PENGUPAHAN, DAN
KESEJAHTERAAN PEKERJA
December 27, 2014
Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut UU No. 13 tahun
2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu
melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan
sendiri maupun untuk masyarakat. Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan
menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk tergolong tenaga
kerja jika penduduk tersebut telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku
di Indonesia adalah berumur 15 tahun – 64 tahun. Menurut pengertian ini, setiap orang yang
mampu bekerja disebut sebagai tenaga kerja. Ada banyak pendapat mengenai usia dari para
tenaga kerja ini.
Jadi, Tenaga kerja merupakan modal utama serta pelaksanaan dari pembangunan masyarakat
pancasila. Tujuan terpenting dari pembangunan masyarakat tersebut adalah kesejahteraan
rakyat termasuk tenaga kerja. Tenaga kerja sebagai pelaksana pembangunan harus di jamin
haknya, diatur kewajibannya dan dikembangkan daya gunanya. Dalam peraturan Menteri
Tenaga Kerja Nomor: PER-04/MEN/1994 pengertian tenaga kerja adalah setiap orang yang
bekerja pada perusahaan yang belum wajib mengikuti program jaminan social tenaga kerja
karena adanya pentahapan kepesertaan.
Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah program publik yang memberikan perlindungan bagi tenaga
kerja untuk mengatasi resiko sosial ekonomi tertentu yang penyelenggarannya menggunakan
mekanisme asuransi sosial.
Filosofi Jamsostek :
JAMSOSTEK dilandasi filosofi kemandirian dan harga diri untuk mengatasi resiko sosial
ekonomi. Kemandirian berarti tidak tergantung orang lain dalam membiayai perawatan
pada waktu sakit, kehidupan dihari tua maupun keluarganya bila meninggal dunia. Harga
diri berarti jaminan tersebut diperoleh sebagai hak dan bukan belas kasihan orang lain.
Agar pembiayaan dan manfaatnya optimal, pelaksanaan program JAMSOSTEK
dilakukan secara gotong royong, dimana yang muda membantu yang tua, yang sehat
membantu yang sakit dan yang berpenghasilan tinggi membantu yang rendah.
Bentuk perlindungan tenaga kerja di Indonesia yang wajib di laksanakan oleh setiap pengusaha
atau perusahaan yang mempekerjakan orang untuk bekerja pada perusahaan tersebut harus
sangat diperhatikan, yaitu mengenai pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan di maksud
diselenggarakan dalam bentuk jaminan social tenaga kerja yang bersifat umum untuk
dilaksanakan atau bersifat dasar, dengan bersaskan usaha bersama, kekeluargaan dan kegotong
royongan sebagai mana yang tercantum dalam jiwa dan semangat Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945.
Sebagai program publik, JAMSOSTEK memberikan hak dan membebani kewajiban secara pasti
(compulsory) bagi pengusaha dan tenaga kerja berdasarkan Undang-Undang No. 3 tahun 1992,
berupa santunan tunai dan pelayanan medis, sedang kewajibannya adalah membayar iuran.
Program ini memberikan perlindungan bersifat dasar, untuk menjaga harkat dan martabat
manusia jika mengalami resiko-resiko sosial ekonomi dengan pembiayaan yang terjangkau oleh
pengusaha dan tenaga kerja.
Resiko sosial ekonomi yang ditanggulangi oleh program tersebut terbatas saat terjadi peristiwa
kecelakaan, sakit, hamil, bersalin, cacad, hari tua dan meninggal dunia, yang mengakibatkan
berkurangnya atau terputusnya penghasilan tenaga kerja atau membutuhkan perawatan medis.
Dasar Hukum :
Program JAMSOSTEK kepesertaannya diatus secara wajib melalui Undang-Undang No. 3 tahun
1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, sedangkan pelaksanaannya dituangkan dalam
Peraturan Pemerintah No. 14 tahun 1993, Keputusan Presdien No. 22 tahun 1993 dan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja No. Per.05/MEN/1993.
Adapun syarat-syarat keselamatan kerja antara lain :
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
4. Memberikan kesempatan atau jalan penyelamatan diri waktu kebakaran atau kejadian-
kejadian lain yang berbahaya
5. Memberikan pertolongan pada kecelakaan
6. Memberi alat-alat perlindungan diri pada pekerja
7. Memperoleh penerangan yang cukp dan sesuai
8. Menyelanggarakan suhu dan lembab udara yang baik
9. Memeliharaan kebersihan, kesehatan dan ketertiban
Jenis Perlindungan Kerja
Secara teoritis dikenal ada tiga jenis perlindungan kerja yaitu sebagai berikut : Zaeni Asyhadie,
Hukum Kerja (Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja), Jakarta, Raja Grafindo
Persada, 2007, hal 78
Kesehatan kerja sebagaimana telah dikemukakan di atas termasuk jenis perlindungan sosial
karena ketentuan-ketentuan mengenai kesehatan kerja ini berkaitan dengan sosial
kemasyarakatan, yaitu aturan-aturan yang bermaksud mengadakan pembatasan-pembatasan
terhadap kekuasaan pengusaha untuk memperlakukan pekerja/buruh ”semaunya” tanpa
memperhatikan norma-norma yang berlaku, dengan tidak memandang pekerja/buruh sebagai
mahluk Tuhan yang mempunyai hak asasi.
Jadi, jelasnya kesehatan kerja bermaksud melindungi atau menjaga pekerja/buruh dari
kejadian/keadaan hubungan kerja yang merugikan kesehatan dan kesusilaannya dalam hal
pekerja/buruh melakukan pekerjaannya. Adanya penekanan ”dalam suatu hubungan kerja”
menunjukkan bahwa semua tenaga kerja yang tidak melakukan hubungan kerja dengan
pengusaha tidak mendapatkan perlindungan sosial sebagaimana ditentukan dalam Bab X UU No
13 Tahun 2003.
Keselamatan kerja termasuk dalam apa yang disebut perlindungan teknis, yaitu perlindungan
terhadap pekerja/buruh agar selamat dari bahaya yang dapat ditimbulkan oleh alat kerja atau
bahan yang dikerjakan.
Berbeda dengan perlindungan kerja lain yang umumnya ditentukan untuk kepentingan
pekerja/buruh saja, keselamatan kerja ini tidak hanya memberikan perlindungan kepada
pekerja/buruh, tetapi kepada pengusaha dan pemerintah.
Penyelenggara program jaminan sosial merupakan salah satu tangung jawab dan kewajiban
Negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada masyarakat. Sesuai dengan
kondisi kemampuan keuangan Negara, Indonesia seperti halnya berbagai Negara berkembang
lainnya, mengembangkan program jaminan sosial berdasarkan funded social security, yaitu
jaminan sosial yang didanai oleh peserta dan masih terbatas pada masyarakat pekerja di sektor
formal.
Jaminan sosial tenaga kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan
berupa uang sebagai pengganti sebagian penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan
sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja,
sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia.
Dari pengertian diatas jelaslah bahwa jaminan sosial tenaga kerja adalah merupakan
perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang ( jaminan kecelakaan kerja,
kematian, dan tabungan hari tua ), dan pelyanan kesehatan yakni jaminan pemeliharaan
kesehatan.
Jaminan sosial tenaga kerja yang diatur dalam Undang – Undang Nomor. 3 Tahun
1992 adalah :
Lalu Husni, Pengantar hukum ketenaga kerjaan indonesia, ( Jakarta : PR Raja Grafindo
Persada, 2003 ), hal 122
Merupakan hak setiap tenaga kerja yang sekaligus merupakan kewajiban dari majikan. Pada
hakikatnya program jaminan soisal tenaga kerja dimaksud untuk memberikan kepastian
berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga yang sebagian yang hilang.
Disamping itu program jaminan sosial tenaga kerja mempunyai beberapa aspek antara lain :
Indonesia, (Undang-undang jaminan soail tenaga kerja, 3 Tahun 1992.)
Memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhanhidup minimal bagi tenaga
kerja beserta keluarganya.
Merupakan penghargaan kepada tenaga kerja mendidik kemandirian pekerja sehingga
pekerja tidak harus meminta belas kasihan orang lain jika dalam hubungan kerja terjadi
resiko – resiko seperti kecelakaan kerja, sakit, hari tua dan lainnya.
Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 baru mengatur jemis program Jaminan Kecelakaan Kerja,
Jaminan Hari Tua, Jaminan Kematian dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan.
Kecelakaan Kerja maupun penyakit akibat kerja maerupakan resiko yang dihadapi oleh tenaga
kerja yang melakukan pekerjaan. Untuk menanggulangi hilangnya sebagian atau seluruh
penghasilannya yang diakibatkan oleh kematian atau cacat karena kecelakaan kerja baik fisik
maupun mental, maka perlu adanya jaminan kecelakaan kerja.
2. Jaminan Kematian
Tenaga kerja yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja akan mengakibatkan
terputusnya penghasilan, dan sangat berpengaruh pada kehidupan sosial ekonomi bagi keluarga
yang ditinggalkan. Oleh karena itu, diperlukan jaminan kematian dalam upaya meringankan
beban keluarga baik dalam bentuk biaya pemakaman maupun santunan berupa uang.
Hari tua dapat mengkibatkan terputusnya upah karena tidak lagi mapu bekerja. Akibat
terputusnya upah tersebut dapat menimbulkan kerisauan bagi tenaga kerja dan mempengaruhi
ketenaga kerjaan sewaktu masih bekerja, teruma bagi mereka yang penghasilannya rendah.
Jaminan hari tua memberikan kepastian penerimaan yang dibayarkan sekaligus dan atau berkala
pada saat tenaga kerja mencapai usia 55 ( lima puluh lima ) tahun atau memnuhi persyaratan
tersebut.
Oleh karena itu, upaya penyembuhan memerlukan dana yang tidak sedikit dan memberatkan
jika dibebankan kepada perorangan, maka sudah selayaknya diupayakan penggulangan
kemampuan masyarakat melalui program jaminan sosial tenaga kerja.
Disamping itu pengusaha tetap berkewajiban mengadakan pemeliharaan kesehatan tenaga kerja
yang meliputi upaya peningkatan (promotif), pencegahan (oreventif), penyembuhan (kuratif),
dan pemulihan (rehabilitatif).
SISTEM PENGUPAHAN
Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang
sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang
ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan
perundangundangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu
pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.
Sistem upah merupakan kebijakan dan strategi yang menentukan kompensasi yang diterima
pekerja. Kompensasi ini merupakan bayaran atau upah yang diterima oleh pekerja sebagai balas
jasa atas hasil kerja mereka. Bagi pekerja, masalah sistem upah merupakan masalah yang
penting karena menyangkut keberlangsungan dan kesejahteraan hidup mereka. Oleh karenannya
tidak heran bila dari buruh hingga direktur, tidak ada topik yang lebih menarik dan sensitif
daripada masalah gaji. Isu – isu dikriminasi dan kesenjangan sosial bisa muncul karena adanya
perbedaan gaji, buruh seringkali unjuk rasa menuntut kenaikan upah/gaji atau menuntut bonus
belum keluar. Bahkan sering terjadi karyawan-karyawan dengan potensi baik pindah ke
perusahaan lain karena merasa kurang dihargai secara finansial.
Bagi perusahaan permasalahan upah merupakan sesuatu yang penting dikarenakan upah bisa
mencapai 80% dari biaya operasional perusahaan. Upah yang terlalu tinggi akan menghasilkan
harga produk menjadi terlalu mahal untuk bersaing secara efektif di pasar, namun bila gaji yang
dikenakan rendah maka akan membuat pekerja keluar, semangat kerja rendah, dan produktifitas
kerja menurun sehingga tingkat produksi menjadi tidak efisien.
Untuk itulah dibentuk suatu sistem upah yang diatur dengan baik sehingga mampu memenuhi
kebutuhan pekerja dengan tetap menjaga pengeuaran perusahaan.
Penghitungan Upah
Guna mencapai tujuan – tujuan tersebut, sebuah sistem pengupahan dapat dikatakan baik jika
sistem pengupahan itu:
Ada tiga hal yang dapat dijadikan pertimbangan dalam memberikan seberapa banyak upah yang
harus diberikan kepada karyawan.
Peraturan Meteri Tenaga Kerja No. 05/Men/1989 Tangga 29 Mei 1989 Tentang Upah Minimum.
Dalam istilah ekonomi :
Kata “sejahtera“ berhubungan dengan keuntunganbenda.
Dalam istilah sosial :
Terdapat berbagai istilah yang digunakan dalam program kesejahteraan, seperti yang
dikemukakan oleh beberapa ahli diantaranya:
Pasal 1 Point 17
Serikat pekerja/serikat buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh dan untuk
pekerja/buruh baik di perusahaan maupun di luar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka,
mandiri, demokratis dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta
melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan
pekerja/buruh dan keluarganya.
Pasal 1 point 31
Pasal 100
Ayat 1 :
Ayat 2 :
Penyediaan fasilitas kesejahteraan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan dengan
memperhatikan kebutuhan pekerja/buruh dan ukuran kemampuan perusahaan.
Ayat 3 :
Ketentuan mengenai jenis dan kriteria fasilitas kesejahteraan sesuai dengan kebutuhan
pekerja/buruh dan ukuran kemampuan perusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan
ayat (2), diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Program Kesejahteraan
Program kesejahteraan merupakan balas jasa materil dan non material. Atau dapat disebut juga
kompensasi. Program kesejahteraan karyawan merupakan salah satu cara meningkatkan
semangat kerja karyawan.
Pemberian upah sedikit berbeda dari pemberian kesejahteraan berupa gaji. Upah juga sejenis
balas jasa yang di berikan perusahaan kepada para pekeja harian (pekerja tidak ttetap) yang
besarnya telah disepakati sebelumnya oleh kudua belah pihak. Upah di bayar setelah pekerjaan
selesai dan di terima hasilnya dengan baik oleh pekerja. Pemberian upah biasanya setiap selesai
pkerjaan atau secara mingguan tergantung pada kesepakatan bersama yang telah di buat
sebelumnya.
Program kesejahteraan selain berupa uang, dapat pula di berikan berupa tunjangan. Tunjangan
ini dapat berupa tunjangan keluarga, tunjangan pembangunan dan sebagainya, yang
kesemuanya dapat di menambah penghasilan karyawan. Pembayaran tunjangan ini biasanya di
satukan dalam pembayaran gaji setiap bulan yang di terima oleh setiap pegawai.
Bonus ini sering juga di sebut Insentif. Insentif ini juga di anggap sebagai dari kompensasi yang
berbentuk uang. Insentif ini pada dasarnya adalah tambahan bayaran yang di berikan kepada
pegawai tertentu. Pemberian insentif atau bonus biasanya di dasarkan pada keberhasilan atau
prestasi yang d perlihatkan oleh seornag karyawan yang melebihi prestasi rata-rara yang telah di
tentukan. Di samping uang balas jasa, perusahaan dapat pula menyediakan fasilitas ini biasanya
tidak berdiri sendiri
Program kesejahteraan yang diberikan oleh perusahaan, lembaga atau organisasi pada
pegawainya hendaknya bermanfaat, sehingga dapat mendorong tercapainya tujuan perusahaan
yang efektif. Program kesejahteraan karyawan sebaiknya sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan oleh perusahaan dan tidak melanggar peraturan pemerintah.
Bagi Perusahaan
1. Mengurangi perpindahan dan kemangkiran
2. Meningkatkan semangat kerja pegawai
3. Menambah kesetiaan pegawai terhadap organisasi.
4. Menambah peran serta pegawai dalam masalah-masalah organisasi.
5. Mengurangi keluhan-keluhan.
6. Megurangi pengaruh serikat pekeja.
7. Meningkatkan kesejahteraan pegawai dalam hubungannya dengan kebutuhannya pribadi
maupun kebutuhan sosial.
8. Memperbaiki hubungan masyarakat.
9. Mempermudah usaha penarikan pegawai dan mempertahankan.
10. Merupakan alat untuk meningkatkan kesehatan badaniah dan rohaniah pegawai.
11. Memperbaiki kondisi kerja.
12. Memelihara sikap pegawai yang menguntungkan terhadap pekerjaan dan lingkungannya.
Bagi Pegawai
1. memberikan kenikmatan dan fasilitas yang dengan cara lain tidak tersedia atau yang
tersedia dalam bentuk yang kurang memadai.
2. Memberikan bantuan dalam memecahkan suatu masalah-masalah perseorangan.
3. Menambah kepuasan kerja.
4. Membantu kepada kemajuan perseorangan.
5. Memberikan alat-alat untuk dapat menjadi lebih mengenal pegawai-pegawai lain.
6. Mengurangi perasaan tidak aman.
7. Memberikan kesempatan tambahan untuk memperoleh status.
Berdasarkan uraian diatas terlihat ada dua pihak yang berkepentingan langsung terhadap
program kesejahteraan yaitu pihak perusahaan dan juga pihak pegawai. Bagi perusahaan
program kesejahteraan mempunyai tujuan-tujuan tertentu yang mengarah pada pencapaian
tujuan perusahaan, sedangkan bagi pegawai adalah terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan
mereka.Pemberian kesejahteraan karyawan sangat berarti dan bermanfaat bagi perusahaan dan
karyawan. Bagi karyawan pemberian kesejahteraan bermanfaat untuk menciptakan hubungan
industrial yang harmonis antara perusahaan dengan karyawan, meningkatkan semangat kerja
karyawan, disiplin kerja, dan sikap loyalitas karyawan terhadap perusahaan. Sedangkan bagi
perusahaan dapat meningkatkan produktifitas kerja, efisiensi kerja efektifitas kerja, dan
maningkatkan laba. Program kesejahteraan karyawan sangat pemting demi terwujudnya tujuan
perusahaan, namun program kesejahteraan karyawan harus disusun berdasarkan peraturan yang
ada, berdasarkan asas keadilan dan kelayakan, dan berpedoman pada kemampuan perusahaan.
Jenis Kesejahteraan
Menurut Ishak (2003;202) berdasarkan bentuk kesejahteraan tersebut, secara garis besar
kesejahteraan terdiri dari 2 jenis :
Kesejahteraan langsung
Kesejahteraan langsung adalah penghargaan yang berupa gaji, upah yang di bayar secara tetap
berdasarkan tenggang waktu yang tetap dan Insentif adalah penghargaan yang diberikan untuk
memotivasi akaryawan agar produkivitas kerja tinggi, sifatnya tidak tetap dan sewaktu-
waktu. Kesejahteraan langsung yang terdiri dari:
Gaji
Definisi Gaji menurut Hasibuan (1999:133) adalah: :Balas jasa yang dibayar secara periodik
kepada karyawan yang tetap serta mempunyai jaminan yang pasti. Selanjutnya Gitosudarmo
(1995:230) menyatakan bahwa untuk merancang imbalan finansial khususnya gaji dapat
mempertimbangkan faktor-faktor seperti:
Keadilan
Penggajian yang dirancang perlu mempertimbangkan azas keadilan. Konsep keadilan dalam hal
ini berkaitan dengan input-income, input atau masukan antara lain meliputi pengalaman/masa
kerja, senioritas , jejang pendidikan, keahlian, beban tugas, prestasi dan lain sebagainya.,
sedangkan income/hasil adalah imbalan yang diperoleh pekerja
Kemampuan Organisasi
Organisasi jangan memaksakan diri untuk memberikan gaji di luar kemempuannya, karena hal
itu dapat membahayakan organisasi, yang pada gilirannya juga akan merugikan pekerja itu
sendiri.
Untuk bidang tertentu dalam organisasi dimana prestasinya dapat diukur dengan mengaitkan
secara langsung antara gaji dengan prestasi masing-masing pekerja.
Human Resource Management pada Perusahaan Tambang
A. Pengertian Manajemen
Ada banyak pengertian yang diungkapkan oleh para ahli mengenai
manajemen. Banyak ahli telah mengemukakan pendapatnya mengenai definisi atau
pengertian manajemen. Dari sekian banyak definisi manajemen yang dikemukakan,
ada persamaan pengertian bahwa manajemen berkaitan dengan usaha untuk
memelihara kerjasama sekelompok orang dalam satu kesatuan serta usaha
memanfaatkan sumber daya yang lain untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang
telah ditetapkan sebelumnya. Dalam kehidupan manusia yang sarat dengan
aktifitas, manajemen merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan sebab
manusia akan selalu berinteraksi dengan manusia lain dan bekerja sama. Jika
dalam kehidupan individu saja, manusia membutuhkan manajemen, apalagi dalam
suatu perkumpulan atau organisasi apapun bentuknya.
Dalam manajemen terdapat unsur-unsur yang membentuknya yang disebut sebagai
unsur manajemen. Unsur manajemen dapat dikelompokkam menjadi : Manusia
(man), Bahan (materials), Mesin (machines), Metode/cara kerja (methods) dan
Modal uang (money).
Sumber daya yang merupakan unsur manajemen diatas, tidak semuanya memiliki
persediaan yang berlimpah, sehingga pemanfaatan harus dilakukan dengan efektif
dan efisien. Dalam hal tersebut maka dibutuhkan proses atau sistem manajemen
yang baik, agar dengan sesuatu yang jumlahnya terbatas, tujuan masih dapat
dicapai.
B. Proses Manajemen
Setiap organisasi atau perkumpulan manusia pasti memiliki satu atau beberapa
tujuan untuk mengarahkan dan menyatukan pandangan. Untuk mencapai tujuan
tersebut, ada rangkaian kegiatan yang dikenal dengan proses manajemen. Secara
umum proses manajemen dapat dikelompokkan menjadi : 1.Penetapan tujuan
(Goal setting); 2.Perencanaan (Planning); 3.Staffing; 4.Pengaturan (Directing);
5. Pengawasan (Supervising); dan 6. Pengendalian (Controlling).
Seluruh rangkaian proses manajemen ini tidak dapat dilihat sebagai sesuatu
tahapan yang berdiri sendiri, namun masing-masing tahapan dalam proses tersebut
saling berhubungan dan memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya. Bahkan
tidak menutup kemungkinan ada proses yang akan mengalami pengulangan,
sebagai contoh pada tahapan perencanaan dan pengendalian. Maka dapat
disimpulkan bahwa proses manajemen merupakan proses yang bersifat dinamis.
C. Industri Pertambangan
Jika dibandingkan dengan industri lainnya, pertambangan memiliki
karakteristik yang berbeda, karena bahan baku didapatkan dari sumber daya alam
yang tak dapat diperbaharui. Dalam industri pertambangan, kegiatan eksplorasi
merupakan kegiatan penting, untuk memastikan ketersediaan bahan baku. Bahkan
tidak jarang kegiatan tersebut memakan waktu yang panjang serta tahapan
kegiatan yang banyak. Diantaranya penyelidikan umum, eksplorasi detail, studi
kelayakan, persiapan penambangan, penambangan, pengangkutan, pengolahan,
pemasaran dan reklamasi. Tidak heran jika modal yang diperlukan sangat besar
dan waktu investasi yang lama. Selain itu harga produk di pasaran sangat
dipengaruhi oleh pemerintah, dalam hal pajak dan lingkungan hidup. Dengan
kondisi di dunia pertambangan seperti yang disebutkan diatas, maka perlu ada
perlakuan dan pertimbangan khusus untuk manajemen perusahaan pertambangan
Perusahaan dalam industri pertambangan sangat dipengaruhi oleh direktur dan
pekerja senior mengelola sumber daya manusia di perusahaan tersebut. Karena di
dunia pertambangan, direktur merupakan penghubung antara pemilik perusahaan
dengan para pekerja. Biasanya otoritas direktur akan diteruskan kepada pekerja
melalui pekerja senior. Manajemen berkaitan dengan tugas seorang manajer yang
dapat meminimalkan tugas, namun memaksimalkan tanggung jawab. Salah satu hal
yang membuat pekerjaan manajerial berhasil adalah tidak terletak pada sistemnya
saja, melainkan kemampuan seorang manajer dalam mendorong bawahannya untuk
memikul tanggung jawabnya. Seorang manajer tidak hanya dituntut untuk ahli
dibidangnya, namun juga memahami bidang kerja lainnya, walaupun hanya secara
umum.
Tahapan kegiatan dalam usaha pertambangan meliputi kegiatan mencari
bahan galian, mengambil, dan mengolahnya agar bisa bermanfat bagi manusia.
Beberapa bidang kegiatan yang umum terdapat pada perusahaan pertambangan
berdasarkan fungsinya adalah sebagai berikut : a. Eksplorasi dan pengembangan,
yaitu mencari dan memastikan cebakan baru; b. Produksi, yaitu penambangan dan
pengolahan bahan tambang; c. Pengangkutan dan pemasaran, yaitu mengangkut
produksi keluar tambang dan memasarkannya.; d. Perhitungan finansial dan
pengontrolan, yaitu menangani masalah keuangan perusahaan dan kontrol
terhadap seluruh kegiatan perusahaan; e. Personalia, yaitu mengurus penerimaan
pegawai, pelatihan, dan memotivasi pegawai; dan f. Hubungan ke luar, yaitu
menghadirkan perusahaan ke luar (ke pemerintah, ahli lingkungan, perusahaan
lain, masyarakat setempat, dan lain-lain).
Dalam perusahaan pertambangan, struktur organisasi yang umum digunakan
adalah struktur organisasi fungsional dengan beberapa modifikasi sesuai dengan
karakteristik masing-masing perusahaan. Dalam struktur organisasi fungsional,
lebih menekankan pada pembagian tugas dan kegiatan pada setiap fungsi sesuai
spesialisasi masing-masing, kecuali manajer umum. Jika perusahaan semakin
berkembang dan tumbuh besar, dapat dikembangkan menjadi struktur divisional
yaitu dengan membagi fungsi besar organisasi dalam unit-unit kecil yang fleksibel
dan otonom. Dengan ada divisi yang menangani permasalahan atau spesialisasi
tertentu, maka perusahaan dimungkinkan mendapat nilai lebih dan meminimalkan
kekurangan.
Ciri-ciri organisasi fungsional adalah Pembagian tugas secara tegas dan jelas
dapat dibedakan; Pelaksanaan tugas tidak banyak memerlukan koordinasi;
Pembagian unit organisasi berdasarkan spesialisasi tugas; Direktur (General
Manager) mempunyai wewenang komando pada unit di bawahnya atas namanya
sendiri, tak perlu atas nama direktur utama.
Keuntungan dari penggunaan organisasi fungsional adalah : Pembagian tugas
yang jelas sehingga kesimpangsiuran dapat diidentifikasi dengan mudah;
Spesialisasi karyawan dapat digunakan dan dikembangkan semaksimal mungkin;
Koordinasi antara karyawan yang menjalankan fungsi yang sama biasanya mudah;
Koordinasi menyeluruh umumnya cukup pada tingkat atas.
Kerugian dari penggunaan bagan organisasi fungsional adalah : Karyawan terlalu
menspesialisasikan diri pada bidang tertentu saja; Karyawan terlalu mementingkan
bidangnya saja; Memungkinkan timbulnya rasa golongan berlebihan di antara para
karyawan yang menjalankan fungsi sejenis.
HRD harus tahu persis bagaimana cara mengoptimalkan tenaga dan produktivitas
para karyawan tersebut. Tak hanya itu, strategi HRD juga harus bisa memastikan
agar karyawan bekerja seefisien mungkin untuk mencapai tingkat produktivitas
kerja yang memuaskan. HRD bertanggung jawab untuk merancang sistem dan juga
implementasi penilaian kinerja pegawai agar sesuai dengan target perusahaan.
Pengorganisasian yang terencana dengan tepat akan dapat menyelesaikan berbagai
tugas perusahaan secara cepat dan efisien.
Pelatihan komunikasi juga akan memberikan pengetahuan dan ilmu baru kepada
setiap individu untuk meminimalisir masalah komunikasi dalam perusahaan. Pada
dasarnya, orang-orang yang berada dalam divisi HRD memiliki kemampuan
komunikasi dan manajerial yang baik, mengingat hal tersebut memang diperlukan
untuk menghadapi SDM di perusahaan. Sebagai divisi yang bertugas untuk
menangani SDM, HRD bertugas membangun kapabilitas, meningkatkan motivasi,
dan produktivitas karyawan. Hal ini berujung pada tercapainya visi misi dan target
perusahaan.
Benchmarking juga menjadi hal yang penting untuk mengukur performa atau hasil
kerja karyawan. Metode ini dapat memberikan informasi yang diperlukan untuk
membantu manajemen. Hal tersebut juga dapat berfungsi untuk evaluasi dan
memastikan tidak ada tugas yang terlewat.
4. Mengembangkan SDM
Pengembangan SDM merupakan hal yang sangat penting dan karyawan harus
selalu dibina agar keterampilan mereka semakin bertambah. Perusahaan harus
konsisten memberikan fasilitas pada karyawan
berupa pengembangan skill individu. Training dan development memiliki fungsi
untuk menjaga kualitas SDM melalui pendidikan dan pelatihan demi meningkatkan
kemampuan dan keterampilan kerja.
HRD harus mampu mengembangkan dan mengelola sumber daya yang ada secara
efektif dan efisien. Perusahaan yang sadar akan pentingnya fungsi dan strategi
HRD biasanya akan menempatkan HRD untuk membantu menyusun langkah
strategis perusahaan. Pasalnya, karyawan adalah faktor yang sangat penting
sebagai penggerak perusahaan. HRD berperan penting untuk mengumpulkan
informasi dan membantu menentukan solusi yang tepat sehingga dapat
memecahkan segala persoalan yang terjadi di perusahaan.
Isu-Isu Strategis Nasional Sektor Pertambangan dan Mineral
Jannus TH Siahaan - detikNews
Rabu, 28 Agu 2019 10:45 WIB
1 komentar
Menimbang salah satu agenda jangka pendek dan menengah pemerintah adalah memicu
investasi, para pelaku usaha pertambangan juga akan berlomba-lomba memanfaatkan
momentum ini. Mereka akan melakukan konsolidasi secara cepat dan segera mengajukan
proposal-proposal kepada pemerintah. Proposal yang dianggap mampu memberi angin
segar investasi dan pertumbuhan ekonomi.
Namun demikian, pelaku usaha dan pemangku kepentingan industri pertambangan dan
mineral masih akan menghadapi beberapa tantangan. Dalam sektor mineral, kebijakan
integrasi downstream yang dikenal dengan hilirisasi akan terus dijalankan. Porsi terbanyak
untuk nikel dan lainnya untuk tembaga, bauksit, besi, dan mangan. Karena itu, komoditas
nikel akan menarik perhatian para pelaku bisnis dan pemerintah.
Diskursus apakah pemberian perpanjangan kontrak dapat diberikan atau tidak akan tetap
menjadi perhatian. Jika keputusannya negatif, maka ini akan mengubah konstelasi industri
batubara Indonesia secara signifikan karena kelompok tersebut memasok sekitar 70% dari
pasokan batu bara ke PLN serta penyumbang terbesar PNBP subsektor batu bara.
Sementara itu, investasi pembukaan tambang melalui proses perizinan yang baru
tampaknya akan cenderung stagnan. Mekanisme pemberian konsesi yang sekarang harus
melalui proses lelang tampaknya belum berjalan optimal. Akibatnya, eksplorasi cenderung
lambat dan tidak mendapatkan kemajuan berarti.
Inisiatif yang harusnya datang dari pemerintah masih sangat minim. Kalaupun ada yang
berhasil dilelang, beberapa konsesi tidak cukup menarik bagi calon investor. Kalangan
bisnis menilai harga Kompensasi Data Informasi (KDI) terlalu besar sementara validitas dan
ketersediaan data mungkin minimal. Karena itu, bisnis pertambangan akan berkembang
secara terbatas, terutama dalam jangka waktu dekat adalah operasi pada izin-izin yang
terlebih dahulu terbit sebelum rezim lelang diterapkan.
Isu Global
Kolaborasi ini akan menjadi bagian dari kampanye nasional sektor pertambangan. Karena
itu, perusahaan harus merespons melalui penerapan praktik-praktik terbaik perlindungan
lingkungan dan rehabilitasi lahan. Aspek sosial-ekonomi, terutama terkait distribusi
kesejahteraan juga akan terus menjadi isu hangat yang menjadi rujukan dan pembahasan
oleh kelompok-kelompok yang berkepentingan di sektor ini.
Regional-Lokal
Pelaku usaha pertambangan saat ini harus menimbang lingkungan bisnis yang lain seperti
risiko politik pada level regional-lokal, ketersediaan tenaga kerja terampil, logistik, dan jasa
keuangan untuk memutuskan investasi. Ini penting karena industri pertambangan yang
sifatnya ekstraktif harus menghadapi dinamika yang bukan hanya skala nasional tetapi juga
regional pada level provinsi dan lokal pada level kabupaten hingga desa.
Calon pelaku usaha pengolahan dan pemurnian misalnya harus menimbang akses lahan
dan jaminan pasokan bahan baku yang cukup dan berkelanjutan. Dalam banyak kasus
misalnya di Sulawesi deposit mineral terbagi dalam konsesi-konsesi yang relatif kecil. Untuk
itu, calon pengembang smelter perlu mengkonsolidasikan beberapa izin usaha
pertambangan untuk memberikan jaminan suplai, yang kadang hal ini tidak mudah
dilakukan.
Dalam skala regional, isu sosial ekonomi dipastikan akan menjadi perbincangan lebih serius,
sekali lagi terutama terkait distribusi kesejahteraan dan manfaat sektor ini pada semua level.
Di Sulawesi Tengah misalnya yang akan mengadakan pemilihan gubernur pada 2020, isu
sosial-ekonomi dipastikan akan menjadi materi, bahkan yang bisa menggerakkan pemilih
untuk menentukan pilihan.
Pertama, karena industri pertambangan dan mineral merupakan sektor padat modal yang
dianggap berpotensi membangkitkan kapital dalam waktu cepat sehingga akan menjadi
ladang perebutan konsesi sebagai modal pertarungan politik pada kandidat. Kedua, karena
kawasan-kawasan di sekitar industri pertambangan dan mineral juga merupakan sentra
pemukiman, mereka yang merupakan pemilih untuk kontestasi pilgub.
Dalam kaitan ini, isu-isu kesejahteraan buruh sangat rawan menjadi bahan tawar-menawar
para politisi lokal dalam memperebutkan pengaruh dan suara pemilih. Pada titik ini, pelaku
usaha harus mampu mengantisipasi situasi.
Meski harga batu bara meningkat tipis jika dilihat dalam periode per bulan, hal berbeda
terlihat jika harga batu bara dibandingkan periode yang sama tahun lalu (2018). Pada
tahun itu batu bara dihargai 97,9 dollar amerika per ton. Sehingga jika dibandingkan
dengan HBA November 2019, nilainya anjlok 32,3 persen.
Harga batu bara memang mengalami tren pelemahan pada tahun ini. Bahkan, HBA
yang ditetapkan pada Juli 2019 lalu sebesar US$71,92 per ton merupakan yang
terendah dalam 2,5 tahun terakhir.
Berita Terkait
Akibat hal ini, berembus kabar bahwa perusahaan yang bergerak di bidang pengerukan
emas hitam di Kaltim, akan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal alias
besar-besaran.
Hal itu juga diungkapkan baru-baru ini oleh Makmur HAPK, Ketua DPRD Kaltim.
Turunnya harga batu bara di pasaran disebut menjadi penyebabnya. "Saya yakin di
akhir tahun ini (2019), akan dimulai itu (PHK)," ucapnya.
Makmur pun meminta agar Pemprov Kaltim segera memikirkan antisipasi atas
permasalahan ini, agar kemudian tidak berdampak kepada masyarakat Kaltim.
"Harapan kami dengan penurunan lapangan kerja ini jangan berimbas pada masyarakat
kami (Kaltim). Tetapi orang-orang yang mungkin didatangkan dari luar dikembalikan saja
dulu. Itu harapan saya kepada kepala daerah bupati/wali kota, tolong menjadi perhatian
lah," terangnya.
Politisi partai Golkar ini pun telah meminta Komisi IV DPRD Kaltim, untuk menjadwalkan
pembahasan perihal tersebut. Mantan bupati Berau ini bahkan menyarankan, jika
dianggap perlu, komisi IV dapat melakukan peninjauan langsung ke perusahaan-
perusahaan yang ada di Kaltim.
"Cukup lumayan (yang akan di PHK) besarnya kalau saya lihat satu tambang saja bisa
600 orang. Luar biasa itu, karena masih tahapan-tahapan awal. Jadi bisa saja lebih. Ini
harus menjadi perhatian kita di Kaltim termasuk Pak Gubernur.
Harapan saya ada rapat kerja khusus pemerintah provinsi, kabupaten/kota dengan kami
DPRD Kaltim," pintanya.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kaltim per bulan Agustus 2019 total
penduduk Kaltim yang telah bekerja mencapai 1.704.808 orang, bertambah sebanyak
86.523 orang dibandingkan keadaan Agustus 2018 (1.618.285 orang).
Untuk sektor pertambangan dan penggalian pada tahun 2019 berkontribusi sebesar
8,55 persen (145.794 orang), dalam menyerap angka tenaga kerja di Kaltim. Namun
angka ini menurut dibandingkan tahun 2018 pada bulan yang sama, yaitu sebesar 8,94
persen (144.717 orang).
Lapangan pekerjaan sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi dan perawatan
mobil serta sepeda motor, saat ini justru memberi sumbangsih paling besar. Pada bulan
Agustus 2019, total 349.958 orang (20,53 persen) bekerja di sektor tersebut. Angka ini
naik tipis dari tahun sebelumnya di bulan yang sama yang memperkerjakan 325.374
orang (20,11 persen) dari total penduduk yang bekerja.
Sementara itu Rusman Yaqub, Ketua Komisi IV DPRD Kaltim menyarankan agar
Pemprov Kaltim, dalam hal ini gubernur untuk membuat semacam instruksi atau
imbauan kepada perusahaan-perusahaan pertambangan.
“Kalau perlu Pak Gubernur untuk membuat semacam instruksi dan imbauan kepada
seluruh perusahaan di Kaltim, agar menghindari sejauh mungkin merumahkan
karyawannya. Kalau karena itu yang terjadi, maka akan ada dampak-dampak baru,”
ujarnya.
Untuk diketahui dari data yang diperoleh Selasar dari BPS Kaltim, Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) Kaltim pada Agustus 2019 mencapai 6,09 persen, atau
sebanyak 110.574 orang. Jumlah ini mengalami penurunan dibandingkan TPT di bulan
yang sama pada tahun 2018 sebesar 6,60 persen (114.313 orang).
Hingga saat ini Tingkat Pengangguran Terbuka Kaltim masih berada di bawah rata-rata
nasional yang sebesar 5,28 persen, atau peringkat 26 dari 34 provinsi di Indonesia.
Peringkat satu diduduki oleh Provinsi Bali, karena memperoleh persentase TPT
terendah di Indonesia yaitu sebesar 1,52 persen. Sementara Provinsi Banten tercatat
memiliki TPT tertinggi dengan 8,11 persen.