Hukum Ketenagakerjaan Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Penulis : Ikhwan Aulia Fatahillah, SH., MH.
E-mail : ikhwanaf@gmail.com Pemaknaan istilah buruh dan pekerja pada zaman orde baru, memiliki dua konotasi, yaitu: Pertama, dianggap bernuansa politis sehingga jarang digunakan oleh wadah organisasi pegawai, terutama di lingkungan instansi pemerintahan, BUMN dan BUMD. Kedua, dikonotasikan untuk para pekerja kasar, seperti buruh pabrik, dan pelabuhan. Konotasi yang terakhir sampai sekarang masih melekat. A. PENGERTIAN PEKERJA/BURUH
Pekerja/Buruh adalah setiap orang yang bekerja
dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Dalam definisi tersebut terdapat dua unsur, yaitu unsur orang bekerja dan unsur orang menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain B. KEDUDUKAN PEKERJA/BURUH PEREMPUAN Ketentuan yang mengatur mengenai perlindungan bagi pekerja perempuan, baik dalam konvensi internasional maupun peraturan perundang-undangan di Indonesia, antara lain: 1. Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Againts Women yang telah diratifikasi dengan UU No. 7 Tahun 1984 (CEDAW) 2. ILO Convention No. 183 Year 2000 on Maternity Protection (Konvensi ILO mengenai Perlindungan Maternitas) 3. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UU Ketenagakerjaan) 4. UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (UU HAM) 5. UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (UU Kesehatan) C. KEDUDUKAN PEKERJA/BURUH ANAK Pekerja anak adalah bagian dari anak yang bekerja (working children) namun yang tidak sesuai dengan aturan ketenagakerjaan dan konvensi ILO. Sebab pada dasarnya, anak-anak, yaitu mereka yang menurut UU No 23 Tahun 2002 berusia 18 tahun ke bawah, tidak boleh bekerja kecuali keadaan terpaksa yang disebabkan adanya persoalan ekonomi dan sosial dari (keluarga) anak yang tidak menguntungkan. Berdasarkan UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan disebutkan bahwa usia anak yang bekerja (working children) tidak boleh kurang dari 13 tahun dan hanya boleh bekerja pada jenis-jenis pekerjaan ringan yang tidak membahayakan fisik, mental, dan moral anak. Syarat lainnya jam kerja bagi anak usia 13 hingga 15 tahun yang bekerja tidak boleh lebih dari 3 jam dalam sehari atau 15 jam dalam seminggu dan harus seizin orang tua. Sementara anak yang berusia antara 15 hingga 17 tahun hanya boleh bekerja maksimal 40 jam dalam seminggu dan tetap harus seizin orangtua. Di samping itu, anak juga harus tetap bersekolah. 1. Ketentuan normatif mengenai pekerja anak. Pertama, UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Undang-Undang ini mengatur mengenai hal yang berhubungan pekerja anak mulai dari batas usia diperbolehkan kerja, siapa yang tergolong anak, pengupahan dan perlidungan bagi pekerja anak. Kedua, UU No. 20 Tahun 1999 tentang Ratifikasi Konvensi ILO No. 138 Tahun 1973 mengenai Batas Usia Minimum Diperbolehkan Bekerja 2. Bentuk pekerjaan yang diperbolehkan untuk anak Pada prinsipnya anak tidak boleh bekerja, dikecualikan untuk kondisi dan kepentingan tertentu anak diperbolehkan bekerja, sebagaimana diatur dalam Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 3. Kategori pekerjaan terburuk bagi pekerja anak
Bentuk pekerjaan terburuk untuk anak menurut pasal 74 ayat 2 UU. No 13
Tahun 2003, meliputi: a. Segala pekerjaan dalam bentuk perbudakan atau sejenisnya. b. Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau menawarkan anak untuk pelacuran, produksi pornografi, pertunjukan porno atau perjudian. c. Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan atau melibatkan anak untuk produksi dan perdagangan minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya dan atau d. Semua pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan atau moral anak. 4. Jenis-jenis pekerjaan yang berbahaya bagi anak Jenis-jenis pekerjaaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan, atau moral anak ditetapkan dengan Keputusan Menteri No: KEP. 235 /MEN/2003, yaitu : a. Jenis-Jenis Pekerjaan Yang Membahayakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja b. Jenis-Jenis Pekerjaan Yang Membahayakan Moral Anak Kedudukan Serikat Pekerja 1. Pengertian Umum Serikat Pekerja/Serikat Buruh Serikat Pekerja/Serikat Buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk pekerja/buruh baik di perusahaan maupun di luar perusahaan yang bersifat bebas , terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh, serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya. 2. Serikat pekerja/serikat buruh dalam UU No.21 Tahun 2000 Undang-undang No. 21 Tahun 2000 menggunakan istilah serikat Pekerja/Serikat Buruh bukan Serikat Pekerja saja atau Serikat Buruh saja. Kedua istilah tersebut sebenarnya sama dan tidak ada perbedaan. Penggunaan kedua istilah tersebut dilakukan untuk mengadopsi keinginan dari berbagai organisasi pekerja/buruh yang menggunakan kedua istilah alternatif tersebut untuk menyebut nama organisasinya masing-masing. 3. Tujuan Pendirian Serikat Pekerja/Serikat Buruh
Tujuan didirikannya serikat pekerja/serikat buruh
adalah untuk memberikan perlindungan, pembelaan hak, dan kepentingan, serta meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi pekerja dan keluarganya 4. Prosedur Pendirian Serikat Pekerja/Buruh
Serikat Pekerja/Serikat buruh dapat dibentuk oleh sekurang-
kurangnya 10 pekerja/buruh. Pembentukan Serikat Pekerja/Serikat Buruh adalah atas kehendak bebas dari pekerja/buruh tanpa tekanan dan campur tangan pengusaha, pemerintah, partai politik atau pihak manapun. 5. Keanggotaan Serikat Pekerja/Buruh
Serikat Pekerja/Serikat Buruh harus terbuka untuk menerima
anggota tanpa membedakan aliran politik, agama, suku bangsa, dan jenis kelamin. Syarat untuk menjadi anggota Serikat Pekerja/Serikat Buruh biasanya telah ditetapkan dalam AD/ART Serikat Pekerja/Serikat Buruh bersangkutan. Seorang pekerja/buruh hanya dapat menjadi anggota pada satu Serikat Pekerja/Serikat Buruh. 6. Federasi dan Konfederasi Serikat Pekerja/Serikat Buruh
Federasi Serikat pekerja/Serikat Buruh adalah gabungan
beberapa Serikat Pekerja/Serikat Buruh. Sementara itu, Konfederasi Serikat Pekerja/Serikat Buruh adalah gabungan beberapa federasi Serikat Pekerja/Serikat Buruh. 7. Keuangan dan Harta Kekayaan Serikat Pekerja
a. Keuangan Serikat Pekerja/Serikat Buruh bersumber dari
berikut ini. b. Iuran anggota yang besarnya ditetapkan dalam AD dan ART. c. Hasil dari usaha yang sah. d. Bantuan dari anggota atau pihak lain yang sah. 8. Serikat pekerja dan Instansi Pemerintah
Serikat Pekerja/Serikat Buruh yang telah terbentuk harus
memberitahukan secara tertulis kepada instansi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat untuk dicatat dengan melampirkan berikut ini. a. Daftar nama anggota pembentuk b. Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. c. Susunan dan nama pengurus. 9. Pembubaran Serikat Pekerja/Serikat Buruh
Serikat Pekerja/Serikat Buruh bubar apabila:
a. Dinyatakan sendiri oleh anggotanya sesuai dengan ketentuan AD dan ART. b. Perusahaan dimana dibentuk Serikat Pekerja/Serikat Buruh tersebut ditutup atau menghentikan kegiatannya untuk selama- lamanya yang mengakibatkan terputusnya hubungan kerja dengan seluruh pekerja/buruh setelah hak-hak pekerja/buruh dipenuhi. c. Dinyatakan bubar dengan putusan pengadilan. TERIMA KASIH