Anda di halaman 1dari 58

Modul 1

Konsep Dasar dan Sejarah Manajemen


Ir. Dadang Supriyatna, M.M.
Andi Sylvana, S.E., M.Si.

PE N D A HU L UA N

J ika Anda pergi ke toko buku maka akan banyak sekali Anda temui buku
yang berhubungan dengan masalah manajemen. Jika Anda berniat
memperdalam ilmu manajemen,wajar apabila Anda bingung buku mana yang
harus Anda beli dan baca terlebih dahulu, apalagi para pengarang saat ini
sangat pandai memberi judul yang menarik pada bukunya. Hal ini dapat
membuat Anda tertarik kepada judul dan sampul sebuah buku tetapi isinya
belum tentu sesuai dengan kebutuhan Anda. Apabila kita perhatikan,
sebagian buku manajemen membahas tentang kerangka kerja manajemen
yang terdiri dari planning, organizing, leading, and controlling. Sebagian
lagi membahas tentang rekayasa ulang, ketergantungan manajemen terhadap
karyawan, diversitas, etika, kualitas, organisasi belajar, kewirausahaan,
manajemen dalam globalisasi, manajemen menembus dunia, kiat manajemen
mengakuisi dan merger perusahaan lain dan sebagainya. Anda tentu bertanya,
dari sekian banyak buku yang tersedia, manakah yang paling penting buat
Anda?
Ketika dihadapkan dengan pertanyaan tersebut maka Anda harus dapat
mencari dan menemukan buku yang dapat meningkatkan kemampuan
manajerial Anda. Jika Anda seorang interpreuner, maka keuntungan yang
dapat Anda peroleh dengan meningkatnya kemampuan manajerial Anda
adalah (1) perusahaan yang Anda bangun akan mampu berkompetisi dengan
lebih baik dan memiliki keunggulan kompetitif; (2) Anda akan mampu
mendidik dan melatih seluruh karyawan dengan baik sehingga
kompetensinya menjadi unggul; (3) karyawan Anda menjadi lebih
termotivasi dalam bekerja karena terciptanya hubungan yang harmonis
dengan atasan; (4) pelanggan menjadi puas karena pelayanan prima yang
Anda berikan, dan pada akhirnya; (5) produktivitas terus meningkat seiring
1.2 Manajemen 

dengan kompetensi mereka meraih pelanggan lebih banyak serta


menghasilkan produk yang lebih baik.
Bagaimana jika Anda bukan sebagai pengusaha melainkan sebagai
karyawan di suatu perusahaan? Apakah ilmu manajemen dapat membantu
Anda dalam bekerja dan meniti karier sebagai seorang profesional? Ilmu
manajemen tentu saja sangat bermanfaat bagi siapa saja termasuk Anda yang
ingin meniti karier sebagai seorang profesional. Jika Anda mempelajari ilmu
manajemen dengan baik, maka Anda akan bekerja lebih baik dibandingkan
dengan rekan Anda yang belum mempelajarinya. Anda akan mampu
mengambil keputusan yang lebih baik, selalu berpikir lebih strategik,
membuat perencanaan kehidupan dan pekerjaan lebih terstruktur, menjadi
pemimpin yang disukai atasan, rekan, dan bawahan, dan dapat menjadi
panutan bagi karyawan lain. Oleh karena itu, janganlah berhenti mempelajari
manajemen. Pahami ilmu manajemen dengan baik, terapkan teori, prinsip,
dan studi kasus yang telah Anda pelajari ke dalam kehidupan dan pekerjaan
Anda. Sesungguhnya ilmu manajemen sangat menyenangkan untuk
dipelajari.
Untuk memahami lebih dalam tentang ilmu manajemen mulailah dengan
mempelajari Modul 1 buku materi pokok (BMP) manajemen, di mana Modul
1 ini terdiri dari 2 kegiatan belajar. Kegiatan Belajar 1 membahas tentang
Konsep Dasar Manajemen yang mencakup definisi manajemen hingga
peranan manajer dalam era globalisasi. Kegiatan Belajar 2 membahas Sejarah
Manajemen termasuk di dalamnya perkembangan ilmu manajemen dari
manajemen konvensional, manajemen ilmiah, hingga manajemen modern.
Secara keseluruhan, setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan mampu
menjelaskan tentang:
1. pengertian manajemen;
2. peran manajemen dan manajer;
3. teori manajemen klasik;
4. teori manajemen neo klasik;
5. teori manajemen modern.
 EKMA4116/MODUL 1 1.3

Kegiatan Belajar 1

Konsep Dasar Manajemen

A. PENGERTIAN MANAJEMEN

1. Definisi Manajemen
Secara sederhana manajemen berorientasi kepada dua hal, yaitu
mengawasi orang bekerja dan mengurus uang. Sehingga manajemen dapat
didefinisikan sebagai suatu kegiatan mengawasi/mengatur orang bekerja dan
mengurus/mengatur administrasi keuangan dengan baik. Manajemen yang
baik baru dapat dicapai jika diterapkan dengan tegas dan disiplin, agar usaha
yang dilakukan dapat berjalan lancar dan sesuai dengan tujuan yang
diharapkan.
Sebagai contoh Jack Welch ex CEO General Electric (GE) sebuah
perusahaan multi nasional yang bergerak pada berbagai bidang bisnis,
menyatakan bahwa bisnis itu sederhana. Janganlah kegiatan bisnis dibuat
sulit dan rumit. Kenyataannya memang GE maju pesat berkat ramuan kata
sederhana tadi. Dalam usaha memajukan dan menyederhanakan organisasi
perusahaan, Jack Welch melakukan pemecatan terhadap karyawan yang
kurang loyal dan tidak sejalan dengan kebijakan dasar dan budaya GE serta
menutup unit-unit bisnis yang tidak menguntungkan. Jack Welch menyadari
bahwa tindakannya tersebut dapat menyebabkan demotivasi (menurunnya
motivasi) karyawan lainnya. Oleh karena itu ia membuat program Work Out,
yaitu program yang berusaha mengembalikan antusiasme karyawan. Saat ini
GE adalah perusahaan yang memiliki pangsa pasar terbesar di bidangnya dan
salah satu perusahaan yang memiliki keuntungan paling besar di dunia. Pada
tahun 1998 nilai pasar GE adalah 250 miliar USD menduduki peringkat
pertama perusahaan bernilai pasar tertinggi di dunia. Keuntungan GE pada
tahun 1996 tumbuh 13%, dan tahun 1997 tumbuh 11%. Laba GE jauh lebih
tinggi dibandingkan perusahaan besar lain seperti Exxon dan Intel.
Contoh lainnya adalah McDonald’s. Pada awal berdirinya, McDonald’s
di bawah kendali Ray A Kroc yang terkenal sebagai manajer yang tegas dan
tidak ragu-ragu memecat karyawan yang menurutnya tidak berorientasi
kepada QSC (Quality, Service and Cleanliness) serta target restoran. Kroc
menginginkan McDonald's dibangun hanya oleh orang-orang yang memiliki
komitmen dan berdedikasi kepada misi dan target perusahaan. Ketegasan
1.4 Manajemen 

Kroc yang diimbangi oleh kesediaannya berbagi dengan karyawannya, baik


secara spiritual maupun material hingga telah menjadikan McDonald's
memiliki sebutan sebagai people business. Impian dan orientasi Kroc
terhadap orang yang bekerja di dalam perusahaannya terwujud dengan
didirikannya Hamburger University, dan program Stock Option.
Di dalam perjalanan bisnisnya, Kroc tetap menjaga menu di McDonald's
sesederhana mungkin dan membangun kemitraan dengan vendor-vendor-nya
untuk memperoleh harga beli yang jauh lebih murah dibandingkan
kompetitornya. Dengan cara ini Kroc dapat menjual burgernya hanya seharga
99 sen (US). Harga yang cukup kompetitif dan menarik bagi orang untuk
makan setiap hari di McDonald's dan bagi mereka yang memiliki uang pas-
pasan. Selanjutnya Kroc memilih program waralaba untuk memperluas
jaringan usahanya, dan melakukan IPO di bursa saham Wall Street di New
York, Amerika Serikat untuk memperoleh dana segar bagi percepatan
ekspansi usaha tersebut. Saat ini dan beberapa waktu ke depan McDonald's
adalah perusahaan waralaba terbesar di muka bumi. Apalagi sebagian besar
negara berkembang dan negeri eks komunis di Eropa Timur sudah
menjadikan McDonald's sebagai salah satu icon modern, gaya hidup,
kemajuan dan kebebasan.
Dari kedua contoh tersebut dapat dikatakan bahwa sukses GE dan
McDonald's diperoleh berkat ramuan manajemen yang sederhana dan mudah
dimengerti. Ramuan pengertian yang sederhana itu mungkin juga telah
menjadi inspirasi dari perusahaan besar lain yang ada di negara kita, seperti
Hero Supermarket, Matahari, Ramayana, Maspion, dan sebagainya.
Nah, sekarang Anda sebagai mahasiswa, cobalah renungkan sejenak
sebelum melihat definisi di bawah ini, apakah Anda memiliki definisi
sendiri? Tuliskan di atas kertas dan cobalah kaitkan dengan definisi berikut di
bawah ini.

2. Pendapat Para Ahli


Manajemen merupakan konsep yang paling sering diperbincangkan di
dunia akademis maupun di dunia bisnis atau dunia praktis. Dengan kata lain
makna manajemen dapat dipahami melalui dua hal, yaitu teori dan praktik
manajemen. Hal yang bersifat teoretis berpijak pada pandangan tentang
aspek tertentu dari organisasi, antara lain tentang efektivitas, pencapaian
tujuan, pengambilan keputusan, efisiensi, keseimbangan, interaksi antara
organisasi dan lingkungan sekitarnya, dan sebagainya. Di lain pihak praktik
 EKMA4116/MODUL 1 1.5

manajemen memandang organisasi sebagai sebuah sistem terbuka. Melalui


citra seperti ini manajemen dimaknai sebagai suatu proses mengkoordinasi
dan mengintegrasi kegiatan-kegiatan kerja sehingga dapat dirampungkan
secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain (Robbins dan
Coulter, 2005).
Di dalam definisi tersebut ada beberapa aspek penting yang perlu
dicermati, yaitu:
a. Manajemen adalah sebuah proses. Kegiatan kerja yang dikoordinasi dan
diintegrasi merupakan fungsi-fungsi manajemen; mencakup
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian.
b. Dasar manajemen adalah PIRO, yakni People, Ideas, Resources dan
Objectives.
c. Proses dalam mengintegrasi dan mengkoordinasi kegiatan kerja itu
haruslah efisien. Artinya pengerahan sumber daya harus dilakukan
dengan biaya yang seminimum mungkin. Ini yang lazimnya dipahami
sebagai efisiensi atau doing things right dan tidak memboroskan sumber
daya. Sumber daya yang penting adalah man, materials, methods,
money, technology, information dan organization.
d. Manajemen mengarah kepada pencapaian tujuan organisasi. Oleh karena
itu efektivitas merupakan hal yang penting. Efektivitas atau doing the
right things menjamin tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
e. Pencapaian tujuan terlaksana dengan dan melalui orang lain. Ini berarti
ada sejumlah peran dan kemahiran manajemen yang dipersyaratkan
untuk diwujudkan. Peran manajemen yang dimaksud ialah peran
interpersonal, peran informasional, dan peran keputusan. Selanjutnya
kemahiran manajemen mencakup kemahiran konseptual, kemahiran
berperilaku dan kemahiran teknis. Misalnya, pada suatu perusahaan
sepatu, apabila fungsi utama perusahaan tersebut adalah menghasilkan
1000 pasang sepatu sehari namun kerusakan hasil produksi mencapai 5
persen maka hal itu dapat dijadikan indikator bahwa ada sesuatu yang
tidak beres pada salah satu atau kombinasi dari lima aspek di atas.

Ini adalah salah satu cara memberi makna sebuah definisi manajemen.
Anda dapat pula mencoba memberikan makna pada definisi manajemen
1.6 Manajemen 

berikut ini. Baiklah, sekarang kita mulai melihat definisi manajemen yang
dapat membantu kita memberikan makna manajemen yang lebih dalam.
Manajemen berasal dari bahasa Perancis lama yaitu menagement, yang
berarti seni melaksanakan dan mengatur yaitu sebuah proses kepemimpinan
dan pengaturan seluruh atau sebagian dari suatu organisasi, atau bisnis,
melalui pemanfaatan atau pengaturan sumber daya (sumber daya manusia,
material, kepandaian dan lain-lain). Kebanyakan buku manajemen yang
pernah terbit menyatakan bahwa manajemen berasal dari kata bahasa Inggris
to manage yang berarti mengelola atau mengatur.
Williams (2001) berpendapat bahwa secara tradisional pengertian
manajemen adalah menjalankan fungsi merencanakan, mengorganisasikan,
memimpin, dan mengendalikan (planning, organizing, leading, and
controlling).
Merencanakan : adalah menentukan sasaran organisasi dan sarana
untuk mencapainya.
Mengorganisasikan : adalah menetapkan di mana keputusan akan
dibuat, siapa yang akan melaksanakan tugas dan
pekerjaan, dan siapa bekerja untuk siapa, dalam
perusahaan.
Memimpin : adalah memberi inspirasi dan motivasi karyawan
untuk bekerja keras dalam mencapai sasaran
organisasi.
Mengendalikan : adalah mengawasi kemajuan pencapaian sasaran
dan mengambil tindakan koreksi bilamana
kemajuan tidak tercapai.

Menurut Follett dalam Stoner (1996) memberikan pengertian manajemen


sebagai "Seni untuk melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang lain".
Definisi ini mengandung arti bahwa para manajer mencapai tujuan-
tujuan organisasi melalui pengaturan orang-orang lain untuk melaksanakan
berbagai tugas yang mungkin diperlukan atau dengan kata lain para manajer
tidak melakukan tugas-tugasnya sendiri.
Sedangkan Stoner (1995) memberikan definisi manajemen sebagai suatu
proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-
usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya
organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Stoner (1995) berpendapat bahwa manajemen adalah suatu proses bukan
seni. Proses adalah cara sistematis untuk melakukan pekerjaan. Manajemen
 EKMA4116/MODUL 1 1.7

dikatakan sebagai proses karena semua manajer, tanpa mempedulikan


kecakapan atau keterampilan khusus mereka, harus melaksanakan kegiatan-
kegiatan tertentu yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan-tujuan yang
mereka inginkan (Handoko, 1996).
Siagian (1992) mengemukakan bahwa manajemen adalah “kemampuan
atau keterampilan untuk memperoleh sesuatu dalam rangka pencapaian
tujuan melalui kegiatan orang lain".
Secara umum manajemen dapat diartikan sebagai seni dan ilmu yang
mempelajari bagaimana mengelola manusia dan material untuk mencapai
tujuan. Sebagai alat pelaksana dari administrasi, manajemen diperlukan agar
tujuan organisasi dapat dicapai sesuai dengan yang direncanakan. Keterkaitan
antara manajemen dengan administrasi diterangkan oleh Siagian (1992)
sebagai berikut: ”Manajemen merupakan inti dari administrasi karena
memang manajemen merupakan alat pelaksana utama dari administrasi."
Henry Fayol dalam Handoko (1996) mengemukakan aspek-aspek
manajemen sebagai “planning, organizing, commanding, coordinating, dan
controlling”. Fokus dari manajemen adalah bagaimana sebuah organisasi
dikelola dan bagaimana manajer membantu organisasi dalam menentukan
tujuan.
Williams (2001) menambahkan bahwa walaupun para manajer saat ini
masih melakukan fungsi manajemen tradisional namun mereka sebenarnya
sudah melakukan langkah baru, yaitu: membuat sesuatu terjadi; menghadapi
persaingan; mengorganisasi orang banyak, proyek dan proses; dan memimpin
(making things happen; meeting the competition; organizaing people,
project, and process; and leading). Untuk dapat “membuat sesuatu terjadi”,
seorang manajer harus menentukan apa yang ingin dicapai, merencanakan
bagaimana mencapai sasaran ini, mengumpulkan dan mengelola informasi
yang diperlukan untuk menghasilkan keputusan yang tepat, dan
mengendalikan kinerja sehingga manajer dapat mengambil tindakan
perbaikan apabila kinerja menurun. Pada saat perusahaan “menghadapi
persaingan” maka ia harus mempertimbangkan ancaman dari pesaing
internasional, harus jeli terhadap strategi persaingan, harus dapat menerima
perubahan, membantu pertumbuhan produk baru dan gagasan pelayanan
baru, serta menata organisasi agar dapat menyesuaikan diri dengan cepat
terhadap pesaing dan pelanggan yang terus berubah. Sedangkan fungsi
manajemen “mengorganisasi orang, proyek, dan proses” adalah fungsi
mempertimbangkan masalah manusia dan proses kerja untuk memuaskan
1.8 Manajemen 

pelanggan dan menghasilkan produk unggulan. Fungsi “memimpin” akan


membuat para manajer selalu disukai setiap karyawannya apabila mereka
selalu memperhatikan dan memberikan penghargaan terhadap pekerjaan dan
prestasi karyawan. Atas dasar uraian di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa
pada dasarnya manajemen dapat didefinisikan sebagai pekerja dengan orang-
orang untuk menentukan, menginterpretasikan dan mencapai tujuan-tujuan
organisasi dengan melaksanakan fungsi-fungsi perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), penyusun personalia atau karyawan (staffing),
pengarahan dan kepemimpinan (leading) dan pengawasan (controlling).

Perencanaan
Pengorganisasian Anggota
Penyusun personalia Tujuan
Manajemen Organisasi Organisasi
Pengarahan (bawahan)
Pengawasan

Sumber: Handoko, T. Hani, 1996. Manajemen. Yogyakarta: BPFE.

Gambar 1.1.
Arti Manajemen

Anda setuju dengan beberapa definisi tersebut? Coba hubungkan dengan


definisi Anda sendiri yang telah Anda catat tadi. Apakah ada yang berbeda?
Dalam hal apa? Jika ada yang sama atau mendekati kesamaan antara definisi
para ahli manajemen dengan definisi Anda, maka catatlah persamaan tersebut
dan renungkan kembali persamaan tersebut. Mungkin saja Anda mampu
membuat definisi seperti orang-orang sukses terdahulu yang menyatakan
bahwa manajemen itu dapat dibuat sederhana dan jangan membuatnya
menjadi kendala ketika Anda ingin melakukannya.

B. MANAJEMEN DAN MANAJER

1. Peran Manajemen
Keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung pada pengelolaan
fungsi-fungsinya secara efektif. Para pengelola organisasi menyadari bahwa
yang biasa disebut manajer (manager) dapat diumpamakan seorang nakhoda
 EKMA4116/MODUL 1 1.9

kapal yang akan menentukan jalan berdasarkan pedoman yang dipegang


untuk menuju sasaran. Namun mengelola organisasi tidaklah sesederhana itu.
Mengelola organisasi membutuhkan banyak keterampilan, kemampuan, dan
sikap yang akan membuat organisasi tersebut tidak hanya bergerak
melainkan juga berkembang, inovatif, kreatif, menguntungkan, kompetitif,
dan berorientasi global. Organisasi yang berorientasi global adalah organisasi
yang memenuhi tuntutan sesuai zaman saat ini. Organisasi yang
mendominasi pasar lokal akan segera ambruk jika para pengelolanya tidak
mampu melihat pesaing asing yang datang dengan segala teknologi dan
sistem terbarunya. Organisasi lokal boleh saja hanya berkeinginan menguasai
pasar lokal tetapi pengelola tetap harus selalu waspada, inovatif, dan
kompetitif dalam memberikan pelayanan dan penjualan produknya.
Kunci sukses pengembangan dan prestasi manajemen adalah para
manajer. Oleh karena itu mereka harus mampu menguasai keilmuan,
kepekaan, dan pengalaman menganalisis lingkungan persaingan serta
menjalankan fungsi-fungsi manajemen, seperti perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dari kegiatan operasional
sehari-hari dalam mencapai tujuan organisasi. Di samping itu mereka juga
harus mampu menjalankan rekayasa ulang, ketergantungan manajemen
terhadap karyawan strategik, diversitas, etika, kualitas, organisasi belajar,
kewirausahaan, manajemen dalam globalisasi, manajemen menembus dunia,
kiat manajemen mengakuisi dan merger dengan perusahaan lain dan
sebagainya. Perlu diingat bahwa organisasi yang sedang tumbuh saat ini
adalah organisasi di era globalisasi. Suka atau tidak suka, semua akan
menghadapi globalisasi. Pandanglah globalisasi dengan sikap positif
walaupun sebagian orang mengatakan bahwa hal itu merupakan usaha kaum
kapitalis barat menguasai perdagangan dunia. Jika kita siap dengan
kemampuan dan usaha yang maksimal maka globalisasi dapat menjadi milik
kita, bukan mereka.

2. Peran Manajemen dalam Organisasi dan Perusahaan


Penjelasan tentang peran manajemen dalam organisasi dan perusahaan
sangat erat kaitannya dengan pemahaman dan pengertian definisi dan ciri
organisasi, hubungan organisasi dan peran manajemen. Oleh sebab itu kita
akan membahas terlebih dahulu hal-hal tersebut untuk memudahkan kita
memahami peran manajemen dalam organisasi dan perusahaan secara
menyeluruh.
1.10 Manajemen 

Organisasi adalah sekumpulan orang yang bersepakat secara sadar untuk


bergabung dalam suatu kelompok dengan sejumlah ikatan tertentu, yang
menetapkan tujuan-tujuan tertentu dan berupaya mencapai tujuan tersebut.
Apabila kita meneliti definisi tersebut lebih jauh, maka kita dapat melihat
beberapa ciri pokok organisasi, yaitu:
a. terdiri dari sekumpulan orang;
b. dengan kesadaran dalam arti sengaja dan mengerti benar seseorang
berada di situ;
c. setuju diikat dengan berbagai peraturan organisasi dan pemerintah;
d. sepakat berkelompok untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu;
e. memiliki aturan tertentu yang harus disepakati dan ditaati bersama untuk
mencapai tujuan; dan
f. melakukan kerja sama untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.

Dari ciri pokok tersebut mari kita lihat beberapa contoh untuk lebih
memahaminya. Ketika Anda sedang menyaksikan pertandingan sepak bola di
Stadion Gelora Bung Karno Jakarta bersama-sama dengan ribuan penonton
lainnya, apakah kumpulan itu dapat disebut suatu organisasi? Tentu saja
tidak, bukan? Walaupun mereka termasuk juga Anda adalah sekelompok
orang, tetapi Anda dengan penonton di sebelah Anda belum tentu
mendukung tim sepak bola yang sama, atau penonton yang lain bisa saja
tidak tertarik dengan pertandingannya melainkan hanya ingin melihat Stadion
Gelora Bung Karno atau mengantarkan temannya yang menjadi suporter
salah satu tim atau penggemar fotografi yang ingin mengabadikan suatu
peristiwa olahraga sepak bola, dan sebagainya. Organisasi tidak dapat
terbentuk jika yang melakukan hanyalah seorang diri saja.
Seseorang yang berprofesi sebagai calo tiket pesawat terbang yang ia
kelola sendiri maka ia dan usahanya tidak dapat digolongkan sebagai sebuah
organisasi. Namun apabila ia ternyata sukses kemudian membuka suatu agen
perjalanan serta mempekerjakan sejumlah orang dengan cita-cita yang sama
yaitu sukses bersama, maka usaha tersebut dapat dikategorikan sebagai suatu
organisasi walaupun bentuknya masih bersifat sederhana.
Pada umumnya perusahaan merupakan sebuah organisasi karena
pengelolaannya dilaksanakan oleh beberapa atau banyak orang. Di samping
itu, setiap orang yang terlibat di dalamnya dapat dianggap telah bersepakat
melakukan pekerjaan tertentu untuk mencapai tujuan perusahaan. Ketika
 EKMA4116/MODUL 1 1.11

Anda melamar pekerjaan di suatu perusahaan, tentu Anda akan ditanya


apakah Anda akan loyal dan dapat memenuhi tugas yang dibebankan kepada
Anda. Tentu saja Anda akan menyatakan bahwa Anda akan memenuhi
tuntutan perusahaan karena ingin diterima bekerja di perusahaan tersebut.
Jadi bolehlah kita ambil sebuah kesimpulan, yaitu bahwa begitu banyak
kegiatan yang tidak dapat digolongkan sebagai suatu organisasi karena
dilakukan oleh satu orang walaupun tujuannya adalah mencari keuntungan.
Namun pada umumnya perusahaan dapat dikatakan sebuah organisasi karena
telah memenuhi syarat-syarat sebagai sebuah organisasi.

3. Manajemen sebagai Ilmu dan Seni


Kita tentu bersepakat bahwa ciri utama suatu ilmu adalah harus memiliki
pola berdasarkan pembuktian ilmiah, dan memiliki tahapan-tahapan yang
sistematis. Manajemen bukan hanya membutuhkan pola tunggal seperti itu.
Dengan demikian manajemen tidak dapat dikatakan ilmu semata-mata.
Manajemen akan berdampak efektif dan efisien jika dijalankan oleh orang-
orang profesional. Jadi, manajemen membutuhkan sentuhan orang yang
memiliki kiat khusus, strategi jitu, perasaan halus, intuisi tinggi,
pengendalian emosi, intelegensi tinggi, jiwa motivator, kreatif, inovatif,
komunikatif, dan lain-lain. Oleh karena itu banyak orang setuju bahwa
manajemen juga sebagai suatu seni. Sentuhan seperti itu akan membuat
manajemen menjadi dinamis, kreatif, berkemampuan sebagai problem solver,
dan dapat membuat suatu organisasi lebih unggul daripada organisasi lain
yang mungkin hanya dijalankan setengah hati dan kurang memiliki orang-
orang yang profesional.
Dengan demikian manajemen merupakan ilmu dan juga seni. Suatu
organisasi akan berhasil apabila dikelola melalui proses yang sistematis dan
mampu mengendalikan individu yang terlibat di dalamnya sehingga mereka
dapat bekerja secara maksimal untuk mencapai tujuan. Di sini tampak bahwa
ilmu dan seni dapat disatukan dalam meraih suatu tujuan yang dikehendaki.

4. Mengapa perlu Teori dan Teknik Manajemen?


Dari sejumlah pendapat yang muncul setidaknya kita dapat menyebutkan
tiga alasan perlunya manusia menggunakan teori dan teknik manajemen,
yaitu untuk meningkatkan efisiensi, mengkristalkan sifat manajemen,
mencapai tujuan sosial. Berikut adalah uraiannya.
1.12 Manajemen 

Dari pengembangan ilmu manajemen yang dikemukakan oleh Taylor


telah terungkap bahwa manajemen diperlukan untuk melakukan efisiensi
kerja dan mengoptimalkan hasil. Para ahli lain juga telah membuktikan
bahwa jika perusahaan menerapkan prinsip dan teknik manajemen maka
efisiensi manajerial pasti akan menjadi lebih baik, apalagi jika para
manajernya menggunakan garis pedoman yang dibuat dalam tahap
perencanaan untuk membantu memecahkan berbagai masalah. Pada masa
globalisasi ini perusahaan yang paling efisien cenderung dapat bertahan lebih
lama dan dapat lebih kompetitif dibandingkan dengan perusahaan yang boros
dan tidak memiliki perencanaan matang.
Seseorang yang kurang memahami atau hanya sebagian saja mengerti
manajemen, sulit baginya untuk dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik.
Oleh karena itu pemahaman tentang konsep, prinsip, dan teknik manajemen
harus tuntas dan komprehensif. Pengkristalan pemahaman akan membuat
seseorang mudah melakukan analisis pekerjaan manajerial.
Keberhasilan suatu perusahaan atau negara dalam mengkoordinasikan
semua usaha manusia sehingga segalanya dapat lebih efektif dan efisien,
akan membuat perusahaan atau negara tersebut menjadi lebih makmur.
Kesejahteraan yang disebabkan oleh kepandaian perusahaan atau negara
mengelola sumber daya yang terbatas menunjukkan perusahaan atau negara
tersebut memiliki tingkat kualitas manajerial yang tinggi.

5. Hubungan antara Organisasi dengan Peranan Manajemen


Apabila Anda teliti membaca beberapa contoh sederhana tadi, maka
tentu Anda akan dapat menyimpulkan bahwa orang-orang yang terlibat di
dalam sebuah organisasi memiliki karakter yang berbeda-beda, mengerjakan
pekerjaan dengan dorongan dan tujuan yang berbeda, dan memiliki latar
belakang pendidikan dan mungkin budaya yang berbeda. Kembali pada
contoh sebuah agen tiket perjalanan di atas, si pemilik perusahaan setidaknya
memiliki jiwa wirausaha yang ulet, berkepribadian menarik, supel, dan
mudah berkomunikasi dengan orang lain. Dengan karakter yang ia miliki
tersebut ia berhasil meraih pelanggan yang cukup banyak. Lain halnya
dengan para karyawannya yang berfungsi sebagai sales officer dan bertugas
menerima pesanan tiket melalui telepon dan datang ke kantor. Mereka harus
juga berkepribadian menarik, ramah, sopan, pandai berkomunikasi, terampil
menggunakan komputer, namun mungkin mereka tidak memiliki jiwa
kewirausahaan. Mereka hanya ingin bekerja dengan baik dan menerima gaji
 EKMA4116/MODUL 1 1.13

setiap bulannya. Mereka memiliki latar belakang budaya, pendidikan, dan


karakter yang berbeda-beda. Dalam keadaan seperti itu, bagaimana agar
mereka dapat tetap bersepakat mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan
konsekuen terhadap perkataan mereka ketika mereka melamar pekerjaan
yang saat ini dilakukannya? Jelas sekali peran manajemen dan manajer
dibutuhkan untuk menjaga dinamika perusahaan/organisasi agar tetap stabil,
berkembang. Dan melalui manajemen dan manajerlah pencapaian tujuan
organisasi perusahaan dapat terlaksana sesuai harapan.

6. Apa, Siapa, Mengapa, dan Bagaimana Peran Manajer?


Manajer muncul jika ada organisasi dan sebaliknya organisasi akan
segera hancur jika tidak ada manajer. Jadi siapa manajer itu? Manajer adalah
anggota organisasi yang mengawasi dan mengarahkan pekerjaan anggota
lain. Di dalam perkembangannya kemudian, manajer diartikan sebagai
seorang anggota organisasi yang memadukan dan mengkoordinasikan
pekerjaan orang lain. Hal ini berarti bahwa manajer bertanggung jawab
langsung atas sekelompok orang di sebuah divisi perusahaan atau dapat
berarti menyelia atau mensupervisi satu orang saja.
Manajer zaman dahulu menyesuaikan diri dengan struktur organisasi,
garis wewenang, peraturan, dan tujuan-tujuan yang ditentukan perusahaan
untuk dirinya. Ganjaran atau penghargaan (reward) diperoleh dari organisasi
dan bukan dari pertimbangan bahwa ia memiliki kemampuan tertentu, telah
memberikan jasa luar biasa kepada organisasi, atau memiliki jenjang
pendidikan tertentu yang layak memperoleh ganjaran lebih baik daripada
rekan sesama manajer. Itu ciri dari manajer zaman dahulu. Manajer zaman
sekarang pada umumnya menganggap dirinya seorang profesional, baik
secara teknis maupun manajerial. Ia bekerja pada suatu perusahaan untuk
memperoleh pendapatan dan keamanan hidup, dengan sukarela pula ia
bekerja dalam bidang yang ia pilih sendiri. Sedangkan manajer sekarang
sangat mudah berpindah dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya. Artinya
ia tidak taat kepada perusahaan melainkan mengikuti penawaran gaji yang ia
anggap memadai dan sesuai dengan kualifikasinya. Ganjaran dianggap
memadai jika sesuai dengan jasa yang ia berikan kepada perusahaan, prestasi
kerja yang telah ia tunjukkan, sumbangsih kepada bidang keilmuannya, atau
adanya rasa hormat dari rekan kerja dalam bidangnya. Keterikatannya hanya
pada karier yang dipilihnya. Dengan kecenderungan seperti ini maka tuntutan
kepada mereka pun dari waktu ke waktu menjadi semakin besar. Di antara
1.14 Manajemen 

para manajer timbul persaingan kompetensi dan jaringan. Mereka yang


unggul dalam penguasaan keilmuannya serta memiliki networking yang lebih
baik, dapat dengan mudah pindah dari satu perusahaan ke perusahaan lain
mencari ganjaran tertinggi dan kepuasan kerja maksimal. Kecenderungan
atau trend seperti ini juga menguntungkan bagi perusahaan. Dengan adanya
kompetisi ketat maka perusahaan dapat menuntut para manajer untuk
berprestasi maksimal. Umumnya perusahaan memberikan empat tantangan,
yaitu (1) menghasilkan produk lebih banyak, lebih murah, lebih menarik,
lebih baik, lebih ramah lingkungan, dan lebih berselera global,
(2) memperbaiki lingkungan hidup dan kondisi lainnya, (3) menyesuaikan
diri dengan setiap perubahan besar dalam lingkungan global,
(4) menyesuaikan diri dengan setiap kondisi ekonomi, politik dan sosial
negara sendiri.

7. Harapan Orang Lain terhadap Manajer


Ketika Anda ditunjuk sebagai seorang manajer, maka sebagian besar
orang yang ada di dalam perusahaan mengharapkan Anda sukses. Orang
yang paling mengharapkan Anda berhasil tentu saja atasan langsung Anda
sebagai orang yang memilih Anda. Sukses Anda adalah juga sukses atasan
Anda sehingga biasanya mereka selalu memonitor kemajuan Anda. Selain
atasan, tentunya bawahan juga akan senang jika Anda memiliki kemampuan
mengelola mereka, baik dari segi teknis maupun segi manajerialnya. Mereka
juga berpendapat bahwa sukses Anda berarti sukses mereka. Rekan Anda
sesama manajer dari bagian atau divisi lain juga mengharapkan Anda berhasil
dalam melaksanakan tugas sebab keberhasilan Anda juga akan berpengaruh
terhadap tingkat keberhasilan unit kerja mereka. Dan terakhir adalah orang-
orang lain yang ingin melihat Anda sukses. Mereka mungkin seorang satpam,
penjaga kantor, staf pelayanan, sopir, supervisor, dan bahkan mungkin
seorang direktur utama.

8. Jenis-jenis Manajer
Banyak cara orang mengklasifikasikan manajer untuk melihat
kemampuan utama seorang manajer. Namun bukan berarti pembedaan atau
pengklasifikasian itu berlaku statis atau kaku tetapi hal ini hanyalah untuk
memahami kelebihan seseorang ketika menjadi seorang manajer.
Pengklasifikasian manajer dapat dilakukan dengan melihat mereka pada
 EKMA4116/MODUL 1 1.15

tingkatan dalam organisasi yang dapat diklasifikasikan menjadi tiga


golongan, yaitu (Handoko, 1996):
a. Manajer lini – pertama. Tingkatan paling rendah dalam suatu organisasi
yang memimpin dan mengawasi tenaga-tenaga operasional, disebut
manajemen lini/garis – pertama (first – line) atau first – level). Para
manajer ini sering disebut dengan manajer kantor, penyelia jasa, manajer
departemen. Sebagai contoh adalah penyelia teknik dalam suatu
departemen riset.
b. Manajer menengah. Manajemen menengah dapat meliputi beberapa
tingkatan dalam suatu organisasi. Para manajer menengah membawahi
dan mengarahkan kegiatan-kegiatan para manajer lainnya dan kadang-
kadang juga karyawan operasional. Sebutan lain bagi manajer menengah
adalah general manajer, manajer pabrik, mandor wilayah, divisi manajer
Sebagai contoh adalah manajer wilayah yang membawahi beberapa
kepala divisi wilayah.
c. Manajer puncak. Klasifikasi manajer tertinggi ini terdiri dari
sekelompok kecil eksekutif. Manajemen puncak bertanggung jawab atas
keseluruhan manajemen organisasi dan bertanggung jawab menciptakan
kondisi penting untuk melakukan perubahan. Sebutan khas bagi manajer
puncak adalah pimpinan eksekutif (CEO) atau pimpinan oposisi (COO),
wakil presiden.
1.16 Manajemen 

Tingkatan-tingkatan manajemen dalam suatu organisasi dapat pada Gambar


1.2

Sumber: Williams, Chuck, 2001. Manajemen. Edisi pertama. Jakarta: Salemba Empat.

Gambar 1.2.
Tingkatan manajer dalam suatu organisasi

Perbedaan tingkatan manajemen akan membedakan pula fungsi-fungsi


manajemen yang dilaksanakan. Ada dua fungsi utama manajemen yaitu
manajemen administratif dan manajemen operatif. Manajemen administratif
lebih berurusan dengan penetapan tujuan dan kemudian perencanaan,
penyusunan kepegawaian, dan pengawasan kegiatan-kegiatan yang
terkodinasi untuk mencapai tujuan. Sedangkan manajemen operatif lebih
mencakup kegiatan memotivasi, supervisi, dan komunikasi dengan para
karyawan untuk mengarahkan mereka untuk mencapai hasil-hasil secara
efektif. Pada tingkatan manajemen rendah, para manajer akan banyak
melaksanakan fungsi manajemen operatif. Semakin tinggi tingkatannya,
mereka menjadi lebih terlibat dengan manajemen administratif.
Tentu saja tidak ada posisi manajemen yang hanya melaksanakan salah
satu, operatif atau administratif; semua tingkatan mempunyai kedua unsur
 EKMA4116/MODUL 1 1.17

tersebut. Gambar 1.3 menunjukkan perbedaan antara kedua tipe manajemen


tersebut.

Manajer Puncak
MANAJEMEN ADMINISTRATIF
Penentuan tujuan, perencanaan,
pengorganisasian,
penyusunan
personalia
dan pengawasan

Manajer Menengah

MANAJEMEN OPERATIF
Pengarahan dengan
Manajer Lini memotivasi, supervisi, dan
Pertama komunikasi

Sumber: Handoko, T. Hani. 1996. Manajemen. Edisi kedua. Yogyakarta: BPFE.

Gambar 1.3.
Perbedaan Manajer Administratif dan Operatif dalam Melaksanakan
Fungsi-Fungsi Manajemen

Seseorang dapat dikatakan sebagai manajer agresif progresif apabila ia


memiliki pandangan jauh ke depan, memiliki ide dan gagasan luar biasa,
serta mengutamakan teknologi. Manajer jenis ini ketika berada dalam
organisasi berusaha mendapatkan pertumbuhan dan perubahan organisasi.
Namun apabila organisasi Anda sedang sakit maka organisasi Anda tidak
membutuhkan manajer seperti ini. Organisasi Anda membutuhkan seorang
manajer kondusif yang akan membawa organisasi ke arah kestabilan normal.
Cara lain mengklasifikasikan manajer adalah dengan melihat
kemampuan manajer ketika memperhatikan dan mengendalikan bawahan.
Manajer seperti ini dapat bersifat otoriter atau partisipatif. Manajer
partisipatif bersifat selalu menghargai pendapat bawahan, lebih banyak
mendengarkan daripada berbicara, dan mencari solusi dari pengalaman
bawahan karena ia menyadari bahwa bawahan lebih mengetahui masalah
daripada atasan. Kadangkala manajer partisipatif juga memberikan
1.18 Manajemen 

wewenang kepada karyawan untuk mengambil keputusan mereka sendiri dan


mengimplementasikan gagasan-gagasan mereka sendiri. Oleh karena itu,
menampung keluhan, ide, saran, ataupun gagasan adalah jalan yang sering
ditempuh manajer jenis ini. Sebaliknya, seorang manajer otoriter adalah
manajer yang sering ikut campur dalam berbagai hal yang terjadi, sering
memegang rahasia, dan lebih suka memberi tahu daripada bertanya.
Seorang manajer juga dapat diklasifikasikan sebagai manajer lima C,
yaitu manajer cash (uang tunai), crisis (krisis), conflict (konflik), cool
(tenang), dan change (perubahan).
a. Cash Manager sering berfokus pada biaya dan anggaran hingga kepada
tingkat finansial perusahaan. Manajer seperti ini lebih senang
menghindari risiko dan lebih mencari kestabilan ketimbang peluang. Ia
lebih baik memperbaiki teknologi daripada menggantinya dengan yang
baru. Ia lebih berpikir kepada mencari keuntungan jangka pendek dan
bukannya persaingan jangka panjang.
b. Crisis Manager adalah manajer yang mirip dengan cash manager dalam
hal pencarian stabilitas, memandang masalah sebagai gangguan, bukan
dilihatnya sebagai peluang untuk masa depan. Manajer ini sering
menyerang masalah tanpa mencari tahu terlebih dahulu akar
permasalahannya.
c. Conflict Manager adalah jenis manajer yang mengandalkan
pengendalian dengan berbagai alat kontrolnya untuk menguasai keadaan,
dan sering campur tangan dalam berbagai hal.
d. Cool Manager adalah termasuk manajer yang tidak percaya diri. Artinya,
ia memberikan apa pun kepada bawahan, ingin bawahannya seperti
teman biasa, dan berusaha selalu ceria ketika bertemu bawahan. Dengan
cara seperti ini bawahan justru tidak memahami arah yang diberikan
manajer jenis ini.
e. Change Manager memandang setiap perubahan sebagai peluang untuk
tumbuh maju dan setiap masalah dilihatnya sebagai peluang. Manajer
jenis ini selalu berusaha mencari inti permasalahan dan berusaha
mengembangkan perubahan yang dibutuhkan agar permasalahan dapat
teratasi.
 EKMA4116/MODUL 1 1.19

Termasuk manajer yang manakah Anda? Apakah kategori atau


klasifikasi tersebut belum menjaring Anda ke dalam jenis manajer tertentu?
Jika demikian cobalah analisis sendiri bagaimana seandainya Anda menjadi
manajer dan apa yang akan Anda lakukan jika para bawahan memiliki
karakterisk tertentu dengan masalah tertentu pula. Anda dapat
mengombinasikan jenis manajer yang telah Anda ketahui untuk dapat
menemukan kategori manajer bagi Anda. Berilah nama jenis manajer yang
Anda miliki. Dengan cara demikian sedikit banyak Anda akan mengetahui
diri Anda sendiri.
Begitu banyak jenis manajer tetapi manajer yang dibutuhkan organisasi
saat ini adalah manajer yang dapat menjawab tantangan dunia, khususnya
globalisasi. Menjadi pembaru, inovatif, kreator, dan pemersatu di organisasi
adalah hal yang positif, namun menjadi manajer yang dibutuhkan untuk
menjawab persaingan dunia di mana bentuk organisasi apa pun dan dari
mana pun akan berhadapan dengan Anda, adalah hal yang lebih penting lagi.
Jika ingin berhasil, Anda harus mampu menjadi manajer kelas dunia. Lalu
apa syaratnya menjadi manajer kelas dunia? Syarat utamanya adalah Anda
harus memiliki orientasi berjangka panjang, yaitu mencari jalan yang lebih
baik, mampu memilih bawahan yang mendukung dalam tim, dan mampu
menjalankan wewenang. Di samping itu Anda harus mampu mengarahkan
organisme bisnis yang dinamis dan berkembang dengan memanfaatkan
peluang perubahan, berani mengambil risiko, mampu membangun karakter
dan teladan, mampu memberikan motivasi kepada bawahan, memiliki sikap
mental bersaing, dan melihat ke depan sebagai hal yang penuh dengan
persaingan dan perubahan setiap saat.

9. Apakah Kemampuan Manajerial itu?


Seperti jabatan lainnya, menjadi manajer tidaklah semudah yang
diperkirakan seseorang yang sebelumnya menjadi karyawan biasa. Untuk
menjadi seorang manajer yang sukses, ia harus memiliki sejumlah
kompetensi umum dan khusus.
Kemampuan manajerial adalah kemampuan untuk mengatur,
mengkoordinasikan dan menggerakkan para bawahan ke arah pencapaian
tujuan yang telah ditentukan organisasi. Dalam organisasi yang berukuran
besar, kesempatan manajer untuk mengadakan kontak dengan seluruh
bawahan relatif sangat kecil. Lebih-lebih dalam organisasi yang besar yaitu
organisasi yang ruang lingkup operasinya nasional atau internasional.
1.20 Manajemen 

Dengan demikian, kegiatan mengintegrasikan, mengoordinasikan dan


menggerakkan para bawahan oleh manajer puncak dilakukan melalui
pendelegasian wewenang kepada manajer menengah dan manajer pengawas.
Kemampuan manajerial tidak begitu saja muncul. Kemampuan ini lahir
dari suatu proses yang panjang yang terjadi secara perlahan-lahan melalui
proses pengamatan dan belajar. Bukti dari kemampuan manajerial adalah
sejauh mana kelompok kerja yang dipimpinnya mampu berkinerja secara
optimal. Dalam hal ini, manajer di semua tingkatan harus mampu
menunjukkan bahwa mereka sanggup dekat secara emosional dengan
bawahan sehingga bawahan memberikan dukungan dengan komitmen yang
kuat pada kelompok kerjanya.
Dalam suatu kelompok kerja, tidak jarang kita jumpai manajer yang
tidak menghasilkan kinerja optimal bagi kelompok yang dipimpinnya.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Banyak hal yang menyebabkan seorang
manajer tidak menghasilkan kinerja yang diharapkan dalam memimpin
kelompoknya. Antara lain karena ia:
a. kurang memahami kinerja yang diharapkan dari posisinya sebagai
seorang pimpinan kelompok kerja;
b. kurang memahami peran manajerial yang disandangnya;
c. tidak mempunyai keterampilan manajerial yang diperlukan untuk
menghasilkan kinerja manajerial yang ditargetkan;
d. lemah dalam hal memotivasi atau menggerakkan orang-orang yang
dipimpinnya.

10. Bagaimana Mengoptimalkan Kinerja Manajer?


Penilaian keberhasilan kinerja seorang manajer sangat tergantung dari
kinerja bawahannya karena seorang manajer tidak dapat bekerja sendiri. Oleh
karena itu seorang manajer harus mampu memimpin bawahannya berprestasi
dalam pekerjaannya. Menurut hasil pengamatan para praktisi manajemen,
faktor yang menstimulasi bawahan untuk berprestasi bukan hanya imbalan
yang besar saja, tetapi ada faktor-faktor lain yang lebih penting dari itu.
Paling tidak, ada 10 (sepuluh) faktor yang diinginkan bawahan untuk
meningkatkan kinerja mereka antara lain:
a. Pekerjaan yang Menarik. Manajer hendaknya mampu meyakinkan
bawahannya bahwa pekerjaannya sangat menarik. Suatu pekerjaan
dikatakan menarik bila orang yang mengerjakannya merasa senang
 EKMA4116/MODUL 1 1.21

melakukannya. Berawal dari rasa senang itu pula diharapkan bawahan


dapat meningkatkan kualitas pekerjaannya. Seorang pimpinan juga perlu
mengetahui jenis pekerjaan yang cocok dan disenangi bawahannya.
b. Kesejahteraan yang memadai. Manajer harus dapat membuktikan bahwa
dia mampu memberikan kesejahteraan yang memadai pada bawahannya
dan pembagiannya dilakukan secara objektif. Hal ini penting dalam
membangkitkan dan memelihara gairah kerja yang baik.
c. Keamanan dalam pekerjaan. Manajer hendaknya mampu memberikan
pengarahan atau pelatihan yang memadai kepada bawahannya sebelum
suatu pekerjaan dilakukan. Dengan demikian dapat mengurangi rasa
khawatir akan kegagalan dalam melakukan pekerjaan tersebut.
d. Penghayatan terhadap pekerjaan yang dilakukan. Manajer harus mampu
menyadarkan bawahannya tentang hakikat dan makna pekerjaan yang
dilakukannya. Dengan begitu mereka akan tahu manfaat dari
pekerjaannya sehingga timbul motivasi untuk mengerjakannya.
e. Suasana atau lingkungan kerja yang baik. Pimpinan hendaknya
mengetahui bagaimana membuat tempat kerja yang kondusif dan
hubungan personal yang harmonis. Lingkungan kerja yang baik
diharapkan membawa pengaruh yang baik pula terhadap hasil kerja.
f. Promosi dan perkembangan diri mereka sejalan dengan kompetensi dan
konstribusi. Seorang bawahan akan merasa bangga bila kelompok
kerjanya meraih kemajuan dalam kinerjanya. Apalagi bila promosi dan
perkembangan diri mereka dihargai secara adil berdasarkan pada
kompetensi dan kontribusinya. Dengan kebanggaan itu pula dia akan
selalu menjaga prestasi dan citra kelompok kerjanya.
g. Merasa terlibat dalam kegiatan-kegiatan kelompok kerja. Perasaan
memiliki (sense of belonging) bawahan terhadap kelompok kerjanya
harus senantiasa ditumbuh-kembangkan melalui keterlibatan yang aktif
dan tulus. Dengan demikian bawahan akan merasa bahwa dirinya benar-
benar dibutuhkan dalam kelompok kerjanya sehingga ia akan selalu
termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya.
h. Pengertian dan simpati atas masalah pribadi. Seorang Manajer harus
mampu menjalin hubungan emosional dengan bawahannya secara
bijaksana. Jika diperlukan, dalam batas-batas tertentu, seorang manajer
1.22 Manajemen 

perlu memahami dan mengerti urusan pribadi bawahannya tanpa


mengesankan turut campur. Dengan demikian hubungan kerja tidak
terbatas pada pendekatan formal legalistik, namun juga pendekatan
kekeluargaan atau dari hati ke hati antara manajer dan bawahannya.
i. Kesetiaan manajer pada bawahan. Tidak hanya bawahan yang perlu
memberikan loyalitas pada pimpinan, manajer pun perlu menunjukkan
loyalitas kepada bawahannya. Loyalitas demikian akan menjadi dasar
rasa kepercayaan bawahan terhadap manajernya, sehingga mereka mau
memberikan dukungan yang penuh terhadap aktivitas kelompok
kerjanya. Hal ini dapat juga mendatangkan wibawa bagi seorang
manajer.
j. Selalu disiplin dalam bekerja. Penerapan disiplin kerja dengan
pendekatan legalitas formal hendaknya diminimalisasi. Manajer yang
hanya berbicara tentang sangsi atau hukuman dalam menegakkan
disiplin, hanya menunjukkan ketidakmampuannya dalam memimpin.
Pendekatan seperti ini akan menstimulasi bawahan untuk bersikap
defensif dan bisa mengurangi keterlibatan dan dukungan mereka
terhadap kelompok kerjanya.

C. MANAJEMEN GLOBAL

1. Manajemen Baru Era Globalisasi


Dunia manajemen tidak seperti dahulu lagi. Kita memang tidak boleh
melupakan masa lalu karena merupakan bagian dari masa kini dan masa
mendatang. Kita saat ini menjadi saksi terjadinya suatu perubahan
fundamental sebagai akibat arus deras globalisasi. Perubahan tersebut
mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan politik. Berbagai bentuk organisasi
lokal dan regional terkena dampak perubahan tersebut sehingga manajer
organisasi juga mengalami suatu perubahan besar. Perusahaan dihadapkan
pada pilihan berhadapan dengan pasar global atau mati. Oleh karena itu, pada
umumnya perusahaan terpaksa mengurangi struktur biaya secara radikal
dengan jalan merencanakan kembali dan mengurangi berbagai inisiatif yang
meningkatkan biaya pada struktur, proses, dan produk (Rhinesmith, 2001).
Dengan perkembangan seperti ini, maka perusahaan harus memiliki staf dan
karyawan yang mampu melayani pasar global sekaligus pasar lokal yang
ingin dilayani dengan cara yang sama. Fungsi manajer pun perlu diredefinisi.
 EKMA4116/MODUL 1 1.23

Manajer yang semula berperan ”memerintah dan mengawasi” saat ini harus
berperan menjadi ”pelatih” agar setiap karyawan mampu diberdayakan untuk
dapat memenuhi kebutuhan pasar. Manajer juga harus memiliki sejumlah ide,
gagasan, strategi dan metode untuk membantu orang lain menyesuaikan diri
dalam kondisi seperti ini. Selain itu manajer juga harus menyesuaikan
strategi perekrutan, penyeleksian, pemberian kompensasi, pengembangan
karier, teknik memotivasi, serta teknik mengawasi karyawan agar semuanya
secara terintegrasi mampu memenuhi kebutuhan perusahaan.

2. Bagaimana Seorang Manajer dapat menjadi Manajer Global


Seperti disebutkan sebelumnya, bahwa dewasa ini organisasi mengalami
perubahan, yang semula berfokus pada pelayanan lokal menjadi organisasi
yang dapat berkompetisi di dunia internasional, berpola pikir bisnis dan
berperilaku sesuai permintaan pasar global. Perjanjian dagang AFTA
(ASEAN Free Trade Area) 2003, yang disepakati negara-negara ASEAN,
menimbulkan dampak yang cukup signifikan terhadap kondisi ekonomi dan
bisnis yang dialami Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya. Kompetisi
telah berkembang semakin ketat. Hanya organisasi atau negara yang unggul,
efisien, memiliki akses, dan mengusai jaringan (networking) yang dapat
bersaing dan mampu bertahan. Keadaan ini tentu saja mencemaskan kita
semua karena daya saing dan keterbukaan ekonomi Indonesia masih rendah.
Dalam hal ini Indonesia tidak lebih baik dibandingkan Kamboja. Oleh karena
itu, Indonesia harus terus berbenah diri agar tidak kalah bersaing dengan
negara lain.
Di dalam setiap persaingan, pelaku bisnis tidak hanya perlu mengetahui
kekuatan dan kelemahan dirinya, melainkan juga harus dapat memanfaatkan
peluang serta mampu mengatasi ancaman yang datang. Dengan demikian,
bila dikaitkan dengan daya saing dan kesuksesan, maka hanya perusahaan
yang sudah mengetahui posisi (positioning) kualitas dirinya yang akan
mampu tetap aksis di kancah persaingan AFTA. Salah satu unit pelaku bisnis
yang harus memiliki daya saing adalah manajer, yaitu seseorang yang
bertugas mengelola sumber daya yang dimiliki perusahaan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Sumber daya tersebut meliputi manusia, bahan
baku, modal, peralatan atau mesin, metode atau kepemimpinan, serta
informasi. Sumber daya ini harus dapat dikelola dengan baik agar nilai
perusahaan terus meningkat. Manajer harus mengetahui seberapa ketat
tingkat persaingan perusahaannya. Semakin ketat tingkat persaingan, berarti
1.24 Manajemen 

manajer harus semakin cermat dalam mengelola sumber daya yang dimiliki
perusahaan. Penggunaan sumber daya haruslah efisien dan dapat
berkesinambungan.
Dalam kondisi lingkungan bisnis yang cepat berubah, perusahaan
semakin dituntut untuk lebih fleksibel sehingga dapat beradaptasi dalam
waktu yang relatif cepat terhadap perubahan. Bentuk perusahaan seperti ini
berakibat pada pemilihan sosok manajer yang sesuai dengan kondisi
persaingan yang sangat ketat. Oleh karena itu manajer yang diharapkan
adalah manajer yang mempunyai karakteristik fleksibel, yaitu memiliki
kemampuan beradaptasi yang tinggi terhadap lingkungan dan mampu
memanfaatkan sumber daya yang efisien. Di samping itu juga mereka harus
memiliki wawasan global serta menguasai proses decision making,
interpersonal relation, dan goal setting. Itu berarti seorang manajer saat ini
harus memiliki peran sebagai interpersonal roles (kepemimpinan,
komunikasi), informational roles (pengawas, pengendali, penyerap, dan
penyebar informasi), dan decisional roles (entrepreneur, menangani
perubahan, alokasi sumber daya, negosiator).
Informasi menjadi hal yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan
bisnis saat ini. Para manajer harus mampu beradaptasi terhadap
perkembangan informasi. Manajer era globalisasi harus mampu
memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan menjadikannya
sebagai solusi daya saing bagi bisnisnya karena sudah terbukti bahwa bisnis
yang dikelola dengan memanfaatkan teknologi informasi akan memiliki daya
saing yang handal. Wall Mart, DHL, dan Singapore Airlines adalah contoh
perusahaan yang dikelola dengan berbasis teknologi informasi.

LAT IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Untuk dapat maju dan berkembang, suatu organisasi membutuhkan


banyak keahlian dari sejumlah orang yang terlibat di dalamnya. Strategi
mensinergikan keahlian tersebut berada di tangan para manajer. Cobalah
identifikasi apa saja syarat-syarat utama agar seorang manajer mampu
 EKMA4116/MODUL 1 1.25

mengelola keahlian sejumlah orang untuk tujuan bersama yang telah


ditentukan?
2) Cobalah Anda simak beberapa kalimat di dalam modul ini tentang “Pola
pikir global”. Menurut pengertian dan pendapat Anda, apa sebetulnya
makna pola pikir dan pola pikir global itu?

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Mengelola organisasi membutuhkan banyak keterampilan, kemampuan,


dan sikap yang akan membuat organisasi tersebut tidak hanya bergerak
di tempat melainkan juga berkembang, inovatif, kreatif, menguntungkan,
kompetitif, dan berorientasi global. Baca kembali uraian dalam Kegiatan
Belajar 1 ini, kemudian carilah kalimat-kalimat yang berhubungan
dengan kompetensi manajer dan tuliskanlah kompetensi-kompetensi
tersebut.
2) Baca kembali Kegiatan Belajar 1 ini mulai dari bagian ”Manajemen baru
era globalisasi” dan coba pahami apa makna pola pikir dan pola pikir
global itu. Apabila mengalami kesulitan, diskusikan dengan teman
sambil mencermati bacaan di atas.

R A NG KU M AN

Secara sederhana manajemen berorientasi kepada dua hal yang


sederhana, yaitu mengawasi orang bekerja dan mengurus uang sehingga
manajemen dapat didefinisikan sebagai mengawasi/mengatur orang
bekerja dan mengurus/mengatur administrasi keuangan dengan baik.
Makna manajemen dapat dipahami melalui dua hal, yaitu teori dan
praktik manajemen. Hal yang bersifat teoretis berpijak pada pandangan
tentang aspek tertentu dari organisasi, antara lain tentang efektivitas,
pencapaian tujuan, pengambilan keputusan, efisiensi, ekuilibrium
(keseimbangan), interaksi antara organisasi dan lingkungan sekitarnya,
dan sebagainya. Di lain pihak praktik manajemen memandang organisasi
sebagai sebuah sistem terbuka.
Manajemen merupakan ilmu dan juga seni. Suatu organisasi akan
berhasil apabila dikelola melalui proses yang sistematis dan mampu
1.26 Manajemen 

mengendalikan individu yang terlibat di dalamnya sehingga mereka


dapat bekerja secara maksimal untuk mencapai tujuan.
Kemampuan manajerial adalah kemampuan untuk mengatur,
mengkoordinasikan dan menggerakkan para bawahan ke arah
pencapaian tujuan yang telah ditentukan organisasi. Kemampuan ini
lahir dari suatu proses yang panjang yang terjadi secara perlahan-lahan
melalui proses pengamatan dan belajar.
Penilaian keberhasilan kinerja seorang manajer sangat tergantung
dari kinerja bawahannya karena seorang manajer tidak dapat bekerja
sendiri. Oleh karena itu seorang manajer harus mampu memimpin
bawahannya berprestasi dalam pekerjaannya.
Dalam era globalisasi, perusahaan harus memiliki staf dan karyawan
yang mampu melayani pasar global sekaligus pasar lokal yang ingin
dilayani dengan cara yang sama. Fungsi manajer pun perlu diredefinisi.
Manajer yang semula berperan ”memerintah dan mengawasi” saat ini
harus berperan menjadi ”pelatih” agar setiap karyawan mampu
diberdayakan untuk dapat memenuhi kebutuhan pasar. Selain itu
manajer juga harus menyesuaikan strategi perekrutan, penyeleksian,
pemberian kompensasi, pengembangan karier, teknik memotivasi, serta
teknik mengawasi karyawan agar semuanya secara terintegrasi mampu
memenuhi kebutuhan perusahaan.
Manajer yang diharapkan dalam era global adalah manajer yang
mempunyai karakteristik fleksibel, yaitu memiliki kemampuan
beradaptasi yang tinggi terhadap lingkungan dan mampu memanfaatkan
sumber daya yang efisien. Di samping itu juga mereka harus memiliki
wawasan global serta menguasai proses decision making, interpersonal
relation, dan goal setting. Itu berarti seorang manajer saat ini harus
memiliki peran sebagai interpersonal roles (kepemimpinan,
komunikasi), informational roles (pengawas, pengendali, penyerap, dan
penyebar informasi), dan decisional roles (entrepreneur, menangani
perubahan, alokasi sumber daya, negosiator). Manajer era globalisasi
harus mampu memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan
menjadikannya sebagai solusi daya saing bagi bisnisnya karena sudah
terbukti bahwa bisnis yang dikelola dengan memanfaatkan teknologi
informasi akan memiliki daya saing yang handal.
 EKMA4116/MODUL 1 1.27

TE S F OR M AT IF 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Definisi yang menyatakan bahwa manajemen adalah suatu seni untuk


melaksanakan pekerjaan melalui orang lain, merupakan buah pemikiran
dari ....
A. Stoner
B. Follet
C. Siagian
D. Fayol

2) Stoner berpendapat bahwa manajemen bukanlah suatu seni melainkan


suatu ....
A. proses untuk melaksanakan pekerjaan
B. tujuan organisasi
C. untuk mencapai tujuan organisasi
D. kemampuan perusahaan untuk befding

3) Salah satu alasan perlunya manusia menggunakan teori dan teknik


manajemen adalah untuk ....
A. meningkatan kerja sama dengan perusahaan lain
B. memperlancar aktivitas produksi
C. memahami sifat manajemen
D. menguasai pangsa pasar

4) Manajer yang bertanggung jawab atas keseluruhan organisasi dan dapat


menciptakan kondisi untuk melakukan perubahan, termasuk dalam
tingkatan manajer ....
A. Manajer lini
B. Manajer menengah
C. Manajer puncak
D. Manajer umum

5) Seseorang dapat dikatakan sebagai manajer agresif progresif apabila ia


memiliki pandangan jauh ke depan dan mengutamakan ....
A. informasi sebagai sumber pengambilan keputusan
B. garis kewenangan dan peraturan
C. profesionalisme
D. teknologi untuk mendapatkan pertumbuhan dan perubahan
1.28 Manajemen 

6) Di samping penguasaan fungsi-fungsi manajemen, para manajer global


juga harus mampu ....
A. mengantisipasi perubahan di pasar global
B. mengendalikan harga produk kompetitor
C. melakukan diversitas
D. memaksa pemilik perusahaan mengakuisi perusahaan kompetitor

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = × 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.
 EKMA4116/MODUL 1 1.29

Kegiatan Belajar 2

Sejarah Manajemen

A. SEJARAH MANAJEMEN KUNO

Kalau kita membaca buku-buku manajemen saat ini seakan-akan ilmu


manajemen mulai hadir di awal abad XIX dengan sederetan ahli manajemen
dari negara–negara barat. Apabila Anda ingin mengetahui sejak kapan
sesungguhnya ilmu manajemen dikenal dan digunakan orang, dapat
menelusuri ilmu manajemen pada zaman ramainya perdagangan di Sumeria
atau ketika dilakukannya pembangunan piramid di Mesir. Para ahli
menemukan tulisan kuno yang ditinggalkan bangsa Mesir di tahun 1300
sebelum masehi yang berisi pengakuan betapa pentingnya organisasi dan
administrasi dalam negara-negara birokratis di zaman kuno. Leluhur bangsa
Cina pun meninggalkan berbagai catatan sejarah yang memuat berbagai saran
praktis untuk administrasi negara yang baik dan nasihat untuk memilih
pejabat yang jujur, adil, tidak memikirkan diri sendiri, dan mampu bekerja.
Bangsa Yunani yang pernah mengalami masa keemasannya, juga telah
memiliki dan menjalankan prinsip-prinsip manajemen. Hal ini terbukti dari
pengelolaan berbagai pranata sosial dengan baik dan negara yang berbentuk
kerajaan. Tanpa adanya manajemen yang baik, kerajaan tidak dapat
mengendalikan rakyat dan sumber daya alamnya. Begitu juga dengan
kerajaan Romawi yang pernah menghadapi kompleksitas pekerjaan
administrasinya, membutuhkan suatu manajemen tingkat tinggi sehingga
kerajaan ini menghasilkan suatu teknik manajerial yang mampu
mengendalikan kekaisaran dengan tingkat efisiensi dan efektivitas yang
tinggi. Bangsa Indonesia di zaman kerajaan telah mempraktikkan ilmu
manajemen dalam mengatur pemerintahan dan simbol-simbol kerajaan dan
agama. Pembangunan Candi Borobudur adalah contoh yang mudah kita
kenali. Jika kita pergi melihat candi tersebut, maka kita pasti akan bertanya,
bagaimana menemukan dan mengangkut batu-batu ke lokasi candi,
bagaimana batu-batu besar dapat mencapai puncak candi, bagaimana
mengelola pekerja yang berjumlah ribuan, bagaimana menghitung konstruksi
bangunan agar dapat bertahan lama, dan masih banyak lagi. Mereka telah
menjalankan apa yang sebetulnya telah, sedang, dan akan kita laksanakan.
1.30 Manajemen 

Organisasi keagamaan dan kemiliteran adalah dua organisasi yang telah


lama menggunakan ilmu manajemen. Sesuai dengan sejarah kehidupan
manusia, kedua organisasi ini terus mendampingi sejarah kehidupan manusia.
Sebelum agama samawi berkembang peradaban manusia diliputi oleh nilai
kepercayaan terhadap para dewa, arwah nenek moyang, dan roh yang
diyakini dapat menentukan kehidupan manusia. Begitu eratnya hubungan
antara manusia dengan kepercayaannya menyebabkan manusia
membutuhkan ilmu yang dapat mengelola hubungan antara keduanya agar
kehidupan mereka dapat terus damai, aman, sejahtera. Ilmu manajemen telah
mereka gunakan walaupun dalam tingkat sederhana. Ketika mereka
melakukan suatu upacara ritual, misalnya, mereka membutuhkan pengelolaan
yang mampu melibatkan dan mengendalikan ribuan umat, sejumlah besar alat
peralatan upacara, dan serangkaian upacara adat yang harus dilalui.
Semuanya itu membutuhkan manajemen yang baik. Terbukti semua upacara
yang mereka lakukan berjalan dengan baik dan lancar selama berabad-abad.
Di dalam perjalanan sejarah dan peradaban manusia, pengelolaan pura,
kuil, sinagog, gereja, dan mesjid beserta umatnya yang tersebar di seluruh
dunia, menggunakan manajemen yang luar biasa rapi untuk dapat
menjalankan keyakinan mereka. Sebagai contoh, gereja Roma Katolik telah
menjalankan roda organisasinya dengan menggunakan teknik perkembangan
hierarki otoritas dengan skala organisasi teritorialnya, spesialisasi aktivitas
sesuai dengan garis-garis fungsional, dan menggunakan cara-cara organisasi
secara cermat. Contoh lainnya adalah pengelolaan haji dalam Islam yang
telah berjalan lebih dari 14 abad. Kerajaan Arab Saudi telah memiliki
manajemen yang mampu mengatur penyelenggaraan haji untuk jutaan
umatnya setiap tahun dari seluruh penjuru dunia.
Lembaga kemiliteranpun telah menerapkan ilmu manajemen untuk
memaksimalkan efektivitas dan efisiensinya. Sejak zaman purba manusia
kerap melakukan pertempuran atau peperangan. Manusia sudah saling
menaklukkan, saling menjajah, saling menguasai, dan saling menindas
dengan kekuatan dan agresi militer. Suatu kekuatan militer tidak mungkin
dapat menguasai sebagian atau seluruh wilayah baru tanpa adanya ilmu
manajemen. Bagaimana mungkin militer dapat menggerakkan ribuan bahkan
ratusan ribu pasukan dengan segala peralatan dan logistik tanpa bantuan ilmu
manajemen. Apakah Anda masih ingat seorang Jengis Khan yang
menaklukkan kerajaan lain dalam waktu singkat? Atau persiapan Sultan
Agung menyerang Batavia? Apakah pernah terpikirkan oleh Anda bagaimana
 EKMA4116/MODUL 1 1.31

cara mengelola pasukan dan logistik mereka di zaman yang belum ditemukan
mesin dan berbagai peralatan perang? Tentu kemampuan manajerial mereka
sangat luar biasa, bukan?
Kejayaan pranata keagamaan dan kemiliteran dalam menggunakan
manajemen memang tidak tercatat dengan label nama apa pun tetapi mereka
telah membuktikan bahwa mereka telah menerapkan ilmu manajemen jauh
sebelum para ahli ilmu manajemen barat yang kita kenal sekarang,
mencetuskan dan merumuskan gagasannya.
Kalau kita mau menelusuri lebih jauh lagi, maka sesungguhnya sejarah
manajemen tidak jauh berbeda dengan perkembangan sejarah manusia itu
sendiri. Artinya, manajemen telah ada sejak manusia diturunkan oleh Tuhan
ke muka bumi ini yang selanjutnya berkembang sejalan dengan
perkembangan dan tuntutan yang dihadapi manusia untuk mempertahankan
hidupnya. Manusia purba yang hidup di gua dengan peralatan sederhana
untuk menghadapi alam yang begitu ganas, menggunakan ilmu manajemen
sesuai dengan kebutuhan dan zamannya. Berangsur-angsur manusia
menggunakan segala daya upaya dan akal pikirannya untuk mengembangkan
keterampilan manajemennya, demi mencapai kehidupan yang lebih baik di
hari berikutnya.

B. SEJARAH PERKEMBANGAN KONSEP MANAJEMEN

Mengapa kita perlu mempelajari sejarah manajemen? Bagi kita yang


hidup di era modern ini, mempelajari sejarah manajemen sangat bermanfaat
untuk mendapatkan deskripsi tentang bagaimana kegiatan manajemen itu
berlangsung pada masa silam, kemudian bagaimana manajemen berkembang
dengan berbagai prinsip yang diajukan para ahli manajemen, dan akhirnya
kita mempelajari manajemen untuk mendeskripsikan, menganalisis,
merumuskan, dan mengantisipasi perkembangan guna meraih kehidupan
yang diinginkan, serta mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan dalam
memprediksi kehidupan di kemudian hari berkaitan dengan penggunaan
keterampilan manajerial. Tetapi ada satu pertanyaan yang masih perlu
dijawab, yaitu apakah ada perbedaan antara manajemen yang dilakukan
nenek moyang manusia dengan kita yang hidup saat ini? Praktik manajemen
memang sudah berlangsung sejak dahulu, namun yang membedakan antara
dahulu dan sekarang adalah cara mempraktikkannya. Manajemen
pembangunan candi Borobudur jelas berbeda dengan manajemen yang
1.32 Manajemen 

digunakan ketika pemerintah membangun gedung MPR-DPR yang berlokasi


di Jakarta. Namun apabila kita pikirkan secara saksama, di dalam perbedaan
tersebut kita dapat menemukan persamaannya, yaitu adanya:
1. penetapan suatu sasaran utama dan beberapa sasaran sub-sekunder;
2. penentuan berbagai prosedur untuk melaksanakannya;
3. pengorganisasian sumber daya manusia dan bahan baku yang
dibutuhkan;
4. pengarahan secara sistematis dan berstruktur kepada pekerja dari seluruh
tingkat dan kegiatan;
5. pengoordinasian waktu dan tempat;
6. pengendalian untuk menjamin agar semua unsur diselesaikan tepat
sesuai perencanaan.

Di samping persamaan-persamaan tersebut kita juga dapat menemukan


perbedaan dalam pelaksanaannya, yaitu bahwa para pemimpin proyek masa
lalu menggunakan paksaan, menerapkan perintah layaknya antara budak
dengan majikan, menggunakan kebijakan dan peraturan yang membuat takut
penduduk, dan memanfaatkan maklumat penguasa sebagai perintah yang
tidak boleh ditolak. Bagi penduduk yang tidak taat akan memperoleh
ganjaran hukuman. Perintah kerajaan harus dituruti tanpa kecuali. Selama
berabad-abad manajemen feodalisme berlaku namun mulai revolusi industri
di pertengahan abad ke-18 manajemen seperti itu sudah mulai sedikit demi
sedikit berkurang tetapi masih menyisakan kebiasaan lama.
Dalam sejarah perkembangan konsep manajemen akan dibicarakan tiga
aliran pemikiran manajemen yaitu: aliran klasik (yang terdiri dari aliran teori
manajemen klasik dan manajemen ilmiah); aliran hubungan manusia (aliran
neoklasik) dan aliran manajemen modern.
Di mulai dari penemuan mesin pemintal kapas yang memindahkan
industri rumah tangga menjadi industri pabrikan, dilanjutkan dengan
penemuan mesin pemisah biji kapas, mesin uap, mesin petik panenan,
telegrap, dan pengembangan alat cetak, telah merubah sistem hubungan
antara pekerja dan penguasa menjadi hubungan antara pekerja dengan
pemilik pabrik. Dalam hubungan pekerja dengan pemilik pabrik, pekerja
memperoleh imbalan atau upah dari majikan/pemilik pabrik. Namun
kebiasaan lama selama berabad-abad dalam mengelola perusahaan, tetap
diterapkan yaitu sistem otoriter yang menganggap pekerja sebagai orang
 EKMA4116/MODUL 1 1.33

yang dapat ditindas. Penerapan sistem ini memungkinkan majikan


mempekerjakan anak-anak dengan upah rendah. Kondisi seperti ini terus
berlangsung dan angka kecelakaan kerja dari waktu ke waktu terus
meningkat akibat meluasnya mekanisasi pabrik. Penyebab bertahannya
kondisi seperti ini dalam jangka waktu cukup lama adalah karena pekerja
dapat menerima perlakuan majikan walaupun terpaksa serta ketiadaan pilihan
hidup. Akibatnya muncul para kapitalis dan majikan yang menyalahgunakan
sistem seperti ini. Mereka mengeksploitasi para pekerja untuk memperkaya
diri sendiri. Mereka memaksa pekerja untuk melakukan
keinginan mereka. Kemampuan yang terbatas dari para pekerja sering
menjadi sumber caci maki majikan karena pekerja dianggap tidak mampu
memenuhi keinginan majikan.
Terjadinya pertumbuhan ekonomi yang cukup baik mendorong para
pemikir menemukan cara yang lebih baik dalam meningkatkan produktivitas.
Mereka ingin melakukan perubahan, yang semula berdasarkan pemaksaan
terhadap pekerja menjadi manajemen yang berdasarkan kepada pendekatan
ilmiah. Mereka menganggap manajemen yang memaksa pekerja melakukan
sesuatu untuk kepentingan majikan dianggap sebagai manajemen coba-coba
(trial and error). Keinginan akan adanya perubahan mulai nampak ketika
James Watt Jr. dan Mathew Robinson Boulton (1769-1848), Robert Owen
(1771-1858), seorang pembaru sosial; dan Charles Babbage (1792-1871),
seorang sarjana matematika; memulai masa pencarian dan pemetaan tentang
berbagai cara baru untuk mengelola suatu perusahaan. Mereka berusaha
merumuskan peran manajer dalam menentukan pilihan kebijakan perusahaan
serta peran manajer sebagai seorang reformis dalam hal memperbaiki,
mengembangkan, dan memperbarui berbagai persyaratan kerja, kondisi kerja,
standar kerja, tanggung jawab terhadap kesejahteraan karyawan, dan
sebagainya. Dari serangkaian usaha tersebut diharapkan manajer mampu
meningkatkan produktivitas dan efisiensi perusahaan dan dapat lebih baik
melakukan pembagian kerja di antara karyawan. Mereka juga diharapkan
dapat mengembangkan pembagian pekerjaan yang mampu
mengkonsentrasikan tenaga kerja pada pekerjaan masing-masing dan
memudahkan usaha meningkatkan keterampilan masing-masing secara lebih
terspesialisasi sehingga penggunaan waktu dan biaya pelatihan dan
pendidikan dapat dihilangkan atau dikurangi.
Untuk lebih memperjelas deskripsi perkembangan sejarah manajemen
beserta teori yang berhasil dikembangkan, lihat Tabel 1.1 dan simaklah
1.34 Manajemen 

beberapa teori penting yang berkaitan dengan perkembangan ilmu


manajemen berikut ini.

Tabel 1.1.
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen

Periode Waktu Aliran manajemen Kontributor


1870-1930 Manajemen ilmiah Frederick W. Taylor
Frank dan Lillian Gilbreth
Henry Gantt
Harington Emerson
1900-1940 Teori organisasi klasik Henri Fayol
Jame D. Mooney
Mary Parker Follett
Herbert Simon
Chester I. Banard
1930-1940 Hubungan manusiawi Hawthorne Studies
Elton Mayo
Fritz Roethlisberger
Hugo Munsterberg
1940- sekarang Manajemen modern Abrahan Maslow Chris Argyris,
Douglas McGregor, Edar Schien,
David McCleland, Robert Blake
and Jane Mouton, Ernest Dale,
Peter Drucker, dan sebagainya,
serta ahli-ahli operation research
(management science)
Sumber: Handoko, T. Hani. 1996. Manajemen. Edisi kedua. Yogyakarta: BPFE.

1. Teori Manajemen Klasik

a. James Watt Jr., dan Mathew Robinson Boulton (1769-1848)


Sebagai para penerus perusahaan orang tuanya, Watt dan Boulton
berusaha terus memperbaiki dan meningkatkan kapasitas organisasinya agar
mampu bekerja lebih baik. Oleh karena itu keduanya sangat memperhatikan
pendekatan ilmiah pada manajemen. Dengan pendekatan seperti itu, mereka
ingin meningkatkan penjualan dan aktivitas perdagangannya. Dalam
menggunakan pendekatan ilmiah, mereka mengembangkan penelitian dan
peramalan pasar, skema mesin produksi, dan standardisasi komponen-
komponen produksi. Di dalam administrasi perusahaan, mereka juga berhasil
menerapkan sistem pencatatan statistik yang terinci dan memajukan sistem
pengendalian yang dapat memperhitungkan biaya serta keuntungan untuk
 EKMA4116/MODUL 1 1.35

setiap mesin yang dibuat dan untuk setiap departemen dalam perusahaan.
Dalam bidang kepersonaliaan, mereka juga berhasil mengembangkan
program penggajian, kesejahteraan, penelitian kerja, pelatihan dan
pengembangan karyawan.

b. Robert Owen (1771-1858)


Owen dianggap sebagai seorang pionir manajemen terkemuka. Owen
melakukan suatu percobaan tentang kepersonaliaan sehingga ia disebut
sebagai “bapak manajemen personalia modern”. Sebelum menjadi
industriawan sukses, ia adalah seorang manajer di sebuah pabrik pemintalan
kapas yang kemudian tertarik kepada peranan sumber daya manusia sebagai
kunci keberhasilan perusahaan. Ia menekankan pentingnya peranan seorang
manajer dalam pengelolaan sumber daya manusia. Pemikirannya saat itu
dibarengi dengan terjadinya kondisi buruk di mana anak-anak dipekerjakan
dengan waktu kerja selama 13 jam sehingga membuat pekerja dalam kondisi
fisik dan ekonomi yang buruk. Melihat keadaan seperti itulah ia mengusulkan
agar waktu lamanya jam kerja seorang karyawan di rubah menjadi 10,5 jam
dan menolak pekerja yang berumur di bawah 10 tahun. Selain itu juga
mengusulkan agar perusahaan memberikan harga murah bagi pekerja yang
berbelanja di toko-toko perusahaan. Ia juga berhasil menciptakan prosedur
kerja yang mampu meningkatkan produktivitas kerja. Dari kumpulan usulan
berbagai aturan dan prosedur kerja tersebut, Owen berharap produktivitas
tenaga kerja dapat lebih meningkat.

c. Charles Babbage (1792-1871)


Babbage bukanlah seorang yang memiliki latar belakang manajer atau
pemilik pabrik. Ia adalah seorang ilmuwan matematika. Namun perhatian
Babbage terhadap manajemen cukup besar. Hal itu ia tunjukkan ketika ia
mengusulkan berbagai cara kerja bagi pekerja di pabrik agar dapat lebih
efisien. Ia yakin penerapan berbagai prinsip ilmiah dalam proses kerja akan
dapat meningkatkan produktivitas kerja dan akhirnya mampu menekan biaya
produksi. Ia menganjurkan untuk mengadakan pembagian tenaga kerja dalam
kaitannya dengan pembagian pekerjaan. Caranya adalah setiap pekerjaan
dibagi-bagi menjadi beragam keterampilan sehingga setiap pekerja dapat
dilatih dalam keterampilan-keterampilan khusus. Dalam pembagian tersebut
setiap pekerja hanya dituntut bertanggung jawab secara khusus (sebagian
atau tertentu) sesuai dengan bidang kekhususannya. Dengan demikian
1.36 Manajemen 

perusahaan dapat menekan biaya dan waktu pelatihan. Apabila hal itu
dilakukan berulang-ulang maka perusahaan akan mampu meningkatkan
efisiensi dan produktivitasnya serta meningkatnya keterampilan yang dimiliki
pekerja. Babbage menyarankan bahwa sebaiknya ada kepentingan bersama
antara pekerja dan pemilik pabrik. Caranya adalah dengan menerapkan
sistem pembagian keuntungan sehingga para pekerja mendapat bagian
keuntungan dari perusahaan apabila mereka memberikan kontribusi dalam
meningkatkan produktivitas perusahaan. Babbage juga menyarankan agar
para pekerja dapat menerima pembayaran tetap tergantung dari sifat
pekerjaan mereka, ditambah dengan bagian keuntungan, bonus untuk setiap
saran yang mereka berikan dalam upaya meningkatkan produktivitas.
Sumbangan terbesar Babbage adalah dalam bidang biaya, keahlian teknik,
dan insentif berdasarkan keyakinannya akan spesilaisasi dan alokasi imbalan
sesuai dengan produktivitas.
Prestasi lain yang dibuat Babbage adalah penemuan kalkulator mekanis
yang menjadi cikal bakal mesin-mesin hitung seabad kemudian. Dia
menyusun sebuah mesin analitis, yaitu sebuah komputer yang menuruti
instruksi-instruksi secara otomatis dan mempunyai segala unsur dasar
komputer modern. Dari penemuannya itulah Babbage sering disebut sebagai
“bapak komputer”.

d. Henry Varnum Poor


Diawali dengan pekerjaannya sebagai editor majalah “American
Railroad Journal”, Henry tertarik kepada manajemen perkeretaapian Amerika
yang salah urus. Ia melihat di dalam tubuh perusahaan tersebut telah terjadi
korupsi dan manipulasi sehingga ia berkesimpulan manajemen
perkeretaapian Amerika perlu di ubah agar lebih efektif.
Dalam sumbangan keilmuannya, Henry menjelaskan bahwa di dalam
manajemen dibutuhkan suatu sistem manajerial dan struktur organisasi yang
jelas sehingga manusia yang bekerja di dalamnya dapat dimintai tanggung
jawab pekerjaannya. Caranya adalah dengan membuat sistem komunikasi
yang baik sehingga manajemen puncak dapat mengetahui setiap hal yang
terjadi di tingkat manajer bawah dan pekerja. Di samping itu Henry juga
mengusulkan adanya serangkaian laporan pekerjaan yang meliputi laporan
biaya, penghasilan, dan tarif. Pekerjaan seperti itu memang dapat
membosankan sehingga perusahaan memerlukan kepemimpinan yang baik di
semua tingkat manajer termasuk manajer puncak.
 EKMA4116/MODUL 1 1.37

e. Mary Parker Follet (1868-1933)


Follet mengulas pemahaman tentang kelompok dan komitmen yang
tinggi terhadap kerja sama antarmanusia. Menurutnya, kelompok merupakan
suatu mekanisme di mana individu yang beraneka ragam dapat
menggabungkan bakat-bakat yang dimilikinya untuk mencapai sesuatu yang
lebih baik. Organisasi dianggapnya sebagai suatu komunitas karyawan yang
bekerja di dalamnya secara harmonis, tanpa salah satu pihak menguasai pihak
lain, serta dapat menyelesaikan segala perbedaan dan pertentangan yang ada
melalui diskusi. Baginya, tugas manajer adalah membantu karyawan dalam
organisasi untuk saling bekerja sama mencapai kepentingan-kepentingan
yang terintegrasi.
Follet juga berpendapat bahwa dengan membuat karyawan merasa
memiliki perusahaan akan tercipta rasa tanggung jawab Saat ini konsep
serupa dikenal dengan nama employee ownership, profit sharing, dan gain-
sharing plans. Follet juga berpendapat bahwa permasalahan dalam bisnis
melibatkan berbagai macam faktor yang harus dipertimbangkan dalam
kaitannya dengan hubungan antarmasing-masing faktor. Saat ini kita sering
berbicara tentang sistem pada saat menggambarkan fenomena yang serupa. Ia
yakin perusahaan seharusnya memberikan pelayanan dan keuntungan yang
diperoleh perusahaan harus dikaitkan dengan kesejahteraan umum. Saat ini
kita sering membicarakan hal yang sama dengan istilah etika manajerial dan
tanggung jawab sosial perusahaan.

f. Henry Fayol (1841-1925)


Beliau diangkat sebagai bapak manajemen operasional modem karena
pendapat dan idenya yang tertuang dalam buku "Administration Industrielle
et Generale" atau "Administrasi Industri pada Umumnya". Di dalam buku
tersebut, Fayol menyatakan bahwa kegiatan di dalam manajemen dapat
dibagi menjadi enam bagian, yaitu: a. technical (teknis produksi),
b. commerical (perdagangan, seperti jual, beli, dan pertukaran), c. financial
(keuangan, yaitu pencarian dan penggunaan optimal atas modal), d. security
(perlindungan bagi harta milik dan manusia), d. accounting (akuntansi,
termasuk statistik), dan e. managerial (termasuk perencanaan, organisasi,
komando, koordinasi, dan pengendalian). Fayol menyatakan bahwa kelima
hal pertama itu sudah terkenal sehingga sebagian besar bukunya ditujukan
untuk menganalisis bagian yang keenam.
1.38 Manajemen 

Selanjutnya, Fayol berpendapat bahwa manajer yang baik adalah yang


memiliki kualitas fisik (seperti kesehatan, kegesitan, dan ketangkasan yang
memadai), mental (kemampuan untuk mengerti dan belajar, pertimbangan,
semangat, dan kemampuan menyesuaikan diri di mana pun), kualitas moral
(seperti daya kerja, ketegasan, kemauan untuk menerima tanggung jawab,
inisiatif, kesetiakawanan, kebijakan, dan kewibawaan), mutu pendidikan,
kualitas teknis (sesuai tuntutan pekerjaan), dan kualitas pengalaman (berasal
dari pekerjaan yang pernah ditekuni dan diselesaikan). Dengan kepekaan
penalarannya, Fayol melihat bahwa walaupun tuntutan terpenting bagi
seorang pekerja adalah faktor teknis namun pentingnya kemampuan
manajerial relatif meningkat ketika pekerja tersebut meraih jabatan dan
kedudukan yang lebih tinggi. Keterampilan manajerial adalah keterampilan
penting bagi seseorang yang menduduki posisi eksekutif puncak.
Melihat bahwa prinsip-prinsip manajemen bersifat fleksibel dan harus
dapat digunakan tanpa mengabaikan kondisi-kondisi khusus maka Fayol
memberikan 14 prinsip yang diperoleh selama pengalamannya bekerja. Inti
prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1) Pembagian kerja, yaitu spesialisasi pekerjaan agar lebih efisien dalam
memanfaatkan tenaga kerja. Prinsip ini dapat diaplikasikan pada
pekerjaan teknis maupun manajerial.
2) Otoritas dan tanggung jawab, keduanya berhubungan dan memiliki
hubungan sebab akibat. Fayol melihat otoritas sebagai gabungan dua
faktor, yaitu faktor resmi (kedudukan) dan faktor pribadi (kecerdasan,
nilai moral, pengalaman, jasa di masa lampau, dan sebagainya).
3) Disiplin, yaitu suatu bentuk kesepakatan berdasarkan ketaatan,
ketekunan, energi, dan sikap menghargai orang lain. Fayol menyebutkan
hal-hal tersebut karena ia berpendapat untuk menegakkan kedisiplinan
yang tinggi diperlukan faktor-faktor kebaikan dan perilaku terpuji.
Kesatuan komando, yaitu setiap bawahan harus menerima perintah dari
seorang atasan saja. Kesatuan pengarahan, yaitu setiap kelompok
mempunyai tujuan yang sama.

g. fames D. Mooney
Moony menyajikan sejumlah kaidah yang dibutuhkan untuk menetapkan
organisasi manajemen, yaitu:
 EKMA4116/MODUL 1 1.39

1) Koordinasi, yaitu kaidah yang menghendaki adanya wewenang, saling


melayani, perumusan tujuan, dan kedisiplinan yang tinggi.
2) Prinsip skalar, yaitu prinsip yang mendefinisikan hubungan antara
kepemimpinan, pendelegasian, dan antarfungsi tertentu yang dibutuhkan.
3) Prinsip fungsional, yaitu prinsip yang mendefinisikan berbagai macam
tugas yang harus diselesaikan dalam usaha mencapai tujuan bersama.
4) Prinsip staf, yaitu prinsip yang membedakan manajer staf dan lini
lainnya.

h. Chaster I. Barnard
Barnard memandang organisasi sebagai sistem kegiatan yang diarahkan
pada tujuan. Fungsi utama manajemen adalah perumusan tujuan dan
pengadaan sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Ia
menekankan pentingnya peralatan komunikasi untuk pencapaian tujuan
kelompok. Ia juga mengemukakan teori penerimaan pada wewenang.
Menurut teorinya, bawahan akan menerima perintah hanya bila mereka
memahami dan mampu serta berkeinginan menuruti atasannya. Barnard
adalah pelopor penggunaan pendekatan sistem untuk pengelolaan organisasi.
Di samping para pionir yang telah memberikan sumbangsihnya, bidang
keilmuan manajemen juga diperkaya dengan berbagai tokoh yang memegang
dan percaya terhadap teori Perilaku. Sejumlah pokok teori ini dirangkum
sebagai berikut:
1) Organisasi adalah suatu keseluruhan dan pendekatan manajer secara
individual untuk pengawasan harus sesuai dengan situasi.
2) Pendekatan motivasional yang menghasilkan komitmen pekerja terhadap
tujuan organisasi sangat dibutuhkan.
3) Manajemen harus sistematik, dan pendekatan yang dipakai haruslah
melalui pertimbangan yang saksama.
4) Manajemen teknik dapat dipandang sebagai suatu proses teknik secara
ketat (peranan prosedur dan prinsip).

Sebelum melangkah pada pembahasan selanjutnya tentang manajemen


ilmiah, catat pada selembar kertas siapa saja ahli manajemen pendukung teori
manajemen klasik.
1.40 Manajemen 

2. Manajemen Ilmiah

a. Frederick Winslow Taylor (1856-1915)


Jika Babbage dikenal sebagai bapak komputer maka Taylor dikenal
sebagai ”Bapak Manajemen Ilmiah”. Pendekatan baru yang
diperkenalkannya sangat mempengaruhi praktik manajemen. Pendekatannya
dianggap begitu radikal di zamannya namun sekarang dianggap ortodoks dan
otoriter. Walaupun metodenya sudah diganti dengan metode modern, namun
sebagian prinsip dasarnya masih berlaku dan dapat diterima banyak ahli.
Taylor sangat menaruh perhatian kepada usaha peningkatan efisiensi
dalam produksi, tidak hanya untuk menurunkan biaya dan meningkatkan
keuntungan tetapi juga untuk menambah upah pekerja melalui produktivitas
mereka yang lebih tinggi. Dari pengalamannya bekerja sebagai seorang
mandor, pekerja kasar, pemimpin mekanik, dan insinyur kepala, Taylor
menjadi seorang ahli dan sangat paham tentang masalah dan sikap pekerja
serta mampu melihat peluang besar dalam meningkatkan kualitas
manajemen. Taylor terkenal dengan hasil penelitiannya tentang studi waktu
kerja (time and motion studies) pada bagian produksi tempat dia bekerja. Dari
hasil penelitiannya ia berhasil memecah setiap pekerjaan ke dalam
komponen-komponen dan merancang cara pengerjaannya yang tercepat dan
terbaik untuk setiap pekerjaan. Ini berarti menentukan seberapa jauh pekerja
dapat menyelesaikan pekerjaan dengan bahan dan peralatan yang tersedia di
perusahaan. Taylor menemukan korelasi antara waktu penyelesaian pekerjaan
dengan upah yang akan diterima pekerja. Artinya, semakin cepat pekerja
menyelesaikan pekerjaan maka akan semakin tinggi upah yang akan
diterimanya. Metode ini disebutnya sebagai ”sistem upah diferensiasi”
(differential rate system). Taylor juga memberikan suatu kesimpulan bahwa
masalah produktivitas dapat terjadi karena ketidaktahuan pihak manajer dan
pekerja tentang cara membagi surplus yang timbul dari produktivitas dan
kurang memperhatikan peningkatan surplus supaya semua pihak memperoleh
lebih banyak imbalan jasa. Ringkasnya, Taylor meyakini produktivitas adalah
jawaban terhadap upah yang lebih tinggi dan laba yang lebih tinggi pula, dan
dia meyakini bahwa penerapan metode ilmiah dapat mencapai produktivitas
tanpa memboroskan energi atau usaha manusia lebih banyak. Adapun
prinsip-prinsip dasar pendekatan ilmiah Taylor dapat diringkas sebagai
berikut:
 EKMA4116/MODUL 1 1.41

1) Menggantikan cara secara teratur (tidak acak-acakan) dengan ilmu


pengetahuan yang tersusun.
2) Mengusahakan keharmonisan dalam gerakan kelompok, dan bukannya
perpecahan.
3) Mencapai kerja sama manusia, bukan individualisme yang kacau.
4) Menghasilkan output yang maksimal, dan bukan output kerja yang
terbatas.
5) Mengembangkan semua pekerja sampai taraf yang setinggi-tingginya
untuk kesejahteraan maksimum mereka sendiri dan perusahaan mereka.

Apabila Anda teliti dan memahami


ringkasan tersebut maka Taylor
ternyata telah mencetuskan suatu
fondasi manajemen modern. Taylor
adalah orang yang selalu
memperhatikan faktor manusia dalam
berbagai tulisannya walaupun secara
tersurat pula ia sangat memperhatikan
masalah produktivitas pada tingkat
perusahaan. Taylor meyakini bahwa
pekerja harus dipilih dan dilatih dengan
cermat dan bahwa mereka harus diberi
pekerjaan yang paling mampu mereka
lakukan (the right man on the right
place). Ia juga sangat menginginkan
adanya keterpaduan minat antara
pekerja, manajer, dan pemilik
perusahaan.

Sumber: Daft, L. Richard. 2006. Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.

Gambar 1.4.
Frederick W Yaylor

Hal utama yang tidak dapat diabaikan dalam pemikiran Taylor adalah
penekanan betapa pentingnya perencanaan secara cermat terlebih dahulu oleh
manajer dan merancang sistem-sistem pekerjaan merupakan tanggung jawab
1.42 Manajemen 

para manajer sehingga para pekerja dapat bekerja semaksimal mungkin. Dia
tidak pernah melupakan fakta bahwa hubungan antara majikan dan pekerja
merupakan bagian yang paling penting dalam seni manajemen.
Bagi Taylor setidaknya ada dua sikap yang merupakan inti manajemen
ilmiah, yaitu bahwa manajemen dan pekerja perlu:
1) Mengalihkan pandangan dan perhatian mereka dari usaha pembagian
surplus menjadi usaha meningkatkan besarnya surplus perusahaan.
2) Menggantikan pertimbangan individual atau pendapat individual tentang
tugas-tugas pekerja dengan penelitian dan pengetahuan yang ilmiah.
Taylor telah mengembangkan alat-alat (tools) untuk bertindak secara
ilmiah, yaitu:
a) Standar kerja berdasarkan gerak dan waktu.
b) Upah perangsang agar pekerja berusaha mencapai tugas yang telah
ditetapkan.
c) Supervisi fungsional (spesialis).
d) Perencanaan dan penjadwalan dengan menggunakan kartu-kartu
instruksi, mistar hitung, dan tabel-tabel.
e) Penstandaran metode, alat, dan suku cadang.
f) Penetapan biaya produksi.
g) Pembelian menurut spesifikasi dan penawaran.
h) Sistem-sistem pengendalian produksi, termasuk metode grafik.

Kelak pendekatan ilmiah dan alat-alatnya dikembangkan dan diperhalus


oleh sejumlah ahli dan teman dekat Taylor.

b. Henry L. Gantt (1861-1919)


Gannt adalah teman Taylor di dalam suatu perusahaan. Ia
mengemukakan teorinya yang bertitik tolak pada peningkatan produktivitas,
efisiensi, dan efektivitas kerja dengan rangsangan upah atau insentif.
Gagasan Gannt sebenarnya mirip dengan Taylor dalam hal kerja sama yang
saling menguntungkan antarmanajer dan pekerja, penggunaan metode seleksi
untuk menentukan tenaga kerja yang tepat, dan sistem bonus dan penggunaan
instruksi dalam pengaturan kerja. Perbedaan di antara keduanya terletak pada
sistem pengupahan diferensial. Menurut Gannt, sistem pengupahan
diferensial kurang menimbulkan motivasi kerja. Jalan keluarnya adalah setiap
pekerja yang dapat menyelesaikan tugas yang dibebankan kepadanya untuk
 EKMA4116/MODUL 1 1.43

suatu hari, maka ia berhak menerima bonus sebesar 50 sen dolar untuk hari
itu. Sistem bonus ini juga berlaku bagi para mandor sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan. Seperti halnya Taylor, dia juga menekankan
pentingnya waktu maupun biaya dalam merencanakan dan mengendalikan
pekerjaan. Hal inilah sebagai permulaan awal teori PERT (Program
Evaluation and Review Technique) atau Teknik Evaluasi dan Tinjauan
Program.
Gagasan lain Gannt adalah mengembangkan ide Owen dalam penilaian
atas pekerjaan para pekerja, yaitu dengan mengadakan metode pencatatan
atas hasil pekerjaan di dalam kartu pribadi setiap pekerja. Apabila pekerjaan
seorang pekerja memenuhi standar maka ia diberi warna hitam, dan merah
jika sebaliknya. Gantt juga mengemukakan ide dalam hal membuat sistem
baru tentang penggambaran jadwal produksi sebagai alat untuk instruksi dan
pengawasan bagi manajer perusahaan.

c. Frank B dan Lillian M. Gilbreth (1868-1924)


Gagasan kedua orang pelopor manajemen yang juga sebagai suami-istri
ini adalah tentang gerakan dan kelelahan dalam pekerjaan. Keduanya tertarik
mengamati gerakan yang sia-sia pada pekerjaan. Dengan mengurangi
gerakan-gerakan yang kurang perlu, dapat meningkatkan produktivitas.
Mereka menyatakan bahwa antara gerakan dan kelelahan saling berhubungan
dan setiap gerakan yang dihilangkan juga menyebabkan kelelahan.
Ditambahkannya, pengaturan untuk mencapai gerakan yang efektif dapat
mengurangi kelelahan dan mempunyai pengaruh terhadap upaya untuk
mengoptimalkan kemampuan pekerja sebagai manusia produktif. Sebagai
contoh, seorang tukang batu yang menggunakan 18 gerakan diubah menjadi
5 gerakan, maka produktivitasnya akan lebih besar tanpa harus mengeluarkan
tenaga yang lebih besar. Karena pekerjaan menjadi lebih mudah dan cepat
maka semangat kerja karyawan akan meningkat pula. Hal ini disebabkan
adanya keuntungan-keuntungan fisik bagi pekerja sehingga dapat
memanfaatkan kemampuannya secara optimal. Ide program pengembangan
pekerja harus muncul dari dan lebih ditekankan pada pekerja itu sendiri untuk
mengembangkan dirinya agar pekerjaan dapat selesai lebih cepat atau tepat
pada waktunya.
Pada awal penerapan pendekatan ini, Lillian mencobakannya kepada
seorang pekerja yang diberi lampu-lampu pada tangan, siku, atau kepala,
kemudian difoto untuk merekam gerakan-gerakannya sebagai garis-garis
1.44 Manajemen 

cahaya. Hasil foto tersebut dinamakan ”siklograf”. Dari cara yang sederhana
ini berkembanglah sejumlah alat lain yang berfungsi sebagai pencatat gerak
dan waktu.
Alat-alat itu adalah suatu alat pemotret film bergerak stereoskopik, suatu
contoh representatif latar belakang untuk mengukur jarak yang telah dijalani,
17 gerakan elementer yang disebut ”therbligs”, bahan-bahan ”putaran gerak
serempak”, dan mikrokromometer. Di dalam perjalan waktu, para pengikut
Gilbreth menambahkan berbagai penyempurnaan terhadap metode
penghematan waktu dan gerak tersebut.

d. Herrington Emerson (1853-1931)


Emerson melihat bahwa masalah yang mengganggu sistem manajemen
di dalam industri adalah inefisiensi atau pemborosan. Oleh karena itu ia
mencetuskan gagasan sebagai berikut:
1) perumusan tujuan dengan jelas,
2) kegiatan yang dilaksanakan masuk akal,
3) tersedianya staf yang cakap,
4) terciptanya disiplin kerja,
5) pemberian balas jasa yang adil,
6) laporan terpercaya-cepat-tepat-kontinu,
7) pemberian instruksi,
8) adanya standar-standar dan skedul,
9) metode dan waktu setiap kegiatan,
10) kondisi yang standar,
11) operasi yang standar,
12) instruksi-instruksi praktis tertulis yang standar, dan
13) balas jasa yang efisien.

Berkat dukungan para ahli maka manajemen ilmiah telah menampakkan


hasil. Perekonomian Amerika Serikat berkembang pesat. Walaupun sebagian
orang mengatakan bahwa kemajuan tersebut berdasarkan sejumlah faktor
lainnya yang menguntungkan, namun manajemen ilmiah harus dianggap
sebagai bagian yang paling penting karena telah memberikan kontribusi yang
luar biasa. Negara-negara lain saat ini sudah mengikuti jejak Amerika dalam
mengembangkan industrinya dan menyejahterakan rakyatnya.
Sementara itu mereka yang bergelut di dalam ilmu manajemen, mulai
berkeinginan agar profesinya disebut ”profesi manajemen”. Aktualisasi
 EKMA4116/MODUL 1 1.45

profesi ditunjukkan dengan cara mendirikan berbagai lembaga manajemen.


Pada tahun 1911 Frederick W. Taylor mendirikan Lembaga Pengembangan
Ilmu Manajemen, yang kemudian diubah namanya pada tahun 1915 menjadi
Lembaga Taylor setelah beliau meninggal dunia. Pada tahun 1935 lembaga
ini bekerjasama dengan lembaga Insinyur Industri membentuk Lembaga
Kemajuan Manajemen (Society for Advancement of Management: SAM).
Amerika Serikat juga ikut mendirikan sebuah lembaga manajemen yang
berasal dari beberapa organisasi. Lembaga tersebut dinamakan Himpunan
Manajemen Amerika (American Management Association: AMA) pada tahun
1923. Dalam perjalanan waktu, AMA berhasil menjadi suatu organisasi besar
yang berhasil secara finansial melalui berbagai kegiatan pelatihan dalam
berbagai aspek manajemen. Saat ini sudah ratusan lembaga, baik dalam
bentuk lembaga laba maupun nirlaba, yang mengembangkan berbagai aspek
khusus dalam manajemen, seperti pengendalian kualitas, teknik industri,
perawatan pabrik, pemasaran, periklanan, pengemasan, pekerjaan kantor,
komputerisasi, sibernatika, hubungan industrial, dan masih banyak yang
lainnya lagi. Organisasi-organisasi ini telah menyumbangkan sekumpulan
pengetahuan yang semakin tumbuh dan sangat membantu pekerjaan para
manajer.

3. Hubungan Manusia
Sebagaimana kita ketahui, para manajer merampungkan segala
sesuatunya melalui bekerja dengan orang lain. Itu menjelaskan mengapa
beberapa penulis dan peneliti telah memilih untuk melihat manajemen
dengan memusatkan perhatian pada sumber daya manusia organisasi. Bidang
kajian yang berkaitan dengan tindakan (perilaku) manusia di tempat kerja
disebut perilaku organisasi (OB: Organizational behavior). Sebagian besar
apa yang sekarang ini membentuk bidang manajemen sumber daya manusia
beserta pandangan kontemporer mengenai motivasi, kepemimpinan, kerja
tim, dan pengelolaan konflik telah muncul dari riset perilaku organisasi itu.
Meskipun ada sejumlah orang pada akhir 1800-an dan awal 1900-an
yang menyadari pentingnya faktor manusia bagi keberhasilan organisasi, ada
empat orang yang menonjol sebagai pendukung awal pendekatan perilaku
organisasi tersebut. Mereka itu adalah Robert Owen, Hugo Munsterberg,
Mary Parker Follett, dan Chester Barnard. Sumbangan dari orang-orang itu
beragam dan khas, walau mereka mempunyai kesamaan keyakinan bahwa
orang adalah aset organisasi yang paling penting dan harus dikelola dengan
1.46 Manajemen 

tepat. Ide mereka menjadi dasar bagi praktik manajemen seperti prosedur
seleksi karyawan, program motivasi karyawan, tim kerja karyawan, dan
organisasi teknik manajemen lingkungan eksternal. Gambar 1.6
meringkaskan ide terpenting pendukung awal perilaku organisasi.

Sumber: Robbins, Stephen P dan Mary Coulter. 2005. Manajemen. Jakarta: PT Indeks.

Gambar 1.5.
Pendukung awal perilaku organisasi
Kajian Hawthorne
Kajian Hawthorne yaitu sekelompok kajian yang dilakukan pada
Western Electric Company Works di Cicero, Illinois yang memberikan
sumbangan penting bagi pengembangan bidang perilaku organisasi. Kajian
ini dimulai pada tahun 1924 dan dilanjutkan sampai awal tahun 1930-an.
Semula kajian ini dirancang oleh para insinyur industri Western Electric
sebagai percobaan di bidang manajemen ilmiah. Mereka ingin mempelajari
pengaruh berbagai macam tingkat penerangan (lampu) terhadap produktivitas
pekerja di dua kelompok kerja, yaitu kelompok kontrol dan kelompok kerja
eksperimen. Kelompok eksperimen diberikan berbagai macam intensitas
penerangan sementara kelompok kontrol bekerja di bawah intensitas
penerangan yang tetap. Jika Anda adalah salah seorang insinyur industri yang
bertugas dalam eksperimen itu, apa yang Anda harapkan terjadi? Apakah
 EKMA4116/MODUL 1 1.47

output individu dalam kelompok eksperimen akan secara langsung terkait


dengan intensitas cahaya? Tampaknya cukup logis, kan? Namun, mereka
menemukan bahwa ketika tingkat cahaya itu dinaikkan dalam kelompok
eksperimen, output kedua kelompok itu meningkat. Para insinyur itu terkejut,
sewaktu tingkat cahaya itu diturunkan dalam kelompok eksperimen,
produktivitas terus meningkat dalam kedua kelompok itu. Sungguh,
penurunan produktivitas yang diamati dalam kelompok eksperimen hanya
terjadi ketika tingkat penerangannya dikurangi sampai seterang malam terang
bulan. Apakah yang dapat dijelaskan oleh hasil percobaan yang tak terduga
itu? Para insinyur itu tidak dapat menjelaskan apa yang mereka saksikan
tetapi menyimpulkan bahwa intensitas penerangan tidak berhubungan
langsung dengan produktivitas kelompok dan sesuatu yang lain pasti telah
menyebabkan hasil itu. Walaupun begitu, mereka belum mampu
menunjukkan apakah "sesuatu yang lain" itu.
Pada tahun 1927, para insinyur Western Electric meminta Profesor Elton
Mayo dari Harvard serta rekan-rekannya bergabung dalam kajian tersebut
sebagai konsultan. Kajian tersebut membandingkan rancangan upah individu
dengan rancangan upah kelompok. Misalnya, salah- satu percobaan
dirancang untuk mengevaluasi pengaruh sistem pembayaran insentif kerja
kelompok pada produktivitas kelompok. Hasilnya mengindikasikan bahwa
rancangan insentif itu lebih sedikit pengaruhnya terhadap output pekerja
dibanding tekanan kelompok, penerimaan kelompok serta rasa aman yang
menyertainya. Para peneliti menyimpulkan bahwa norma-norma sosial atau
standar kelompok merupakan penentu utama perilaku kerja individu.
Para ahli umumnya sepakat bahwa Kajian Hawthorne itu mempunyai
dampak dramatis terhadap arah keyakinan manajemen terhadap peran
perilaku manusia dalam organisasi. Mayo menyimpulkan bahwa perilaku dan
sentimen itu erat kaitannya, di mana pengaruh kelompok sangat besar
dampaknya pada perilaku individu, standar kelompok menetapkan hasil kerja
masing-masing karyawan, dan bahwa uang tidak begitu menjadi faktor
penentu output bila dibandingkan dengan standar kelompok, sentimen
kelompok, dan rasa aman. Kesimpulan-kesimpulan itu berakibat pada
penekanan baru terhadap faktor perilaku manusia sebagai penentu bagi
berfungsinya organisasi dan pencapaian sasaran organisasi tersebut.
Namun, kesimpulan kajian Hawthorne itu bukanlah tanpa kritik. Kritik
menyerang prosedur riset, analisis temuan, dan kesimpulannya. Akan tetapi
dari sudut pandang sejarah, tidaklah begitu penting apakah kajian itu secara
1.48 Manajemen 

akademis sehat atau kesimpulannya dapat dibenarkan, yang penting adalah


bahwa kajian itu merangsang minat terhadap perilaku manusia dalam
organisasi. Kajian Hawthorne tersebut memainkan peran yang sangat penting
dalam mengubah pandangan yang dominan pada waktu itu yakni bahwa
karyawan itu berbeda dari mesin-mesin lain mana pun juga yang digunakan
oleh organisasi.
Sekarang ini pendekatan perilaku telah banyak membentuk organisasi
kontemporer, dari cara manajer merancang pekerjaan yang mampu memberi
motivasi, cara mereka bekerja dengan tim karyawan sampai ke cara mereka
membuka saluran komunikasi, kita dapat melihat sejumlah elemen
pendekatan perilaku. Pendekatan perilaku juga mempengaruhi pengambilan
keputusan, desain struktur organisasi, dan jenis alat dan teknik pengendalian
yang digunakan. Banyak dari apa yang diusulkan oleh pendukung OB awal
dan kesimpulan dari studi Hawthorne menjadi dasar bagi teori terkini tentang
motivasi, kepemimpinan, perilaku dan pengembangan kelompok, dan
berbagai topik perilaku lainnya.

4. Manajemen Modern
Apa yang ada dipikiran Anda tentang manajemen modern? Kemukakan
pendapat Anda dihadapan kelompok belajar yang Anda ikuti. Apakah
pendapat Anda dapat diterima oleh teman sekelompok, silakan lakukan!

a. Manajemen berdasarkan hasil


Konsep ”manajemen berdasarkan hasil” berkembang cukup pesat di
awal tahun 1960-an. Konsep ini menjawab timbulnya berbagai kegagalan
manajemen ilmiah dalam menghadapi perkembangan dunia yang semakin
kritis dan peduli terhadap pekerja. Seperti telah kita ketahui, manajemen
ilmiah lebih menekankan pada metodologi yang berisi standar waktu, rencana
upah, jadwal kerja, uraian pekerjaan, analisis biaya, dan sebagainya. Namun
dalam praktiknya terjadi penyimpangan. Hal ini dibuktikan dari banyaknya
kapitalis dengan para manajernya yang mencari keuntungan secepat mungkin
daripada menerapkan manajemen ilmiah secara sungguh-sungguh. Di antara
mereka juga ada yang memanfaatkan metode temuan Taylor seperti telaah
waktu untuk mengeksploitasi para pekerja. Pemilik modal juga ada yang
memanfaatkan motto ”kerja efisiensi” yang pada akhirnya hanya
menguntungkan pemilik modal. Konsep ”manajemen berdasarkan hasil”
menginginkan setiap kegiatan yang dilakukan pekerja dan manajer,
 EKMA4116/MODUL 1 1.49

memberikan hasil dan jelas pengupahannya. Konsep ini, misalnya, tidak


menginginkan sebuah laporan tahunan dari seorang manajer yang hanya
berisi ikhtisar kegiatan belaka melainkan harus rinci dan jelas. Dengan
adanya kejelasan maka semua pihak dapat mengukur kemampuannya dalam
menghasilkan suatu unit produk.

b. Manajemen berdasarkan tanggung jawab sosial


Tuntutan bahwa manajemen seharusnya tidak hanya menghasilkan suatu
produk/jasa dan keuntungan saja kian hari kian menguat. Masyarakat
menginginkan manajemen lebih bertanggung jawab terhadap penyelesaian
berbagai masalah sosial karyawannya karena akan berakibat pada masa
depan perusahaan secara langsung maupun tidak langsung. Para manajer
harus memainkan peranan penting dalam perubahan sosial saat ini dan masa
depan. Suatu inovasi yang dilakukan perusahaan dapat menimbulkan masalah
yang menuntut pemecahannya. Penggunaan mesin berteknologi baru oleh
perusahaan akan menjadi masalah baru jika para manajer tidak
mempersiapkan penyesuaian diri para karyawannya dengan mesin tersebut.
Pada saat akan menggunakan mesin baru seharusnya para manajer
memberitahukan terlebih dahulu alasan dan pertimbangan perusahaan
menggunakan mesin tersebut kepada para karyawannya. Dengan demikian
semua karyawan siap menerima inovasi tersebut dan bahkan mungkin
mereka akan memperoleh banyak keuntungan dari inovasi tersebut.

c. Manajemen berdasarkan sasaran


Konsep sederhana ini menggambarkan pelaksanaan kerja dan pencapaian
hasil yang dipandu oleh hasil yang ingin dicapai. Manajemen Berdasarkan
Sasaran (MBS) tersebut memiliki dua jenis aplikasi, yaitu (1) Prestasi unit,
yaitu sebuah metode yang dapat digunakan untuk mengarahkan dan menilai
hasil setiap unit kerja ataupun lingkup perusahaan secara keseluruhan,
(2) Prestasi individu karyawan, yaitu metode yang digunakan untuk
memberikan motivasi dan mengukur prestasi setiap karyawan. Jadi MBS
dapat membantu eksekutif dalam usaha mengembangkan dan menilai
bawahannya.
Para pengamat bidang manajemen telah mengidentifikasi sejumlah
faktor yang dapat menimbulkan masalah baru dalam prestasi kerja
manajemen dan hubungan antarsesama karyawan, yaitu:
1.50 Manajemen 

1) Keengganan untuk berubah. Di dalam pelaksanaannya tentu saja MBS


akan menghadapi berbagai sifat atau karakter karyawan dan manajer
yang berbeda atau bahkan dapat menimbulkan hubungan yang kurang
harmonis. Misalnya saja, seorang manajer yang takut adanya perubahan
merasa MBS akan menghilangkan cara kerjanya yang menyenangkan;
karyawan lain merasa kurang nyaman jika hasil pekerjaannya setiap saat
harus selalu dilaporkan kepada atasan; atau ada juga karyawan yang
santai dan bekerja perlahan dengan target pekerjaan selesai dan rapi.
Taktik setiap karyawan sangat beragam dan dalam jumlah yang juga
beragam sehingga manajemen menilai usaha para karyawan tersebut
menjadi penghambat MBS.
2) Rendahnya pencapaian sasaran. Ketika akan melaksanakan MBS, para
karyawan cenderung mencantumkan sasaran mereka lebih rendah dari
kemampuan mereka. Hal ini dilakukan agar mereka tidak bekerja keras
dan dapat mencapai sasaran tersebut. Mereka juga mengharapkan jika
mampu mencapai target yang lebih tinggi, akan dinilai sebagai suatu
prestasi dan memperoleh tambahan pendapatan atau skor prestasi. Akibat
akal-akalan seperti ini tentu saja perusahaan dirugikan oleh karyawannya
sendiri.
3) Masalah kuantifikasi tujuan. Tidak semua tujuan dengan mudah
dikuantifikasikan. Misalnya saja cara mengukur faktor motivasi, sikap,
dan perilaku yang akan diukur. Tentu saat ini telah dikembangkan
berbagai alat ukur untuk faktor-faktor tersebut namun hal ini akan
menjadi beban tambahan atasan yang belum tentu secara akurat mampu
menjalankan pengukuran tersebut.

Dari beberapa contoh kendala tersebut MBS memerlukan dukungan


metode tambahan yang mampu mengurangi kelemahannya. Namun walau
bagaimanapun MBS masih dapat digunakan secara efektif sambil menunggu
berkembangnya pendekatan lain yang lebih baik.

d. Manajemen berdasarkan pengecualian (Management By Exception)


Tujuan utama Manajemen Berdasarkan Pengecualian atau MBP adalah
untuk menyederhanakan proses manajemen yang memungkinkan manajer
mudah mencari masalah yang perlu diselesaikan segera, sementara tugas
 EKMA4116/MODUL 1 1.51

rutinnya sudah didelegasikan kepada bawahannya. Bittel dalam Daft ( 2006)


sebagai pengembang MBP, menjelaskan bahwa konsep ini memudahkan
eksekutif dalam memberikan perhatian terhadap suatu aspek kegiatan dan
membiarkannya jika perhatiannya tidak dibutuhkan.
Manajemen Berdasarkan Pengecualian memiliki enam unsur utama,
yaitu:
1) Pengukuran, yaitu usaha menetapkan nilai bagi prestasi yang telah lalu
dan saat ini. Tanpa adanya pengukuran yang baik kita tidak dapat
mengenali suatu pengecualian.
2) Proyeksi, yaitu analisis terhadap berbagai alat ukur yang penting untuk
perusahaan agar dapat digunakan di masa mendatang.
3) Seleksi, yaitu menetapkan kriteria yang akan digunakan manajemen
untuk mengikuti kemajuan ke arah pencapaian tujuan perusahaan.
4) Pengamatan, yaitu deskripsi hasil pengukuran tentang kondisi saat ini.
5) Komparasi, yaitu telaah diskrepansi antara prestasi yang diharapkan
(what should be) dengan prestasi dapat dicapai saat ini. Hasilnya, oleh
eksekutif dapat dijadikan sebagai bahan untuk perbaikan, pemberian
perhatian yang lebih baik kepada suatu hal, dan perolehan laporan
penyimpangan yang terjadi.
6) Pengambilan keputusan, yaitu sejumlah tindakan yang harus dapat
diambil untuk mengembalikan pelaksanaan ke arah semula, atau
menyesuaikan harapan karena kondisi yang sudah berubah, atau
memanfaatkan kesempatan yang muncul setelah ada hasil yang baik dari
pengukuran.

e. Manajemen terapan
Di pertengahan abad 20, Peter Drucker menulis salah satu buku paling
awal tentang manajemen terapan, yaitu Konsep Korporasi (Concept of the
Corporation), diterbitkan tahun 1946. Buku ini muncul atas ide Alfred Sloan
(Chairman dari General Motors) yang menugaskan penelitian tentang
organisasi. Di saat yang hampir bersamaan H. Dodge, Ronald Fisher, dan
Thorton C. Fry memperkenalkan teknik statistika ke dalam manajemen.
Sebelumnya, pada tahun 1940-an, Patrick Blackett mengombinasikan teori
statistika dengan teori mikroekonomi dan lahirlah ilmu riset operasi. Riset
operasi, sering dikenal dengan "Sains Manajemen", mencoba pendekatan
sains untuk menyelesaikan masalah dalam manajemen, khususnya di bidang
1.52 Manajemen 

logistik dan operasi. Mendekati akhir abad 20, manajemen terdiri dari
beberapa bidang terpisah, termasuk: manajemen sumber daya manusia,
manajemen operasi atau produksi, manajemen strategi, manajemen
pemasaran, manajemen keuangan, manajemen informasi teknologi, serta
munculnya suatu paradigma baru yang disebut dengan The 5th Generation
Management.
Pada awal tahun 1990-an paradigma manajemen telah berevolusi dari
pendekatan fungsional manajemen yang akrab dengan ”command and
control”, menjadi manajemen yang mengarah kepada apa yang disebut
dengan manajemen generasi kelima atau ”The 5th Generation Management”.
Generasi ini ditandai dengan perubahan ekonomi, antara lain globalisasi dan
menuntut keunggulan bersaing dari organisasi. Hal ini berarti keunggulan
organisasi sangat tergantung pada individu-individu yang berada di dalamnya
yang diharapkan memiliki kecepatan, kemampuan daya tanggap, kelincahan
atau kegesitan, kemampuan belajar, dan kompetensi yang memadai.
Organisasi dengan paradigma baru ini memiliki ciri-ciri: fleksibel;
externalize risk; mempunyai karyawan yang heterogen; menjalankan kualitas
mutu terpadu; melakukan perampingan organisasi, melaksanakan rekayasa
keahlian; memiliki kompetensi inti; melakukan pemberdayaan karyawan;
membentuk tim kerja; memiliki tanggung jawab sosial dan etika bisnis.
Perubahan organisasi dan karyawan dengan paradigma baru ini menuntut
kedinamisan suatu organisasi. Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan
dinamis (dynamic approach), yaitu perusahaan dalam membuat barang dan
jasa harus berdasarkan atau mengikuti trend yang ada di pasar, baru
kemudian mencaritahu bagaimana prosesnya dan input apa saja yang
dibutuhkan untuk membuat barang dan jasa tersebut (make or order).
Di dalam era manajemen kelima ini atau dikenal pula dengan zaman
knowledge management, perusahaan dituntut meningkatkan pengetahuannya
sebagai kunci pembaruan. Beberapa perusahaan yang melakukan bisnis tanpa
dinamika dan tanpa pembaruan serta hanya melakukan ”business as ussual”
untuk jangka waktu pendek, tidak akan mengetahui apa yang mereka tidak
tahu (don’t know what they don’t know). Dengan demikian jika perusahaan
atau organisasi ingin tetap bertahan, mereka tidak dapat menawar lagi bahwa
”berubah adalah mutlak”. Mereka harus mulai dari sekarang dan tidak
menunggu perusahaan lain berubah terlebih dahulu. Banyak perusahaan di
negara kita yang telah bangkrut karena keterlambatan menginventarisasi
 EKMA4116/MODUL 1 1.53

kondisi sekarang dan belum menemukan solusi yang kreatif dan inovatif
untuk dapat tetap terus bertahan.

LAT IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

Seperti kita maklumi bersama bahwa sesungguhnya sejarah selalu


berulang. Prinsip-prinsip manajemen yang penting-penting telah
dikemukakan oleh para ahli-ahli manajemen terdahulu. Praktik manajemen
sekarang di perusahaan-perusahaan mana pun tidak terlepas dari pengaruh
teori-teori manajemen yang telah dikemukakan oleh para ahli terdahulu.
Identifikasilah teori-teori manajemen yang pernah Anda dengar
penggunaannya hingga saat ini dan tuliskan bagaimana praktiknya di zaman
sekarang yang Anda ketahui!

Petunjuk Jawaban Latihan

Baca kembali Kegiatan Belajar 2 ini dan cobalah mencari intisari dari
tiap-tiap teori atau prinsip manajemen yang dikemukakan oleh para ahli.
Bacalah juga majalah-majalah manajemen yang banyak Anda jumpai sehari-
hari. Cobalah menyoroti sebuah kasus manajemen dengan saksama dan
cobalah hubungkan dengan pengetahuan Anda mengenai teori dan prinsip
manajemen yang dikemukakan oleh para ahli terdahulu.

R A NG KU M AN

Sejarah manajemen telah tercatat dalam berbagai kegiatan politik,


kenegaraan, sosial, dan budaya kehidupan masa lalu. Memang, kita tidak
menemukan catatan lengkap tentang aktivitas mereka apalagi tentang
keilmuan manajemen namun kita dapat melakukan interpretasi dan
menarik kesimpulan dari aktivitas para nenek moyang manusia tersebut.
Misalnya, salah satu hasil interpretasi para ahli manajemen adalah
tulisan peninggalan zaman Mesir kuno pada tahun 1300 sebelum
Masehi. Interpretasi tersebut menyebutkan bahwa negara-negara
1.54 Manajemen 

birokratis di zaman kuno mengakui betapa pentingnya organisasi dan


administrasi untuk kelangsungan hidup negara.
Dalam sejarah manusia lainnya, institusi keagamaan dan militer juga
telah menggunakan prinsip-prinsip penting manajemen. Gereja Roma
katolik adalah organisasi formal keagamaan yang paling efektif dalam
sejarah peradaban barat. Organisasi ini dapat bertahan lama karena
tujuan organisasi, dan keefektifan menggunakan teknik organisasi dan
manajemennya. Begitu juga dengan organisasi kemiliteran yang
memiliki pengalaman tersendiri dalam menerapkan sejumlah prinsip dan
praktek bidang manajemen. Bentuk organisasi yang dipilihnya telah
membuat institusi militer tetap kuat hingga kini. Mereka mampu
mencetak para pemimpin bermoral dengan teknik-teknik kepemimpinan
mereka.
Bila kita banding-bandingkan sesungguhnya terdapat persamaan-
persamaan antara praktik manajemen zaman dahulu dengan praktik
manajemen zaman modern. Di samping persamaan-persamaan tersebut
kita juga dapat menemukan perbedaan dalam pelaksanaannya, yaitu
bahwa para pemimpin proyek masa lalu menggunakan paksaan,
menerapkan perintah layaknya antara budak dengan majikan,
menggunakan kebijakan dan peraturan yang membuat takut penduduk,
dan memanfaatkan maklumat penguasa sebagai perintah yang tidak
boleh ditolak.
Revolusi industri telah mengakibatkan munculnya para kapitalis.
Mereka mengeksploitasi para pekerja untuk memperkaya diri sendiri.
Terjadinya pertumbuhan ekonomi yang cukup baik mendorong para
pemikir menemukan cara yang lebih baik dalam meningkatkan
produktivitas. Mereka ingin melakukan perubahan, yang semula
berdasarkan pemaksaan terhadap pekerja menjadi manajemen yang
berdasarkan kepada pendekatan ilmiah. Keinginan akan adanya
perubahan mulai nampak ketika James Watt Jr. (1769-1848), Robert
Owen (1771-1858), dan Charles Babbage (1792-1871), memulai masa
pencarian dan pemetaan tentang berbagai cara baru untuk mengelola
suatu perusahaan.
Jika Babbage dikenal sebagai bapak komputer maka Taylor dikenal
sebagai ”Bapak Manajemen Ilmiah”. Pendekatan baru yang
diperkenalkannya sangat mempengaruhi praktik manajemen. Setelah itu
banyak para ahli yang mengemukakan teori-teorinya dalam bidang
manajemen dan organisasi perusahaan.
Perkembangan berikutnya, aspek-aspek manajemen dipelajari,
dianalisis, dan dipraktikkan secara khusus. Saat ini sudah ratusan
lembaga, baik dalam bentuk lembaga laba maupun nirlaba, yang
mengembangkan berbagai aspek khusus dalam manajemen, seperti
 EKMA4116/MODUL 1 1.55

pengendalian kualitas, teknik industri, perawatan pabrik, pemasaran,


periklanan, pengemasan, pekerjaan kantor, komputerisasi, sibernatika,
hubungan industrial, dan masih banyak yang lainnya lagi. Organisasi-
organisasi ini telah menyumbangkan sekumpulan pengetahuan yang
semakin tumbuh dan sangat membantu pekerjaan para manajer.

TE S F OR M AT IF 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Praktik manajemen memang sudah sejak dari dahulu, namun yang


membedakan antara manajemen zaman dahulu dan sekarang adalah ....
A. prinsip pemahamannya
B. penggunaan alat-alat manajemennya
C. cara dipraktikkannya.
D. keterampilan memanfaatkan sumber daya organisasi

2) Hasil pengembangan bidang kepersonaliaan di zaman James Watt Jr.,


dan Mathew Robinson Boulton antara lain adalah ....
A. program penggajian
B. sistem perekrutan pekerja
C. peraturan perburuhan
D. program magang di perusahaan

3) Seorang ilmuwan matematika yang banyak menyumbangkan pemikiran


yang cukup besar tentang ilmu manajemen adalah ....
A. James Watt Jr.
B. Charles Babbage
C. Mathew Robinson Boulton
D. Robert Owen

4) Henry menyatakan bahwa di dalam manajemen dibutuhkan suatu sistem


manajerial dan struktur organisasi yang jelas sehingga manusia yang
bekerja di dalamnya dapat diminta ....
A. saran dan pendapatnya
B. laporan tertulis hasil pekerjaannya
C. rencana dan tujuannya bekerja
D. tanggung jawab pekerjaannya
1.56 Manajemen 

5) Karena pendekatan baru yang diperkenalkannya sangat mempengaruhi


praktik manajemen secara mendalam dan dianggap sangat radikal, maka
Taylor disebut sebagai bapak manajemen ....
A. modern
B. ilmiah
C. kepersonaliaan
D. operasional modern

6) Gannt mengemukakan sebuah teorinya yang bertitik tolak pada


peningkatan ....
A. sistem bonus dan penggunaan instruksi dalam pengaturan kerja
B. pengupahan diferensial yang akan menimbulkan motivasi kerja
C. produktivitas, efisiensi, dan efektivitas kerja dengan rangsangan
upah atau insentif
D. pengendalian produksi, termasuk metode grafik

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = × 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum dikuasai.
 EKMA4116/MODUL 1 1.57

Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 1 Tes Formatif 2


1) B 1) C
2) A 2) A
3) B 3) B
4) C 4) D
5) D 5) B
6) A 6) C
1.58 Manajemen 

Daftar Pustaka

Daft, L. Richard. (2006). Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.

Hanafi, Mamduh. (2003). Manajemen. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Handoko, T. Hani. (1996). Manajemen. Yogyakarta: BPFE.

Robbins, Stephen P. (2006). Perilaku Organisasi. Jakarta: Indeks.

Robbins, Stephen P. dan Mary Coulter. (2005). Management. Jakarta:


Indeks.

Stoner, James A.F., R. Edward Freeman dan Daniel R. Gilbert, Jr. (1995).
Management. Englewood Cliffs: Prentice Hall.

Williams, Chuch. (2001). Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.

KEMBALI

Anda mungkin juga menyukai