Anda di halaman 1dari 10

MASALAH HAK TENAGA KERJA YANG DIRUMAHKAN AKIBAT

COVID-19

KARYA ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

OLEH

VIVY ZASMIATI ATHALIA SIOKAIN


NIM : 031205234
EMAIL: athaliasiokain@gmail.com

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TERBUKA
2020
ABSTRAK
Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut UU No.13 tahun
2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja ialah setiap orang yang dapat
melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi suatu
kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Masyarakat yang telah menjadi bagian dari
suatu perusahaan atau yang telah menandatangi kontrak kerja dengan perusahaan akan
melaksanakan kewajibannya sebagai karyawan dan juga akan memperoleh hak-hak karyawan
yang telah ada di kontrak kerja. Jika pada saat yang tidak bisa tertolong atau keadaan dimana
perusahaan mengalami penurunan keuntungan dan sampai mengalami kebangkrutan atau
pailit seperti yang terjadi pada saat ini yaitu pandemi Covid-19, banyak karyawan yang
dirumahkan dan juga di PHK. Maka karyawan yang di PHK harus mendapatkan hak-haknya
yaitu berhak mendapatkan uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan uang ganti rugi.
Kata kunci: Undang-undang ketenagakerjaan, Kewajiban Perusahaan, Pandemi Covid-19
BAB I
PENDAHULUAN

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang penting bagi negara, tanpa
adanya tenaga kerja, faktor produksi alam dan faktor produksi modal tidak dapat
digunakan secara optimal. Namun tidak semua penduduk memiliki pekerjaan. Setiap
tenaga kerja memiliki hak-hak dan juga kewajiban yang telah diatur oleh UU
Ketenagakerjaan.
Hak-hak yang harus dilakukan oleh tenaga kerja adalah hak memperoleh upah, hak
mendapat perlakuan yang sama, hak mendapat pelatihan kerja, hak penempatan tenaga
kerja, hak mendapatkan waktu kerja yang sesuai, hak mendapatkan kesehatan dan
keselamatan kerja, hak mendapatkan kesejahteraan, hak ikut serta dalam serikat
pekerja/buruh, hak cuti, hak khusus karyawan perempuan. Juga adanya kewajiban yang
harus dilakukan oleh karyawan yaitu kewajiban ketaatan, kewajiban konfidenisalitas dan
kewajiban loyalitas.
Selain untuk karyawan ada juga hak dan kewajiban untuk pihak perusahaan, termasuk
jika dalam situasi perusahaan yang mengalami kebangkrutan atau pailit dan karyawan
terpaksa harus di-PHK maka pihak perusahaan wajib memberikan uang pesangon, uang
penghargaan masa kerja dan uang ganti rugi.
Seperti yang sekarang ini terjadi, pandemi covid-19 yang menyerang kesehatan
manusia juga membuat keadaan ekonomi mengalami penurunan yang sangat besar.
Dampaknya besar dan berpengaruh pada beberapa perusahaan sehingga perusahaan
terpaksa harus memotong waktu kerja karyawan dan bahkan ada yang sampai harus
dirumahkan tanpa ada kepastian kembali bekerja.
BAB II
ISI

2.1 Pengertian Tenaga Kerja


Menurut UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyatakan bahwa tenaga
kerja ialah setiap orang yang dapat melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan
atau jasa baik untuk memenuhi suatu kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
Tenaga kerja harus bisa memanfaatkan lapangan kerja yang tersedia untuk bisa
menunjukan kemampuan bekerja yang menghasilkan barang atau jasa bagi masyarakat
atau konsumen. Seperti yang dikatakan Eeng Ahman & Epi Indriani bahwa tenaga kerja
ialah seluruh jumlah penduduk yang dianggap mampu bekerja dan sanggup bekerja bila
ada permintaan kerja.
Dalam ketenagakerjaan ada jenis tenaga kerja terdidik, yaitu tenaga kerja yang
mempunyai keahlian atau ketrampilan di bidang tertentu dengan cara sekolah atau
pendidikan formal dan informal. Tenaga kerja terlatih, yaitu tenaga kerja yang dilatih
tenaga kerja dengan keahlian tertentu melalui suatu pengalaman kerja. Tenaga kerja tidak
terdidik dan tidak terlatih merupakan tenaga kerja terampil dan pekerja terampil dilatih
untuk mengandalkan kekuatan sendiri.
2.2 Hak Dan Kewajiban Tenaga Kerja
Dalam dunia pekerjaan terdapat hak dan kewajiban tenaga kerja yang sudah harus
diketahui tenaga kerja saat menjadi karyawan dalam sebuah perusahaan. Semua tenaga
kerja di Indonesia dilindungi oleh UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan,
yaitu aturan kontrak kerja, PHK, gaji, cuti, keselamatan kerja, kesehatan, hak karyawan
kontrak dan hak kerja lainnya.
Berikut ini adalah hak tenaga kerja yang sudah diatur secara hukum:
a. Hak Memperoleh Upah
Gaji atau upah adalah hal yang paling mendasar dari hak karyawan, oleh karena itu
hak memperoleh gaji atau upah sudah tertuang dalam Undang-undang
Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 pada pasal 1 ayat 30 yang berbunyi:
”Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang
sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang
ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau
peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan
keluarganya atas suatu pekerjaan dan/ atau jasa yang telah atau akan dilakukan”.
b. Hak Mendapatkan Kesempatan & Perlakuan Yang Sama
Hal ini berkaitan dengan keadilan yang memang juga menyinggung kepada Hak
Asasi Manusia (HAM). Pentingnya hal ini, tertuang pada Undang-undang
Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 pasal 5 yang berbunyi “Setiap tenaga kerja
memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan”
Dan pasal 6 yang berbunyi “ setiap pekerja/buruh berhak memperoleh perlakuan
yang sama tanpa diskriminasi dari pengusaha”
c. Hak Mendapatkan Pelatihan Kerja
Karyawan juga memiliki hak untuk mendapatkan pelatihan kerja seperti yang
tertuang pada pasal 11 UU Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 tentang pelatihan
kerja.
d. Hak Penempatan Tenaga Kerja
Pada pasal 31 UU Ketenagakerjaan Nomro 13 Tahun 2003 disebutkan bahwa setiap
tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk memilih,
mendapatkan, atau pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang layak di
dalam atau di luar negeri.
e. Hak Memiliki Waktu Kerja Yang Sesuai
Perhitungan waktu kerja seperti yang tertulis pada UU Ketenagakerjaan Nomor 13
Tahun 2003 Pasal 77 Ayat 2 adalah sebagai berikut:
1. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6
(enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau
2. 8 (delapan) jam 1(satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk
5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.
f. Hak Mendapatkan Kesehatan & Keselamatan Kerja
Sebagaimana yang tertuang pada UU Ketenagakerjaan Nomor 13 tahun 2003 pasal
86, yang menjelaskan bahwa setiap karyawan memiliki hak untuk mendapatkan
perlindungan atas kesehatan dan keselamatan kerja, moral dan kesusilaan, perilaku
yang sesuai dengan harkat dan martabat.
g. Hak Mendapatkan Kesejahteraan
UU Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 pada pasal 99 menyebutkan:
1. Setiap pekerja/buruh dan keluarganya berhak untuk memperoleh jaminan
sosial tenaga kerja.
2. Jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), di
laksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
h. Hak Ikut Serta Dalam Serikat Pekerja/Buruh
Pada UU Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 pasal 104 disebutkan bahwa setiap
pekerja/buruh berhak membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja di mana
serikat pekerja ini dapat menjadi wadah bagi karyawan untuk menyampaikan aspirasi
kepada perusahaan.
i. Hak Untuk Cuti
Dalam UU Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 pada pasal 79 tertulis bahwa
pengusaha wajib memberi waktu istirahat dan cuti pada pekerja/buruh.
Untuk karyawan wanita, ada peraturan yang mengatur tentang cuti menstruasi yang
tertuang pada Pasal 81 Ayat 1 (satu) yaitu: “Pekerja buruh perempuan yang dalam
masa haid merasakan sakit dan memberitahu kan kepada pengusaha, tidak wajib
bekerja pada hari pertama dan kedua pada waktu haid”.
j. Hak Khusus Karyawan Perempuan
Dalam UU Ketenagakerjaan Nomor 13 tahun 2003, tentang karyawan perempuan
berhak memperoleh istirahat selam 1,5 bulan sebelum saatnya melahirkan atau untuk
perempuan yang mengalami keguguran juga berhak mendapatkan waktu istirahat
selama waktu yang sama yang sudah tertuang pada Pasal 82.
Setelah memahami hak-hak karyawan, kini saatnya memahami kewajiban karyawan
yang juga menjadi hak perusahaan. Kewajiban karyawan terbagi menjadi tiga hal utama
yaitu:
a. Kewajiban Ketaatan
hal ini berarti bahwa karyawannya harus memiliki konsekuensi dan patuh pada
peraturan perusahaan yang telah ditetapkan.
b. Kewajiban Konfidenisalitas
Setiap karyawan berkewajiban untuk menjaga kerahasiaan data-data diperusahaan.
c. Kewajiban Loyalitas
Artinya karyawan harus mendukung visi dan misi perusahaan dan memiliki loyalitas
yang tinggi terhadap perusahaan.
2.3 Pengertian Virus Corona (Covid-19)
Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Coronavirus merupakan keluarga
besar virus yang menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Pada manusia
biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai flu biasa hingga
penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom
pernapasan akut berat/ Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Coronovirus jenis baru yang ditemukan pada manusia sejak kejadian luar biasa muncul
di Wuhan Cina, pada Desember 2019, kemudian diberi nama Severe Acute Respiratory
Sindrome Coronavirus 2 (SARS-COV2), dan menyebabkan penyakit Coronavirus
Disease-2019 (COVID-19).
2.4 Hubungan COVID-19 dengan Hak Tenaga Kerja
Masalah Virus Covid-19 ini selain menyerang kesehatan manusia juga berakibat pada
aspek ekonomi. Aspek perekonomian Indonesia mengalami penurunan produktivitas dari
perusahaan hingga beberapa bidang usaha parisiwata, hotel, retail dan restoran. Ekonomi
Global dipastikan melambat, menyusul penetapan dari WHO yang menyebutkan wabah
Corona sebagai pandemi yang mempengaruhi dunia usaha.
Dikarenakan dampaknya yang besar bagi perekonomian indonesia, Presiden
Indonesia Joko Widodo meminta semua pihak untuk melakukan social distancing
termasuk Work From Home (WFH) dan beberapa kepala daerah memutuskan untuk
meliburkan kegiatan belajar mengajar. Ada beberapa perusahaan yang memberlakukan
pengurangan jam kerja dengan cara libur dua kali dalam satu pekan, ada yang bekerja
dalam sepekan dan sepekan kemudian libur, sistem ini dijalankan agar mengurangi
banyaknya karyawan yang bekerja guna mengurangi penyebaran virus corona. Adapun
beberapa karyawan yang mendapat PHK secara sepihak dikarenakan perusahaan
mengalami kerugian akibat kekurangan produksi.
Dalam situasi darurat kesehatan masyarakat akibat pandemi Covid-19 beberapa
perusahaan terpaksa melakukan PHK kepada karyawan yang seharusnya tidak boleh
dilakukan oleh perusahaan secara sepihak. Seperti yang dikatakan dalam pasal 151 ayat 1
Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan disebutkan bahwa
pengusaha, pekerja/buruh, serikat pekerja/serikat buruh, dan pemerintah, dengan segala
upaya harus mengusahakan agar jangan terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK).
Ketentuan tersebut berarti menyatakan bahwa, PHK tidak boleh dilakukan secara sepihak
melainkan harus melalui perundingan terlebih dahulu. Kemudian, apabila hasil
perundingan tersebut tidak menghasilkan persetujuan, pengusaha hanya dapat
memutuskan hubungan kerja dengan pekerja/buruh setelah memperoleh penetapan dari
lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial. Demikian ketentuan pasal 151
ayat 3 UU ketenagakerjaan.
Namun ada juga pihak perusahaan yang memakai istilah “dirumahkan” kepada
karyawan diakibatkan pendapatan atau penghasilan keuangan perusahaan yang menurun
karena Covid-19 sehingga tidak mampu untuk membayar upah pekerja atau karyawan.
Istilah “dirumahkan” ini berujung pada keadaan karyawan atau tenaga kerja yang
artinya kehilangan mata pencaharian dan tidak mempunyai pendapatan untuk membiayai
dirinya dan keluarga dikarenakan beberapa perusahaan yang merumahkan karyawan
tidak memberikan kepastian kapan harus kembali bekerja.
Padahal sudah diatur dalam Pasal 90 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
KEP-231/MEN/2003 Tahun 2003 tentang Tata Cara Penangguhan Pelaksanaan Upah
Minimum, dan Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 42 Tahun 2007 tentang Tata Cara
Penangguhan Pelaksanaan Upah Minimum Provinsi. Dengan aturan ini perusahaan
seharusnya bisa mengajukan upaya penangguhan upah minimum sesuai UMP ke
Gubernur, tetapi dikarenakan wabah virus Covid-19 yang sangat berdampak besar
kepada perekonomian sehingga beberapa perusahaan sudah benar-benar tidak mampu
untuk membayar upah. Sehingga beberapa perusahaan yang memakai istilah
“dirumahkan” menyamakan dengan di-PHK.
Pada dasarnya karyawan yang di-PHK seharusnya diberikan uang pesangon, uang
penghargaan masa kerja dan ganti rugi sebagaimana yang dapat dilihat dalam Pasal 1
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor Kep-150/Men/200.
Tetapi karena wabah Covid-19 yang benar-benar mengakibatkan perekonomian menurun
dan juga beberapa perusahaan mengalami kebangkrutan sehingga karyawan yang
awalnya “dirumahkan” dan tidak ada kejelasan waktu kembali bekerja, berujung pada
PHK oleh perusahaan dan juga tidak mendapatkan hak-hak yang seharusnya diperoleh.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pandemi Covid-19 mempunyai dampak besar bagi perekonomian indonesia dan juga
pada perusahaan-perusahaan di indonesia yang berakibat banyak karyawan yang
dirumahkan tanpa ada kejelasan waktu kembali bekerja dan juga di PHK.
Dalam pasal 151 ayat 1 Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan
disebutkan bahwa pengusaha, pekerja/buruh, serikat pekerja/serikat buruh, dan
pemerintah, dengan segala upaya harus mengusahakan agar jangan terjadi pemutusan
hubungan kerja (PHK). Namun karena keadaan yang tidak dapat terhindarkan beberapa
karyawan harus di-PHK bahkan ada perusahaan yang harus gulung tikar atau bangkrut
karena tidak mendapatkan keuntungan.
Tenaga kerja yang awalnya bekerja menjadi kehilangan mata pencaharian dan
kehilangan pekerjaannya. Hak-hak yang seharusnya diperoleh ketika di PHK juga tidak
bisa didapatkan karena perusahaan sudah tidak sanggup memberikan kewajiban tersebut.
Hak-hak yang seharusnya diperoleh karyawan di-PHK adalah Uang Pesangon, Uang
Penghargaan Masa Kerja dan Ganti Rugi sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 1
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor Kep-150/Men/200, namun semuanya tidak bisa
didapatkan oleh karyawan yang perusahaannya mengalami kebangkrutan.
3.2 Saran
Diharapkan kepada pihak perusahaan agar bisa memenuhi tanggung jawab atau hak-
hak yang seharusnya diperoleh karyawan yang telah dirumahkan akibat Covid-19.
Peniliti juga mengharapkan kepada pihak selanjutnya yang ingin melakukan
penelitian agar dapat memperluas penelitian dengan analisis data lainnya agar lebih
memahami masalah karyawan yang dirumahkan akibat Covid-19.
DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor Kep150/Men/2000


Undang-undang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
http://jmm.unmerpras.ac.id/index.php/jmm/article/view/44
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-tenaga-kerja/
https://www.talenta.co/blog/insight-talenta/calon-karyawan-penting-untuk-mengetahui-
hak-karyawan-2/
https://m.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl6996/phk-sepihak/
http://www.padk.kemkes.go.id/article/read/2020/04/23/32/hindari-lansia-dari-covid-
19.html
https://www.kemkes.go.id/article/view/20030400008/FAQ-Coronavirus.html

Anda mungkin juga menyukai