Oleh :
2018
BAB 1
PENDAHULUAN
Istilah Perjanjian Kerja Bersama (PKB) sudah mulai dikenal dalam Undang-undang
Nomor 21 Tahun 1954 tentang Perjanjian Perburuhan antara Serikat Buruh dengan
Pengusaha/Majikan, Undang - undang ini merupakan salah satu dari Undang-undang yang
dinyatakan di cabut dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.
Undang - undang Nomor 21 Tahun 1954 tentang Perjanjian Perburuhan antara Serikat
Buruh dengan Pengusaha/Majikan ini lahir pada saat bangsa kita menganut demokrasi liberal,
sehingga semangat Undang-undang juga tidak lepas dari filosofi tersebut. Sesuai dengan
semangat itu masing-masing pihak yang membuat perjanjian perburuhan cenderung membela
kepentingannya sehingga tidak jarang pihak yang satu melakukan tekanan-tekanan baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Perjanjian Kerja Bersama (PKB) di buat untuk mengetahui hak dan kewajiban secara
pasti dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan ketenangan kerja maka perlu dibuatkan
suatu pedoman atau suatu aturan kerja yang disepakati antara Serikat Pekerja/Buruh dengan
Perusahaan sebagai aturan dalam pelaksanaan hubungan kerja dan di buat secara tertulis dan
di daftarkan ke pada instansi yang berwenang. Dengan demikian suatu perjanjian atau
kesepakatan antara Serikat Pekerja/Buruh dengan Pengusaha tersebut mempunyai suatu
kekuatan hukum yang pasti apabila di buat secara tidak melanggar syarat sahnya perjanjian.
Sebagai bentuk perlindungan terhadap pekerja/buruh atau penyeimbang kepentingan
antara pekerja/buruh dengan pengusaha, maka di Negara Indonesia telah membuat aturan-
aturan yang jelas dengan di bentuknya Undang-undang ketenagakerjaan. Adapun secara garis
besar ada tiga Undang-undang yang sekarang menjadi pedoman bagi para pekerja/buruh dan
pengusaha, yaitu : Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Undang-
undang
Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perseslisihan Hubungan Industrial,
Undang-undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh.
Sedangkan dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
dalam Pasal 1 Angka 21 menyebutkan bahwa Perjanjian Kerja Bersama adalah perjanjian
yang merupakan hasil perundingan antara serikat pekerja/serikat buruh atau beberapa serikat
pekerja/serikat buruh yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang
Ketenagakerjaan dengan pengusaha, atau beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha
atau perkumpulan pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban kedua
belah pihak.
Dari pasal diatas diketahui bahwa dalam hubungan kerja terdapat aturan yang bersifat
otonom yaitu pekerja dan pengusaha berhak mengatur syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban
kedua belah pihak yang dicantumkan dalam sebuah Perjanjian Kerja Bersama (PKB) sebagai
implementasi Undang-undang Ketenagakerjaan yang bersifat Heteronom yaitu aturan yang
di buat oleh Pemerintah yang dalam hal ini sebagai perlindungan terhadap hubungan
ketenagakerjaan.
Adapun dalam pembuatan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) tersebut syaratnya adalah
tidak boleh rendah dari ketentuan Undang-undang Ketenagakerjaan baik secara kualitas
maupun kuantitasnya. Hal yang mendasari diadakannya Perjanjian Kerja Bersama (PKB) ini
dikarenakan latar belakang sosial ekonomi bahwa posisi pengusaha lebih kuat bila
dibandingkan posisi pekerja atau buruh. Oleh karena itu hukum ketenagakerjaan/perburuhan
lebih memberi perlindungan kepada pekerja/buruh dengan maksud adanya keseimbangan
antara pengusaha dengan pekerja/buruh sehingga posisinya sama sebagai mitra dan subyek
dalam membuat perjanjian.
2. Isu apa sajakah yang ada dalam perundingan perjanjian kerja bersama ?
7. Apa saja faktor penyebab kebuntuan dalam perundingan kerja bersama serta bagaimana
cara mengatasinya ?
1.3 Tujuan
2. Untuk mengetahui isu apa saja yang terjadi dalam perundingan kerja bersama
3. Untuk mengetahui aspek psikologis apa yang terjadi dengan adanya perundingan kerja
bersama
PEMBAHASAN
Pasal 103 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 menyebut Perjanjian Kerja Bersama
(PKB) merupakan salah satu sarana dilaksanakannya hubungan industrial. Sangat diharapkan
akan terbentuk PKB yang berkualitas dengan mengkomodasikan tiga kepentingan yaitu
buruh, pengusaha dan negara. Sayangnya sulit terwujud, karena terdapat inkonsistensi aturan
hukum atau terdapat konflik norma di dalam norma pembentukan PKB.
Perjanjian kerja bersama adalah hak yang mendasar yang telah disyahkan oleh
anggota-anggota ILO dimana mereka mempunyai kewajiban untuk menghormati,
mempromosikan dan mewujudkan dengan itikad yang baik. Perjanjian kerja bersama adalah
hak pengusaha atau organisasi pengusaha disatu pihak dan dipihak lain serikat pekerja atau
organisasi yang mewakili pekerja. Hak ini ditetapkan untuk mencapai “kondisi-kondisi
pekerja yang manusiawi dan penghargaan akan martabat manusia (humane conditions of
labour and respect for human dignity), seperti yang tercantum dalam Konstitusi ILOIL
Bertolak dari pengertian tersebut, tersirat bahwa di dalam perjanjian kerja bersama
terkandung hal-hal yang sifatnya obligator (memuat hak-hak dan kewajiban-kewajiban pihak-
pihak yg mengadakan perjanjian), hal-hal yg bersifat normatif (mengenai peraturan
perundang-undangan).
Dengan demikian, dalam suatu perjanjian kerja bersama dimungkinkan untuk memuat
kaedah yang bersifat horizontal (pengaturan dari pihak-pihaknya sendiri), kaedah yang
bersifat vertikal (pengaturan yg berasal dari pihak yg lebih tinggi tingkatannya), dan kaedah
yg bersifat diagonal (ketentuan yang berasal dari pihak yg tidak langsung terlibat dalam
hubungan kerja).
Untuk menjaga agar isi perjanjian kerja bersama sesuai dengan harapan pekerja maka
isi perjanjian kerja bersama haruslah memuat hal-hal yang lebih dari sekedar aturan yang
berlaku (normatif), dengan membatasi masa berlakunya suatu perjanjian kerja bersama, guna
untuk selalu dapat disesuaikan dengan kondisi riel dalam kehidupan bermasyarakat.
Perjanjian Kerja Bersama merupakan hasil perundingan para pihak terkait yaitu
serikat pekerja/serikat buruh atau beberapa serikat pekerja/serikat buruh dengan pengusaha
atau beberapa pengusaha yang mengatur syarat-syarat kerja, serta hak dan kewajiban masing-
masing pihak.
Perjanjian Kerja Bersama tidak hanya mengikat para pihak yang membuatnya yaitu
serikat pekerja/serikat buruh dan pengusaha saja, tetapi juga mengikat pihak ketiga yang
tidak ikut di dalam perundingan yaitu pekerja/buruh, terlepas dari apakah pekerja/buruh
tersebut menerima atau menolak isi perjanjian kerja bersama atau apakah pekerja/buruh
tersebut menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh yang berunding atau tidak.
Penggunaan istilah bersama dalam perjanjian kerja bersama ini menunjuk pada
kekuatan berlakunya perjanjian yaitu mengikat pengusaha, atau beberapa pengusaha, serikat
pekerja/serikat buruh, dan pekerja/buruh itu sendiri. Penggunaan istilah bersama itu bukan
menunjuk bersama dalam arti seluruh pekerja/buruh ikut berunding dalam pembuatan
perjanjian kerja bersama karena dalam proses pembuatan perjanjian kerja bersama
pekerja/buruh bukan merupakan pihak dalam berunding.
Dalam satu perusahaan hanya boleh dibuat 1 (satu) perjanjian kerja bersama yang
berlaku untuk pengusaha dan semua pekerja/buruh di perusahaan tersebut. Hal ini
dimaksudkan agar dalam 1 (satu) perusahaan tidak terdapat perbedaan syarat-syarat kerja
antara pekerja/buruh satu dengan pekerja/buruh lainnya. Apabila perusahaan tersebut
mempunyai cabang maka dapat dibuat perjanjian kerja bersama induk yang berlaku di semua
cabang dan perjanjian kerja bersama turunan yang berlaku di masing-masing cabang
perusahaan.
Penggunaan istilah bersama dalam perjanjian kerja bersama ini menunjuk pada
kekuatan berlakunya perjanjian yaitu mengikat pengusaha, atau beberapa pengusaha, serikat
pekerja/serikat buruh, dan pekerja/buruh itu sendiri. Penggunaan istilah bersama itu bukan
menunjuk bersama dalam arti seluruh pekerja/buruh ikut berunding dalam pembuatan
perjanjian bersama karena dalam proses pembuatan perjanjian kerja bersama pekerja/buruh
bukan merupakan pihak dalam berunding.
Dalam satu perusahaan hanya boleh dibuat 1 (satu) perjanjian kerja bersama yang
berlaku untuk pengusaha dan semua pekerja/buruh di perusahaan tersebut. Hal ini
dimaksudkan agar dalam 1 (satu) perusahaan tidak terdapat perbedaan syarat-syarat kerja
antara pekerja/buruh satu dengan pekerja/buruh lainnya. Apabila perusahaan tersebut
mempunyai cabang maka dapat dibuat perjanjian kerja bersama induk yang berlaku di semua
cabang dan perjanjian kerja bersama turunan yang berlaku di masing-masing cabang
perusahaan.
Dengan perjanjian kerja bersama akan tercipta suatu kepastian dalam segala hal yang
berhubungan dengan masalah hubungan industrial antara kedua belah pihak.
kerja bersama memberikan kepastian tercapainya pemenuhan hak dan kewajiban timbal balik
antara pekerja dan pengusaha yang telah mereka setujui bersama sebelumnya.
Perjanjian kerja bersama dapat menciptakan suasana dan semangat kerja para pihak dan
menjauhkannya dari berbagai ketidakjelasan, was-was, prasangka negatif dan lain-lain.
Perjanjian kerja bersama juga dapat membantu meningkatkan produktivitas kerja dengan
mengurangi terjadinya perselisihan-perselisihan industrial.
Mempertegas dan memperjelas hak – hak dan kewajiban pekerja dan pengusaha.
Memperteguh dan menciptakan hubungan industrial yang harmonis dalam
perusahaan.
Menetapkan secara bersama syarat – syarat kerja keadaan industrial yang harmonis;
dan.
Menentukan hubungan ketenagakerjaan yang belum diatur dalam peraturan
perundang –undangan.
A. Mukadimah
B. Umum
Istilah – istilah
Pihak – pihak yang mengadakan kesepakatan
Luasnya kesepakatan
Kewajiban pihak – pihak yang mengadakan kesepakatan
C. Pengakuan, Jaminan dan Fasilitas bagi Serikat Pekerja/Buruh
Pengakuan hak – hak pengusaha dan Serikat Pekerja/Buruh
Jaminan bagi Serikat Pekerja/Buruh
Fasilitas bagi Serikat Pekerja/Buruh
Lembaga kerja sama bipartit
Pendidikan dan penyuluhan hubungan industrial
D. Hubungan Kerja
Penerimaan pekerja baru
Masa percobaan
Surat keputusan pengangkatan
Golongan dan jabatan pekerja
Kesempatan berkarir
Pendidikan dan pelatihan kerja
Mutasi dan prosedurnya
Penilaian prestasi kerja
Promosi
Tenaga kerja asing
E. Waktu kerja, istilah kerja dan lembur
Hari kerja
Jam kerja, istirahat dan shift kerja
Lembur
Perhitungan upah lembur
F. Pembebasan dari kewajiban bekerja
Istirahat mingguan
Hari libur resmi
Cuti tahunan
Cuti besar
Cuti haid
Cuti hamil
Cuti sakit
Ijin meninggalkan pekerjaan dengan upah
Ijin meninggalkan pekerjaan tanpa upah
G. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
Prinsip – prinsip K3
Hygienis perusahaan dan kesehatan
Pakaian kerja dan sepatu kerja
Peralatan kerja
Alat pelindung diri
Panitia pembina keselamatan kesehatan kerja
H. Pengupahan
Pengertian upah
Prinsip dasar dan sasaran
Dasar penetapan upah
Komponen upah
Waktu pemberian upah
Administrasi upah
Tunjangan jabatan
Tunjangan keluarga
Tunjangan keahlian
Tunjangan keahlian
Tunjangan perumahan
Tunjangan tempat kerja yang membahayakan keselamatan
Uang makan
Uang transport
Premi hadir
Premi shift
Premi produksi/bonus
Premi perjalanan dinas
Tunjangan hari raya
Jasa produksi/bonus
Tunjangan masa kerja
Upah minimum
Skala upah
Penyesuaian upah
Kenaikan upah atas dasar premi
Kenaikan upah karena promosi
Pajak penghasilan
I. Pengobatan dan perawatan
Poliklinik perusahaan
Pengobatan diluar poliklinik
Perawatan dirumah sakit
Biaya bersalin
Pembelian kaca mata
Pengobatan pada dokter spesialis
Keluarga berencana
Konsultasi psikologis & tes bakat anak
J. Jaminan sosial
Jaminan kecelakaan kerja
Jaminan kematian
Jaminan hari tua
Dana pensiun
K. Kesejahteraan
L. Tata tertib kerja
Kewajiban dasar pekerja
Larangan – larangan
Pelanggaran yang dapat mengakibatkan pemutusan hubungan kerja (PHK)
Sanksi atas pelanggaran tata tertib kerja
M. Pemutusan hubungan kerja
N. Penyelesaian keluh kesah pekerja
Tata cara penyelesaian keluh kesah
O. Pelaksanaan dan penutup
P. Tanda tangan para pihak.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perundingan kerja bersama yang
akan mempengaruhi sikap, proses dan hasil perundingan. Diantara faktor-faktor tersebut
adalah:
Cakupan perundingan
Yaitu banyaknya buruh yang akan terkena hasil perundingan atau perjanjian kerja.
Apakah berlaku untuk para pekerja dalam suatu departemen, divisi, perusahaan atau seluruh
pekerja dalam suatu industri.
Serikat pekerja mempunyai beberapa strategi dan taktik tertentu yang digunakan
untuk memaksakan kelonggaran-kelonggaran yang lebih besar dai perusahaan. Selain
menggunakan taktik tawar-menawar atau sering dikenal dengan istilah “perdagangan sapi”,
ada tipe lain yang kadang-kadang digunakan:
Pemogokan (strikes)
Pemogokan adalah tindakan yang dilakukan oleh anggota serikat buruh yang menolak
bekerja dalam rangka untuk mengerahkan dan meyakinkan manajemen dalam negosiasi.
Pemogokan / perhentian produksi dapat mengakibatkan kehilangan pelanggan dan
pendapatan.
Boikot adalah penolakan oleh anggota serikat pekerja untuk menggunakan atau
membeli produk perusahaan dimana anggota serikat pekerja tersebut bekerja. Boikot
memberikan tekanan ekonomi pada manajemen, yang efeknya lebih lama dari itu sebuah
pemogokan.
Peranan pemerintah
Kedua belah pihak, serikat pekerja dan buruh, sering lebih senang mempersilahkan
intervensi pemerintah untuk menyelesaikan berbagai masalah hubungan kerja mereka.
Intervensi ini paling tidak dalam bentuk perundang-undangan dan peraturan di bidang
perburuhan.
Kesediaan perusahaan
Berikut ini ada beberapa hal yang akan dilakukan oleh serikat pekerja untuk menanggapi
kebuntuan / ketidaksepakatan menejemen dalam perundingan kolektif :
Pemogokan (strikes)
Pemogokan adalah tindakan yang dilakukan oleh anggota serikat buruh yang menolak
bekerja dalam rangka untuk mengerahkan dan meyakinkan manajemen dalam negosiasi.
Pemogokan / perhentian produksi dapat mengakibatkan kehilangan pelanggan dan
pendapatan.
Boikot
Boikot adalah penolakan oleh anggota serikat pekerja untuk menggunakan atau
membeli produk perusahaan dimana anggota serikat pekerja tersebut bekerja. Boikot
memberikan tekanan ekonomi pada manajemen, yang efeknya lebih lama dari itu sebuah
pemogokan.
Byline Strike
Byline strike adalah menulis di surat kabar dengan menyembunyikan namanya.
Information Picketing
Membagikan selebaran ke luar perusahaan agar masyarakat melihat masalahnya.
Secondary Boycott
Upaya yang dilakukan serikat pekerja untuk mendorong pihak ketiga melakukan hal
yang diinginkan serikat pekerja agar perusahaan merasa tertekan. Misalnya berupaya agar
pemasok dan pelanggan untuk berhenti melakukan bisnis dengan perusahaan
Lockout
Keputusan manajemen untuk mempertahankan pekerja yang keluar dari tempat kerja
dan pihak manajemen berupaya untuk beroperasi dengan orang atau penggantian merek
sementara.
3.1 Kesimpulan
Perjanjian Kerja Bersama merupakan hasil perundingan para pihak terkait yaitu
serikat pekerja/serikat buruh atau beberapa serikat pekerja/serikat buruh dengan
pengusaha atau beberapa pengusaha yang mengatur syarat-syarat kerja, serta hak dan
kewajiban masing-masing pihak.
Isi perjanjian kerja bersama harus memuat hal-hal yang lebih dari sekedar aturan yang
berlaku (normatif), dengan membatasi masa berlakunya suatu perjanjian kerja
bersama, guna untuk selalu dapat disesuaikan dengan kondisi riel dalam kehidupan
bermasyarakat.
Dalam hukum perjanjian kerja bersama juga tidak boleh ada paksaan kepada kedua
belah pihak, baik pengusaha maupun pekerja yang dipekerjakan.
Dengan adanya perjanjian karja bersama yang terlaksana dengan baik dan
menghasilkan perjanjian yang adil diharapkan isu – isu negatif antara pengusaha
dengan serikat pekerja dapat di minimalisir.
3.2. Saran
Untuk mencegah konflik atau kebuntuan dalam proses perundingan perjanjian kerja
bersama sebaiknya keputusan perundingan harus disesuaikan dengan kondisi riel dalam
kehidupan bermasyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
https://nopikartika.wordpress.com/2016/10/23/contoh-makalah-pengaruh-perundingan-
kerja-bersama-terhadap-kesejahteraan-motivasi-pegawai-di-perusahaan/
http://www.landasanteori.com/2015/09/pengertian-perjanjian-kerja-bersama.html?m=1
http://hukumketenagakerjaanindonesia.blogspot.co.id/2012/04/perjanjian-kerja-
bersama.html?m=1
https://gajimu.com/main/pekerjaan-yanglayak/serikat-pekerja/perundingan-pkb
https://www.koranperdjoeangan.com/perjanjian-kerja-bersama/
http://abangdali.blogspot.co.id/2016/04/tata-cara-pembuatan-dan-
pendaftaran.html?m=1
http://www.academia.edu/23961589/MAKALAH_PERJANJIAN_KERJA
http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-4353-bab1.pdf