Anda di halaman 1dari 4

Nama Mahasiswa : Komang Tri Septo Adi

Nim : 042285177
Mahasiswa Fak Ilmu Hukum

TUGAS TUTORIAL 1

Soal 1: Era orde lama merupakan era kebebasan berserikat. Hal ini sejalan dengan kebebasan
berpolitik di bawah Presiden Soekarno. Sementara, instrumentasi hukum perburuhan di era orde
lama cukup memberikan jaminan pemenuhan HAM terhadap kaum buruh. Sifat pemerintah yang
otoriter di era orde baru berubah saat memasuki era reformasi.

Pertanyaan: Dengan kondisi seperti ini coba Anda jelaskan perbedaan Hukum Ketenagakerjaan Era
Reformasi dengan Era Orde Baru !

Jawaban :

Perbedaan Hukum ketenagakerjaan era reformasi dengan era orde baru adalah

Dalam konteks instrumen hukum perburuhan secara umum rezim orde baru membagi aturan
perburuhan menjadi dua, aturan yg terkait dengan hak politik kaum buruh dan aturan yang terkait
dengan ekonomi kaum buruh dimana sec keseluruhan aturan aturan tersebut tidak berbentuk
undang undang tetapi substansinya sangak diskriminatif terhadap kaum buruh dan organisasinya.

Aturan aturan perburuhan diera orde baru cenderung bertentangan dengan Undang undang
diatasnya, bertentangan dengan intrument tentang HAM dan konvensi konvensi ILO salah satu
contoh instrument hak politik kaum buruh di era orde baru yakni PERMENAKER I/MEN/1975 yg
mengatur pembatasan serikat buruh yg dapat didaftarkan di Departemen Tenaga Kerja.

Selain instrument instrumen yang diterbitkan oleh pemerintah orde baru, masih terdapat 13
keputusan yang dibuat oleh menteri yang mana sebanyak delapan keputusan berisi campur tangan
pemerintah untuk menghegemoni kaum buruh dan lima keputusan lainya berisi penegasan tentang
pembatasan , pelarangan dan tekanan terhadap buruh. Diskriminatif terhadap kaum buruh tidak
hanya tampak dalam hak hak politik saja melainkan juga dalam aturan aturan buruh yang berkaitan
dengan hak hak ekonomi. Jadi hukum perburuhan pada era orda baru dirasakan sangat diskriminatif
dan otoriter.

Sedangkan hukum perburuhan pada era reformasi, pemerintah memberikankan kebebasan


berserikat dan dilindungi oleh undang undang, Pekerja/buruh memiliki kebebasan berekspresi.
Pengaturan tentang perburuhan pada era reformasi berbeda sama sekali, pemerintah juga
menerbitkan UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan serta pemerintah juga menerbitkan
instrument hukum tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (PPHI) sesuai UU No. 2
Tahun 2004 yang mengatur penyelesaian konflik buruh, serikat buruh dan majikan.

/_LANJUTAN SOAL 2........


Soal 2: Irma adalah seorang Karyawan pada Perusahaan Manufaktur pada PT. Prima. Saat ini Irma
sedang dalam keadaan Hamil 3 Bulan. Jika anda sebagai seorang HRD pada PT. Prima, Uraikan apa
yang menjadi Hak dan Kewajiban Irma!

Jawaban

Yang menjadi Hak dan kewajiban Irma sebagai seorang karyawan pada perusahaan PT Prima adalah
sebagai berikut :

Berdasarkan Undang Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Sdri. Irma berhak
memperoleh perlindungan selama hamil sesuai dengan Pasal 76 (2) UU Ketenagakerjaan No.13
tahun 2003 menyatakan “Pengusaha dilarang mempekerjakan perempuan hamil yang bisa
berbahaya bagi kandungannya dan dirinya sendiri”.

Wanita yang sedang hamil lebih rentan dibanding pekerja lainnya. Makanya perusahaan atau pemilik
usaha wajib menjamin perlindungan bagi pekerja tersebut. Misalnya tidak memberi tugas keluar
kota yang mengharuskan menggunakan transportasi udara di trimester pertama kehamilan, atau
menghindari pekerjaan berat untuk pekerja pabrik. Yang penting ibu dan bayi aman dan selamat.

Berdasarkan Undang Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan khususnya Pasal 82 Ayat
1 menyatakan bahwa Pekerja/Buruh perempuan berhak memperoleh istirahat selama 1,5 bulan
sebelum saatnya melahirkan anak dan 1,5 bulan sesudah melahirkan menurut perhitungan dokter
kandungan atau bidan.

Sedangkan pada ayat 2 menyatakan bahwa Pekerja/buruh perempuan yang mengalami keguguran
kandungan berhak memperoleh istirahat 1,5 (satu setengah) bulan atau sesuai dengan surat
keterangan dokter kandungan atau bidan.

Jadi sebagai pekerja/karyawan wanita berhak memperoleh hak sbb :

 Hak Cuti hamil dan melahirkan

 Hak perlindungan selama hamil

 Hak Biaya Persalinan

 Hak Cuti Keguguran

 Hak Menyusui dan memerah ASI

 Hak fasilitas khusus pada jam kerja tertentu

 Larangan PHK karena menikah, hamil dan melahirkan

/_LANJUTAN SOAL 3
Soal 3: Liputan6.com, Palembang- Postingan salah satu pengguna akun media sosial (medsos)
Facebook di grup info lowongan kerja (lowker) Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel) tentang
pengalaman kerjanya, kini menjadi viral.

Akun medsos Facebook dengan nama Marasya tersebut, menuliskan kisahnya yang menjadi
karyawan magang selama dua hari di salah satu stand cemilan di mal Palembang, pada hari Selasa, 3
Maret 2020.

Namun dia dirumahkan oleh pemilik usaha tersebut, dengan alasan tertentu. Pemilik akun itu
mengeluhkan tindakan pemilik usaha itu, yang hanya memberinya upah bekerja 2 hari sebesar
Rp10.000.

Tak ayal, para warganet langsung meramaikan kolom komentar postingan tersebut. Banyak
komentar yang menyalahkan tindakan pemilik usaha tersebut, dengan upah magang yang sangat
rendah.

Beberapa warganet juga turut mengirimkan pesan ke pemilik akun usaha tersebut, dan menanyakan
tentang kebenaran pemberian upah itu.

Kepala Seksi (Kasi) Pengupahan dan Jaminan Sosial (Jamsos) Dinas Ketenagakerjaan (Disnaker)
Palembang Nofiar Marlena pun, menanggapi viralnya postingan ini.

Menurutnya, aturan pekerja magang memang ada di Disnaker. Perusahaan dan pemilik usaha juga
boleh melatih calon pekerja dalam status magang. Namun, label magang diakuinya belum ada ikatan
resmi ke perusahaan maupun pemilik usaha.

“Perusahaan harus memberikan ilmu ke calon pekerja yang belum ada hubungan kerja. Dalam
permagangan, memang tidak ada upah, tapi tergantung kebijakan perusahaan. Jika mau memberi
uang transpor, itu diatur oleh perusahaan atau pemilik usaha sendiri sesuai kemampuan,” ucapnya,
kepada Liputan6.com, Rabu (4/3/2020).

Untuk calon pekerja yang masih magang, perusahaan dan pemilik usaha wajib mendaftarkan ke
Disnaker Palembang, di bidang pelatihan. Bisa dalam satu bulan atau satu tahun, untuk mengetahui
data secara lengkap.

Sumber: https://www.liputan6.com/regional/read/4194050/viral-pekerja-magang-cemilan-diupah-
rp10000-begini-tanggapan-disnaker-palembang

Pertanyaan: Sejauh mana anda memahami status magang ? Uraikan jawaban Anda berdasar
aturan hukum yang berlaku!

Jawaban :

Secara umum pemagangan atau pekerja magang diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan (“UU Ketenagakerjaan”) serta beberapa peraturan pelaksananya.

Di dalam UU Ketenagakerjaan, pemagangan diartikan sebagai bagian dari sistem pelatihan kerja
yang diselenggarakan secara terpadu antara pelatihan di lembaga pelatihan dengan bekerja secara
langsung di bawah bimbingan dan pengawasan instruktur atau pekerja/buruh yang lebih
berpengalaman, dalam proses produksi barang dan/atau jasa di perusahaan, dalam rangka
menguasai keterampilan atau keahlian tertentu

Pemagangan dilakukan dengan perjanjian tertulis antara peserta magang dan pengusaha, yang
sekurang-kurangnya memuat ketentuan:

 hak dan kewajiban peserta dan pengusaha; serta

 jangka waktu pemagangan.

Dalam hal pemagangan dilakukan tidak melalui perjanjian pemagangan, maka pemagangan tersebut
dianggap tidak sah dan status peserta berubah menjadi pekerja/buruh perusahaan yang
bersangkutan.

Menurut Pasal 10 ayat (2) Permenaker 6/2020, perjanjian pemagangan memuat:

 hak dan kewajiban peserta pemagangan;

 hak dan kewajiban penyelenggara pemagangan;

 program pemagangan;

 jangka waktu pemagangan; dan

 besaran uang saku.

Perjanjian pemagangan harus disahkan oleh dinas ketenagakerjaan kabupaten/kota setempat,


dengan melampirkan program pemagangan. Pengesahan tersebut harus selesai dalam jangka waktu
paling lama tiga hari kerja sejak tanggal permohonan pengesahan disampaikan kepada dinas terkait.

Berdasarkan Pasal 5 ayat (5) Permenaker 6/2020, jangka waktu pemagangan dibatasi paling lama
satu tahun.

Hak-hak yang didapat oleh peserta pemagangan di dalam negeri, yaitu:

 memperoleh bimbingan dari pembimbing pemagangan atau instruktur;

 memperoleh pemenuhan hak sesuai dengan perjanjian pemagangan;

 memperoleh fasilitas keselamatan dan kesehatan kerja selama mengikuti pemagangan;

 memperoleh uang saku;

 diikutsertakan dalam program jaminan sosial; dan

 memperoleh sertifikat pemagangan atau surat keterangan telah mengikuti pemagangan.

Sumber :

1. BMP ADBI4336/Hukum Ketenagakerjaan

2. https://www.daya.id/usaha/artikel-daya/pengembangan-diri/uu-ketenagakerjaan-mengatur-8-
hak-wanita-ini

Anda mungkin juga menyukai