Anda di halaman 1dari 5

HUBUNGAN INDUSTRIAL

1. DEFINISI HUBUNGAN INDUSTRIAL


Hubungan Formal yang terdapat antara Kelompok Manajemen dan Kelompok Pekerja yang
terdapat dalam suatu organisasi (Prof Dr Sondang P Siagian, MPA, Manajemen Sumber Daya
Manusia)
Hubungan Industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam
proses produksi barang dan/atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha , pekerja/buruh dan
pemerintah yang didasarkan pada nilai –nilai Pancasila dan UUD 45 ((phi-jsk-nakertrans-net)

2. TUJUAN HUBUNGAN INDUSTRIAL


Menciptakan ketenangan kerja dan ketenangan berusaha

Menciptakan iklim yang kondusif bagi peningkatan produktivitas untuk pengembangan usaha
dan peningkatan kesejahteraan pekerja beserta keluarganya

Menciptakan Iklim yang mendorong kemajuan usaha dan peningkatan investasi dalam rangka
pertumbuhan ekonomi nasional yang mampu memperluas kesempatan kerja dan mengurangi
pengangguran (phi-jsk-nakertrans-net)

3. LINGKUP HUBUNGAN INDUSTRIAL


Seluruh permasalahan yang berkaitan baik langsung maupun tidak langsung dalam hubungan
Pengusaha dan Pekerja.

4. SARANA HUBUNGAN INDUSTRIAL


Untuk mencapai tujuan dari hubungan industrial, dilaksanakan melalui sarana sebagai berikut :
a) Serikat Pekerja / Serikat Buruh
Dibentuk dari dan oleh pekerja Di perusahaan atau di luar perusahaan
Bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggungjawab
Bertujuan untuk:
o memperjuangkan, membela, serta melindungi hak dan kepentingan
pekerja/buruh
o meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya
 UU no. 21 tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat BuruH
Pembentukan serikat kerja :
o Atas dasar sektor usaha, jenis pekerjaan, atau bentuk lain sesuai kehendak buruh
o Setiap pekerja hanya berhak menjadi anggota dari 1 (satu) serikat pekerja
o 1(satu) serikat pekerja menghimpun sekurang-kurangnya 10 pekerja/buruh
o Untuk pekerja yang memegang jabatan yang mungkin menimbulkan pertentangan
kepentingan, tidak boleh menjadi pengurus serikat pekerja
o Tidak boleh ada diskriminasi keanggotaan
o Hal-hal intern diatur dalam AD/ART
o Pemberitahuan kepada instansi yang berwenang untuk pencatatan nomor bukti
pencatatan
b) Organisasi Pengusaha
Perkumpulan dari pengusaha
• Dibentuk berdasarkan kebutuhan pengusaha
• Pengusaha orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang menjalankan
suatu perusahaan milik sendiri, atau bukan miliknya, berada di Indonesia atau sebagai
wakil perusahaan yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia
c) Lembaga Kerja Sama Bipartit
 Anggotanya terdiri dari wakil Pengusaha dan Pekerja (SP/SB yang tercatat atau
perwakilan Pekerja)
 Berada di tingkat Perusahaan
 Sebagai forum komunikasi dan konsultasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
 Hubungan Industrial di perusahaan
 Wajib dibentuk di perusahaan yang pekerjanya 50 orang atau lebih

d) Lembaga Kerja Sama Tripatit


 Forum komunikasi, konsultasi dan musyawarah
 Terdiri dari organisasi pengusaha, SP/SB dan Pemerintah
 Untuk memberi pertimbangan, saran dan pendapat kepada pemerintah dan pihak
terkait dalam penyusunan kebijakan dan pemecahan masalah ketenagakerjaan
Didasarkan pada wilayah atau sektor, yang terdiri dari tingkat Nasional,
Propinsi dan Kabupaten/Kota
e) Peraturan Perusahaan
Peraturan tertulis yang dibuat oleh pengusaha. Memuat syarat-syarat kerja dan
tata tertib perusahaan, termasuk hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja. Wajib
disusun oleh pengusaha yang mempekerjakan minimal 10 orang. Perlu pengesahan, dan
masa berlaku maksimal 2 tahun. Sanksi pidana denda
f) Perjanjian Kerja Bersama
Perjanjian antara SP/SB atau beberapa SP/SB (yang tercatat pada instansi yang
bertanggungjawab dan anggotanya 50 % dari keseluruhan pekerja atau dukungan atau
koalisi anggota) dengan pengusaha atau beberapa/perkumpulan pengusaha
Memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban kedua pihak
Jangka waktu 2 tahun + 1 tahun
Sebagai acuan dalam pembuatan perjanjian kerja
g) Peraturan Perundang-undangan Ketenagakerjaan
h) Lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
Menyelesaikan perselisihan hubungan industrial yang terjadi di luar pengadilan
(melalui Mediasi, Konsiliasi atau Arbitrase) atau melalui pengadilan.
 UU no. 2 tahun 2004 tentang PPHI
5. TINGKAT KESEPAHAMAN TINGGI, KOMUNIKASI EFEKTIF DAN EFISIEN

6. PARAMETER PENGELOLAAN HUBUNGAN INDUSTRIAL


 Tingkat Produktivitas Karyawan (Employee Productivity)
 Tingkat produktivitas karyawan dapat menjadi indikator terhadap proses pengelolaan
Hubungan Industrial di perusahaan. Hubungan industrial yang sehat akan mendorong
terciptanya keamanan dan kenyamanan kerja.
 Perputaran Karyawan (Employee Turn-over)
Merupakan tingkat perpindahan karyawan yang melewati batas syarat kuantitas dan
kualitas karyawan dari sebuah perusahaan; terjadi karena : mengundurkan diri,
pensiun, diberhentikan, cacat tetap, meninggal atau promosi ke anak perusahaan

7. PERAN UNSUR-UNSUR TRIPARTIT


 Kelangsungan usaha dan ketenangan bekerja
 Pekerja/Buruh, Serikat Pekerja/Serikat Buruh =>codetermination
 Pengusaha =>kebijakan =>Partner produksi, keuntungan, tanggungjawab
 Pemerintah

8. FUNGSI PEMERINTAH
 Menetapkan kebijakan
 Memberikan pelayanan
 Melaksanakan pengawasan
 Melakukan penindakan terhadap pelanggaran peraturan perundang-undangan
ketenagakerjaan
 Menyelenggarakan penyelesaian perselisihan/peradilan

9. PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL


adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara Pengusaha atau
Gabungan Pengusaha dengan Pekerja/Buruh atau SP/SB karena adanya Perselisihan Hak,
Kepentingan, PHK dan antar SP/SB dalam satu Perusahaan.
10. BENTUK BENTUK PERSELISIHAN
1) Hak : perselisihan yang timbul karena tidak dipenuhinya hak, akibat adanya perbedaan
pelaksanaan atau penafsiran terhadap ketentuan perundang-undangan, PK, PP, atau PKB.
2) Kepentingan : Perselisihan yang timbul dalam hubungan kerja karena tidak adanya
kesesuaian pendapat mengenai pembuatan, dan/ atau perubahan syarat-syarat kerja yang
ditetapkan dalam PK, atau PP, atau PKB.
3) PHK : Perselisihan yang timbul karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai
pengakhiran hubungan kerja yang dilakukan salah satu pihak.
4) Antar SP/SB : Perselisihan antara SP/SB dengan SP/SB lain hanya dalam satu
perusahaan, karena tidak adanya kesesuaian paham mengenai keanggotaan, pelaksanaan
hak dan kewajiban keserikatpekerjaan

11. SKEMA PENYELESAIAN PERSELISIHAM PERBURUHAN

12. PENYELESAIAN PERSELISIHAN


1) Melalui Jalur Hukum / Pengadilan Hubungan Industrial
Pengadilan Hubungan Industrial bertugas & berwenang memeriksa &
memutus :
a. Tingkat pertama mengenai perselisihan hak
b. Tingkat pertama & terakhir mengenai perselisihan kepentingan
c. Tingkat pertama mengenai perselisihan PHK
d. Tingkat pertama & terakhir mengenai perselisihan antar Serikat Pekerja/Serikat Buruh
o PASAL 57 :
Hukum acara yang berlaku pada Pengadilan Hubungan Industrial adalah Hukum
Acara Perdata yang berlaku pada Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum,
kecuali yang diatur khusus dalam undang-undang ini.
2) Mogok Kerja oleh pekerja
3) Mogok Kerja Tidak Sah
4) Lock Out / Penutupan oleh perusahaan

13. POTENSI KERAWANAN HUBUNGAN INDUSTRIAL


1) Tingkat pendidikan yang relatif rendah
2) Tingkat pendidikan yang relatif tinggi.
3) Hak-hak di bawah normative
4) Kesadaran akan hak semakin tinggi
5) Kesenjangan ekonomi dan sosial
6) Tingkat solidaritas/sikap kebersamaan semakin tinggi
7) Peningkatan kebutuhan
8) Perubahan teknologi dan sistem kerja
9) Penafsiran hukum yang berbeda
10) Persaingan antar perusahaan
11) Adanya pihak ketiga yang kurang bertanggung jawab
12) Kualitas penyelesaian kasus kurang efektif

14. PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA

15. PERANAN PEMERINTAH DALAM PENYELESAIAN PERSELISIHAN


HUBUNGAN INDUSTRIAL
 Menetapkan berbagai peraturan perundang –undangan tentang hubungan
industrial dalam negara dan cara –cara penyelesaiannya jika terjadi gangguan
dalam hubungan industrial
 Mengawasi pelaksanaan berbagai peraturan perundang –undangan
 Mencegah timbulnya perselisihan atau pertikaian perburuhan
 Bertindak selaku mediator apabila perselisihan atau pertikaian perburuhan terjadi
sehingga diperoleh penyelesaian yang serasi antara lain dengan mempermudah
prosedur yang ditempuh dalam proses arbitrasi

16. PERANAN DEPARTEMEN SDM DALAM PENYELESAIAN PERSELISIHAN


HUBUNGAN INDUSTRIAL
Fungsi SDM dalam hal-hal yang menyangkut penyelenggaraan hubungan industrial di
perusahaan:
• Pembuatan Peraturan Perusahaan/Kesepakatan Kerja Bersama
• Menjalin kerjasama dengan Departemen Tenaga Kerja
• Menyelesaikan perselisihan antara perusahaan dengan serikat pekerja ataukaryawan.
• Membangun dan merekomendasikan sistem SDM yang mampu membangun hubungan
industrial yang relatif adil bagi pekerja dan pengusaha

Anda mungkin juga menyukai