MODUL SESI 4
PERJANJIAN KERJA BERSAMA
DISUSUN OLEH
Dr.Ir. ROJUANIAH, MM
Seperti diketahui, tidak semua hak dan kewajiban yang ada dalam hubungan kerja
diatur secara rinci oleh ketentuan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan,
pada dasarnya peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan hanya mengatur
ketentuan hubungan kerja secara umum. Oleh karena itu perlu pengaturan
pelaksanaan hak dan kewajiban para pihak secara rinci yang dituangkan dalam
perjanjian kerja bersama.
Perjanjian kerja bersama merupakan salah satu sarana yang strategis dalam
pelaksanaan hubungan industrial di perusahaan. Apabila dilihat dari sisi
pembuatannya dilakukan melalui perundingan secara musyawarah untuk mufakat
antara serikat pekerja/buruh dengan pengusaha/manajemen, yang mengatur hak dan
kewajiban didalam pelakasanaan proses produksi barang maupun jasa, mengatur
tata tertib dan bagaimana menyelesaikan keluh kesah dan perselisihan hubungan
industrial yang terjadi, serta memberikan jaminan kepastia hukum dalam
melakukan tugas masing-masing. Oleh karena itu, tujuan pem,buatan perjanjian
kerja bersama adalah untuk mempertegas dan memperjelas hak dan
kewajiban,menetapkan secara bersama mengenai syarat-syarat kerja yang belum
diatur dalam peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan sehingga dapat
mendorong terciptanya hubungan industrial yang harmonisa,dinamis dan
berkeadilan.
Sejak diraifikasinya Konvensi ILO No.87 Tahun 1948 melalui Keputusan Presiden
No.83 Tahun 1998 dan ditetapkannya UU No.21 Tahun 2000 tentang Serikat
Pekerja/buruh sangat mempengaruhi perkembangan jumlah serikat pekerja/serikat
buruh, dan dimungkinkan dalam suatu perusahaan terbentuk lebih dari satu serikat
pekerja/serikat buruh, sehingga ketentuan pembuatan perjanjian kerja bersama
mengalami perubahan. Perjanjian kerja bersama ini adalah semua perjanjian tertulis
sehubungan dengan kondisi – kondisi kerja yang diakhiri dengan penandatangan
oleh pengusaha, kelompok pengusaha atau satu atau lebih organisasi pengusaha
disatu pihak dan pihak lain oleh perwakilan organisasi pekerja atau perwakilan dari
Perjanjian kerja bersama ini akan berfungsi efektif bila kedua belah pihak
melaksanakan dengan prinsip itikad yang baik dan sukarela (the principle of
good faith and voluntary bargaining). Prinsip niat baik dan sukarela dalam berarti
bahwa:
(1) pengakuan atas perwakilan organisasi;
(2) terbangun dan terpeliharanya hubungan kepercayaan kedua belah untuk
pencapaian negosiasi yang konstruktif dan sungguh – sungguh;
(3) penundaan yang tidak pada tempatnya dalam penyelenggaraan negosiasi dapat
dihindari;
(4) kedua belah pihak memahami bahwa perjanjian tersebut mengikat;
(5) serikat pekerja/organisasi pekerja dapat memilih sendiri perwakilannya
dalam pelaksanaan perjanjian kerja bersama tanpa ada intervensi dari
pihak – pihak yang berwenang, pemerintah, atau dibawah kontrol dari
pengusaha atau organisasi pengusaha.
Ketentuan yang mengatur tentang perjanjian kerja bersama (PKB) ditetapkan dalam
Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pada bab XI,
Hubungan Industrial, Bagian Ketujuh, Perjanjian Kerja Bersama dari pasal 116
sampai dengan pasal 135 dan ketentuan pelaksanaannya ditetapkan dalam
keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. KEP 48/MEN/IV/2004
tanggal 8 April 2004 yang pengaturannya secara garis besar dapat disampaikan
sebagai berikut :
1. PKB dibuat oleh SP/SB atau beberapa SP/SB yang telah tercatat pada instansi
yang bertanggung jawab dibidang Ketenagakerjaan dengan pengusaha atau
beberapa pengusaha dan harus dibuat secara tertulis dengan huruf latin dan
menggunakan bahasa Indonesia.
2. Penyusunan PKB dilaksanakan secara musyawarah, dimulai dengan
menyepakati tata tertib perundingan yang sekurang-kurangnya memuat :
a. tujuan pembuatan tata tertib;
b. Susunan tim perunding;
c. lamanya masa perundingan;
d. materi perundingan;
e. tempat perundingan;
f. tata cara perundingan;
g. cara penyelesaian apaila terjadi perundingan;
h. sahnya perundingan;
i. biaya perundingan
Pada dasarnya, PKB bukanlah dokumen yang wajib dimiliki oleh semua perusahaan,
melainkan sarana untuk memuat kesepakatan baru jika hal ini dibutuhkan oleh
kedua belah pihak (perusahaan dan pekerja). PKB dibuat melalui sebuah
perundingan, kemudian didaftarkan pada dinas terkait, dan isinya mengikat kedua
belah pihak untuk dilaksanakan.
Perbedaan mendasar antara PKB dengan Perjanjian Kerja (PK), antara lain
Perjanjian Kerja dibuat oleh perusahaan, sedangkan Perjanjian Kerja Bersama
(PKB) disusun bersama-sama oleh perusahaan dengan serikat pekerja melalui
perundingan. Selain itu, Perjanjian Kerja merupakan komitmen antara perusahaan
dengan karyawan secara individu, sedangkan PKB mengikat perusahaan dan
seluruh karyawan.
Dasar hukum yang dapat dijadikan landasan untuk membuat PKB adalah aturan
tentang Perjanjian Kerja Bersama (PKB) terdapat dalam:
Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 Pasal 116 sampai Pasal 135
Peraturan menteri tenaga kerja no 28 tahun 2014 Tentang Tata Cara Pembuatan
Dan Pengesahan Peraturan Perusahaan serta Pembuatan dan Pendaftaran Perjanjian
Kerja Bersama
Pasal 15
(1) Dalam satu perusahaan hanya dapat dibuat 1 (satu) PKB yang berlaku
bagi seluruh pekerja/buruh di perusahaan yang bersangkutan baik PKWT
maupun PKWTT.
(2) Dalam hal perusahaan yang bersangkutan memiliki cabang/unit
kerja/perwakilan, dibuat PKB induk yang berlaku di semua cabang/unit
kerja/perwakilan perusahaan serta dapat dibuat PKB turunan yang berlaku
di masing-masing cabang/unit kerja/perwakilan perusahaan.
(3) PKB induk memuat ketentuan-ketentuan yang berlaku umum di seluruh
cabang/unit kerja/perwakilan perusahaan dan PKB turunan memuat
Pasal 16
(1) Dalam hal beberapa perusahaan tergabung dalam 1 (satu)grup dan masing-
masing perusahaan merupakan badan hukum sendiri-sendiri, maka PKB
dibuat dan dirundingkan oleh masing-masing pengusaha dan serikat
pekerja/serikat buruh masing-masing perusahaan.
(2) Dalam hal 1 (satu) perusahaan memiliki 1 (satu) serikat pekerja/serikat
buruh, maka PKB dibuat dan dirundingkan oleh perusahaan dan serikat
pekerja/serikat buruh tersebut.
(3) Dalam hal beberapa perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memiliki 1 (satu) serikat pekerja/serikat buruh, maka PKB dibuat dan
dirundingkan oleh beberapa perusahaan dengan 1 (satu) serikat
pekerja/serikat buruh tersebut.
(4) Dalam hal beberapa perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdapat lebih dari 1 (satu) serikat pekerja/serikat buruh, maka PKB
dibuat dan dirundingkan oleh beberapa perusahaan dengan beberapa
serikat pekerja/serikat buruh tersebut.
Pasal 17
Pengusaha harus melayani serikat pekerja/serikat buruh yang mengajukan
permintaan secara tertulis untuk merundingkan PKB dengan ketentuan
apabila:
a. serikat pekerja/serikat buruh telah tercatat berdasarkan Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh; dan
b. memenuhi persyaratan pembuatan PKB sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Pasal 20
(1) Dalam hal serikat pekerja/serikat buruh sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 16 mengajukan permintaan berunding dengan pengusaha, maka
pengusaha dapat meminta verifikasi keanggotaan serikat pekerja/serikat
buruh.
(2) Dalam hal penentuan serikat pekerja/serikat buruh sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dilakukan melalui verifikasi keanggotaan serikat
pekerja/serikat buruh, maka verifikasi dilakukan oleh panitia yang terdiri dari
wakil pengurus serikat pekerja/serikat buruh yang ada di perusahaan
dengan disaksikan oleh wakil instansi yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang ketenagakerjaan dan pengusaha.
(3) Verifikasi keanggotaan serikat pekerja/serikat buruh sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) dilakukan berdasarkan bukti kartu tanda anggota
sesuai Pasal 121 UU Nomor 13 Tahun 2003 dan apabila terdapatkartu tanda
Pasal 21
Perundingan pembuatan PKB dimulai dengan menyepakati tata tertib
perundingan yang sekurang-kurangnya memuat:
a. tujuan pembuatan tata tertib;
b. susunan tim perunding;
c lamanya masa perundingan;
d. materi perundingan;
e. tempat perundingan;
f. tata cara perundingan;
g. cara penyelesaian apabila terjadi kebuntuan perundingan;
h. sahnya perundingan; dan
i. biaya perundingan.
Pasal 23
(1) Tempat perundingan pembuatan PKB sebagaimana dimaksud dalam Pasal
21 huruf e, dilakukan di kantor perusahaan yang bersangkutan atau kantor
serikat pekerja/serikat buruh atau di tempat lain sesuai dengan kesepakatan
kedua belah pihak.
(2) Biaya perundingan pembuatan PKB sebagaimana dimaksud dalam Pasal
19 huruf i, menjadi beban pengusaha, kecuali disepakati lain oleh kedua belah
pihak.
Pasal 24
PKB sekurang-kurangnya harus memuat:
a. nama, tempat kedudukan serta alamat serikat pekerja/serikat buruh;
b. nama, tempat kedudukan serta alamat perusahaan;
c. nomor serta tanggal pencatatan serikat pekerja/serikat buruh pada SKPD
bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota;
d. hak dan kewajiban pengusaha;
e. hak dan kewajiban serikat pekerja/serikat buruh serta pekerja/buruh;
f. jangka waktu dan tanggal mulai berlakunya PKB; dan
g. tanda tangan para pihak pembuat PKB.
Pasal 26
(1) Apabila penyelesaian oleh instansi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
25ayat (4) dilakukan melalui mediasi dan para pihak atau salah satu
pihak tidak menerima anjuran mediator, maka salah satu pihak dapat
mengajukan gugatan ke Pengadilan Hubungan Industrial di daerah
hukum tempat pekerja/buruh bekerja.
(2) Dalam hal daerah hukum tempat pekerja/buruhbekerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) melebihi 1 (satu) daerah hukum Pengadilan
Hubungan Industrial, maka gugatan diajukan ke Pengadilan Hubungan
Industrial yang daerah hukumnya mencakup domisili perusahaan.
Pasal 27
(1) Dalam hal serikat pekerja/serikat buruh dan pengusaha akan melakukan
perubahan PKB yang sedang berlaku, maka perubahan tersebut harus
berdasarkan kesepakatan.
(2) Perubahan PKB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari PKB yang sedang berlaku.
Pasal28
(1) PKB ditandatangani oleh direksiatau pimpinan perusahaan, ketua dan
sekretaris serikat pekerja/serikat buruhdi perusahaan.
(2) Dalam hal PKB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditandatangani oleh
wakil direksiatau wakil pimpinan perusahaan, harus melampirkan surat kuasa
khusus.
Pasal 29
(1) Masa berlaku PKB paling lama 2 (dua) tahun terhitung sejak
ditandatangani atau diatur lain dalam PKB.
Bagian Kedua
Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama
Pasal 30
(1) Pengusaha mendaftarkan PKB kepada instansi yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang ketenagakerjaan.
(2) Pendaftaran PKB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimaksudkan:
a.sebagai alat monitoring dan evaluasi pengaturan syarat-syarat kerja yang
dilaksanakan di perusahaan; danb.sebagai rujukan utama dalam hal terjadi
perselisihan pelaksanaan PKB.
(3) Pengajuan pendaftaran PKB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
melampirkan naskah PKB yang telah ditandatangani oleh pengusaha dan
serikat pekerja/serikat buruh diatas meterai cukup.
Pasal 31
(1) Pendaftaran PKB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1)
dilakukan oleh:
a. Kepala SKPD bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota, untuk
perusahaan yang terdapat hanya dalam 1 (satu) wilayah
kabupaten/kota;
b. Kepala SKPD bidang ketenagakerjaan provinsi, untuk perusahaan
yang terdapat pada lebih dari 1 (satu) kabupaten/kota dalam 1 (satu)
provinsi;
Pasal 32
(1) Pengusaha, serikat pekerja/serikat buruh, dan pekerja/buruh wajib
melaksanakan ketentuan yang ada dalam PKB.
(2) Pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh wajib memberitahukan isi
PKB atau perubahannya kepada seluruh pekerja/buruh.
Rincian dari pihak serikat pekerja / serikat buruh dalam perundingan PKB
Dalam hal di perusahaan hanya terdapat 1 (satu) SP/SB maka SP/SB berhak
mewakili pekerja/buruh dalam perundingan PKB apabila memiliki anggota
lebih dari 50% (lima puluh persen) dari jumlah seluruh pekerja/buruh di
perusahaan yang bersangkutan.
Dalam hal di perusahaan terdapat 1 SP/SB tetapi tidak memiliki jumlah
anggota lebih dari 50% dari seluruh pekerja / buruh, maka SP/SB dapat
mewakili pekerja/buruh dalam perundingan pembuatan PKB dengan
pengusaha apabila SP/SB yang bersangkutan telah mendapat dukungan
lebih dari 50% dari seluruh pekerja/buruh;
Dalam hal di perusahaan lebih dari 1 SP/SB, maka SP/SB yang berhak
mewakili pekerja/buruh dalam perundingan pembuatan PKB adalah
maksimal 3 SP/SB yang masing-masing anggotanya minimal 10% dari
jumlah seluruh pekerja/buruh di perusahaan.
Jumlah 3 SP/SB ditentukan sesuai peringkat berdasarkan jumlah anggota
yang terbanyak.
Setelah ditetapkan 3 SP/SB dan ternyata masih terdapat SP/SB yang
anggotanya masing-masing minimal 10% dari jumlah seluruh pekerja/buruh