakan dengan baik dan benar oleh kelompok yang
berkepentingan yang melaksanakan hubungan kerja dengan PT Lombok Gandaria.
Perjanjian Kerja Bersama ini disusun secara sistematik berdasar Perundangan yang berlaku
dimana dalam hal ini PT Lombok Gandaria senantiasa berusaha untuk memenuhi ketentuan-
ketentuan normatif yang ada didalammya.
1
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Istilah-istilah
(1) Perusahaan
Yang dimaksud dengan Perusahaan dalam Perjanjian Kerja Bersama ini adalah:
Nama : PT Lombok Gandaria
Bidang usaha : Makanan dan Minuman
Didirikan tahun : 1973
Direktur : Gunawan Pranoto
Berkedudukan di : Jl Raya Jaten Km. 7, Kec. Jaten, Kab. Karanganyar
(2) Serikat Pekerja
Ialah Serikat Pekerja Lombok Gandaria yang mewakili para Pekerja PT Lombok
Gandaria sebagai anggotanya.
(3) Pengusaha
Ialah orang atau badan hukum yang menjalankan Perusahaan milik sendiri atau orang lain
atau mewakili orang atau badan hukum yang memperkerjakan seorang karyawan atau
lebih dengan membayar upah.
(4) Pimpinan Perusahaan/Manajemen
Ialah Pekerja yang karena jabatannya diberi tanggung jawab, tugas, dan wewenang oleh
Pengusaha sebagai wakil Pengusaha dan memimpin Perusahaan dan/atau Divisi menurut
struktur organisasi Perusahaan.
(5) Atasan
Ialah Pekerja yang dalam struktur Organisasi Perusahaan berada pada tingkat/posisi lebih
tinggi, bisa dalam Bagian atau Unit yang sama atau Lintas Bagian atau Lintas Unit.
(6) Atasan Langsung
Ialah Pekerja yang karena kedudukan atau jabatanya membawahi langsung seseorang atau
lebih Karyawan lain sesuai dengan Struktur Jabatan/Struktur profesi yang berlaku.
(7) Calon Pekerja
Ialah orang yang memiliki hubungan kerja dengan Pengusaha sebelum diangkat menjadi
Pekerja.
(8) Pekerja
Ialah orang yang memiliki hubungan kerja dengan Perusahaan yang diatur dalam
Perjanjian Kerja Bersama dan menerima Upah.
(9) Upah
Ialah hak Pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang yang merupakan
imbalan dari Pengusaha kepada Pekerja sebagai akibat adanya hubungan kerja.
(10) Upah Minimum
Ialah Upah sebulan terendah yang didasarkan kepada Ketentuan Pemerintah.
(11) Hari Libur Resmi
Ialah hari libur yang ditetapkan oleh Pemerintah Negara Republik Indonesia.
(12) Lingkungan Perusahaan
Ialah seluruh ruangan termasuk tempat kerja dan halaman sekelilingnya yang merupakan
milik Perusahaan.
(13) Perjanjian Kerja Bersama
Ialah Kesepakatan atau perjanjian yang dibuat secara tertulis memuat ketentuan-
ketentuan
2
kerja, syarat-syarat kerja, hubungan kerja, tata tertib Perusahaan, sanksi-sanksi atas
pelanggaran kedisiplinan, hak dan kewajiban Pengusaha, Serikat Pekerja, dan Pekerja
yang disepakati antara Pengusaha dan Pekerja yang diwakili oleh Serikat Pekerja.
(14) Meninggalkan Pekerjaan
Ialah tidak berada ditempat kerja selama waktu kerja. (datang terlambat, pulang sebelum
waktu kerja berakhir, maupun tidak bekerja untuk seluruh waktu kerja).
(15) Perjalanan Dinas
Ialah pelaksanaan tugas dan tanggungjawab pekerjaan yang dilakukan keluar dari daerah
penempatannya.
(16) Mangkir
Ialah meninggalkan Pekerjaan untuk seluruh waktu kerjanya dan tidak dapat
menyerahkan surat ijin atau dengan alasan yang tidak dapat diterima Pimpinan.
Pasal 2
Luas Perjanjian
(1) Antara Pengusaha dan Serikat Pekerja telah menyetujui bahwa disamping ketentuan-
ketentuan yang telah diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama ini, kedua belah pihak tetap
mempunyai hak dan kewajiban lainnya yang sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
(2) Bahwa disamping adanya Perjanjian Kerja Bersama ini, perjanjian ataupun peraturan-
peraturan tambahan dapat diadakan antara Pengusaha dan Serikat Pekerja dengan
ketentuan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Peraturan tambahan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 (dua) diatas akan di tuangkan
dalam internal memo dan berlaku sebagai satu kesatuan Perjanjian Kerja Bersama ini.
(4) Perjanjian Kerja Bersama ini berlaku bagi kedua belah pihak yaitu Pengusaha dan
seluruh Pekerja PT. LOMBOK GANDARIA
Pasal 3
Isi dan Batas-Batas Kesepakatan
(1) Perjanjian Kerja Bersama ini memuat kesepakatan antara Pengusaha dan Serikat
Pekerja yang mewakili seluruh Pekerja sebagai anggotanya tentang syarat-syarat dalam
hubungan kerja antara Pengusaha dan Pekerja
(2) Dalam hal Pengusaha atau Serikat Pekerja mengadakan perubahan nama atau
penggabungan dengan nama atau bentuk lain, maka pasal-pasal dari perjanjian ini tetap
berlaku bagi kedua belah pihak sampai dengan masa berakhirnya perjanjian ini.
Pasal 4
Masa Berlakunya Kesepakatan
(1) Perjanjian Kerja Bersama ini berlaku untuk masa 2 (dua) tahun terhitung mulai tanggal
ditandatangani.
(2) Dalam hal pembaharuan salah satu pihak harus sudah mengajukan secara tertulis kepada
yang lain paling sedikit satu bulan sebelum masa berlakunya Perjanjian Kerja Bersama
ini berakhir.
3
Pasal 5
Kewajiban Masing-masing Pihak
(1) Pengusaha dan Pekerja dengan penuh tanggung jawab mentaati dan melaksanakan
semua ketentuan dalam Perjanjian Kerja Bersama ini.
(2) Pengusaha dan Serikat Pekerja berkewajiban memberikan pengertian / penjelasan
kepada Pekerja atau pihak-pihak lainnya yang mempunyai kepentingan dengan adanya
Perjanjian Kerja Bersama ini, baik isi dan pengertian seperti yang telah ditetapkan di
dalam Perjanjian Kerja Bersama ini.
Pasal 6
Pengakuan Organisasi Pekerja
(1) Pengusaha mengakui Serikat Pekerja PT. LOMBOK GANDARIA yang bernaung di
bawah Serikat Pekerja Seluruh Indonesia RTMM ( SPSI RTMM ) sebagai satu-satunya
Organisasi Pekerja dalam lingkungan perusahaan di PT. LOMBOK GANDARIA.
(2) Pengusaha membantu perkembangan Serikat Pekerja sebagaimana dimaksud Pasal 6
ayat (1) dengan pengertian selama Serikat Pekerja PT. LOMBOK GANDARIA tidak
merugikan Perusahaan.
(3) Pekerja tidak akan menghalang-halangi dan/atau mencampuri kewibawaan Pengusaha
dalam menjalankan kebijakan Perusahaan dan pengelolaan perusahaan.
(4) Serikat Pekerja dengan kesungguhan hati, akan membantu Pengusaha dalam
menegakkan disiplin kerja dan meningkatkan produktivitas kerja para anggotanya.
(5) Serikat Pekerja dengan kesungguhan hati, akan membantu Pengusaha dalam
melaksanakan kegiatan sosial dalam lingkungan Perusahaan untuk kesejahteraan
karyawan maupun kesejahteraan masyarakat.
Pasal 7
Fasilitas Organisasi Pekerja
(1) Pengusaha memberikan dispensasi kepada Pengurus Serikat Pekerja maksimum dua (2)
orang untuk meninggalkan Pekerjaan dengan tetap mendapatkan upah serta hak-hak
lainnya sebagai Pekerja apabila tenaganya dibutuhkan oleh organisasi Serikat Pekerja.
(2) Pengusaha memberikan kesempatan kepada Pengurus Serikat Pekerja untuk
mengadakan rapat dengan anggotanya di dalam lingkungan Perusahaan, di luar jam
kerja dengan terlebih dahulu meminta ijin secara tertulis kepada Perusahaan paling
lambat satu hari sebelum rapat diadakan. Dalam permintaan ijin harus dicantumkan
waktu, tempat, dan jumlah peserta rapat serta keterangan lain / ijin rapat dari yang
berwajib.
(3) Dalam hal meninggalkan Pekerjaan sebagaimana dimaksud Pasal 7 ayat (1), Pekerja
yang meninggalkan Pekerjaan wajib memberitahukan kepada Pengusaha dalam waktu
satu hari sebelumnya, kecuali dalam waktu yang mendesak.
(4) Pengusaha memberikan dispensasi kepada Pengurus Serikat Pekerja untuk memasang
papan nama / papan pengumuman setelah ditentukan oleh Pengusaha dimana papan
pengumuman itu ditempatkan, dan isi pengumuman tidak boleh menimbulkan
ketegangan / keresahan dalam lingkungan Pekerja / Perusahaan dan tidak bersifat
menghasut.
(5) Pengusaha membantu pelaksanaan penarikan iuran Pekerja sebagai anggota Serikat
Pekerja untuk kepentingan SPSI. RTMM. PT. LOMBOK GANDARIA.
4
BAB II
PEDOMAN
Pasal 8
NILAI-NILAI INTI
Pasal 9
Kewajiban Umum
(1) Setiap Pekerja wajib mentaati semua ketentuan yang berlaku dalam Perjanjian Kerja
Bersama ini maupun peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh pengusaha.
(2) Setiap Pekerja wajib mentaati dan melaksanakan dengan penuh tanggung jawab semua
petunjuk kerja dari Pimpinan.
(3) Setiap Pekerja mau menerima pertimbangan atau pendapat di dalam Perusahaan baik
terhadap Pengusaha, Pimpinan, sesama Pekerja, serta tamu Perusahaan dengan sikap
terbuka dan santun.
(4) Setiap Pekerja wajib menjaga nama baik Perusahaan baik di dalam maupun di luar
lingkungan Perusahaan.
(5) Setiap Pekerja wajib memegang teguh rahasia Perusahaan dalam arti yang seluas-
luasnya.
(6) Setiap Pekerja wajib meningkatkan kepandaiannya dan wajib mengikuti pendidikan
yang diselenggarakan oleh Perusahaan.
(7) Setiap pekerja wajib menciptakan lingkungan kerja yang aman dan disiplin.
5
BAB III
HUBUNGAN KERJA
Pasal 10
Hak dan Kewajiban Perusahaan
Pasal 11
Hak dan Kewajiban Pekerja
Pasal 12
Penerimaan Karyawan
(1) Untuk diterima sebagai Pekerja, calon Pekerja yang memenuhi kriteria dan persyaratan
wajib mengikuti sistem seleksi penerimaan Pekerja yang ditetapkan oleh perusahaan.
(2) Dalam masa Perjanjian Kerja Perusahaan dapat menggunakan haknya untuk
memutuskan hubungan kerja tanpa ada kewajiban dari Perusahaan untuk membayar
pesangon atau ganti rugi dalam bentuk apapun, kecuali upah bagi Calon Karyawan atas
Pekerjaan-pakerjaan yang telah dilakukannya yang belum dibayarkan.
Pasal 13
Status Hubungan Kerja
1. Magang
2. PKWT ( perjanjian kerja waktu tertentu)
3. PKWTT (perjanjian kerja waktu tidak tertentu)
4. Pekerja alih daya
Pasal 14
Penggolongan Pekerja
Pekerja dikelompokkan sesuai golongan pekerjaan dan golongan jabatan yang diatur terpisah
dalam Peraturan Balas Jasa Perusahaan.
7
Pasal 15
Penilaian Prestasi Kerja
Pasal 17
Jenis-jenis Pindah Jabatan
1. Rotasi/Mutasi
Adalah perpindahan jabatan ke jabatan lain yang setara, sehingga tidak terjadi
perubahan/peningkatan atas imbalan jasa.
2. Promosi
Adalah perpindahan jabatan pekerja ke tingkat jabatan yang lebih tinggi.
3. Demosi
Adalah perpindahan jabatan ke jabatan lain yang lebih rendah, dan tunjangan jabatan
disesuaikan/dihilangkan.
4. Pejabat Sementara
Adalah pemberian tugas dan tanggungjawab sementara yang tingkatnya lebih tinggi
/setara/lebih rendah dengan tetap memegang jabatan/pekerjaan semula.
8
Pasal 18
Biaya Pindah
Pekerja yang dipindah jabatan ke daerah lain atas kebutuhan perusahan yang mengakibatkan
perpindahan tempat tinggal, biaya perpindahan tempat tinggal disubsidi oleh Perusahaan .
BAB IV
TATA TERTIB DAN WAKTU KERJA
Pasal 19
Tata Tertib Kerja
10
Pasal 20
Waktu Kerja
Yang dimaksud dengan waktu kerja adalah waktu dimana Pekerja melakukan Pekerjaan
sesuai dengan Perjanjian Kerja yang telah disepakati bersama atau menurut ketentuan yang
berlaku di Perusahaan.
Pasal 21
Waktu Kerja Biasa
(1) Waktu kerja biasa diatur sebagai berikut:
a. Hari Senin s/d Jumat
1. 07.00 – 15.00 waktu kerja, (06.50 – 07.00 waktu persiapan kerja)
2. 07.30 – 16.30 waktu kerja, (07.20 – 07.30 waktu persiapan kerja)
3. 08.00 _ 16.00 waktu kerja, (07.50 – 08.00 waktu persiapan kerja)
b. Hari Sabtu
1. 07.00 – 12.00 waktu kerja, (06.50 – 07.00 waktu persiapan kerja)
2. 08.00 – 13.00 waktu kerja, (07.50 – 08.00 waktu persiapan kerja)
(2) Waktu mulai dan waktu berakhirnya Pekerjaan ditandai dengan bunyi alarm ataupun
tanda lainnya jika alarm tidak berfungsi.
(3) Pekerja wajib hadir di Perusahaan 10 (sepuluh) menit sebelum waktu kerja mulai.
(4) Pekerja wajib berada di ruang kerjanya 5 (lima) menit sebelum waktu kerja mulai untuk
melakukan persiapan kerja.
Pasal 22
Waktu Kerja Lembur
(1) Waktu kerja lembur adalah waktu kerja yang dilakukan di luar waktu kerja normal
(2) Pekerja wajib menjalankan pekerjaan yang harus diselesaikan di luar waktu kerja normal
sesuai surat perintah lembur ( SPL ) dengan mendapatkan upah lembur yang dilakukan
diatas satu jam kerja berakhir.
(3) Bagi pekerja dengan jabatan tertentu ( termasuk pimpinan perusahaan) tidak mendapat
upah lembur.
(4) Menolak perintah bekerja lembur yang wajar merupakan pelanggaran yang dapat
diberikan Surat Peringatan.
Pasal 23
Waktu Istirahat
11
Pasal 24
Cuti
(1) Pekerja yang telah bekerja selama 12 bulan berturut-turut tanpa terputus, berhak
mendapat cuti tahunan selama 12 (dua belas) hari kerja dengan pengaturan sebagai
berikut:
a. Cuti tahunan diambil secara kolektif selama 6 (enam) hari disebut cuti bersama
yang pelaksanaannya diatur oleh Perusahaan.
b. Cuti individual selama 6 (enam) hari yang pelaksanaannya diatur oleh Pekerja
dengan mendapat persetujuan Atasan langsung.
c. Pelaksanaan penghitungan hak cuti diatur dan ditetapkan oleh Perusahaan dalam
ketentuan Cuti.
d. Apabila pada akhir periode cuti ternyata Pekerja masih memiliki sisa hak cuti
tahunan, maka dapat diganti dengan uang, mengenai waktu dan pelaksanaannya
diatur oleh perusahaan.
e. Pengambilan cuti individual dinyatakan sah setelah mendapatkan ijin dari atasan
langsung dengan persetujuan dari pimpinan perusahaan.
(2) Cuti hamil diberikan kepada Pekerja Wanita yang hamil dan melahirkan selama 3 (tiga)
bulan menurut perhitungan dokter kandungan atau bidan.
(3) Cuti gugur kandung diberikan selama 1,5 bulan sejak gugur kandung atau sesuai dengan
surat keterangan dokter kandungan atau bidan.
(4) Pengusaha memberikan cuti ibadah kepada karyawan yang akan menunaikan ibadah
agamanya dengan tetap dibayar upahnya dan dilaksanakan dengan pengaturan sebagai
berikut :
a. Diberikan satu kali dan untuk pertamakalinya selama menjadi karyawan.
b. Mengajukan permohonan kepada perusahaan 2 (dua) bulan sebelum cuti
dilaksanakan.
Pasal 25
Upah Pada Hari Libur/Cuti
(1) Pada hari-hari libur resmi atau cuti bersama yang ditetapkan oleh pemerintah dan/atau
perusahaan bagi pekerja yang sudah memiliki hak cuti, maka pekerja yang bersangkutan
tetap mendapatkan upah.
(2) Pekerja yang bekerja pada hari libur resmi karena kebutuhan Perusahaan yang tidak
dapat dihindari akan diperhitungkan sebagai kerja lembur, kecuali bagian marketing
akan diatur tersendiri.
(3) Pekerja yang karena kebutuhan dan sifat pekerjaannya tetap bekerja pada saat cuti
bersama tidak diperhitungkan sebagai kerja lembur, dan jumlah hari kerja tersebut
dikompensasikan sebagai cuti individu.
12
BAB V
PENGUPAHAN
Pasal 26
Upah dan Dasar Pengupahan
Pasal 27
Sistem Pengupahan
Pasal 28
Upah Selama Karyawan Sakit
(1) Sakit sesuai dengan UU. 13 Tahun 2003 upah diperhitungkan sebagai berikut:
a. 4 bulan pertama, upah dibayarkan 100 %.
b. 4 bulan kedua, upah dibayarkan 75 %.
c. 4 bulan ketiga, upah dibayarkan 50 %.
d. Selanjutnya upah dibayarkan 25 % sampai ada keputusan dari perusahaan.
(2) Sakit karena kecelakaan kerja, upah dibayarkan penuh sampai dinyatakan sembuh oleh
dokter, apabila dinyatakan oleh dokter tidak memungkinkan bekerja lagi, perusahaan
dapat memutuskan hubungan kerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(3) Upah selama karyawan sakit dibayar sesuai dengan surat istirahat dari dokter yang
dirujuk.
13
Pasal 29
Upah Lembur
(1) Upah lembur adalah upah yang diberikan atas pekerjaan yang dilakukan diluar jam
kerja yang normal, kecuali untuk bagian marketing dan bagian distribusi diatur dengan
ketentuan tersendiri.
(2) Sistem pembayaran dan perhitungan upah lembur berpedoman pada Undang-Undang
No. 13 Tahun 2003 yo Kepmenakertrans : No.Kep 102/Men/VI/2004, dimana cara
perhitungannya adalah sebagai berikut :
Bekerja lembur pada hari biasa:
Untuk jam kerja lembur pertama dibayar sebesar 1½ (satu setengah) kali upah sejam
Untuk setiap jam lembur berikutnya dibayar sebesar 2 (dua) kali upah sejam.
Bekerja lembur pada hari Minggu atau hari libur resmi hari panjang (Senin s/d Jumat):
Untuk 7 (tujuh) jam pertama dibayar 2 (dua) kali upah sejam.
Jam kedelapan dibayar 3 (tiga) kali upah sejam.
Jam kesembilan dan kesepuluh dibayar 4 (empat) kali upah sejam.
Bekerja lembur pada hari libur resmi hari pendek (Sabtu):
Untuk 5 (lima) jam pertama dibayar 2 (dua) kali upah sejam
Jam keenam dibayar 3 (tiga) kali upah sejam.
Jam ketujuh dan kedelapan dibayar 4 (empat) kali upah sejam.
Upah sejam pada waktu kerja lembur adalah 1/173 kali upah pokok sebulan.
(3) Pekerja yang melaksanakan perjalanan dinas, tidak mendapatkan upah lembur tetapi
diperhitungkan sesuai prosedur perjalanan dinas yang diatur dalam peraturan tersendiri.
Pasal 30
Upah Selama Meninggalkan Pekerjaan
14
(4) Untuk memperoleh upah atas ijin meninggalkan Pekerjaan sebagaimana dimaksud ayat 3
Pekerja harus dapat menyerahkan kepada Atasan Langsung sebagai berikut :
a. Pekerja menikah berupa surat undangan dan/atau surat keterangan dari kelurahan.
b. Menikahkan anaknya; berupa surat undangan/surat keterangan dari RT setempat.
c. Mengkhitankan anaknya; berupa foto copy akte kelahiran dan/ surat keterangan RT
setempat.
d. Membaptiskan anaknya; berupa foto copy akte kelahiran dan/ surat baptis.
e. Istri melahirkan atau gugur kandungan; berupa surat keterangan dari bidan/dokter
atau rumah sakit.
f. Suami/Istri, orang tua/mertua, anak atau menantu meninggal dunia berupa foto copy
surat lelayu atau surat keterangan RT setempat.
g. Anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia; berupa foto copy kartu
keluarga atau surat keterangan RT setempat.
h. Tugas Negara; berupa surat tugas dari Negara.
(5) Meninggalkan Pekerjaan karena menjalankan tugas Perusahaan, upah Pekerja dibayar
penuh.
(6) Dalam Keadaan force majeur sehingga perusahaan sementara mengurangi operasional
atau terpaksa merumahkan atau mengistirahatkan Pekerja maka upah diberikan sebesar
50 %.
(7) Pekerja yang meninggalkan Pekerjaan untuk kepentingan lain selain yang disebut ayat 2
dan ayat 3 atau ijin meninggalkan Pekerjaan dengan alasan tidak normatif atau dengan
alasan yang tidak dapat diterima oleh Perusahaan, maka upah tidak dibayar dan
dikategorikan mangkir.
(8) Pekerja yang meninggalkan Pekerjaan untuk kepentingan, menunggui keluarga Inti (
orang tua,mertua,anak/suami/istri) rawat inap di Rumah Sakit mendapatkan ijin khusus
sebanyak-banyaknya 6 (enam) hari kerja, dengan tidak mendapat upah dan bukan
kategori mangkir.
(9) Izin sebagaimana pada ayat (8) diatas, pekerja wajib menunjukan surat keterangan
menunggu orang sakit yang diterbitkan oleh Rumah Sakit.
(10) Pekerja yang meninggalkan Pekerjaan untuk kepentingan mengurus administrasi
kependudukan (SIM, KTP, KK, Akta Kelahiran) mendapatkan ijin khusus selama 1
(satu) hari kerja, dengan tidak mendapat upah dan bukan kategori mangkir.
(11) Izin sebagaimana pada ayat (10) diatas, pekerja wajib menunjukan tanda bukti
penerimaan dokumen/ tanda bukti pengurusan dokumen yang diterbitkan oleh instansi
yang berwenang dengan disertai tanda pengesahannya (cap/stempel).
(12) Bilamana cuti habis dan karyawan ijin dengan alasan lelayu dengan menyertakan bukti
tertulis tidak dikategorikan mangkir.
(13) Alasan yang tidak dapat diterima pada ayat 7 sebagai berikut :
1. Sakit tanpa surat keterangan dokter
2. Kepentingan keluarga/mendesak
3. Rewang
Pasal 31
Peninjauan Upah
Pasal 33
Pengambilan Upah Oleh Pihak Ketiga
Pengambilan upah oleh pihak ketiga hanya dapat dilakukan berdasarkan surat kuasa bermeterai
cukup dari yang bersangkutan.
BAB VI
JAMINAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN
Pasal 34
Pembayaran Tunjangan Hari Raya
(1) Tunjangan Hari Raya akan diberikan pada Pekerja selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari
sebelum Hari Raya keagamaan masing-masing dan dengan persetujuan kedua belah
pihak Tunjangan Hari Raya keagamaan dapat diberikan secara bersama-sama pada
Hari Raya Lebaran.
(2) Pekerja yang telah mempunyai masa kerja 1 (satu) bulan secara terus menerus tetapi
kurang dari 12 (dua belas) bulan akan diberikan tunjangan hari raya secara
proporsional yang mengacu pada Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 06 tahun
2016 tentang tunjangan hari raya keagamaan bagi pekerja/buruh di perusahaan.
Pasal 35
BPJS Ketenaga Kerjaan dan Kesehatan
(1) Program dan besarnya iuran BPJS Ketenagakerjaan yang diikuti meliputi:
a. Jaminan Kecelakaan Kerja, dengan iuran sebesar 0,89% dari gaji/upah sebulan
dibayar sepenuhnya oleh Perusahaan. sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 44 tahun 2015 tentang penyelenggaraan program jaminan kerja dan
kematian
b. Jaminan Kematian, dengan iuran sebesar 0,3% dari gaji/upah sebulan dibayar oleh
Perusahaan. sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 44 tahun
2015 tentang penyelenggaraan program jaminan kerja dan kematian
c. Jaminan Hari Tua, dengan iuran sebesar 3,7% dari gaji/upah sebulan dibayar oleh
Perusahaan dan 2% dari gaji/upah sebulan dibayar oleh Pekerja. Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 46 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
Program Jaminan Hari Tua
Pasal 36
Tunjangan Sosial dan Kesejahteraan
BAB VII
PERLINDUNGAN KERJA
Pasal 37
Jaminan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(1) Perusahaan tidak menyediakan dana untuk pengobatan sakit jiwa, ayan (epilepsi), sakit
karena usaha bunuh diri, sakit kelamin, upaya untuk mendapatkan keturunan dan sakit
yang berhubungan dengan kosmetika (sakit jerawat, operasi plastik) dan lain-lain yang
bukan disebabkan karena kecelakaan kerja.
(2) Perusahaan menyediakan obat-obatan bagi Pekerja yang sakit.
(3) Perusahaan membantu satu kali biaya rawat inap dalam satu tahun yang besarnya
maksimal 1 ( satu ) bulan gaji bagi Pekerja yang sakit bukan karena kecelakaan kerja.
17
Pasal 38
Keselamatan Kerja Pekerja
(1) Setiap Pekerja harus berperan aktif untuk mencegah dan menanggulangi kecelakaan
kerja maupun kebakaran di lingkungan kerjanya.
(2) Pekerja yang Pekerjaannya mengandung resiko kerja tinggi disediakan alat keselamatan
kerja (perlindungan diri).
(3) Tiap ruang kerja yang dipandang perlu, dilengkapi alat pemadam kebakaran, ventilasi,
alarm / buatan, penyedot debu, cerobong asap dan lain-lain sesuai dengan ketentuan
Pemerintah.
(4) Setiap Pekerja diwajibkan memelihara dan mempergunakan alat-alat keselamatan kerja
dan mematuhi ketentuan yang berlaku dalam Undang-undang Keselamatan Kerja.
Pasal 39
Pakaian dan Atribut Kerja
(1) Pakaian kerja
a. Karyawan diberi pakaian kerja dengan waktu pembagian disesuaikan dengan
kebutuhan.
b. Karyawan yang mendapat pakaian kerja wajib memakainya didalam waktu
kerja.
c. Pengusaha tidak memberikan pakaian kerja pada pekerja yang dalam masa
percobaan kecuali untuk tim marketing.
d. Karyawan wajib memelihara pakaian kerja dengan sebaik-baiknya.
e. Pakaian kerja tidak boleh diubah bentuknya.
f. Pakaian kerja tidak boleh dipakai diluar waktu kerja atau diluar lingkungan
kerja, kecuali untuk tugas tertentu.
g. Bahan,model, dan jumlah pakaian kerja yang diberikan kepada karyawan
ditentukan oleh Perusahaan.
h. Pakaian kerja wajib dikembalikan apabila sudah tidak menjadi karyawan.
(2) Perlengkapan Kerja
a. Karyawan dapat pula diberi perlengkapan kerja khusus sesuai dengan kondisi
dan sifat pekerjaan tertentu sesuai dengan tugasnya.
b. Karyawan diwajibkan mentaati tatacara menggunakan perlengkapan kerja dan
berbusana yaitu sopan,rapi dan bersepatu.
BAB VIII
SANKSI-SANKSI DAN SKORSING
Pasal 40
Bentuk-bentuk Sanksi dan Pengertiannya
(1) Sanksi Administrasi adalah bentuk sanksi yang diberikan kepada Pekerja karena
melakukan pelanggaran.
a. Teguran I ( pertama ) adalah bentuk sanksi yang diberikan kepada Pekerja atas
pelanggaran pasal 41 yang didokumentasikan pada buku Teguran( Pertama ).
b. Teguran II ( kedua ) adalah bentuk sanksi yang diberikan kepada Pekerja atas
pelanggaran pasal 42 yang didokumentasikan pada buku Teguran II ( kedua ).
c. Surat Peringatan Pertama, Surat Peringatan Kedua, dan Surat Peringatan Ketiga
adalah bentuk sanksi yang diberikan kepada Pekerja secara tertulis berupa surat
18
peringatan atas perbuatan/pelangaran pasal 43, pasal 44, pasal 45.
d. Pemutusan Hubungan Kerja ( PHK ) adalah bentuk sanksi yang dilakukan oleh
Pengusaha dengan cara mengakhiri hubungan kerja kepada Pekerja yang melakukan
perbuatan/pelanggaran atau kesalahan berat sebagaimana dimaksud pasal 49 dan
tidak berhak atas uang pesangon, uang penghargaan, dan uang penggantian hak.
(2) Sanksi berupa Teguran I ( Pertama ), Teguran II ( kedua ), Surat Peringatan Pertama,
Surat Peringatan Kedua, Surat Peringatan Ketiga dan PHK dapat diikuti ( ditambahkan )
dengan sanksi Tambahan berupa Demosi dan/atau Kewajiban Mengganti Kerugian.
(3) Sanksi Tambahan adalah bentuk sanksi yang diberikan kepada Pekerja sebagai ikutan (
tambahan ) atas diberikannya sanksi Administrasi.
(4) Sanksi tambahan dapat berupa :
a. Demosi adalah bentuk sanksi yang berhubungan dengan perbuatan/pelanggaran
terhadap wewenang dan atau tanggungjawab jabatan atau pelanggaran
kedisiplinan, sehingga Pekerja patut dipindah jabatan dari jabatan yang tinggi ke
jabatan yang lebih rendah.
b. Kewajiban mengganti kerugian adalah bentuk sanksi atas perbuatan atau
pelanggaran yang menimbulkan kerugian materiil yang menimpa Perusahaan
atau sesama Pekerja.
c. Sanksi hukuman dengan melakukan perbuatan/tindakan yang sebanding dengan
tingkat pelanggaran yang di perbuat dengan tujuan memberikan efek jera.
(5) Kerugian materiil sebagaimana dimaksud ayat (4) huruf b adalah kerugian yang dapat
dinyatakan dalam nilai rupiah, menurut kasus masing-masing.
(6) Dalam hal kerugian materiil menimpa Perusahaan, Pengusaha menetapkan nilai
rupiahnya.
(7) Dalam hal kerugiaan materiil menimpa sesama Pekerja, Pekerja yang tertimpa
menetapkan nilai rupiahnya.
(8) Penetapan nilai rupiah sebagaimana dimaksud ayat 6 dan 7 patut mempertimbangkan
nilai kewajarannya.
Pasal 41
Sanksi Berupa Teguran I ( Pertama )
(1) Teguran I ( pertama ) diberikan kepada Pekerja yang melakukan pelanggaran berikut
ini:
a. Masuk atau keluar lingkungan perusahaan tidak melalui pintu yang ditentukan.
b. Parkir kendaraan tidak pada tempat yang telah ditentukan untuk parkir.
c. Tidak mengenakan pakaian kerja dan atau perlengkapan kerja pada waktu
bekerja.
d. Pekerja laki-laki mengenakan accessories seperti anting dan sejenisnya, serta
berambut panjang.
e. Memperbincangkan ( mengobrol ) sesuatu yang tidak ada kaitannya dengan
Pekerjaan pada jam-jam kerja.
f. Tidak menjaga kebersihan lokasi kerja termasuk WC dan atau kamar mandi.
g. Menerima tamu untuk urusan pribadi tanpa mendapat ijin atasan langsung.
h. Membuang sampah tidak pada tempatnya ( sembarangan )
i. Tidak dengan sengaja merusakkan barang milik sesama Pekerja.
j. Terlambat masuk ke perusahaan termasuk jam istirahat.
19
k. Tidak melakukan presensi pada mesin presensi baik ketika datang ataupun
pulang kerja, kecuali pekerja pada jabatan/pekerjaan tertentu.
l. Perbuatan atau pelanggaran lain yang bobot dan dampaknya dapat disamakan
atau disetarakan dengan perbuatan atau pelanggaran sebagaimana dimaksud
pasal ini.
(2) Teguran I ( pertama ) dapat dilakukan oleh atasan,atasan langsung,dan atau satuan
pengamanan (satpam ).
(3) Dalam hal atasan dan atau satuan pengaman ( satpam ) yang melakukan teguran I (
pertama ), ia dapat menyampaikan atau melaporkan pelanggaran kepada atasan
langsung dari Pekerja.
(4) Atasan langsung memanggil Pekerja, menjelaskan pelanggaran, sanksinya, dan
mencatat pada Buku Teguran.
(5) Bila masa berlaku Teguran Pertama telah selesai ( habis ), Pekerja melakukan
pelanggaran pasal ini kepadanya bisa diberikan sanksi berupa Teguran Pertama lagi atau
Teguran Kedua atau Surat Peringatan I atau Surat Peringatan II atau Surat Peringatan
III sesuai motif dan bobot kasusnya.
(6) Teguran I ( pertama ) berlaku untuk selama 1 (satu) bulan sejak tanggal yang tertera
pada Buku Teguran.
Pasal 42
Sanksi berupa Teguran II ( kedua ).
(1) Teguran II ( kedua ), diberikan kepada Pekerja yang melakukan perbuatan atau
pelanggaran berikut ini :
a. Mangkir satu kali dalam satu bulan kalender.
b. Mengulur-ulur waktu dan atau Pekerjaan.
c. Tidak melaksanakan atau menyelesaikan tugas atau pekejaannya tanpa
memberikan alasan yang dapat diterima atasan atau atasan langsung atau yang
dapat dipertanggungjawabkan.
d. Tidak mentaati petunjuk-petunjuk kerja yang benar sehingga dapat menganggu
keselamatan kerja atau efektifitas atau efisiensi atau produktivitas kerja secara
optimal atau menimbulkan kerusakan barang atau kerugian bagi perusahaan.
e. Bekerja dengan malas-malasan .
f. Menolak tambahan Pekerjaan untuk membatasi diri-sendiri dan atau Pekerja lain
terhadap peningkatan produktifitas kerja yang mana secara perhitungan
kapasitas tambahan Pekerjaan tersebut masih dimungkinkan.
g. Meninggalkan atau mengalihkan tugas atau Pekerjaan yang harusnya
diselesaikan kepada Pekerja lain tanpa mendapat ijin atasan atau atasan
langsung.
h. Mencoret-coret atau membuat tulisan yang tidak ada kaitannya dengan
Pekerjaan dalam lingkungan perusahaan atau terhadap barang milik perusahaan.
i. Mengedarkan atau menempelkan poster-poster atau pengumuman yang tidak ada
hubungannya dengan Pekerjaannya atau tanpa mendapat ijin pengusaha.
j. Berjualan barang dagangan dengan maksud diperjual belikan dengan sesama
Pekerja atau orang lain dalam lingkungan perusahaan.
k. Tidak menyimpan atau merawat alat-alat kerjanya sesuai dengan tempat atau
petunjuk penyimpanan atau perawatannya.
l. Istirahat melebihi waktu istirahat sebagaimana pasal 23, kecuali bagi yang sudah
20
meminta ijin kepada atasannya terlebih dahulu.
m. Terlambat masuk perusahaan untuk kedua kalinya setelah mendapatkan sanksi
TT1 yang masih berlaku.
n. Perbuatan atau pelanggaran lain yang bobot atau dampaknya dapat disamakan
atau disetarakan dengan perbuatan atau pelanggaraan sebagaimana dimaksud
pasal ini.
(2) Teguran II (kedua) diberikan maksimal sebanyak 2 ( dua ) kali dalam satu tahun.
Apabila Pekerja melakukan pelanggaran ketiga atas pasal 42 ayat (1) maka Pekerja
tersebut mendapat Surat Peringatan Pertama.
(3) Teguran II ( kedua ) dapat dilakukan oleh atasan,atasan langsung,dan atau satuan
pengamanan (satpam ).
(4) Dalam hal atasan dan atau satuan pengaman ( satpam ) yang melakukan teguran II (
kedua), ia dapat menyampaikan atau melaporkan pelanggaran kepada atasan langsung
dari Pekerja.
(5) Atasan langsung memanggil Pekerja,menjelaskan pelanggaran , sanksinya, dan
mencatat pada Buku Teguran.
(6) Bila masa berlaku Teguran Kedua telah selesai ( habis ), Pekerja melakukan
pelanggaran pasal ini kepadanya bisa diberikan sanksi berupa Surat Peringatan Pertama
atau Surat Peringatan II atau Surat Peringatan III sesuai motif dan bobot kasusnya.
(7) Teguran II ( kedua) berlaku untuk selama 1 (satu) bulan sejak tanggal yang tertera pada
Buku Teguran.
Pasal 43
Sanksi Berupa Surat Peringatan Pertama
(1) Sanksi berupa Surat Peringatan Pertama, diberikan kepada Pekerja yang melakukan
perbuatan atau pelanggaran berikut ini :
a. Mangkir selama dua hari tidak berturut-turut dalam 1 ( satu ) bulan kalender.
b. Terlambat masuk ke perusahaan untuk yang ke-enam kalinya setelah TT1,TT2
Sanksi materiil ke 1, Sanksi materiil ke 2, Sanksi materiil ke 3. (pemberian
sanksi materi selalu diikuti sanksi moral).
c. Menolak perintah atau tidak mengindahkan pengarahan atasan, baik yang
diperintahkan atau diarahkan secara lisan atau tertulis tanpa memberikan alasan
yang dapat diterima atasan atau yang dapat dipertanggungjawabkan walaupun
telah diperintahkan atau diarahkan dengan wajar.
d. Tidur atau tertidur pada jam-jam kerja baik didalam ataupun diluar lingkungan
perusahaan.
e. Merokok pada jam-jam kerja, di lingkungan kerja.
f. Mencari peluang-peluang atau celah-celah peraturan atau ketentuan atau
sejenisnya untuk kepentingan pribadi Pekerja.
g. Tidak memperhatikan dan atau mentaati setiap pengumuman yang dikeluarkan
oleh perusahaan.
h. Tidak mengikuti pertemuan-pertemuan yang diadakan oleh atasan langsung
baik didalam maupun diluar jam kerja , tanpa mendapat ijin atasan langsung.
i. Pulang sebelum jam kerja berakhir dengan alasan yang tidal dapat diterima
atasan langsung.
j. Perbuatan atau pelanggaran lain yang bobot atau dampaknya dapat disamakan
atau disetarakan dengan perbuatan atau pelanggaran sebagaimana dimaksud
pasal ini.
(2) Bila dalam masa berlaku surat peringatan pertama, Pekerja melakukan perbuatan atau
21
pelanggaran pasal ini ( sanksi berupa surat peringatan pertama ) teguran I ( pertama )
sebagaimana dimaksud pasal 41 ayat (1), atau teguran II ( kedua ) sebagaimana
dimaksud pasal 42 ayat (1), kepadanya diberikan surat peringatan kedua.
(3) Bila masa berlaku Surat Peringatan Pertama telah selesai ( habis ), Pekerja melakukan
pelanggaran pasal ini kepadanya bisa diberikan sanksi berupa Surat Peringatan Pertama
lagi atau Surat Peringatan II atau Surat Peringatan III sesuai motif dan bobot kasusnya.
(4) Dengan bantuan Departemen Personalia Surat Peringatan Pertama dibuat dan
ditandatangani oleh Kepala Departemen.
(5) Pekerja yang mendapatkan Surat Peringatan I ( pertama ) surat peringatannya diberikan
oleh Kepala Departemennya dan ditandatangani oleh Pekerja yang bersangkutan.
(6) Surat Peringatan Pertama diserahkan kepada Pekerja yang bersangkutan , dan
tindasannya diserahkan Kepala Departemen Personalia dan arsip .
(7) Surat Peringatan Pertama berlaku selama 6 (enam) bulan sejak tanggal terakhir
melakukan pelanggaran atau sejak terbuktinya pelanggaran tersebut.
Pasal 44
Sanksi Berupa Surat Peringatan Kedua
(1) Sanksi berupa Surat Peringatan Kedua, diberikan kepada Pekerja yang melakukan
perbuatan/pelanggaran berikut ini:
a. Mangkir selama 2 ( dua ) hari berturut-turut.
b. Mengadakan rapat yang tidak ada hubungannya dengan Pekerjaan di lingkungan
Perusahaan tanpa mendapat ijin dari Pimpinan perusahaan.
c. Menghentikan mesin atau Pekerjaan selama waktu kerja tanpa mendapat ijin
atau alasan yang dapat diterima oleh atasan langsung.
d. Tanpa wewenang atau ijin, mengendarai atau menjalankan alat angkut bermotor
atau sejenisnya.
e. Menggunakan barang milik Perusahaan secara serampangan atau ceroboh
sehingga menimbulkan kerusakan barang atau kerugian bagi Perusahaan.
f. Terlambat masuk ke perusahaan setelah mendapatkan SP 1 (satu) yang masih
berlaku
g. Perbuatan/Pelanggaran lain yang bobot atau dampaknya dapat disamakan atau
disetarakan dengan perbuatan/pelanggaran sebagaimana dimaksud pasal ini .
(2) Surat Peringatan Kedua diberikan maksimal sebanyak satu kali dalam masa berlakunya.
(3) Bila dalam masa berlaku Surat Peringatan Kedua, Pekerja melakukan perbuatan atau
pelanggaran pasal ini ( sanksi berupa surat peringatan kedua ), Surat Peringatan
Pertama, teguran I ( pertama ) sebagaimana dimaksud pasal 41 ayat (1), atau teguran II (
kedua ) sebagaimana dimaksud pasal 42 ayat (1), kepadanya diberikan Surat Peringatan
Ketiga.
(4) Bila masa berlaku Surat Peringatan Pertama telah selesai ( habis ), Pekerja melakukan
pelanggaran pasal ini kepadanya bisa diberikan sanksi berupa Surat Peringatan Kedua
lagi atau Surat Peringatan III sesuai motif dan bobot kasusnya.
(5) Dengan bantuan Departemen Personalia Surat Peringatan Kedua dibuat dan
ditandatangani oleh Kepala Departemen.
(6) Pekerja yang mendapatkan Surat Peringatan Kedua, Surat Peringatannya diberikan oleh
Kepala Departemennya dan ditandatangani oleh Pekerja yang bersangkutan.
(7) Surat Peringatan Kedua diserahkan kepada Pekerja yang bersangkutan , dan tindasannya
diserahkan Kepala Departemen Personalia dan arsip .
22
(8) Surat Peringatan Kedua berlaku selama 6 (enam) bulan sejak tanggal terakhir
melakukan pelanggaran atau sejak terbuktinya pelanggaran tersebut.
Pasal 45
Sanksi Berupa Surat Peringatan Ketiga
(1) Sanksi berupa Surat Peringatan Ketiga, diberikan kepada Pekerja yang melakukan
perbuatan/pelanggaran berikut ini:
a. Mangkir selama 3 ( tiga) berturut –turut
b. Melakukan tindakan kegiatan politik dilingkungan Perusahaan baik secara
terang-terangan maupun terselubung.
c. Melakukan perbuatan, tindakan, atau perkataan yang berbau sara dilingkungan
perusahaan.
d. Bertindak sebagai rentenir ( lintah darat ) atau melakukan utang piutang
terhadap sesama Pekerja sehingga berdampak pada keresahan atau penurunan
produktivitas Pekerja.
e. Menolak untuk melakukan tugas atau perintah yang layak.
f. Lalai hingga mengakibatkan dirinya atau orang lain/ teman kerja tidak dapat
menjalankan Pekerjaan.
g. Tetap tidak cakap menjalankan Pekerjaan meskipun telah diberikan pembinaan
dan dicoba dibidang tugas yang berbeda.
h. Mengabaikan ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Perusahaan.
i. Tidak mentaati peraturan kerja dibagian mana ia diPekerjakan / ditempatkan.
j. Terlambat masuk ke perusahaan setelah mendapatkan SP 2 (dua) yang masih
berlaku
k. Perbuatan atau Pelanggaran lain yang bobot atau dampaknya dapat disamakan
atau disetarakan dengan perbuatan/pelanggaran sebagaimana dimaksud pasal ini.
(2) Surat Peringatan Ketiga diberikan maksimal sebanyak satu kali dalam masa berlakunya.
(3) Bila dalam masa berlaku Surat Peringatan Ketiga, Pekerja melakukan perbuatan atau
pelanggaran pasal ini ( sanksi berupa surat peringatan ketiga ), Surat Peringatan
Pertama,Surat Peringatan Kedua, teguran I ( pertama ) sebagaimana dimaksud pasal 41
ayat (1), atau teguran II ( kedua ) sebagaimana dimaksud pasal 42 ayat (1), kepadanya
diberikan Surat Pemutusan Hubungan Kerja.
(4) Bila masa berlaku Surat Peringatan Ketiga telah selesai ( habis ), Pekerja melakukan
pelanggaran pasal ini kepadanya bisa diberikan sanksi berupa Surat Pemutusan
Hubungan Kerja.
(5) Pekerja yang mendapatkan Surat Peringatan Ketiga, Surat Peringatannya diberikan oleh
Kepala Departemen Personalia dan ditandatangani oleh Pekerja yang bersangkutan.
(6) Surat Peringatan Ketiga diserahkan kepada Pekerja yang bersangkutan , dan tindasannya
diserahkan Kepala Departemen dan arsip Personalia .
(7) Surat Peringatan Ketiga berlaku selama 6 (enam) bulan sejak tanggal terakhir
melakukan pelanggaran atau sejak terbuktinya pelanggaran tersebut
23
Pasal 46
Sanksi Bagi Pekerja pada tingkat Manajemen
Sanksi-sanksi bagi Pekerja setingkat manajemen diberikan dan ditandatangani oleh Direksi.
Pasal 47
Keamanan Barang Milik Perusahaan
(1) Kerusakan / kehilangan alat kerja / barang milik Perusahaan yang terjadi karena bukan
kesengajaan/ kecerobohan/ kelalaian atau kesalahan Pekerja dalam menjalankan tugas
menjadi tanggung jawab Perusahaan
(2) Kerusakan/ kehilangan alat kerja barang milik Perusahaan yang terjadi karena
kesengajaan/ kecerobohan/ kelalaian atau kesalahan Pekerja dalam menjalankan tugas
menjadi tanggungjawab pemakai/ Pekerja tersebut.
(3) Kerusakan / kehilangan barang-barang milik Perusahaan yang dipercayakan kepada
Pekerja dan terjadi di luar tugas menjadi tanggung jawab Pekerja yang bersangkutan.
Pasal 48
Pelaksanaan Sanksi
(1) Semua rencana pelaksanaan sanksi wajib diberikan dan diberlakukan hanya oleh pihak
yang berwenang sesuai dengan ketentuan Peraturan Perusahaan yang berlaku, atas dasar
keterangan dan bukti yang benar serta dapat dipertanggung jawabkan.
(2) Penerapan sanksi tidak wajib dilaksanakan secara berurutan, namun tergantung dari
jenis dan bobot kesalahan atau pelanggaran yang dilakukan oleh Pekerja
(3) Dalam pelaksanaan penerapan sanksi apabila karyawan tidak mau menandatangani
Surat Peringatan maka Surat Peringatan tetap berlaku.
Pasal 49
PHK ( Pemutusan Hubungan Kerja )
(1) Pemutusan Hubungan Kerja diberikan kepada Pekerja yang melakukan kesalahan berat
sebagai berikut:
a. Pencurian, penggelapan, penipuan,memfitnah, pemalsuan dan lain-lain yang
dikategorikan dalam tindak pidana atau perdata dan dalam proses hukum.
b. Penganiayaan/ mengancam secara fisik dan mental terhadap Pengusaha / atasan,
keluarga Pengusaha atau teman sekerjanya atau melakukan hal-hal yang melanggar
hukum atau kesusilaan.
c. Memikat Pengusaha/ atasan, keluarga Pengusaha atau teman sekerjanya untuk
melakukan hal-hal yang melanggar hukum.
d. Dengan sengaja atau karena kecerobohannya merusak barang-barang
milik perusahaan.
e. Memberikan keterangan palsu atau melakukan penipuan pada waktu membuat
Perjanjian Kerja dengan memberikan keterangan yang tidak benar atau sengaja
tidak lengkap.
f. Mabuk di tempat kerja, membawa minuman keras atau obat-obatan terlarang.
g. Membongkar rahasia Pengusaha atau Rumah tangga Perusahaan.
h. Berkelahi,saling menyerang/menghina terhadap atasan/pimpinan Perusahaan/rekan
24
kerja.
i. Menyalahgunakan kepercayaan dan kedudukan yang dipercayakan kepadanya untuk
kepentingan diri sendiri dan orang lain.
j. Di dalam Perusahaan tanpa izin Pimpinan menjalankan perdagangan atau
propaganda untuk kepentingan Perusahaan lain atau badan-badan, selain yang sesuai
dengan tujuan Perusahaan.
k. Membawa senjata api / senjata tajam ke dalam lingkungan Perusahaan.
l. Melakukan kesalahan setelah mendapat surat peringatan ketiga yang masih berlaku.
m. Menerima imbalan dalam bentuk apapun dari pihak luar/dalam untuk kepentingan
Pribadi.
n. Melakukan berbagai perbuatan yang dapat golongkan dalam perbuatan asusila.
(2) Pekerja yang diputus hubungan kerjanya karena melakukan kesalahan berat seperti ayat
1(satu) tidak berhak atas uang pesangon dan uang penghargaan masa kerja.
(3) Demi ketertiban dan kelancaran perusahaan, pihak Pengusaha dan Serikat Pekerja
sepakat melakukan tindakan tegas berupa Pemutusan Hubungan kerja dengan tanpa
pesangon, kepada Pekerja yang melakukan pelanggaran sebagai berikut :
a. Tidak masuk kerja tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan (alpa
/mangkir) selama 5 (lima) hari berturut-turut serta telah dipanggil kerja oleh
perusahaan namun tidak diindahkan dianggap mengundurkan diri secara otomatis.
b. Tidak masuk kerja tanpa alasan yang dapat dipertanggung jawabkan (alpa/
mangkir) selama 5 (lima) hari tidak berturut-turut dalam jangka waktu 30 hari
dan pernah mendapat peringatan untuk hal tersebut.
Pasal 50
Skorsing
Pasal 51
Pengunduran Diri
(1) Setiap karyawan yang berniat untuk mengundurkan diri dari tugas dan jabatannya,
berkewajiban untuk menyampaikan maksudnya secara tertulis kepada pihak terkait,
minimal dalam waktu satu bulan sebelum tanggal pengunduran diri yang direncanakan,
serta wajib mendapatkan persetujuan pengunduran diri dari pihak perusahaan.
(2) Setiap karyawan yang akan mengundurkan diri berkewajiban untuk :
a. Mengembalikan barang dan atau uang milik perusahaan.
b. Melaksanakan serah terima tugas dengan jelas dan benar, kepada calon
penggantinya dan atau atasan langsung dengan cara membuat laporan serah terima
tugas yang berkaitan dengan tugas yang telah atau sedang dilaksanakan dan atau
yang tertunda.
(3) Bagi karyawan yang tidak melaksanakan syarat umum pengunduran diri sebagaimana
tersebut dalam ayat (1) dan (2) pasal ini, maka terhadap karyawan tersebut dapat
25
dianggap diberhentikan dengan tidak hormat, serta tidak berhak atas Surat Keterangan
dari Perusahaan.
(4) Pekerja yang mengundurkan diri secara baik akan diberikan uang pisah dengan
ketentuan dan besaran sebagai berikut :
a. masa kerja 0 sampai 5 tahun = Rp 100.000,- (seratus ribu rupiah)
b. masa kerja 5 sampai 15 tahun = Rp 500.000,- (lima ratus ribu rupiah)
c. masa kerja 15 sampai 25 tahun = Rp 750.000,- (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah)
d. 25 tahun ke atas = Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah)
BAB IX
BERAKHIRNYA HUBUNGAN KERJA
Pasal 52
Sebab-sebab Berakhirnya Hubungan Kerja
(1) Hubungan kerja dapat terputus karena :
a. Karyawan meninggal dunia.
b. Reorganisasi Perusahaan.
c. Berakhirnya masa Kontrak Kerja.
d. Karyawan sakit berkepanjangan 1 (satu) tahun lebih.
e. Karyawan berusia 57 tahun lebih.
f. Karyawan mengundurkan diri.
g. Force Majeur.
h. Melanggar peraturan tata tertib dan disiplin
BAB X
PENGEMBANGAN PEKERJA, DISIPLIN, DAN TANGGUNGJAWAB PENGAWASAN
Pasal 53
Pengembangan Pekerja
1. Setiap Pekerja wajib mendukung setiap upaya yang dilakukan Perusahaan untuk
mempertahankan dan meningkatkan daya saing demi kelangsungan usaha Perusahaan.
2. Setiap Pekerja wajib menjaga kesehatan fisik dan mentalnya guna peningkatan
produktivitas dan kualitas kerja masing-masing.
3. Setiap pimpinan pada tingkat manapun juga wajib mengembangkan potensi Pekerja, agar
setiap Pekerja selalu :
a. Memahami, menjiwai, memegang teguh dan mewujudnyatakan Visi, Misi dan
Kebijakan Perusahaan dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas atau Pekerjaan
sehari-hari.
b. Memiliki perilaku dan tingkah laku dan sikap mental yang positif sesuai dengan
norma-norma sosial dan sopan santun sehingga mampu menjadi Pekerja yang mentaati
peraturan dan ketentuan perusahaan yang berlaku.
c. Mencurahkan segenap tenaga dan pikirannya selama waktu kerja, sehingga tugas atau
Pekerjaannya dapat selesai secara efektif, efisien, produktif dan maksimal untuk
kepentingan bersama.
d. Mentaati dan melaksanakan perintah, prosedur kerja dan menyelesaikan tugas atau
Pekerjaannya dengan sebaik-baiknya.
e. Bersikap jujur dan bertanggungjawab terhadap tugas, wewenang dan tanggungjawab
yang dipercayakan kepada setiap Pekerja dengan hasil kerja yang sebaik-baiknya.
26
f. Saling menghormati diantara sesama Pekerja dan tidak dibenarkan mengganggu
Pekerja lainnya.
4. Pengembangan Pekerja juga dimaksudkan agar setiap Pekerja, baik laki-laki maupun
perempuan dari tingkat pelaksana sampai dengan pimpinan wajib secara efektif turut serta
mengamankan perusahan sebagai wujud nyata kepedulian dan rasa bela Perusahaan untuk
membantu Pengusaha dalam hal-hal antara lain :
a. Mencegah dan menanggulangi setiap kemungkinan timbulnya kejadian-kejadian, baik
dari dalam maupun dari luar Perusahaan, yang menggangu kelancaran dan
kelangsungan usaha Perusahaan.
b. Menciptakan suasana kerja yang mendukung meningkatnya Prestasi Kerja Pekerja.
Pasal 54
Disiplin
1. Disiplin adalah hal yang penting, baik sebagai individu maupun sebagai organisasi.
Tanpa adanya disiplin upaya pengembangan Pekerja sebagaimana Pasal 46 tidak dapat
dilaksanakan.
2. Penerapan disiplin terhadap Pekerja dimaksudkan sebagai sarana untuk :
a. Melindungi dan menyelamatkan kelangsungan usaha Perusahaan terhadap
perbuatan atau perilaku Pekerja atau pihak lain yang dapat menghalangi
dicapainya Visi Misi dan Kebijakan Perusahaan, keharmonisan hubungan antara
Pekerja dan hubungan antara Pekerja dengan Pengusaha.
b. Terselengaranya kondisi dan suasana kerja yang baik dan sehat bagi seluruh
Pekerja
c. Mendidik agar setiap Pekerja bersikap dewasa dan berani
mempertangungjawabkan setiap hasil kerja, perilaku dan perbuatannya sendiri.
d. Pekerja yang tidak disiplin, diberikan sanksi sesuai dengan bobot atau dampak
perbuatan/pelanggarannya.
Pasal 55
Tanggung Jawab Pengawasan
1. Setiap pimpinan dalam jajaran struktur organisasi Perusahaan dan setiap pengurus
serikat Pekerja memiliki tanggung jawab pengawasan agar pendayagunaan Pekerja
sebagaimana dimaksud pasal 54 dapat dicapai perusahaan dengan sebaik-baiknya.
2. Setiap pimpinan dalam jajaran struktur organisasi perusahaan wajib menyelamatkan
penegakan disiplin dalam bekerja dan dalam lingkungan perusahaan sesuai rentang
kendali ( span-of-control ) masing-masing.
3. Setiap pimpinan dalam jajaran struktur organisasi Perusahaan dapat melakukan
tindakan pendisiplinan terhadap Pekerja sesuai rentang kendali masing-masing
sebagaimana dimaksud ayat 2 dalam wujud pemberian sanksi sebagaimana dimaksud
Bab VIII.
4. Bila pimpinan dalam jajaran struktur organisasi Perusahaaan tidak menyelamatkan
penegakan disiplin sebagaimana dimakskud ayat 2 dan ayat 3 tanpa memberi alasan
yang dapat dipertanggungjawabkan, kepadanya dapat diberikan pendisiplinan oleh
atasan langsungnya menurut hirarki struktur organisasi Perusahaan.
27
BAB XI
PENYELESAIAN KELUH KESAH DAN PENGADUAN
Pasal 56
Pengaduan-Pengaduan
Setiap pengaduan-pengaduan dari Pekerja, maka Serikat Pekerja akan menyelesaikan dengan
prosedur-prosedur sebagai berikut :
a. Dirundingkan / dimusyawarahkan antara Serikat Pekerja dengan Kepala
Departemen Personalia.
b. Dirundingkan/ dimusyawarahkan dengan Pimpinan Perusahaan seandainya tidak atau
belum ada penyelesaian dari hasil perundingan dengan Kepala Departemen
Personalia.
c. Apabila tidak terselesaikan secara Bipartit, maka permasalahannya akan diselesaikan
secara Tripartit antara Pengurus Serikat Pekerja, Pengusaha dan Pemerintah.
BAB XII
LAIN- LAIN
Pasal 57
Pendidikan dan Pelatihan
(1) Dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia, Perusahaan dapat
mengadakan pelatihan/training bagi Pekerja yang bertujuan untuk mempertinggi
kemampuan kerja sesuai dengan tugasnya masing-masing.Disamping itu,
pelatihan/training dilselenggarakan oleh Perusahaan untuk meningkatkan
ketrampilan,pengetahuan dan etos kerja ( semangat dan motivasi ) untuk
mengembangkan sikap mental yang positif serta loyalitas Pekerja.
(2) Jenis dan sistem pendidikan dan pelatihan yang diadakan Perusahaan disesuaikan
kebutuhan dan disesuaikan dengan bidang, tugas, dan jabatan Pekerja.
(3) Pendidikan dan Pelatihan adalah tugas perusahaan. Pengusaha atau Pimpinan
Perusahaan berwenang menentukan jenis,sistem dan waktu penyelengaaraan pelatihan
seperti yang dimaksud pada pasal ini.
(4) Biaya pendidikan dan pelatihan ditanggung oleh Perusahaan.
(5) Pendidikan dan Pelatihan dapat diselenggarakan di dalam atau diluar lingkungan
Perusahaan, menurut kebutuhannya.
(6) Pendidikan dan Pelatihan dapat diselenggrakan pada hari kerja,hari libur resmi,atau hari
minggu.
(7) Pendidikan dan Pelatihan yang diselenggrakan baik pada jam kerja,hari libur resmi,atau
hari
minggu tidak dihitung sebagai bekerja lembur meskipun lamanya waktu pendidikan dan
pelatihan melebihi lamanya waktu bekerja.
28
Pasal 58
Ketentuan Prosedural
Pasal 59
Ketentuan Peralihan
(1) Dengan berlakunya PKB ini, maka ketentuan dan peraturan/kebijakan perusahaan yang
bertentangan dengan PKB ini dinyatakan tidak berlaku lagi.
(2) Bilamana terjadi perubahan dalam peraturan perundang-undangan di bidang
ketenagakerjaan serta kebijakan-kebijakan baru perusahaan yang dapat mempengaruhi
terhadap berlakunya ketentuan dalam PKB, Maka PKB akan di tinjau kembali
Pasal 60
Keadaan Memaksa / Force Majeure
(1) Dalam keadaan tertentu yang bersifat mamaksa yang disebabkan oleh hal hal yang
berada di luar kekuasaan dan tidak dapat diduga sebelumnya (force Majeure) seperti
bencan alam, epidemic, kebakaran, pemogokan massal, perang huru hara, revolusi,
kekacauan yang disebabkan keadaan ekonomi, politik, sosial, pemberontakan,
perubahan pemerintah secara inkonstitusional, perubahan peraturan perundang-
undangan dan perubahan kebijakan pemerintah di bidang ekonomi dan moneter yang
membahayakan perusahaan. Maka perusahaan dapat mengambil tindakan-tindakan
untuk menyelamatkan perusahaan dengan mengesampingkan PKB ini.
(2) Apabila keadaan sebagaimana dimaksud ayat 1 pasal ini dapat teratasi, maka
perusahaan berkewajiban menjelaskan kepada karyawan dan berkewajiban untuk
melaksanakan kembali ketentuan-ketentuan dalam PKB ini.
Pasal 61
Masa Berlakunya, Perubahan PKB
(1) Perjanjian Kerja Bersama ini mulai berlaku pada saat ditandatangani bersama antara
Pengusaha dan Pengurus Serikat Pekerja atas nama semua karyawan untuk jangka
waktu dua tahun.
(2) Perjanjian Kerja Bersama tetap berlaku sekalipun terjadi pergantian Pimpinan….
29
Perusahaan maupun pergantian Pengurus Serikat Pekerja sampai habis masa
berlakunya.
(3) Apabila salah satu pihak menghendaki perubahan, maka dalam waktu sekurang-
kurangnya 1 (satu) bulan sebelum berakhirnya Perjanjian Kerja Bersama ini diwajibkan
untuk memberitahukan secara tertulis.
(4) Demikian Perjanjian Kerja Bersama ini dibuat dan telah disepakati secara bersama
untuk
dipakai sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas dan kewajiban bagi kedua belah
pihak. Dan apabila di kemudian hari ternyata terdapat ketentuan-ketentuan yang
bertentangan dengan undang-undang maka perjanjian ini tetap berlaku kecuali bagian-
bagian termaksud dalam ketentuan tersebut dan segera diperbaiki sebagaimana
mestinya.
(5) Perjanjian Kerja Bersama ini di buat rangkap dua dalam Bahasa Indonesia dan ditanda
tangani oleh kedua belah pihak yang bunyi serta kekuatan hukumnya sama.
DITETAPKAN DI : KARANGANYAR
PADA TANGGAL :
30