Anda di halaman 1dari 3

JAWABAN SOAL ABDI4336/HUKUM KETENAGAKERJAAN

1. Orde Baru
Pada masa Orde Baru, pemerintah berusaha untuk meningkatkan
pembangunan dengan tetap menjaga stabilitas nasional. Hasilnya,
lahirlah aturan yang disebut dengan Hubungan Industrial Pancasila atau
Hubungan Perburuhan Pancasila. Sesuai dengan namanya, aturan ini
dibuat dengan berlandaskan pada Pancasila. Di lapangan, ada lembaga
bipartit, tripartit, serta kesepakatan kerja bersama yang
keanggotaannya diambil dari pihak-pihak terkait.
 
Masa Reformasi
Pada masa reformasi, peraturan terkait perburuhan dan
ketenagakerjaan mengalami perubahan secara dinamis. Apalagi, terjadi
pergantian pemerintahan dalam kurun yang singkat, mulai dari
Pemerintahan Presiden B.J. Habibie (1998-1999), Presiden
Abdurrahman Wahid (1999-2001), Presiden Megawati Soekarnoputri
(2001-2004), hingga Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY)
yang memerintah pada rentang 2004-2014.
Presiden Habibie pada awal kepemimpinannya meluncurkan
Keputusan Presiden Nomor 83 Tahun 1998 yang memberi perlindungan
hak berorganisasi. Selain itu, ada pula ratifikasi aturan ILO terkait usia
minimum untuk bekerja. Tidak ketinggalan, pada masa pemerintahan ini
juga diluncurkan perpu yang mengatur tentang pengadilan HAM.
Sementara itu, pada masa Pemerintah Presiden Abdurrahman
Wahid, dilakukan perlindungan terhadap para pekerja atau serikat
buruh. Upaya perlindungan itu dilakukan dengan peluncuran UU nomor
21 Tahun 2000 Tentang Serikat Pekerja. Selain sebagai upaya
perlindungan, UU ini juga dipakai sebagai sarana untuk memperbaiki
iklim demokrasi saat itu.
Selanjutnya, pada masa Pemerintahan Presiden Megawati,
aturan hukum perburuhan dan ketenagakerjaan di Indonesia mengalami
perubahan drastis. Alasannya adalah peluncuran UU Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan. Keberadaan UU ini menjadi pengganti
dari 15 aturan ketenagakerjaan yang sebelumnya telah ada.
Keberadaan UU Ketenagakerjaan tersebut juga menjadi landasan
atas keluarnya aturan perundang-undangan lain di masa Pemerintahan
Megawati. Terdapat 2 UU yang dibuat dengan berdasarkan UU
Ketenagakerjaan, yakni UU Nomor 2 Tahun 2004 Tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial serta UU Nomor 39
Tentang Perlindungan dan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia di Luar
Negeri.

2. Pada pasal 82 ayat 1 UU Ketenagakerjaan No. 13/ 2003 diatur tentang hak
karyawan perempuan mendapatkan hak cuti hamil dalam masa kehamilan dan
hak cuti melahirkan / cuti bersalin dalam masa persalinan:
“Pekerja/buruh perempuan berhak memperoleh istirahat selama 1,5 (satu
setengah) bulan sebelum saatnya melahirkan anak dan 1,5 (satu setengah)
bulan sesudah melahirkan menurut perhitungan dokter kandungan atau bidan.”
Setelah memberi penjelasan kepada Irma tentang hak cuti hamil dan
melahirkan maka saya akan memberikan solusi kepada Irma tentang
waktu 3 bulan yang akan digunakan untuk cuti.
3. Aturan pemagangan yang dilakukan di dalam negeri diatur dalam Peraturan
Menteri Ketenagakerjaan Nomor 6 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan
Pemagangan di Dalam Negeri (“Permenaker 6/2020”).

Yang dapat menjadi peserta pemagangan dalam negeri yaitu pencari kerja atau
pekerja yang akan ditingkatkan kompetensinya yang memenuhi syarat:[7]
a. Usia paling rendah 17 tahun untuk pencari kerja. Jika berusia tepat 17
tahun, harus melampirkan surat persetujuan dari orang tua atau wali;
b. Sehat jasmani dan rohani; dan
c. Lulus seleksi.
Seperti yang telah diterangkan sebelumnya, antara peserta pemagangan dan
perusahaan dibuat perjanjian pemagangan secara tertulis, yang memuat:[8]
a. hak dan kewajiban peserta pemagangan;
b. hak dan kewajiban penyelenggara pemagangan;
c. program pemagangan;
d. jangka waktu pemagangan; dan
e. besaran uang saku.
Jadi berdasarkan aturan yang dibuat peserta magang juga harus
mengetahui hak-hak nya yang tertuang dalam perjanjian magang, dan
sesuai aturan yang dibuat dalam status magang tidak ada gaji yang
diberikan dan hanya uang saku (Transport) yang sudah disepakati
dalam perjanjian magang.

Anda mungkin juga menyukai