0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
4 tayangan4 halaman
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan bertujuan untuk melindungi hak-hak pekerja dan menjamin kesejahteraan mereka. Namun, undang-undang ini hanya mencakup pekerjaan formal dan belum sepenuhnya melindungi pekerja informal serta belum memastikan patuhnya perusahaan terhadap hak-hak pekerja yang diatur dalam undang-undang.
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan bertujuan untuk melindungi hak-hak pekerja dan menjamin kesejahteraan mereka. Namun, undang-undang ini hanya mencakup pekerjaan formal dan belum sepenuhnya melindungi pekerja informal serta belum memastikan patuhnya perusahaan terhadap hak-hak pekerja yang diatur dalam undang-undang.
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan bertujuan untuk melindungi hak-hak pekerja dan menjamin kesejahteraan mereka. Namun, undang-undang ini hanya mencakup pekerjaan formal dan belum sepenuhnya melindungi pekerja informal serta belum memastikan patuhnya perusahaan terhadap hak-hak pekerja yang diatur dalam undang-undang.
TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN. A. Urgensi Pembentukan Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan Bahwa untuk mewujudkan pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur, yang merata, baik material maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD NRI tahun 1945 Bahwa dalam pelaksanaan pembangunan nasional nasional, tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan Bahwa perlindungan terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar pekerja/ buruh dan menjamin kesamaan kesempatan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja/ buruh dan keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha. B. Arti kesejahteraan pekerja/ buruh di Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan Kesejahteraan pekerja/ buruh adalah suatu pemenuhan kebutuhan dan/atau keperluan yang bersifat jasmaniah dan rohani, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja, yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempertinggi produktivitas kerja dalam lingkungan kerja yang aman dan sehat. Kesejahteraan pekerja/ buruh terwujud ketika sudah terpenuhinya beberapa hal sebagai berikut, yaitu Setiap tenaga kerja memperoleh kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan, dalam hal ini tidak terpengaruh oleh jabatan, pendidikan, dan sebagainya Setiap tenaga kerja berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dari pengusaha, dalam hal ini perusahaan tidak membedakan suku, agama, ras, warna kulit, dan sebagainya Adanya pelatihan kerja bagi buruh, sebelum melakukan pekerjaan yang diberikan oleh perusahaan agar mengerti bagaimana tata cara dan sistem pekerjaan yang akan dia lakukan di kemudian hari Adanya perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja Setiap tenaga kerja memperoleh perlindungan moral dan kesusilaan Setiap tenaga kerja memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan dari upah yang diperoleh dari pekerjaannya di perusahaan tersebut. Ketika terjadi kecelakaan dalam pekerjaan, tenaga kerja memperoleh tunjangan dari perusahaan Setiap tenaga kerja memperoleh cuti sebagaimana dalam kalender Nasional, maupun cuti akibat faktor internal tenaga kerja seperti, cuti bagi perempuan yang melakukan persalinan, cuti haid, cuti karena sakit, dan sebagainya.
C. Peran Pemerintah dalam perluasan kesempatan kerja bagi calon
tenaga kerja. Pemerintah bertanggung jawab mengupayakan perluasan kesempatan kerja baik di dalam maupun di luar hubungan kerja Semua kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah di setiap sektor diarahkan untuk mewujudkan perluasan kesempatan kerja baik di dalam maupun di luar hubungan kerja Lembaga keuangan baik perbankan maupun non perbankan, dan dunia usaha perlu membantu dan memberikan kemudahan bagi setiap kegiatan masyarakat yang dapat menciptakan atau mengembangkan perluasan kesempatan kerja. D. Bentuk perlindungan tenaga kerja oleh Perusahaan. Bentuk perlindungan tenaga kerja yang diberikan oleh perusahaan dapat kita lihat dari hal-hal berikut, yaitu: Ketika tenaga kerja dan keluarganya memperoleh jaminan sosial tenaga kerja Adanya fasilitas kesejahteraan yang disediakan oleh perusahaan Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan Perusahaan dilarang mempekerjakan anak di bawah umur, meskipun anak tersebut dipekerjakan harus memenuhi syarat- syarat yang ditetapkan oleh pemerintah dan keluarga si Anak. Perusahaan memberikan kesempatan yang secukupnya kepada pekerja/ buruh untuk melaksanakan ibadah yang diwajibkan oleh agamanya. Perusahaan dilarang mempekerjakan tenaga kerja perempuan yang hamil yang menurut keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan kandungannya maupun dirinya apabila bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan 07.00 E. Kesimpulan Dengan adanya Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan menjadi salah satu alat untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan perlindungan sosial, sebab dengan adanya Undang-undang a quo, masyarakat dijamin Pemerintah memperoleh pekerjaan dan upah yang layak atas pekerjaan yang dilakukannya, sebab pemerintah yang menentukan upah dari tenaga kerja bukan perusahaan tersebut, sehingga tidak terjadi perjanjian sepihak yang wajib dipatuhi oleh salah satu pihak yaitu tenaga kerja tersebut. Kemudian dengan adanya Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dapat melindungi tenaga kerja dari kesewenang-wenangan Pengusaha dalam hal ini adalah pemberi kerja, sebab dalam Undang-undang a quo sudah terlampir hak- hak dan kewajiban masing-masing pihak, dan adanya peran serta Pemerintah dalam mengawasi serta menyelesaikan sengketa antara Pengusaha dan tenaga kerja. F. Kekurangan Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan menurut Kelompok kami. Menurut kami bahwa Undang-undang a quo ini sudah bagus maksud dan tujuannya, tapi hal ini belum terwujud sepenuhnya karena jika diteliti secara komprehensif undang-undang ketenagakerjaan kerja ini hanya mencakup pekerjaan formal, yaitu pekerjaan yang berstruktur dan memiliki periode, sedangkan pekerjaan informal tidak termaktub di dalamnya, misalnya petani, nelayan, pedagang, tukang ojek, tukang becak, buruh bangunan, dan lain sebagainya, dalam hal ini Pemerintah seperti tutup mata, dan tidak melihat apa yang terjadi di lapangan. Kemudian pemerintah hanya terkesan membuat peraturan perundang- undangan tanpa melihat keberhasilan pelaksanaan Undang-undang tersebut, misalnya adanya tenaga kerja yang melebihi waktu kerja ketika hal itu tertulis di dalam perjanjian kerja, tetapi hanya demi mendapatkan pekerjaan tenaga kerja tersebut menyetujuinya karena terdesak kebutuhan Ekonomi, seharusnya pemerintah harus menyelidiki dalam setiap hubungan kerja dan perjanjian kerja, apakah ada yang melakukan pelanggaran yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan.