Oleh:
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS DR.SOETOMO
SURABAYA
2024
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Pada pengawasan perlindungan ketenagakerjaan Pemerintah perlu
mengetahui soal-soal hubungan kerja dan kondisi dari ketenagakerjaan pada suatu
perusahaan guna melakukan pengawasan secara komprehensif.
2
Pegawai pengawas ketenagakerjaan tersebut ditetapkan oleh Menteri atau
pejabat yang ditunjuk. Pemenuhan pengawasan ketenagakerjaan dilaksanakan
oleh unit kerja tersendiri pada instansi yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya
di bidang ketenagakerjaan pada pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan
pemerintah kabupaten atau kota. Unit kerja pengawasan ketenagakerjaan tersebut
pada pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten atau kota wajib
menyampaikan laporan pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan kepada
Menteri.4
3
1. Para pekerja sebagai pemegang hak-hak dapat menikmati hak-hak mereka
tanpa ada hambatan dan gangguan dari pihak manapun.
B. Perumusan masalah
7
Sulaiman, Ibid, hal. 84
4
C. Tujuan penelitian
D. Kegunaan Penelitian
5
c. Diharapkan mampu mendorong kepada praktisi hukum pada pemenuhan
pengawasan perlindungan ketenagakerjaan terhadap hak dan kewajiban.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
A. Pengertian, Peristilahan Ketenagakerjaan
2. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan
sendiri maupun untuk masyarakat.
3. Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau
imbalan dalam bentuk lain.
5. Pengusaha adalah:
8
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
7
6. Perusahaan adalah:
a. Setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang
perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik
milik swasta maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja
dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain;
10. Kompetensi kerja adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup
aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan
standar yang ditetapkan.
8
produksi barang dan/atau jasa di perusahaan, dalam rangka menguasai
keterampilan atau keahlian tertentu.
13. Tenaga kerja asing adalah warga negara asing pemegang visa dengan
maksud bekerja di wilayah Indonesia.
14. Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja atau buruh dengan
pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan
kewajiban para pihak.
15. Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja atau
buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan,
upah, dan perintah.
16. Hubungan industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara
para pelaku dalam proses produksi barang dan/atau jasa yang terdiri dari
unsur pengusaha, pekerja/buruh, dan pemerintah yang didasarkan pada
nilai-nilai Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
17. Serikat pekerja atau serikat buruh adalah organisasi yang dibentuk dari,
oleh, dan untuk pekerja atau buruh baik di perusahaan maupun di luar
perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan
bertanggungjawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak
dan kepentingan pekerja atau buruh serta meningkatkan kesejahteraan
pekerja/buruh dan keluarganya.
9
18. Lembaga kerja sama bipartit adalah forum komunikasi dan konsultasi
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hubungan industrial di satu
perusahaan yang anggotanya terdiri dari pengusaha dan serikat pekerja
atau serikat buruh yang sudah tercatat instansi yang bertanggung jawab di
bidang ketenagakerjaan atau unsur pekerja atau buruh.
19. Lembaga kerja sama tripartit adalah forum komunikasi, konsultasi dan
musyawarah tentang masalah ketenagakerjaan yang anggotanya terdiri dari
unsur organisasi pengusaha, serikat pekerja atau serikat buruh, dan
pemerintah.
20. Peraturan perusahaan adalah peraturan yang dibuat secara tertulis oleh
pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja dan tata tertib perusahaan.
10
24. Penutupan perusahaan (lock out) adalah tindakan pen¬gusaha untuk
menolak pekerja seluruhnya atau sebagian untuk menjalankan pekerjaan.
26. Anak adalah setiap orang yang berumur dibawah 18 (delapan belas) tahun.
27. Siang hari adalah waktu antara pukul 06.00 sampai dengan pukul 18.00.
28. 1 (satu) hari adalah waktu selama 24 (dua puluh empat) jam.
30. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam
bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada
pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian
kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang undangan, termasuk
tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan
dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.
11
Kesempatan kerja (employment) adalah, banyaknya orang yang bekerja
pada suatu lapangan pekerjaan. Kesempatan ini biasanya digunakan sebagai
menggambarkan besarnya permintaan tenaga kerja dari perusahaan yang
memerlukan tenaga kerja, yang lebih dikenal dengan sebutan labour demand,
yakni banyak tenaga kerja yang dapat terserap dalam pasar tenaga kerja.9
9
Imam Soepamo, Pengantar Hukum Perburuhan, Djambatan, Jakarta, 1998, hal. 73
10
Ibid, HaL. 47
11
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
12
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja
13
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
Ibid
12
Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak
yang mempekerjakan pekerja dengan tujuan mencari keuntungan atau tidak, milik
orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum, baik milik swasta maupun
milik negara. Produsen adalah yang menghasilkan barang-barang.
Tunjangan adalah suatu imbalan yang diterima oleh pekerja jumlahnya dan
teratur pembayarannya yang tidak dikaitkan dengan kehadiran ataupun
pencapaian prestasi kerja tertentu.
Pasal 173
Pasal 174
13
internasional di bidang ketenagakerjaan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Pasal 175
Pasal 176
Pasal 177
Pasal 178
Pasal 179
14
(1). Unit kerja pengawasan ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 178 pada pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota wajib
menyampaikan laporan pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan kepadaMenteri.
(2). Tata cara penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
ditetapkan dengan Keputusan Menteri.
Pasal 180
Pasal 181
15
kesejahteraan bagi seluruh bangsa Indonesia, bukan hanya bagi sekelompok atau
sebagian masyarakat tertentu saja.14
Pertama, salah satu sila dari Pancasila sebagai dasar falsafah negara (sila
kelima) adalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Ini berarti salah satu
tujuan negara adalah mewujudkan kesejahteraan lahir dan batin yang merata bagi
seluruh masyarakat Indonesia.
Kedua, dalam Pembukaan UUD 1945 (alinea IV) dikatakan bahwa tujuan
pembentukan negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Pernyataan ini
merupakan penjabaran dari kesejahteraan yang akan diwujudkan bangsa
Indonesia.15
Ketiga, dalam Pasal 33 ayat (1), (2), dan (3) UUD 1945 dinyatakan
sebagai berikut:
(3). Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.16
14
Adrian Sutedi, Hukum Perburuhan, Op Cit, hal. 17
15
Ibid, hal. 18
16
Undang-Undang Dasar 1945
16
Keempat, dalam Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 disebutkan tiap-tiap warga
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
Pasal ini bukan saja kehidupan yang layak tetapi untuk menghidupi si pekerja dan
keluarganya.17
Kemudian Pasal 28A UUD 1945 menyatakan bahwa “Setiap orang untuk
hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.” Untuk memenuhi
kebutuhan layak bagi kaum buruh yang tidak mudah diberikan oleh kaum
pengusaha, maka kadang-kadang kaum buruh melakukan tuntutan yang disertai
dengan aksi-aksi mogok. “Sebagai fundamen dasar kenegaraan seharusnya
konstitusi atau UUD 1945 mampu menjadi pijakan untuk negara menjalankan
kenegaraan, dari mampu memberikan perlindungan hukum kepada rakyatnya”.18
Ternyata masih jauh dan tugas utama tersebut terbukti semua perubahan
atas UUD 1945 hingga empat kali yang dilakukan oleh MPR pascagerakan
reformasi 1999-2002, hal ini dapat dibuktikan sampai sekarang belum
memberikan hasil nyata pada kesejahteraan rakyat pada umumnya apalagi
kesejahteraan masyarakat perburuhan pada khususnya, oleh karena itu perlu
amandemen secara menyeluruh.19
a. Upah minimum
17
Jimly Asshiddiqe, Konsolidasi Naskah UUD 1945 setelah Perubahan Keempat, Yastif
Watampone, Jakarta, 2003, hal. 62
18
Ibid
19
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
Tambahan Lembaran Negara RI No. 3702
17
c. Upah/penghasilan tidak masuk kerja karena berhalangan/sakit
Bentuk dan cara pembayaran upah, potongan penghasilan dan hal-hal yang
dapat diperhitungkan dengan penghasilan dan jaminan sosial, struktur dan skala
pengupahan yang proporsional, penghasilan untuk pembayaran pesangon, dan
penghasilan untuk perhitungan pajak penghasilan. Pemerintah menetapkan
penghasilan minimum berdasarkan kebutuhan hidup layak.
Upah minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah
pokok termasuk tunjangan tetap.21
18
Upah/gaji pokok minimum adalah, penerimaan pekerja/karyawan berupa
uang atau barang yang dibayarkan perusahaan/kantor/majikan tersebut (upah/gaji
pokok ditambah dengan tunjangan tetap), guna memenuhi kebutuhan hidupnya.
Status pekerjaan adalah kedudukan seseorang dalam unit usaha/kegiatan dalam
melakukan pekerjaan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Pendekatan
“Penelitian hukum yang dalam bahasa Inggris legal research atau bahasa
Belanda Rechtssonderzach bukan merupakan penelitian sosial. Oleh karena itu
metode yang digunakan dalam penelitian hukum berbeda dengan penelitian
sosial”.23
23
Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Grafindo Group, Jakarta, 2006, hal. v
19
Selanjutnya Soerjono Soekanto mengatakan, penelitian hukum dapat
menggunakan berbagai metode serta melibatkan pendekatan naturalistik dan
interpretatif terhadap subjek Persoalannya.24
B. Spesifikasi Penelitian
24
Soerjono Soekanto, Beberapa Permasalahan Hukum dan Pembangunan, UI Press
Yogyakarta, 1997, hal. 30
25
Abdullah Sulaiman, Metode Penulisan Ilmu Hukum, PPSDM, Jakarta, 2012, hal. 25
26
Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum, Rajawali, Jakarta, hal. 18
20
dan holistik, yaitu dari segala segi (komprehensif) 27 tentang ketenagakerjaan, UU
No. 13 Tahun 2003, UU Pengawasan Keselamatan Kerja, dan lain-lainnya.
F. Metode Analisis
27
Abdullah Sulaiman, Metode Penulisan Ilmu Hukum, PPSDM, Jakarta, 2012, hal. 25
21
Penelitian ini dipusatkan pada instansi yang terkait (Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi, dan beberapa perusahaan serta pekerja yang
diwawancarai sebagai sampel), dan difokuskan pada perlindungan hukum hak
normatif pekerja, selanjutnya setelah data-data atau bahan-bahan hukum dan hasil
wawancara terkumpul dan dipilah sesuai dengan kebutuhan, maka dilakukan
analisis sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan sementara yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan hasilnya diharapkan berguna untuk
mempermudah dalam pemaparan pembahasan pada bab berikutnya, sebagai upaya
dapat menjawab atau memecahkan permasalahan yang diangkat dalam penelitian
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber-sumber Lain:
22
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja
23