Anda di halaman 1dari 3

Soal 1: Era orde lama merupakan era kebebasan berserikat.

Hal ini sejalan dengan


kebebasan berpolitik di bawah Presiden Soekarno. Sementara, instrumentasi hukum
perburuhan di era orde lama cukup memberikan jaminan pemenuhan HAM terhadap
kaum buruh. Sifat pemerintah yang otoriter di era orde baru berubah saat memasuki
era reformasi.

Pertanyaan: Dengan kondisi seperti ini coba Anda jelaskan perbedaan Hukum
Ketenagakerjaan Era Reformasi dengan Era Orde Baru !

Jawab :

Pada Masa Orde Baru serikat buruh yang ada sejak jaman orde lama dianggap
sebagai pergerakan komunisme di Indonesia lalu di ganti menjadi majelis
permusyawaratan buruh Indonesia lalu dirumuskan system hubungan indrustial
Pancasila HIP, berupa larangan berserikat selain organisasi bentukan pemerintah dan
larangan aksi mogok karena katanya bertentangan dengan Pancasila, sifat
pemerintah yang otoriter pada masa order baru berubah pada masa reformasi, buruh
pekerja bebas berserikat dan dilindungi undang – undang, pekerjaan / buruh memiliki
kebebasan untuk berekpresi. Pengaturan tersebut diatur dalam Undang – Undang No
21 Tahun 2000 tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Buruh, lalu terbit akhirnya pada
peraturan ketenagakerjaan yang sampai saat ini masi dipergunakan yaitu undang –
undang no 13 tahun 2003 tentang ketangakerjaan dimana diatur semua tentang
kewajiban dan hak baik dari pemberi kerja maupun pekerja/ buruh.

Soal 2: Irma adalah seorang Karyawan pada Perusahaan Manufaktur pada PT.
Prima. Saat ini Irma sedang dalam keadaan Hamil 3 Bulan. Jika anda sebagai seorang
HRD pada PT. Prima, Uraikan apa yang menjadi Hak dan Kewajiban Irma!

Jawab :

Menurut undang – undang no 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 76 diatur


tentang tata cara memperkerjakan seorang perempuan pada pasal 2 yang berbunyi
Pengusaha dilarang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan hamil yang menurut
keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan kandungannya
maupun dirinya apabila bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00.

Dan dalam pasal 153 ayat 1 Pengusaha dilarang melakukan pemutusan hubungan
kerja dengan alasan salah satunya pada huruf e yang berbunyi pekerja/buruh
perempuan hamil/melahirkan, gugur kandungannya atau menyusui.

Dan pada pasal 82 ayat 2 untuk keperluan persalinan pekerja/buruh perempuan


berhak memperoleh istirahat selama 1.5 satu setengah bulan sebelum saatnya
melahirkan anak dan satu setengah bulan setelah melahirkan menurut perhitungan
dokter kandungan atau bidan

Lalu pasal 84 Setiap pekerja/buruh yang menggunakan hak waktu istirahat


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 ayat (2) huruf b, c, dan d, Pasal 80, dan Pasal
82 berhak mendapat upah penuh pemberi kerja/pengusaha yang tidak menjalankan
hal ini dapat di tuntut karena melanggar peraturan perundang – undangan.
Soal 3: Liputan6.com, Palembang- Postingan salah satu pengguna akun media sosial
(medsos) Facebook di grup info lowongan kerja (lowker) Palembang, Sumatera
Selatan (Sumsel) tentang pengalaman kerjanya, kini menjadi viral.

Akun medsos Facebook dengan nama Marasya tersebut, menuliskan kisahnya yang
menjadi karyawan magang selama dua hari di salah satu stand cemilan di mal
Palembang, pada hari Selasa, 3 Maret 2020.

Namun dia dirumahkan oleh pemilik usaha tersebut, dengan alasan tertentu. Pemilik
akun itu mengeluhkan tindakan pemilik usaha itu, yang hanya memberinya upah
bekerja 2 hari sebesar Rp10.000.

Tak ayal, para warganet langsung meramaikan kolom komentar postingan tersebut.
Banyak komentar yang menyalahkan tindakan pemilik usaha tersebut, dengan upah
magang yang sangat rendah.

Beberapa warganet juga turut mengirimkan pesan ke pemilik akun usaha tersebut,
dan menanyakan tentang kebenaran pemberian upah itu.

Kepala Seksi (Kasi) Pengupahan dan Jaminan Sosial (Jamsos) Dinas


Ketenagakerjaan (Disnaker) Palembang Nofiar Marlena pun, menanggapi viralnya
postingan ini.

Menurutnya, aturan pekerja magang memang ada di Disnaker. Perusahaan dan


pemilik usaha juga boleh melatih calon pekerja dalam status magang. Namun, label
magang diakuinya belum ada ikatan resmi ke perusahaan maupun pemilik usaha.

“Perusahaan harus memberikan ilmu ke calon pekerja yang belum ada hubungan
kerja. Dalam permagangan, memang tidak ada upah, tapi tergantung kebijakan
perusahaan. Jika mau memberi uang transpor, itu diatur oleh perusahaan atau pemilik
usaha sendiri sesuai kemampuan,” ucapnya, kepada Liputan6.com, Rabu (4/3/2020).

Untuk calon pekerja yang masih magang, perusahaan dan pemilik usaha wajib
mendaftarkan ke Disnaker Palembang, di bidang pelatihan. Bisa dalam satu bulan
atau satu tahun, untuk mengetahui data secara lengkap.

Sumber: https://www.liputan6.com/regional/read/4194050/viral-pekerja-magang-
cemilan-diupah-rp10000-begini-tanggapan-disnaker-palembang

Pertanyaan: Sejauh mana anda memahami status magang ? Uraikan jawaban Anda
berdasar aturan hukum yang berlaku!

Dalam undang – undang nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dalam pasal
1 ayat 11 menjelaskan Pemagangan adalah bagian dari sistem pelatihan kerja yang
diselenggarakan secara terpadu antara pelatihan di lembaga pelatihan dengan
bekerja secara langsung di bawah bimbingan dan pengawasan instruktur atau
pekerja/buruh yang lebih berpengalaman, dalam proses produksi barang dan/atau
jasa di perusahaan, dalam rangka menguasai keterampilan atau keahlian tertentu.
Dalam pasal 22 pemagangan dilaksanakan atas dasar perjanjian pemagangan antara
peserta dengan pengusaha yang dibuat secara tertulis apabila tidak ada perjanjian
maka tidak sesuai dengan peraturan undang undang ketenaga kerjaan lalu pada ayat
2 berbunyi perjanjian pemagangan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 sekurang -
kurangnya memuat hak dan kewajiban peserta dan pengusaha serrta jangka
waktunya.

Dalam kasus diatas tidak ada kejelasan apakah adanya perjanjian atau tidak
sepertinya tidak makanya akan terjadi ketidak terimaan dari pemagang dan juga
sesuai dengan pemberi pekerjaan untuk magang. Ditambah peraturan daerah masing
– masing yang merupakan turunan dari peraturan undang – undang ini yang sudah
dibuat menjadi spesifik yang disebutkan bahwa “Perusahaan harus memberikan ilmu
ke calon pekerja yang belum ada hubungan kerja. Dalam permagangan, memang
tidak ada upah, tapi tergantung kebijakan perusahaan. Jika mau memberi uang
transpor, itu diatur oleh perusahaan atau pemilik usaha sendiri sesuai kemampuan,”
maka sesuai dengan peraturan yang berlaku pemagang harus paham apa yang
menjadi kewajiban dan haknya serta hak dan kewajiban pemberi kerja. Agar tidak
terjadi seperti tidak setuju dengan kondisi yang ada, padahal setiap perusahaan
memiliki kondisi masing – masing dan bukan tidak mengikuti aturan yang ada, disini
dimana pentingnya dari sebuah perjanjian kerja.

Sekalipun merugikan salah satu pihak apabila perjanjian itu diterima kedua belah
pihak maka kedua belah pihak wajib menerimanya

Anda mungkin juga menyukai