Untuk menyelesaikan berbagai masalah yang muncul, dibuatlah sebuah pedoman khusus
yang mengatur secara jelas mengenai hak dan kewajiban pekerja dan perusahaan yang lebih
kita kenal dengan nama Perjanjian Kerja Bersama (PKB).
1. Apa yang dimaksud dengan Perjanjian Kerja Bersama (PKB)?
2. Apa latar belakang pembuatan PKB?
3. Siapa saja yang menyusun PKB?
4. Apa isi dari PKB?
5. Apa yang perlu diperhatikan ketika membuat PKB?
6. Berapa lama jangka waktu berlakunya PKB?
7. Apa manfaat Perjanjian Kerja Bersama bagi Perusahaan dan Pekerja?
8. Bagaimana bila dalam 1 (satu) perusahaan terdapat lebih dari 1 (satu) serikat
pekerja/serikat buruh? Serikat pekerja/serikat buruh mana yang dapat berunding
dengan perusahaan?
9. Bagaimana tahap – tahap perundingan PKB?
10. Apa saja yang harus dilampirkan ketika ingin mendaftarkan PKB ke Dinas Tenaga
Kerja?
11. Apa tujuan dari pendaftaran PKB tersebut?
APA YANG DIMAKSUD DENGAN PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB)?
Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UU 13/2003) menyebut
Perjanjian Kerja Bersama (PKB) sebagai salah satu sarana dalam mewujudkan hubungan
industrial. UU 13/2003 menyebut PKB sebagai perjanjian yang merupakan hasil perundingan
antara serikat pekerja/serikat buruh atau beberapa serikat pekerja/serikat buruh yang
tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dengan
pengusaha, atau beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang memuat syarat
syarat kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak.
Artinya, PKB berisi aturan atau syarat-syarat kerja bagi pekerja, PKB juga mengatur hak dan
kewajiban pengusaha dan pekerja dan menjadi pedoman penyelesaian perselisihan antara
kedua belah pihak. Satu perusahaan hanya dapat membuat satu PKB yang berlaku bagi
seluruh pekerja di perusahaan tersebut.
APA LATAR BELAKANG PEMBUATAN PKB?
Aturan Ketenagakerjaan menyebut fungsi PKB untuk mengatur baik hak dan kewajiban
pengusaha maupun hak dan kewajiban serikat pekerja/serikat buruh serta pekerja/ buruh
dalam sebuah perusahan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Karena mereka-lah yang
paling mengerti kondisi dan kebutuhan perusahaan dalam menjalankan hubungan
industrial.
Hal ini ditegaskan pula oleh Konvensi ILO No. 98 tahun 1949 tentang Dasar-dasar Hak untuk
Berorganisasi dan untuk Berunding Bersama yang telah diratifikasi melalui Undang-undang
No. 18 tahun 1956. Konvensi menyebut perlunya ada kejelasan yang menyeluruh mengenai
hak dan kewajiban antara pengusaha dan pekerja serta tata tertib dalam bekerja dan di
lingkungan kerja.