Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH METODOLOGI PENELITIAN HUKUM

PEMENUHAN PENGAWASAN PERLINDUNGAN


KETENAGAKERJAAN TERHADAP HAK DAN KEWAJIBAN
PEKERJA MENURUT UNDANG UNDANG NOMOR 13 TAHUN
2003

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Metodologi Penelitian dan Penulisan Hukum

Dosen Pengampu: Dr. DUDIK DJAJA S., S.H., MHum

Oleh:

Eprilia Atriya Nur Afifah


202376500019

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS DR.SOETOMO
SURABAYA
2024
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kajian pemenuhan pengawasan perlindungan ketenagakerjaan terhadap


pekerja, hal mana untuk menjamin hak-hak dasar pekerja menjamin kesamaan
atau kesetaraan kesempatan kerja diskriminasi atas dasar apapun juga guna
mewujudkan kesejahteraan pekerja baik terhadap pengawasan perlindungan atas
jaminan dari pekerja laki-laki dan pekerja perempuan, merupakan hak normatif
bagi pekerja laki-laki dan perempuan adalah tanpa melihat pada pekerja apakah
perempuan atau laki-laki.

Hukum ketenagakerjaan berfungsi melindungi kepentingan pekerja


terhadap kekuasaan yang tidak terbatas dari pihak pemberi kerja, dengan
terpenuhinya hak dan kewajiban kedua pihak, berarti telah memenuhi apa yang
sudah disepakati bersama atau yang telah diperjanjikan.

Jaminan perlindungan hukum bagi pekerja untuk mendapatkan hak-hak


normatif dalam arti penghidupan yang layak bagi diri dan keluarganya adalah
terwujudnya pengaturan hak-hak normatif bagi pekerja yang adil, sehingga
dengan demikian untuk mencegah terjadinya standar hak-hak normatif yang tidak
adil, perlu adanya peraturan perundang-undangan hak-hak normatif pekerja
(penegakan hukum).

Selanjutnya untuk mengawasi terhadap perlindungan ketenagakerjaan


yang tertuang dalam Peraturan Perundang Undangan yang tentunya terkait dengan
ketenagakerjaan pada khususnya, maka pemerintah melihat perlu membentuk
peraturan perundang-undangan tentang Pengawasan Pekerja; Perusahaan atau
Pengusaha dan Organisasi Pekerja atau Organisasi Pengusaha.

1
Pada pengawasan perlindungan ketenagakerjaan Pemerintah perlu
mengetahui soal-soal hubungan kerja dan kondisi dari ketenagakerjaan pada suatu
perusahaan guna melakukan pengawasan secara komprehensif.

Pemerintah dapat melakukan pengawasan perlindungan ketenagakerjaan


terhadap perusahaan maupun pekerja dengan menerapkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku atau terkait pada ketenagakerjaan.

Pemahaman pengawasan ketenagakerjaan adalah fungsi publik dari


administrasi ketenagakerjaan yang memastikan penerapan perundang-undangan
ketenagakerjaan di tempat kerja. Peran utamanya adalah untuk meyakinkan mitra
sosial atas kebutuhan untuk mematuhi undang-undang di tempat kerja dan
kepentingan bersama mereka terkait dengan hal ini, melalui langkah-langkah
pencegahan dan edukasi, dan jika diperlukan penegakan hukum.1

Dunia usaha atau dunia kerja, pengawasan ketenagakerjaan adalah


instrumen yang paling penting dari kehadiran negara dan intervensi untuk
merancang, merangsang, dan berkontribusi kepada pembangunan budaya
pencegahan yang mencakup semua aspek yang secara potensial berada di bawah
pengawasannya: hubungan industrial, upah terkait dengan kondisi kerja secara
umum, keselamatan dan kesehatan kerja, dan isu-isu yang terkait dengan
ketenagakerjaan dan jaminan sosial.

Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 menentukan bahwa Pengawasan


ketenagakerjaan adalah kegiatan mengawasi dan menegakkan pelaksanaan
peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan.2

Pengawasan ketenagakerjaan dilakukan oleh pegawai pengawas


ketenagakerjaan yang mempunyai kompetensi dan independen guna menjamin
pelaksanaan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan.3
1
Giuseppe Casale, Pengawasan Ketenagakerjaan, Balai Pustaka, Jakarta, 2010, hal. 91
2
Indonesia, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (LN
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, TLN Republik Indonesia Nomor 4279), Pasal 1 Angka
32)
3
Op-cit, HR. Abdussalam dan Adri desasfuryanto, Hal 340

2
Pegawai pengawas ketenagakerjaan tersebut ditetapkan oleh Menteri atau
pejabat yang ditunjuk. Pemenuhan pengawasan ketenagakerjaan dilaksanakan
oleh unit kerja tersendiri pada instansi yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya
di bidang ketenagakerjaan pada pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan
pemerintah kabupaten atau kota. Unit kerja pengawasan ketenagakerjaan tersebut
pada pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten atau kota wajib
menyampaikan laporan pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan kepada
Menteri.4

Pada kenyataannya, usaha yang telah dilakukan dalam rangka


perlindungan itu belum berjalan seperti yang diharapkan. Hal ini terbukti dengan
banyaknya kasus unjuk rasa, pemogokan yang dilakukan pekerja yang bertujuau
untuk peningkatan kesejahteraan, namun ada kasus unjuk rasa, pemogokan
tersebut yang berakhir dengan pemutusan hubungan kerja yang berakibat
memperpanjang barisan pengangguran.5

Semua peraturan perundang-undangan yang sudah ada tidak lain


dimaksudkan untuk melindungi pekerja sebagai pihak yang posisinya lemah
daripada pengusaha, untuk meningkatkan taraf hidup pekerja dan keluarganya,
untuk mencegah terjadinya kemerosotan penghasilan dan daya beli masyarakat
khususnya pekerja serta melindungi pekerja dan keluarganya dari kehilangan
pekerjaan atau berkurangnya penghasilan akibat terjadinya kecelakaan kerja atau
meninggal.6

Namun, seperti telah dikemukakan sebelumnya meskipun telah ada aturan


yang menjadi tuntunan dalam hubungan industrial belumlah memperoleh hasil
sebagaimana diinginkan baik oleh pekerja sendiri maupun pemerintah. Banyak
faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan peraturan perundang-undangan.
Hak pekerja tersebut dapat terwujud secara efektif apabila diperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
4
Ibid., Hal 431
5
Adrian Sutedi, Hukum Perburuhan, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal. 15
6
Sulaiman, Upah di Indonesia, YPPSDM, Jakarta, 2003, hal. 83

3
1. Para pekerja sebagai pemegang hak-hak dapat menikmati hak-hak mereka
tanpa ada hambatan dan gangguan dari pihak manapun.

2. Para pekerja selaku pemegang hak tersebut dapat melakukan tuntutan


melalui prosedur hukum. Dengan kata lain, bila ada pihak-pihak yang
mengganggu, menghambat atau tidak melaksanakan hak tersebut, pekerja
dapat menuntut melalui prosedur hukum yang ada untuk merealisasi hak
dimaksud.7

Dengan demikian peran pemerintah melalui kebijakan/pengawasan


perlindungan terhadap hak-hak dasar atau hak normatif pekerja terutama dan
perlindungan ketenagakerjaan tetap dapat dijamin untuk menjaga keharmonisan
hubungan kerja antara pekerja dan majikan atau pengusaha khususnya menjamin
standar hidup yang layak bagi pekerja dan keluarganya, meningkatkan
produktivitas perusahaan dan meningkatkan daya beli masyarakat.

Memperhatikan uraian tersebut di atas, maka penulis hendak mengkaji dan


meneliti secara mendalam yang dituangkan dalam bentuk Proposal Penelitian ini
berjudul “Pemenuhan Pengawasan Perlindungan Ketenagakerjaan Terhadap Hak
dan Kewajiban Pekerja Menurut Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003.”

B. Perumusan masalah

Memperhatikan paparan latar belakang masalah tersebut di atas, maka


penulis dapat mengidentifikasi masalah antara lain sebagai berikut:

1. Bagaimana pemenuhan hak perlindungan pekerja terhadap pengawasan


ketenagakerjaan menurut UU No. 13 Tahun 2003?

2. Bagaimana pemenuhan kewajiban pekerja terhadap pengawasan


ketenagakerjaan menurut UU No. 13 Tahun 2003?

7
Sulaiman, Ibid, hal. 84

4
C. Tujuan penelitian

Tujuan penulisan karya ilmiah yang berbentuk proposal penelitian


normatif ini antara lain sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pemenuhan hak perlindungan pekerja terhadap


pengawasan ketenagakerjaan menurut UU No. 13 Tahun 2003.

2. Untuk mengetahui dan memahami pemenuhan kewajiban pekerja terhadap


pengawasan ketenagakerjaan menurut UU No. 13 Tahun 2003.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun yang menjadi kegunaan dari penulisan proposal penelitian


normatif ini antara lain sebagai berikut:

1. Kegunaan secara teoritis

a. Diharapkan mampu memberikan kajian akademik pada ilmu hukum


khususnya bidang hukum ketenagakerjaan.

b. Sangat diharapkan dapat memberikan pencerahan dan pemahaman


kepada akademisi yang sedang dan telah selesai studi mendalami ilmu
hukum.

2. Kegunaan secara praktis

a. Sangat diharapkan dapat mendorong pengusaha ataupun perusahaan guna


memenuhi hak dan kewajiban menurut peraturan perundang-undangan
sebagai pemberi kerja.

b. Sangat diharapkan kepada pemerintah guna meningkatkan bidang


pengawasan, perlindungan ketenagakerjaan kepada pelaku usaha
(pengusaha) dan pekerja yang keduanya dituntut saling memenuhi Hak
dan Kewajibannya.

5
c. Diharapkan mampu mendorong kepada praktisi hukum pada pemenuhan
pengawasan perlindungan ketenagakerjaan terhadap hak dan kewajiban.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

6
A. Pengertian, Peristilahan Ketenagakerjaan

Ketentuan Umum Pasal 1 Angka 1 sampai dengan 33 UU No. 13 Tahun


2003 menyebutkan pengertian, istilah yang berkenaan dengan ketenagakerjaan,
yakni sebagai berikut:8

1. Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja


pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.

2. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan
sendiri maupun untuk masyarakat.

3. Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau
imbalan dalam bentuk lain.

4. Pemberi kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau


badan-badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja dengan membayar
upah atau imbalan dalam bentuk lain.

5. Pengusaha adalah:

a. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang


menjalankan suatu perusahaan milik sendiri;

b. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara


berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya;

c. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada


di Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.

8
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,

7
6. Perusahaan adalah:

a. Setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang
perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik
milik swasta maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja
dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain;

b. Usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai


pengurus dan mempekerjakan orang lain dengan membayar upah
atau imbalan dalam bentuk lain.

7. Perencanaan tenaga kerja adalah proses penyusunan rencana


ketenagakerjaan secara sistematis yang dijadikan dasar dan acuan dalam
penyusunan kebijakan, strategi, dan pelaksanaan program pembangunan
ketenagakerjaan yang berkesinambungan.

8. Informasi ketenagakerjaan adalah gabungan, rangkaian, dan analisis data


yang berbentuk angka yang telah diolah, naskah dan dokumen yang
mempunyai arti, nilai dan makna tertentu mengenai ketenagakerjaan.

9. Pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh,


meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas,
disiplin, sikap, dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian
tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan.

10. Kompetensi kerja adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup
aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan
standar yang ditetapkan.

11. Pemagangan adalah bagian dari sistem pelatihan kerja yang


diselenggarakan secara terpadu antara pelatihan di lembaga pelatihan
dengan bekerja secara langsung di bawah bimbingan dan pengawasan
instruktur atau pekerja/buruh yang lebih berpengalaman, dalam proses

8
produksi barang dan/atau jasa di perusahaan, dalam rangka menguasai
keterampilan atau keahlian tertentu.

12. Pelayanan penempatan tenaga kerja adalah kegiatan untuk


mempertemukan tenaga kerja dengan pemberi kerja, sehingga tenaga kerja
dapat memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuannya, dan pemberi kerja dapat memperoleh tenaga kerja yang
sesuai dengan kebutuhannya.

13. Tenaga kerja asing adalah warga negara asing pemegang visa dengan
maksud bekerja di wilayah Indonesia.

14. Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja atau buruh dengan
pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan
kewajiban para pihak.

15. Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja atau
buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan,
upah, dan perintah.

16. Hubungan industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara
para pelaku dalam proses produksi barang dan/atau jasa yang terdiri dari
unsur pengusaha, pekerja/buruh, dan pemerintah yang didasarkan pada
nilai-nilai Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.

17. Serikat pekerja atau serikat buruh adalah organisasi yang dibentuk dari,
oleh, dan untuk pekerja atau buruh baik di perusahaan maupun di luar
perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan
bertanggungjawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak
dan kepentingan pekerja atau buruh serta meningkatkan kesejahteraan
pekerja/buruh dan keluarganya.

9
18. Lembaga kerja sama bipartit adalah forum komunikasi dan konsultasi
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hubungan industrial di satu
perusahaan yang anggotanya terdiri dari pengusaha dan serikat pekerja
atau serikat buruh yang sudah tercatat instansi yang bertanggung jawab di
bidang ketenagakerjaan atau unsur pekerja atau buruh.

19. Lembaga kerja sama tripartit adalah forum komunikasi, konsultasi dan
musyawarah tentang masalah ketenagakerjaan yang anggotanya terdiri dari
unsur organisasi pengusaha, serikat pekerja atau serikat buruh, dan
pemerintah.

20. Peraturan perusahaan adalah peraturan yang dibuat secara tertulis oleh
pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja dan tata tertib perusahaan.

21. Perjanjian kerja bersama adalah perjanjian yang merupakan hasil


perundingan antara serikat pekerja/serikat buruh atau beberapa serikat
pekerja atau serikat buruh yang tercatat pada instansi yang bertanggung
jawab di bidang ketenagakerjaan dengan pengusaha, atau beberapa
pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja,
hak dan kewajiban kedua belah pihak.

22. Perselisihan hubungan industrial adalah perbedaan pendapat yang


mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha
dengan pekerja atau serikat pekerja karena adanya perselisihan mengenai
hak, perselisihan kepentingan, dan perselisihan pemutusan hubungan kerja
serta perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu
perusahaan.

23. Mogok kerja adalah tindakan pekerja/buruh yang direncanakan dan


dilaksanakan secara bersama-sama dan/atau oleh serikat pekerja/serikat
buruh untuk menghentikan atau memperlambat pekerjaan.

10
24. Penutupan perusahaan (lock out) adalah tindakan pen¬gusaha untuk
menolak pekerja seluruhnya atau sebagian untuk menjalankan pekerjaan.

25. Pemutusan hubungan kerja adalah pengakhiran hubungan kerja karena


suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban
antara pekerja dan pengusaha.

26. Anak adalah setiap orang yang berumur dibawah 18 (delapan belas) tahun.

27. Siang hari adalah waktu antara pukul 06.00 sampai dengan pukul 18.00.

28. 1 (satu) hari adalah waktu selama 24 (dua puluh empat) jam.

29. Seminggu adalah waktu selama 7 (tujuh) hari.

30. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam
bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada
pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian
kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang undangan, termasuk
tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan
dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.

31. Kesejahteraan pekerja/buruh adalah suatu pemenuhan kebutuhan dan/atau


keperluan yang bersifat jasmaniah dan rohaniah, baik di dalam maupun di
luar hubungan kerja, yang secara langsung atau tidak langsung dapat
mempertinggi produktivitas kerja dalam lingkungan kerja yang aman dan
sehat.

32. Pengawasan ketenagakerjaan adalah kegiatan mengawasi dan menegakkan


pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan.

33. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab di bidang


ketenagakerjaan.

11
Kesempatan kerja (employment) adalah, banyaknya orang yang bekerja
pada suatu lapangan pekerjaan. Kesempatan ini biasanya digunakan sebagai
menggambarkan besarnya permintaan tenaga kerja dari perusahaan yang
memerlukan tenaga kerja, yang lebih dikenal dengan sebutan labour demand,
yakni banyak tenaga kerja yang dapat terserap dalam pasar tenaga kerja.9

Bekerja adalah mereka yang melakukan pekerjaan dengan maksud


memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan dan
lamanya bekerja paling sedikit 1 jam secara berkelanjutan dalam seminggu yang
lalu termasuk pekerjaan keluarga tanpa upah yang membantu suatu usaha/kegiatan
ekonomi.10

Pemerintah adalah pemerintah Pusat dan/atau pemerintah daerah Sulawesi


Utara. Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau
imbalan dalam bentuk lain.11

Kecelakaan Kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan


hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian
pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju
tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang sama atau wajar dilalui.12

Perjanjian Kerja Bersama adalah perjanjian yang merupakan hasil


perundingan antara serikat pekerja atau beberapa serikat pekerja yang tercatat
pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dengan
pengusaha, atau beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang memuat
syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak.13

9
Imam Soepamo, Pengantar Hukum Perburuhan, Djambatan, Jakarta, 1998, hal. 73
10
Ibid, HaL. 47
11
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
12
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja
13
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
Ibid

12
Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak
yang mempekerjakan pekerja dengan tujuan mencari keuntungan atau tidak, milik
orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum, baik milik swasta maupun
milik negara. Produsen adalah yang menghasilkan barang-barang.

Tunjangan adalah suatu imbalan yang diterima oleh pekerja jumlahnya dan
teratur pembayarannya yang tidak dikaitkan dengan kehadiran ataupun
pencapaian prestasi kerja tertentu.

Istilah pengusaha secara umum menunjukkan tiap orang yang melakukan


suatu usaha (enterpreneur). Seorang majikan adalah seorang pengusaha dalam
hubungannya dengan pekerja. Dalam hal tertentu dapat kata pengusaha berarti
majikan, misalnya pekerja A mengatakan: “Tuan B itu adalah pengusaha saya”.

B. Pengawasan Perlindungan Ketenagakerjaan Terhadap Hak Pekerja

Pembinaan dan pengawasan ketenagakerjaan terhadap pekerja hal ini


dapat dilihat pada UU No. 13 Tahun 2003 pasal berikut ini:

Pasal 173

(1). Pemerintah melakukan pembinaan terhadap unsur-dan kegiatan yang


berhubungan dengan ketenagakerjaan.

(2). Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), da


mengikutsertakan organisasi pengusaha, serikat pekerja, dan organisasi profesi
terkait.

(3). Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2),


dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinasi.

Pasal 174

Dalam rangka pembinaan ketenagakerjaan, pemerintah, organisasi


pengusaha, serikat pekerja, organisasi profesi terkait dapat melakukan kerja sama

13
internasional di bidang ketenagakerjaan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Pasal 175

(1). Pemerintah dapat memberikan penghargaan orang atau lembaga yang


telah berjasa dalam pembinaan ketenagakerjaan.

(2). Penghargaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diberikan


dalam bentuk piagam, uang, dan bentuk lainnya.

Pasal 176

Pengawasan ketenagakerjaan dilakukan oleh pegawai pengawas


ketenagakerjaan yang mempunyai kompetensi dan independen guna menjamin
pelaksanaan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan.

Pasal 177

Pegawai pengawas ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal


176 ditetapkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk.

Pasal 178

(1). Pengawasan ketenagakerjaan dilaksanakan oleh unit kerja tersendiri


pada instansi yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang
ketenagakerjaan pada pemerintah pusat pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota.

(2). Pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud


dalam ayat (1) diatur dengan Keputusan Presiden.

Pasal 179

14
(1). Unit kerja pengawasan ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 178 pada pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota wajib
menyampaikan laporan pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan kepadaMenteri.

(2). Tata cara penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
ditetapkan dengan Keputusan Menteri.

Pasal 180

Ketentuan mengenai persyaratan penunjukan, hak dan kewajiban, serta


wewenang pegawai pengawas ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 176 sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 181

Pegawai pengawas ketenagakerjaan dalam melaksanakan tugasnya


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 176 wajib:

a. Merahasiakan segala sesuatu yang menurut sifatnya patut


dirahasiakan;

b. Tidak menyalahgunakan kewenangannya

Pemenuhan pengawasan perlindungan ketenagakerjaan terhadap hak


pekerja hal ini terlihat keseriusan pemerintah menjalankan tugasnya terlihat pada:
Berperannya hukum secara konstitusional dalam pembangunan nasional
merupakan pengamalan Pancasila dan pelaksanaan UUD 1945 yang diarahkan
pada peningkatan harkat, martabat, kemampuan manusia, serta kepercayaan pada
diri sendiri dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur, baik material
maupun spiritual. Dalam mewujudkan kesejahteraan kehidupan warganya, negara
Indonesia menekankan kepada terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur
secara merata. Ini berarti negara Indonesia bertekad untuk mewujudkan

15
kesejahteraan bagi seluruh bangsa Indonesia, bukan hanya bagi sekelompok atau
sebagian masyarakat tertentu saja.14

Indonesia sebagai negara penganut tipe kesejahteraan dapat dilihat dari


beberapa hal sebagai berikut:

Pertama, salah satu sila dari Pancasila sebagai dasar falsafah negara (sila
kelima) adalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Ini berarti salah satu
tujuan negara adalah mewujudkan kesejahteraan lahir dan batin yang merata bagi
seluruh masyarakat Indonesia.

Kedua, dalam Pembukaan UUD 1945 (alinea IV) dikatakan bahwa tujuan
pembentukan negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Pernyataan ini
merupakan penjabaran dari kesejahteraan yang akan diwujudkan bangsa
Indonesia.15

Ketiga, dalam Pasal 33 ayat (1), (2), dan (3) UUD 1945 dinyatakan
sebagai berikut:

(1). Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas


kekeluargaan.

(2). Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang


menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara

(3). Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.16

14
Adrian Sutedi, Hukum Perburuhan, Op Cit, hal. 17
15
Ibid, hal. 18
16
Undang-Undang Dasar 1945

16
Keempat, dalam Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 disebutkan tiap-tiap warga
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
Pasal ini bukan saja kehidupan yang layak tetapi untuk menghidupi si pekerja dan
keluarganya.17

Kemudian Pasal 28A UUD 1945 menyatakan bahwa “Setiap orang untuk
hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.” Untuk memenuhi
kebutuhan layak bagi kaum buruh yang tidak mudah diberikan oleh kaum
pengusaha, maka kadang-kadang kaum buruh melakukan tuntutan yang disertai
dengan aksi-aksi mogok. “Sebagai fundamen dasar kenegaraan seharusnya
konstitusi atau UUD 1945 mampu menjadi pijakan untuk negara menjalankan
kenegaraan, dari mampu memberikan perlindungan hukum kepada rakyatnya”.18

Ternyata masih jauh dan tugas utama tersebut terbukti semua perubahan
atas UUD 1945 hingga empat kali yang dilakukan oleh MPR pascagerakan
reformasi 1999-2002, hal ini dapat dibuktikan sampai sekarang belum
memberikan hasil nyata pada kesejahteraan rakyat pada umumnya apalagi
kesejahteraan masyarakat perburuhan pada khususnya, oleh karena itu perlu
amandemen secara menyeluruh.19

Setiap pekerja berhak memperoleh penghasilan yang layak bagi


kemanusiaan. Pasal 99 ayat (1) UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Selanjutnya, untuk mewujudkan penghasilan yang layak pemerintah menetapkan
perlindungan pengupahan bagi buruh ayat (2). Perlindungan penghasilan atau
pengupahan bagi buruh meliputi sebagai berikut (ayat 3) yaitu:

a. Upah minimum

b. Upah kerja lembur

17
Jimly Asshiddiqe, Konsolidasi Naskah UUD 1945 setelah Perubahan Keempat, Yastif
Watampone, Jakarta, 2003, hal. 62
18
Ibid
19
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
Tambahan Lembaran Negara RI No. 3702

17
c. Upah/penghasilan tidak masuk kerja karena berhalangan/sakit

d. Upah/penghasilan tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan di luar


pekerjaannya

e. Upah/penghasilan karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya.

Bentuk dan cara pembayaran upah, potongan penghasilan dan hal-hal yang
dapat diperhitungkan dengan penghasilan dan jaminan sosial, struktur dan skala
pengupahan yang proporsional, penghasilan untuk pembayaran pesangon, dan
penghasilan untuk perhitungan pajak penghasilan. Pemerintah menetapkan
penghasilan minimum berdasarkan kebutuhan hidup layak.

Upah adalah penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada tenaga


kerja untuk sesuatu pekerjaan yang telah atau akan dilakukan, dinyatakan atau
dinilai dalam bentuk uang ditetapkan menurut suatu perjanjian, atau peraturan
perundangan dan dibayar atas dasar suatu perjanjian kerja antara pengusaha
dengan tenaga kerja, termasuk tunjangan, baik untuk pekerja atau buruh sendiri
maupun keluarganya.20

Upah minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah
pokok termasuk tunjangan tetap.21

Upah Minimum Regional adalah upah pokok terendah termasuk tunjangan


tetap yang diterima oleh pekerja/buruh di wilayah tertentu dalam suatu propinsi.22

Upah/gaji bersih adalah penerimaan pekerja/karyawan berupa uang atau


barang yang dibayarkan perusahaan/kantor/majikan tersebut. Penerimaan dalam
bentuk barang dinilai dengan harga setempat, penerimaan bersih adalah, setelah
dikurangi dengan potongan-potongan iuran, pajak penghasilan dan lain-lain.
20
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1981, tentang Perlindungan
Upah
21
Departemen Tenaga Kerja, Peranan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-01/Men/1999
tentang Upah Minimum
22
Departemen Tenaga Kerja, Peranan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-01/Men/1999
tentang Upah Regional

18
Upah/gaji pokok minimum adalah, penerimaan pekerja/karyawan berupa
uang atau barang yang dibayarkan perusahaan/kantor/majikan tersebut (upah/gaji
pokok ditambah dengan tunjangan tetap), guna memenuhi kebutuhan hidupnya.
Status pekerjaan adalah kedudukan seseorang dalam unit usaha/kegiatan dalam
melakukan pekerjaan.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Pendekatan

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan proposal penelitian ini


adalah menggunakan pendekatan penelitian yuridis normatif yang bersifat
kualitatif. Pada penelitian hukum, Peter Mahmud mengatakan dalam pengantar
bukunya yang berjudul “Penelitian Hukum”, 2006 sebagai berikut:

“Penelitian hukum yang dalam bahasa Inggris legal research atau bahasa
Belanda Rechtssonderzach bukan merupakan penelitian sosial. Oleh karena itu
metode yang digunakan dalam penelitian hukum berbeda dengan penelitian
sosial”.23

23
Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Grafindo Group, Jakarta, 2006, hal. v

19
Selanjutnya Soerjono Soekanto mengatakan, penelitian hukum dapat
menggunakan berbagai metode serta melibatkan pendekatan naturalistik dan
interpretatif terhadap subjek Persoalannya.24

Abdullah Sulaiman mengatakan: penelitian yuridis normatif adalah


penelitian yang mengacu pada norma hukum yang terdapat dalam peraturan
perundang-undangan dan keputusan-keputusan pengadilan (yurisprudensi) serta
norma-norma yang hidup dalam masyarakat.25

B. Spesifikasi Penelitian

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji menjelaskan bahwa:

“Penelitian normatif mencakup asas-asas hukum, sistematika hukum,


penelitian terhadap penerapan hukum baik yang berjalan secara operasional oleh
instansi maupun dalam hal proses penyelesaian hukum dalam praktik untuk
kemudian dilakukan penelitian terhadap sinkronisasi vertikal dan horisontal
dengan pokok pada ilmu hukum.”

Mengingat penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif, maka


pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif disertai dengan
pendekatan historis hukum dan pendekatan empiris.26

C. Sumber Bahan Hukum

Penelitian yuridis normatif adalah penelitian yang mengacu pada norma


hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan keputusan-
keputusan pengadilan serta norma-norma yang hidup dan tumbuh dalam
masyarakat. Penelitian ini bersifat kualitatif, yaitu menganalisis secara mendalam

24
Soerjono Soekanto, Beberapa Permasalahan Hukum dan Pembangunan, UI Press
Yogyakarta, 1997, hal. 30
25
Abdullah Sulaiman, Metode Penulisan Ilmu Hukum, PPSDM, Jakarta, 2012, hal. 25
26
Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum, Rajawali, Jakarta, hal. 18

20
dan holistik, yaitu dari segala segi (komprehensif) 27 tentang ketenagakerjaan, UU
No. 13 Tahun 2003, UU Pengawasan Keselamatan Kerja, dan lain-lainnya.

D. Metode Pengumpulan Bahan Hukum

Pada penelitian ini mengandung beberapa aspek antara lain metode


pendekatan yang digunakan yakni: metode pengumpulan data-data atau bahan-
bahan hukum yang diperoleh melalui kepustakaan, buku-buku, artikel, jurnal,
brosur, majalah, yurisprudensi dan berupa putusan-putusan pengadilan, mengacu
pada norma-norma hukum yang tertuang dalam peraturan perundang-undangan
dan norma-norma yang hidup dan tumbuh dalam masyarakat.

E. Metode Pengolahan Bahan Hukum

Adapun sifat holistik di atas menjadikan salah satu aspek pendekatan


kualitatif, di mana penelitian ini lebih mendalam lagi terhadap pendekatan
kualitatif, menekankan pada proses dan makna dari perilaku yang diteliti, serta
melihat apa yang terjadi dalam area penelitian. Dengan demikian alasan-alasan
penggunaan metode ini disebabkan mampu memberikan jawaban terhadap
beberapa pertanyaan yang memfokuskan penyebab kendala-kendala dalam
perlindungan hukum pekerja, bagaimana solusinya, selanjutnya sebagai barometer
atau pengukur ataupun analisis terhadap hubungan kerja antara pekerja dan
perusahaan serta pemerintah sebagai pengawas, hal ini menjadi ciri dari penelitian
kualitatif.

F. Metode Analisis

Pada penelitian ini, hukum ketenagakerjaan berfungsi melindungi


kepentingan pekerja perusahaan, dimana pekerja merupakan hak dasar pekerja
dalam hubungan kerja yang dilindungi dan dijamin dalam peraturan perundang-
undangan yang berlaku (tugas pemerintah).

27
Abdullah Sulaiman, Metode Penulisan Ilmu Hukum, PPSDM, Jakarta, 2012, hal. 25

21
Penelitian ini dipusatkan pada instansi yang terkait (Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi, dan beberapa perusahaan serta pekerja yang
diwawancarai sebagai sampel), dan difokuskan pada perlindungan hukum hak
normatif pekerja, selanjutnya setelah data-data atau bahan-bahan hukum dan hasil
wawancara terkumpul dan dipilah sesuai dengan kebutuhan, maka dilakukan
analisis sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan sementara yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan hasilnya diharapkan berguna untuk
mempermudah dalam pemaparan pembahasan pada bab berikutnya, sebagai upaya
dapat menjawab atau memecahkan permasalahan yang diangkat dalam penelitian
ini.

DAFTAR PUSTAKA

Asyhadie Zaenal, Hukum Kerja: Hukum Ketenagakerjaan Bidang


Hubungan Kerja, Rajawali Pers, Jakarta, 2013.

Soekanto Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu


Tinjauan Singkat, Rajawali, Jakarta, 2000.

Sumber-sumber Lain:

Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

22
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1981, tentang Perlindungan Upah

23

Anda mungkin juga menyukai