Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH HUKUM PERBURUHAN DAN KETENAGAKERJAAN

Nama; IGOUR LEUIZ NAIS

Nim;1810116671

Semester III

Nama dosen;
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah


berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa
disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik
serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya
yang lebih baik lagi.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C.Tujuan Dan Manfaat Penulisan
a. tujuan
b. manfaat

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
B. Hubungan kerja
C. Hubungan Industrial
D. Pengupahan dan kesejahtraan pekerja
E. Mogok kerja
F. Pemutusan Hubungan kerja PHK LOCK OUT
G. Keselamatan Dan hubungan Kerja
H. Perselisihan Perburuhan
I. Pnyidikan Pemidanaan Dan Sanksi-Sanksi

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Di negara-negara berkembang pada umumnya memiliki tingkat pengangguran yang jauh lebih tinggi, dari
angka resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah. Hal ini terjadi karena ukuran sektor informal masih cukup
besar sebagai salah satu lapangan nafkah bagi tenaga kerja tidak terdidik. Sektor informal tersebut
dianggap sebagai katup pengaman bagi pengangguran.

Masalah ketenagakerjaan di Indonesia sekarang ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan
ditandai dengan jumlah pengangguran dan setengah pengangguran yang besar, pendapatan yang relatif
rendah dan kurang merata. Sebaliknya penganggurandan setengah pengangguran yang tinggi merupakan
pemborosan-pemborosan sumber daya dan potensi yang ada, menjadi beban keluaarga dan masyarakat,
sumber utama kemiskinan, dapt mendorong peningkatan keresahan sosial dan kriminal dan dapat
menghambat pembangunan dalam jangka panjang.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka rumusan masalah sebgai berikut :

1. Apa pengertian dari ketenagakerjaan dan tenaga kerja?

2. Bagaimana hubungan kerja dan hubungan industrial dalam ketenagakerjaan?

3. Bagaimana menerapkan pengupahan dan kesejahteraan para tenaga kerja?

4. Mengapa terjadi mogok kerja dan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) atau Lock Out?

5. Bagaimana cara menyelesaikan perselisihan perburuhan?

6. Apa sanksi-sanksi yang akan diberikan kepada orang yang berbuat kesalahan dalam perusahaan?

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN

a. Tujuan

Berdasarkan permasalahan diatas, yang menjadi tujuan dari makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui arti dari ketenagakerjaan dan tenaga kerja.

2. Untuk mengetahui bagaimana hubungan kerja dan hubungan industrial dalam ketenagakerjaan.
3. Untuk mengetahui bagaimana menerapkan sistem pengupahan dan kersejahteraan para tenaga
kerja.

4. Untuk mengetahui alasan terjadinya mogok kerja dan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) atau
Lock Out.

5. Untuk mengetahui cara menyelesaikan perselisihan perburuhan.

6. Untuk mengetahui apa saja sanksi-sanksi yang akan diberikan oleh pelanggar hukum yang berbuat
kesalahan didalam perusahaan.

b. Manfaat

Dengan makalah ini diharapkan dapat meberikan manfaat sebagai berikut:

1. Makalah ini diharapkan mejadi salah stu bahan informasi bagi masyarakat secara umum dan para
tenaga kerja secara khusus.

2. Dapat memberikan informasi ilmiah bagi kalangan pekerja dan instansi terkait tentang
ketenagakerjaan.

BAB 2

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah setiap laki-laki atau perempuan yang sedang dan/atau akan
melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sedangkan yang dimaksud dengan ketenagakerjaan adalah
segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja.
Selanjutnya, yang dimaksud dengan pekerja adalah tenaga kerja yang bekerja di dalam hubungan kerja
pada pengusaha dengan mendapat upah. Sedangkan yang di maksud dengan upah disini adalah hak
pekerja yang di terima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha kepada pekerja
atas suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan, di tetapkan atau akan dibayarkan menurut
suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja
maupun keluarganya.

Hubungan yang mengatur sektor ketenagakerjaan ini disebut dengan hukum ketenaga kerjaan atau hukum
perburuhan. Yang dimaksud dengan hukum perburuhan adalah ketentuan hukum yang mengatur tentang
hubungan kerja dengan mana terdapat pekerjaan yang dilakukan oleh pihak buruh (tenaga kerja) kepada
pihak majikan (pengusaha) sebagai atasannya, dengan menerima upah.
Di samping itu, yang dimaksud dengan pengusaha adalah:

1. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik
sendiri.

2. Orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan
perusahaan bukan miliknya.

3. Orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang berada di Indonesia mewakili
perusahaan yang berkedudukan bukan diluar wilayah Indonesia.

Perundang-undangan dibidang ketenagakerjaan memberlakukan prinsip-prinsip yuridis sebagai berikut:

1. Landasan, asas, dan tujuan pembangunan ketenaga kerjaan yang baik.

2. Kesempatan dan pemberlakuan yang sama.

3. Perencanaan dan informasi ketenagakerjaan sebagai dasar mengatur kebijakan.

4. Pembinaan hubungan industrial sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

5. Pembinaan kelembagaan dan sarana hubungan industrial, seperti lembaga Tripartit, Bipartit,
kesepakatan kerja bersama dan lain-lain.

6. Perlindungan tenaga kerja.

7. Pelatihan kerja.

8. Pelayanan penempatan tenaga kerja.

9. Pembinaan dan perlindungan tenaga kerja.

10. Pengawasan ketenagakerjaan.

B. HUBUNGAN KERJA

Hubungan kerja ada yang merupakan hubungan kerja sektor formal dan hubungan kerja sektor informal.
Hubungan kerja sektor formal adalah hubungan kerja yang terjalin antara pengusaha dan pekerja
berdasarkan perjanjian kerja, baik untuk waktu tertentu maupun untuk waktu tidak tertentu yang
mengandung adanya unsur kepercayaan, upah dan perintah.

Sedangkan yang dimaksud dengan hubungan kerja sektor informal adalah hubungan kerja yang terjalin
antara pekerja dan orang perorangan atau beberapa orang yang melakukan usaha bersama yang tidak
berbadan hukum atas dasar saling percaya dan sepakat dengan menerima upah dan atau imbalan atau bagi
hasil.
Hubungan kerja didasari atas suatu perjanjian kerja antara majikan dan buruh, baik perjanjian kerja lisan
ataupun perjanjian kerja tertulis. Perjanjian kerja dibuat berlandaskan kepada prinsip-prinsip sebagai
berikut:

1. Kemauan bebas dari kedua belah pihak.


2. Kemampuan atau kecakapan kedua belah pihak.
3. Adanya pekerjaan yang diperjanjikan.
4. Pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian antara pekerja dan pengusaha secara lisan dan atau tertulis, baik
untuk waktu tertantu maupun untuk waktu tidak tertentu yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan
kewajiban para pihak. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu harus dibuat secara tertulis.

Perjanjian kerja berakhir manakala:

1. Pekerja meninggal dunia.

2. Berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja.

3. Adanya putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

4. Adanya keadaan atau kejadian tertentu yang dicantumkan dalam perjanjian kerja yang dapat
menyebabkan berakhirnya hubungan kerja.

5. Keadaan memaksa.

Di samping itu, yang dimaksud dengan “Perselisihan Hubungan Kerja” adalah perselisihan yang
disebabkan oleh ketidaksepahaman antara pengusaha dan pekerja mengenai pelaksanaan hubungan kerja.

C. HUBUNGAN INDUSTRIAL

Hubungan industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam proses
produksi barang atau jasa yang meliputi pengusaha, pekerja dan pemerintah. Hubungan industrial yang
yang sesuai dengan keadaan di Indonesia disebut dengan Hubungan Industrial Pancasila.

Hubungan indutrial meliputi pokok-pokok kerja sama sebagai berikut:

· Kerja sama produksi (partner in production).


· Kerja sama keuntungan (partner in profit).

· Kerja sama dalam tanggung jawab (partner in responsibility).

Hubungan industrial dilaksanakan dengan menggunakan sarana industrial sebagai berikut:

· Serikat pekerja.

· Organisasi pengusaha.

· Lembaga kerja sama bipartit.

· Lembaga kerja sama tripartit.

· Peraturan perusahaan.

· Kesepakatan Kerja Bersama (KKB).

· Penyelesaian perselisihan industrial.

Lembaga kerja sama bipartit adalah forum komunikasi, konsultasi dan musyawarah tentang masalah
hubungan industrial di perusahaan yang anggotanya terdiri dari unsur pengusaha dan unsur pekerja.

Sedangkan yang dimaksud dengan Lembaga Tripartit adalah forum komunikasi, konsultasi dan
musyawarah tentang masalah hubungan industrial di perusahaan yang anggotanya terdiri dari unsur
pengusaha, pekerja dan pemerintah.

Peraturan perusahaan adalah peraturan yang dibuat secara tertulis oleh pengusaha yang memuat syarat-
syarat kerja serta tata tertib perusahaan. Kecuali yang telah memiliki kesepakatan kerja bersama, maka
setiap perusahaan wajib memiliki peraturan perusahaan yang disahkan oleh menteri yang berwenang.
Peraturan perusahaan minimal memuat hal-hal sebagai berikut:

· Hak dan kewajiban pengusaha.

· Hak dan kewajiban pekerja.

· Syarat kerja.

· Tata tertib perusahaan.

· Jangka waktu berlakunya peraturan perusahaan.

Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) yang dalam bahasa Inggris disebut dengan Collective Labor
Agreement adalah hasil dari suatu perundingan yang diselenggarakan oleh serikat pekerja atau gabungan
serikat pekerja dengan pengusaha atau gabungan pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja, untuk
mengatur dan melindungi hak dan kewajiban kedua belah pihak.

Masa berlakunya kesepakatan kerja bersama adalah maksimum 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang
untuk paling lama 1 (satu) tahun. Suatu kesepakatan kerja bersama berisikan antara lain hal-hal sebagai
berikut:

· Hak dan kewajiban pengusaha.

· Hak dan kewajiban pekerja dan serikat pekerja.

· Tata tertib perusahaan.

· Jangka waktu berlakunya kesepakatan kerja bersama.

· Tanggal mulai berlakunya kesepakatan kerja bersama.

Sedangkan yang dimaksud dengan serikat pekerja adalah organisasi pekerja yang bersifat mandiri,
demokratis, bebas dan bertanggung jawab yang dibentuk dari, oleh, dan untuk pekerja guna
memperjuangkan hak dan kepentingan kaum pekerja dan keluarganya. Serikat pekerja berhak untuk:

1. Melakukan perundingan dalam pembuatan kesepakatan kerja bersama.

2. Sebagai pihak dalam penyelesaian perselisihan industrial.

Setiap pekerja berhak untuk membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja.

D. PENGUPAHAN DAN KESEJAHTERAAN PEKERJA

Ukuran filosofis dari pengupahan adalah bahwa setiap pekerja tanpa memperbedakan jenis kelamin
berhak untuk memperoleh penghasilan yang layak bagi kemanusiaan. Karena itu, besarnya upah haruslah
layak dan sekali-kali tidak boleh di bawah besarnya upah minimum yang di tetapkan oleh pemerintah per
wilayah. Namun demikian, selain dari kewajiban upah minimum, perlindungan pekerja dalam bidang
pengupahan dilakukan dengan jalan sebagai berikut:

· Kebijaksanaan upah minimum seperti telah disebutkan.

· Kebijaksanaan upah kerja lembur.

· Upah tidak masuk kerja karena sakit.

· Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar pekerjaannya.

· Upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya.

Dalam hal perusahaan pailit atau dilikuidasi, maka upah pekerja merupakan hutang yang didahulukan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Untuk memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah dalam menetapkan kebijakan pengupahan
nasional, dibentuklah Dewan Pengupahan Tingkat Nasional dan Tingkat Daerah, yang anggotanya terdiri
atas wakil-wakil dari pemerintah, organisasi pengusaha, serikat pekerja, perguruan tinggi dan pakar.

Pada prinsipnya, upah dibayar sebagai imbalan dari prestasi kerja dari pihak pekerja. Karena itu, pada
prinsipnya upah tidak dibayar jika pekerja tidak melaakukan pekerjaan. Akan tetapi, pengusaha wajib
membayar upah menurut tata cara yang diatur oleh perundang-undangan, meskipun terjadi hal-hal sebagai
berikut:

· Pekerja sakit sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan.

· Pekerja tidak masuk kerja karena berhalangan.

· Pekerja tidak dapat melakukan pekerjaannya karena sedang menjalankan kewajiban kepada negara.

· Pekerja tidak dapat melakukan pekerjaannya karena sedang menjalankan kewajiban agamanya.

· Pekerja bersedia melakukan pekerjaan, tetapi pengusaha tidak mempekerjakannya, baik karena
kesalahan sendiri maupun karena halangan yang dialami pengusaha.

· Pekerja melaksanakan hak istirahat dan cuti.

· Pekerja melaksanakan tugas organisasi pekerja atas persetujuan pengusaha.

Selanjutnya, dalam hubungan dengan kesejahteraan pekerja, maka pengusaha diwajibkan oleh hukum
untuk menyediakan fasilitas pekerjaan sesuai dengan kemampuan perusahaan, kedudukan dan kebutuhan
pekerja.

Di antara fasilitas yang diberikan kepada pekerja adalah sebagai berikut:

· Fasilitas perumahan.

· Fasilitas kendaraan.

· Pemberian bonus.

· Tunjangan Lebaran dan hari Natal, dan lain-lain bagi yang beragama lain.

· Cuti tahunan, hamil, dan lain-lain.

· Pembentukan koperasi karyawan.

· Pendidikan dan pelatihan kerja.

· Jaminan sosial tenaga kerja.

· Dan lain-lain.

E. MOGOK KERJA
Mogok kerja adalah tindakan pekerja secara bersama-sama menghentikan atau memperlambat pekerjaan
sebagai akibat gagalnya perundingan penyelesaian perselisihan industrial yang dilakukan, agar pengusaha
memenuhi tuntutan pekerja. Mogok kerja adalah hak dari pekerja dan hanya dapat dilakukan di
perusahaan yang bersangkutan, yang harus diberitahukan secara tertulis kepada pengusaha dan instansi
pemerintah yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan. Pemberitahuan tertulis tersebut dilakukan
dalam waktu minimal 24 (dua puluh empat) jam sebelum tindakan mogok dan harus ditandatangani oleh
pengurus serikat pekerja dan wakil pekerja.

F. PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) DAN LOCK OUT

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah pengakhiran hubungan kerja karena sesuatu hal tertentu yang
mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban pekerja dan pengusaha.

Pemutusan hubungan kerja hanya dapat dilakukan oleh pengusaha setelah segala daya upaya untuk
menghindarinya ternyata gagal. Pemutusan hubungan kerja haruslah dimusyawarahkan dengan oleh
pengusaha kepada serikat pekerja atau dengan pekerja yang bersangkutan apabila pekerja belum menjadi
anggota serikat pekerja.

Pemutusan hubungan kerja tidak dapat dilakukan (dilarang) dalam hal-hal sebagai berikut:

· Pekerja berhalangan masuk kerja karena sakit menurut keterangan dokter selama waktu tidak
melampaui 12 (dua belas) bulan secara terus-menerus.

· Pekerja berhalangan menjalankan pekerjaannya karena memenuhi kewajiban terhadap negara.

· Pekerja menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya.

· Pekerja menikah, hamil, melahirkan, atau gugur kandungan.

· Pekerja mempunyai pertalian darah dan atau ikatan perkawinan dengan pekerja lainnya di dalam suatu
perusahaan, kecuali hal tersebut telah diatur dalam peraturan perusahaan atau kesepakatan kerja
bersama.

· Pekerja mendirikan menjadi anggota dan/atau menjadi pengurus serikat pekerja.

Sementara itu, mungkin juga terjadi suatu penutupan perusahaan dalam hubungan dengan perselisihan
hubungan industrial ini. Penutupan perusahaan (lock out) adalah tindakan (hak) dari pengusaha untuk
menghentikan sebagian atau seluruh kegiatan perusahaan sebagai akibat penyelesaian perselisihan
industrialyang tidak mencapai kesepakatan, supaya pekerja tidak mengajukan tuntutan yang melampaui
kewenangan perusahaan.

Lock out tersebut hanya dapat dilakukan setelah pihak pengusaha memberitahukan maksudnya secara
tertulis kepada serikat pekerja dan/atau wakil pekerja dan instansi pemerintah yang bertanggung jawab di
bidang ketenagakerjaan.
G. KESELAMATAN DAN PERLINDUNGAN KERJA

Untuk menjaga keselamatan dan perlindungan kerja, perundang-undanagan di bidang ketenagakerjaan


mengharuskan pengusaha memperhatikan rambu-rambu hukum sabagai berikut:

1. Dilarang mempekerjakan anak, kecuali karena alasan-alasan tertentu terpaksa dilakukan. Anak
adalah orang yang masih berumur kurang dari 15 (lima belas) tahun.

2. Bagi anak-anak yang dipekerjakan karena terpaksa disebabkan alasan-alasan tertentu tersebut wajib
diberikan perlindungan khusus.

3. Dilarang mempekerjakan orang muda untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu atau pekerjaan-pekerjaan


dengan situasi tertentu. Orang muda adalah orang (laki-laki atau perempuan) berumur antara 15
(lima belas) sampai dengan 18 (delapan belas) tahun.

4. Dilarang mempekerjakan orang perempuan untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu atau pekerjaan-


pekerjaan dengan situasi tertentu atau pada waktu tertentu seperti malam hari kecuali dengan izin
khusus.

5. Pengusaha wajib mengikuti ketentuan jam kerja dan lembur.

6. Pekerja berhak mendapat waktu istirahat kerja, cuti tahunan dan cuti hamil.

7. Pekerja wanita tidak diwajibkan bekerja pada hari pertama dan kedua waktu haid.

8. Dilarang mempekerjakan orang pada hari libur resmi, kecuali untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu
yang memerlukan pekerjaan terus-menerus.

H. PERSELISIHAN PERBURUHAN

Yang dimaksud dengan perselisihan buruh adalah perselisihan mengenai subjek-subjek sebagai berikut:

1. Pelaksanaan syarat-syarat kerja di perusahaan.

2. Pelaksanaan norma kerja di perusahaan.

3. Hubungan kerja antara pengusaha dengan pekerja

4. Kondisi kerja di perusahaan.

Apabila terjadi perselisihan perburuhan, maka para pihak yang berselisih dapat menempuh jalu-jalur
sebagai berikut:

Tahap I : Melakukan musyawarah untuk mufakat.

Tahap II : Jika tidak tercapai musyawarah, para pihak dapat menempuh jalur-jalur sebagai berikut:
1. Julur Pengadilan.

2. Jalur Luar pengadilan.

Apabila yang ditempuh adalah jalur luar pengadilan, maka tersedia alternatif-alternatif sebagai berikut :

1. Arbitrase, yang anggotanya ditunjuk oleh pihak yang berselisih.

2. Mediasi. Dilakukan atas permintaan salah satu atau kedua belah pihak yang berselisih. Proses
mediasi ini menghasilkan suatu persetujuan bersama (yang dibuat oleh mediator), persetujuan mana
ditandatangani oleh pihak yang berselisih dan mediator.

3. Apabila penyelesaian perselihan tidak dapat diselesaikan melalui lembaga mediasi, maka dengan
memberitahukan kepada pihak yang berselisih, pihak mediator segera melimpahkan perselisihan
tersebut kepada Lembaga Penyelesaian Perselisihan Industrial, yang dahulunya berbentuk Panitia
Penyelesaian Perburuhan Pusat (P4P). Lembaga penyesaian perselisihan industrial adalah lembaga
yang bertugas untuk menyelesaikan perselisihan industrial atau lembaga peradilan di bidang
ketenagakerjaan.

Perselisihan industrial adalah perselisihan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan pekerja
atau serikat pekerja karena tidak adanya persesuaian paham mengenai pelaksanaan syarat-syarat kerja,
pelaksanaan norma kerja, hubungan kerja dan atau kondisi kerja.

I. PENYIDIKAN, PEMIDANAAN DAN SANKSI-SANKSI

Hukum menyediakan sanksi-sanksi atas pelanggaran ketentuan di bidang ketenagakerjaan. Sanksi pidana
penjara dan denda dapat dijatuhkan kepada pelanggaran-pelanggaran ketentuan tertentu, yang besarnya
hukuman bergantung kepada jenis pelanggaran yang dilakukan. Dalam penjatuhan sanksi pidana ini,
proses penyidikan dilakukan selain oleh penyidik pejabat Polisi Republik Indonesia, juga dapat dilakukan
oleh pejabat pegawai negeri sipil tertentu dilingkungan instansi pemerintah yang lingkup tugas dan
tanggung jawabnya di bidang ketenagakerjaan yang diberi wewenang khusus untuk itu, dan dapat
menjalankan tugasnya sebagai penyidik sebagimana dimaksud dalam KUHAP.

Selain dari sanksi pidana, tersedia juga sanksi-sanksi perdata, seperti ganti rugi jika memang ada kerugian
perdata menuruti prosedur gugatan perdata biasa, atau prosedur-prosedur alternatif.

Selanjutnya, terdapat juga sanksi administrasi bagi para pelanggar hukum ketenagakerjaan. Sanksi-sanksi
administrasi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Teguran.

2. Peringatan tertulis.

3. Denda.

4. Pembatasan kegiatan usaha.


5. Pembekuan kegiatan usaha.

6. Pembatalan persetujuan.

7. Pembatalan pendaftaran.

8. Penghentian sementara sebagian atau seluruh alat produksi.

9. Pencabutan izin.

Anda mungkin juga menyukai