Anda di halaman 1dari 9

Lex et Societatis, Vol. III/No.

7/Ags/2015

KAJIAN HUKUM ATAS HAK PEKERJA KONTRAK waktu yang cepat dan biaya yang relatif rendah.
YANG DIKENAI PEMUTUSAN HUBUNGAN Proses penyelesaian perselisihan oleh pihak
KERJA (PHK) DALAM MASA KONTRAK1 ketiga di luar pengadilan dalam hal ini melalui
Oleh: Leonardo Imanuel Terok2 Mediasi, Konsiliasi dan Arbiter.
Kata kunci: Hak pekerja kontrak, pemutusan
ABSTRAK hubungan kerja.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah
untuk mengetahui bagaimana penerapan PENDAHULUAN
(Implementasi) perlindungan hukum dan hak A. Latar Belakang
terhadap pekerja kontrak dan bagaimana upaya Peraturan Perundang-Undangan yang terkait
penyelesaian pemutusan hubungan kerja (PHK) dengan perlindungan bagi pekerja yakni
dalam masa kontrak. Dengan menggunakan Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang
metode penelitian yuridis normatif, maka dapat ketenagakerjaan dan peraturan pelaksana dari
disimpulkan: 1. Implementasi perlindungan perundang-undangan dibidang
hukum dan hak asasi manusia terhadap pekerja ketenagakerjaan.3 Tenaga kerja memiliki peran
sudah tertera dalam Undang-Undang Nomor 13 dan kedudukan yang sangat penting sebagai
Tahun 2003 tentang Ketenagkerjaan, hak-hak pelaku (actor) dalam mencapai tujuan
yang didapatkan serta kewajiban yang harus pembangunan. Sejalan dengan itu
dijalankan bukan hanya diperuntukan kepada pembangunan ketenagakerjaan diarahkan
pekerja saja namun juga kepada pihak-pihak untuk meningkatkan kualitas dan kontribusinya,
yang terkait. Ada beberapa hal yang serta melindungi hak dan kepentingannya
menunjukkan bahwa masih ada keganjalan sesuai dengan harkat dan martabat
yang mengganggu keharmonisan hubungan kemanusiaan. Pembangunan keterpaduan
industrial dalam kaitannya dengan dilaksanakan atas asas kemitraan koordinasi
perlindungan hak-hak pekerja. Karenanya dapat dan fungsional serta lintas sektoral pusat dan
dilihat sebagai kaidah-kaidah atau norma- daerah. Oleh karena itu, sebagaimana
norma yang tidak taat asas, sehingga ditetapkan dalam Pasal 4 Undang Undang
menimbulkan ketidak puasan bagi pekerja/ Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003
buruh, dominasi pihak yang kuat (pengusaha/ tentang ketenagakerjaan bahwa pembangunan
majikan) terhadap pihak yang lemah ketenagakerjaan bertujuan untuk;
(pekerja/buruh) masih terjadi. Adapun dengan 1. Memberdayakan dan mendayagunakan
adanya sanksi-sanksi atau aturan-aturan hukum tenaga kerja secara optimal dan manusiawi
di dalam setiap undang-undang atau peraturan 2. Mewujudkan pemerataan kesempatan kerja
perundang-undangan di bidang dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai
ketenagakerjaan dapat memberikan rasa dengan kebutuhan pembangunan nasional
keadilan bagi buruh/tenaga kerja khususnya pusat dan daerah
tenaga kerja kontrak. 2. Dengan demikian 3. Memberikan perlindungan bagi tenaga kerja
Perselisihan yang terjadi pada prinsipnya dalam mewujudkan kesejahteraan
diselesaikan oleh pihak-pihaknya sendiri secara 4. Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja
musyawarah. Apabila tidak terselesaikan, maka dan keluarganya.
perlu bantuan pihak lain. Namun demikian juga Aspek hukum ketenagakerjaan harus selaras
tetap berdasarkan musyawarah. Pihak Ketiga dengan perkembangan ketenagakerjaan saat ini
dalam penyelesaian perselisihan, dapat melalui yang sudah sedemikian pesat, sehingga
pengadilan atau luar pengadilan. substansi kajian hukum ketenagakerjaan tidak
Pilihan penyelesaian perselisihan di luar hanya meliputi hubungan kerja semata akan
pengadilan yang paling banyak dipilih oleh tetapi telah bergeser menjadi hubungan hukum
pihak-pihak, karena alasan tertentu, seperti antara pekerja, pengusaha dan pemerintah.
Di Indonesia Undang-Undang tentang
ketenagakerjaan yang berlaku pada saat ini
1
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Prof. Donald A. yaitu Undang-Undang No. 13 tahun 2003.
Rumokoy, SH, MH; Elia Gerungan, SH, MH; Refly Singal,
SH, MH.
Mengenai perlindungan bagi pekerja/buruh
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM.
3
080711361 Ibid, Hal 59

92
Lex et Societatis, Vol. III/No. 7/Ags/2015

secara umum dalam Undang-Undang tersebut PEMBAHASAN


diatur mengenai perlindungan terhadap A. Implementasi Perlindungan Hukum dan
penyandang cacat, perlindungan terhadap Hak Asasi manusia Terhadap Pekerja
perempuan, perlindungan terhadap waktu Kontrak
kerja, keselamatan dan kesehatan kerja juga Perlindungan kepentingan dengan cara
perlindungan dalam hal pengupahan dan dalam memberikan hak akan lebih kuat apabila
hal kesejahteraan. Praktik-praktik yang terhadap subyek yang kepadanya hak diberikan
menyimpang dari ketentuan undang-undang ini juga dilengkapi dengan upaya-upaya hukum
merupakan salah satu dari tuntutan (legal remedies) untuk mempertahankan
pekerja/buruh yang pada umumnya merupakan haknya.5Artinya hukum memberikan hak
karyawan kontrak pada saat melakukan kepada entitas hukum untuk mengontrol
demonstrasi besar-besaran. Kondisi buruh yang pelaksanaan kewajiban oleh pihak lain dalam
sudah memprihatinkan, ditambah adanya memenuhi hak-hak mereka. Dalam upaya
diskriminasi perlindungan terhadap pekerja perlindungan hukum ini, “Intervensi
menambah keprihatinan hal tersebut. pemerintah terwujud lewat kebijakan dan
Pentingnya perlindungan bagi pekerja/buruh hukum perburuhan yang tertuang dalam
biasanya berhadapan dengan kepentingan berbagai Peraturan Perundang-Undangan”.
pengusaha untuk mendapatkan keuntungan Kemudian lewat Perundang-Undangan ini
(Profit) yang sebesar-besarnya dalam diletakkan serangkaian hak, kewajiban dan
menjalankan usahanya. Sehingga seringkali tanggung jawab kepada masing-masing pihak,
pihak pekerja/buruh dirugikan secara langsung. bahkan di antaranya disertai dengan sanksi
Secara umum persoalan perburuhan lebih pidana dan denda. Perlindungan hukum
banyak diidentikkan dengan persoalan antara terhadap pekerja/buruh dilakukan agar hak-hak
pekerja dengan pengusaha. pekerja/buruh tidak dilanggar oleh pengusaha,
Pemahaman demikian juga dipahami mengingat dalam hubungan kerja
sebagian besar para pengambil kebijakan kedudukan/posisi para pihak tidak sejajar. Di
perburuhan sehingga terjadi kurangnya mana pekerja/buruh berada pada posisi yang
pemahaman (reduksi) terhadap buruh sebagai lemah baik dari segi ekonomi maupun sosial,
pekerja dan buruh sebagai suatu profesi dan sehingga dengan posisinya yang lemah tersebut
kategori sosial. Dengan demikian kurangnya tidak jarang terjadi pelanggaran atas hak-hak
pemahaman tersebut mengakibatkan mereka.
perlindungan terhadap pekerja/buruh menjadi Memberikan perlindungan hukum bagi
sangat lemah.4 pekerja/buruh merupakan amanah dan tujuan
dari hukum ketenagakerjaan, seperti dikatakan
B. Perumusan Masalah oleh Senjun H. Manulang, bahwa tujuan hukum
1. Bagaimana penerapan (Implementasi) perburuhan itu adalah untuk mencapai atau
perlindungan hukum dan hak terhadap melaksanakan keadilan sosial dalam bidang
pekerja kontrak? ketenagakerjaan dan melindungi tenaga kerja
2. Bagaimana upaya penyelesaian pemutusan terhadap kekuasaan yang tak terbatas dari
hubungan kerja (PHK) dalam masa kontrak? pengusaha.
Zainal Asikin sebagaimana dikutip Asri
C. Metode Penelitian Wijayanti juga mengatakan “perlindungan
Oleh karena ruang lingkup penelitian ini hukum dari kekuasaan majikan terlaksana
adalah pada disiplin ilmu Hukum, maka apabila peraturan perundang-undangan
penelitian ini merupakan bagian dari penelitian dalam bidang perburuhan yang
hukum kepustakaan yakni dengan cara meneliti mengharuskan atau memaksa majikan
bahan pustaka atau yang dinamakan penelitian bertindak seperti dalam perundang-
hukum normatif. undangan tersebut benar-benar
dilaksanakan semua pihak karena
keberlakuan hukum tidak dapat diukur
4
Eggy Sudjana, Nasib dan Perjuangan Buruh di Indonesia,
5
Renaissan, Jakarta 2005, Hal 1 Ibid., Hal.6.

93
Lex et Societatis, Vol. III/No. 7/Ags/2015

secara Yuridis saja, tetapi diukur secara mempertahankannya.


Sosiologis dan filosofis.” Kewajiban Negara Aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam
adalah menciptakan mekanisme yang upaya melindungi atau melarang perlu
menunjang terjaminnya hak Pekerja diperhatikan yaitu ada 2 (dua) aspek:
outsourcing melalui Peraturan Perundang- 1. Tenaga kerja itu sendiri.
Perundangan.6 2. Faktor yang terdapat dalam sistem kerja
Upaya perlindungan hukum terhadap yaitu:
pekerja/buruh outsourcing harus dilaksanakan a) Hubungan kerja perlu ditelusuri bentuk
secara maksimal dan lebih khusus lagi, hubungan kerja
mengingat dalam praktik outsourcing terjadi 1) Hubungan kerja tetap
hubungan kerja segi tiga yang melibatkan 2) Hubungan kerja tidak tetap atau tidak
perusahaan pemberi pekerjaan (principal) menentu
perusahaan penerima pekerjaan (vendor) dan 3) Hubungan kerja ilegal seperti kerja
pekerja/buruh. Dalam kondisi pekerja/buruh paksa, tergadai atau dijual dan
outsourcing sangat rentan terhadap eksploitasi 4) Hubungan kerja diskriminatif yaitu
dan tindakan-tindakan tidak manusiawi, baik hubungan kerja yang perlu
karena statusnya sebagai pekerja/buruh tidak diklarifikasi sehingga jelas, bila tidak
tetap (kontrak) maupun karena perlakuan dapat perlu diupayakan agar
pengusaha yang cenderung bertindak hubungan kerja diberhentikan.
sebagaimana layaknya kapitalis yang mencari b) Pengupahan Kebijakan pengupahan yang
keuntungan dari hasil jerih payah mereka. 7 melindungi pekerja atau buruh
Bisnis vendor adalah mempekerjakan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal
pekerja/buruh untuk kepentingan principal 88 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13
(perusahaan/pabrik atau pengusaha), Tahun 2003, meliputi:
sementara vendor sendiri memperoleh 1) Upah minimum
keuntungan dari selisih antara upah/jasa yang 2) Upah kerja lembur
diberikan oleh principal kepada vendor dengan 3) Upah tidak masuk kerja karena
upah yang dibayarkan oleh vendor kepada berhalangan
pekerja/buruh. Praktik yang demikian ini 4) Upah tidak masuk kerja karena
pernah dianalisis oleh Marx, yang mengatakan melakukan kegiatan lain diluar
bahwa pekerja diasingkan dari kerja, karena pekerjaannya
begitu pekerja/buruh berada dalam suasana 5) Bentuk dan cara pembayaran upah
outsourcing, maka ia akan bekerja berdasarkan 6) Denda dan potongan upah
tujuan vendor yang menggaji dan memberi 7) Hal-hal yang dapat diperhitungkan
upah dan mereka (pekerja/buruh) itu akan dengan upah
tereksploitasi demi keuntungan vendor dan 8) Struktur dan skala pengupahan yang
principal. proposional
Mengutip apa yang pernah dikatakan oleh 9) Upah untuk pembayaran pesangon
Chainur Arasjid bahwa hukum merupakan 10) Upah untuk perhitungan pajak
kehendak dan ciptaan manusia berupa norma- penghasilan.
norma yang berisikan petunjuk-petunjuk c) Pekerjaan yang dilakukan
tingkah laku, tentang apa yang boleh dilakukan Pekerjaan yang dilakukan dapat
dan tentang apa yang tidak boleh dilakukan. merugikan seseorang apabila pekerjaan
Oleh karena itu hukum harus mempunyai itu membebani fisik maupun mentalnya,
sanksi dan mengandung nilai-nilai keadilan, dikerjakan tanpa pengamanan dan atau
kegunaan, serta nilai kepastian dalam pelindung, dalam lingkungan yang tidak
masyarakat tempat hukum diciptakan, untuk higienis, tidak tersedianya fasilitas
mewujudkan nilai-nilai keadilan dan kegunaan kesejahteraan, termasuk kesempatan
serta nilai kepastian itu perlu ada upaya-upaya untuk berkonsultasi. Untuk lebih
hukum (legal remedies) untuk meringankan beban tenaga kerja perlu
dilakukan penataan lingkungan kerja
6
Asri Wijayanti.Op.,Cit, Hal 51
7
Ibid, Hal 51

94
Lex et Societatis, Vol. III/No. 7/Ags/2015

yang lebih baik, lebih higienis dan menyangkut beberapa hal sebagai berikut:
pengadaan fasilitas kesejahteraan. 1. Perusahaan berbadan hukum
d) Lingkungan kerja 2. Perusahaan yang bukan atau belum
Untuk menghindari bahaya karena berbadan hukum
lingkungan kerja, perlu diperhatikan dan 3. Perusahaan milik persekutuan
diupayakan: 4. Perusahaan milik Negara
1) Faktor fisik: tingkatkan penyimpangan 5. Badan badan usaha sosial
dan penaganan bahan, tingkat 6. Usaha lain dengan membayar upah atau
kompleks kerja, terajukan prinsip- imbalan dalam bentuk lain (pasal 1 butir 4
prisip keamanan mesin produktif, Undang Undang Nomor 2 Tahun 2004
tingkatkan ventilasi umum dan lokal, tentang penyelesaian Perselisihan Hubungan
pencahayaan, cegah bising dan Industrial dan pasal 150 undang- Undang
getaran. Nomor 13 Tahun 2013). 9
2) Faktor kimia: bahwa tenaga kerja Berikut ini tahapan-tahapan PHK yang diatur
sebaiknya hindarkan bekerja dengan secara rinci dalam Undang Undang
bahan kimia, tingkatkan lingkungan Ketenagakerjaan.
kerja dan kondisi kerja, terapkan 1. Pencegahan Pemutusan Hubungan Kerja
prinsip-prinsip penanganan bahan (PHK)
berbahaya. PHK merupakan alternatif terakhir yang
3) Faktor biologi: hindarkan, lindungi dilakukan oleh pengusaha dalam mengatasi
dari kemungkinan kontak. permasalahan dalam perusahaan. Oleh karena
4) Faktor fisiologik: tingkatkan itu, sebelum dilakukan PHK, pengusaha harus
ergonomik untuk menempatkan melakukan beberapa upaya pencegahan
bahan, alat dan tombol pada tempat pemutusan kerja.
yang mudah dijangkau, perbaiki posisi 2. Memberikan pembinaan kepada pekerja
kerja, gunakan alat bantu untuk Pengusaha dapat melakukan upaya
hemat waktu dan energi. 8 pencegahan PHK yaitu dengan melakukan
Peraturan perusahaan tidak boleh pembinaan terhadap pekerja, yaitu dengan
bertentangan dengan peraturan perundangan cara:
yang berlaku dan mulai berlaku setelah a) Memberikan pendidikan dan latihan atau
disahkan oleh pejabat yang ditunjuk. mutasi.
Pengusaha wajib memberitahukan dan b) Memberikan peringatan kepada pekerja
menjelaskan tentang peraturan perusahaan baik tertulis maupun lisan. Surat
kepada tenaga kerja. Perlindungan buruh dari peringatan tertulis yang diberikan kepada
kekuasaan majikan terlaksana apabila pekerja melalui tiga tahap, yaitu:
peraturan dalam bidang perburuhan yang 1) Peringatan pertama
mengharuskan atau memaksa majikan 2) Peringatan kedua
bertindak seperti dalam peraturan perundang- 3) Peringatan ketiga10
undangan tersebut benar-benar dilaksanakan Masa berlaku setiap surat peringatan
semua pihak karena keberlakuan Hukum tidak tersebut adalah enam bulan. Masa berlaku
dapat diukur secara yuridis saja, tetapi diukur peringatan selama enam bulan tersebut tidak
secara sosilogis dan filosofis. berlaku mutlak. Apabila belum berakhir masa
enam bulan, pekerja melakukan kembali
B. Upaya Penyelesaian Pemutusan Hubungan pelanggaran ketentuan dalam perjanjian kerja,
Kerja Dalam Masa Kontrak peraturan perusahaan (PP) atau Perjanjian
Perselisihan yang umumnya terjadi adalah Kerja Bersama (PKB) masih dalam tenggang
hal yang berkaitan dengan pemutusan waktu enam bulan, pengusaha dapat
hubungan kerja (PHK), dalam praktiknya PHK menerbitkan surat peringatan kedua yang
dapat dilakukan oleh salah satu pihak baik berjangka waktu enam bulan sejak
pengusaha maupun pekerja. Perselisihan PHK
9
Rukiyal L dan Darda Syahrizal, Op.Cit, Hal 232
8 10
Dian Saraswati, Op.Cit., Hal 33. Guus Heerma Van Voss, Op.cit., Hal 223

95
Lex et Societatis, Vol. III/No. 7/Ags/2015

penerbitannya. a) Mengurangi upah dan fasilitas kerja tingkat


Selanjutnya setelah diberikan surat atas
peringatan kedua pekerja masih melakukan b) Mengurangi shift
pelanggaran ketentuan dalam perjanjian kerja, c) Membatasi/menghapus kerja lembur
Peraturan Perusahaan (PP) atau perjanjian d) Mengurangi jam kerja
kerja bersama (PKB) maka pengusaha dapat e) Mengurangi hari kerja
menerbitkan peringatan terakhir (ketiga), yang f) Meliburkan atau merumahkan pekerja
berlaku selama enam bulan. Apabila dalam secara bergilir
kurun waktu enam bulan setelah penerbitan g) Tidak memperpanjang kontrak bagi
peringatan ketiga, pekerja juga masih pekerja yang sudah habis masa kontraknya
melakukan pelanggaran perjanjian kerja, h) Memberikan pensiun dini bagi yang sudah
Peraturan Perusahaan (PP) atau perjanjian kerja memenuhi syarat. (Surat edaran
bersama (PKB) barulah pengusaha melakukan Menakertrans No. SE 907/Men/PHI-
PHK. Tahapan tahapan peringatan ini dapat PHI/X/2004).
diabaikan kalau pekerja melakukan kesalahan Apabila pengusaha telah melakukan
berat. langkah-langkah sebelumnya, tetapi PHK tidak
3. Merumahkan Pekerja. terhindarkan, maka untuk melakukan tindakan
Proses pencegahan PHK selanjutnya yang PHK pengusaha harus melalui beberapa
dapat dilakukan pengusaha adalah dengan tahapan, yaitu: PHK tersebut wajib
merumahkan pekerja. Berikut ini adalah pilihan dirundingkan oleh pengusaha dengan Serikat
yang dapat dilakukan oleh pengusaha ketika Pekerja atau dengan pekerja.
merumahkan pekerja. Apabila dengan perundingan tersebut tidak
a) Pekerja tetap dapat mendapat upah menghasilkan persetujuan, pengusaha hanya
secara penuh berupa gaji pokok dan dapat melakukan PHK dengan pekerja setelah
tunjangan tetap selama pekerja di memperoleh penetapan dari lembaga PPHI
rumahkan kecuali diatur lain dalam (Pasal 151 Undang-Undang Nomor 13 Tahun
perjanjian kerja, Peraturan perusahaan 2003).12 Selama menunggu putusan Pengadilan
(PP) atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB). Hubungan Industrial pengusaha dapat
b) Apabila pengusaha akan membayar upah melakukan skorsing terhadap pekerja, namun
pekerja tidak secara penuh harus pengusaha wajib membayar upah beserta hak-
dirundingkan dengan pekerja mengenai hak lainnya yang diterima pekerja (Pasal 155
besarnya upah selama di rumahkan dan Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003).13
lamanya pekerja akan di rumahkan. Bila Masih dalam kaitan dengan pencegahan
tidak tercapai kesepakatan salah satu PHK, diatur pula larangan bagi pengusaha
pihak dapat memperselisihkan hal melakukan PHK untuk alasan tertentu. Dan bila
tersebut dengan melimpahkan pengusaha melakukan PHK maka PHK tersebut
masalahnya kelembaga penyelesaian PHI batal demi hukum. Alasan PHK yang dilarang
(SE Menakertrans No SE.05/M/1998). dan batal demi hukum tersebut sesuai dengan
c) Memberi penjelasan secara transparan pasal 153 Undang Undang Nomor 13 Tahun
kepada pekerja apabila perusahaan 2003, yaitu sebagai berikut:
sedang mengalami krisis keuangan. 11 1. Pekerja berhalangan masuk kerja karena
4. Memberi penjelasan secara transparan sakit menurut surat keterangan dokter
kepada pekerja selama waktu tidak melampaui 12 bulan
Apabila perusahaan sedang mengalami krisis secara terus menerus.
keuangan sehingga tidak memungkinkan bagi 2. Pekerja berhalangan menjalankan
perusahaan untuk menjalankan roda pekerjaannya karena memenuhi kewajiban
perusahaan dengan menghindari PHK maka terhadap Negara sesuai dengan ketentuan
pengusaha dapat memberikan penjelasan peraturan perundang undangan yang
mengenai keadaan perusahaan kepada pekerja. berlaku.
Selanjutnya pengusaha dapat melakukan
langkah-langkah sebagai berikut. 12
lihat Pasal 151 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan.
11 13
Ibid. Hal, 235. Rukiyal L dan Darda Syahrizal, Op.Cit, Hal 236.

96
Lex et Societatis, Vol. III/No. 7/Ags/2015

3. Pekerja menjalankan ibadah yang hubungan industrial yang disebabkan karena


diperintahkan agamanya. pengusaha tidak mau melakukan perundingan
4. Pekerja perempuan hamil. atau perundingan mengalami jalan buntu.
5. Pekerja mempunyai pertalian darah dan/ Dalam hal keluh kesah yang meningkat menjadi
atau ikatan perkawinan dengan pekerja perselisihan hubungan industrial, maka
lainnya di dalam suatu perusahaan kecuali penyelesaian dapat dilakukan dengan:
telah diatur dalam perjanjian kerja, 1. Melalui perundingan secara musyawarah
Peraturan Perusahaan (PP) atau Perjanjian untuk mufakat antara serikat pekerja/buruh
Kerja Bersama (PKB). atau gabungan serikat pekerja dengan
6. Pekerja mendirikan, menjadi anggota pengusaha. Setiap perundingan sebanyak-
dan/atau pengurus serikat pekerja, pekerja banyaknya tiga kali dalam jangka waktu
melakukan kegiatan SP di luar jam kerja atau paling lama 1 bulan dan setiap perundingan
di dalam jam kerja atas kesepakatan dibuat risalah yang disampaikan kepada
pengusaha atau berdasarkan ketentuan pihak-pihak yang berkepentingan. Risalah
yang diatur dalam perjanjian kerja, perundingan memuat antara lain.
Peraturan Perusahaan (PP) atau perjanjian a) Nama dan alamat pekerja
Kerja Bersama (PKB). b) Nama dan alamat serikat pekerja atau
7. Pekerja yang mengadukan pengusaha organisasi pekerja lainnya
kepada yang berwajib mengenai perbuatan c) Nama dan alamat pengusaha atau yang
pengusaha yang melakukan tindak pidana mewakili
kejahatan. d) Tanggal dan tempat perundingan
8. Karena perbedaan faham, agama, aliran e) Alasan atau pokok perselisihan
politik, suku, warna kulit, golongan, jenis f) Pendirian para pihak
kelamin dan kondisi fisik atau status g) Kesimpulan perundingan
perkawinan. h) Tanggal dan tanda tangan para pihak
9. Pekerja dalam keadaan cacat tetap, sakit yang melakukan perundingan.
akibat kecelakaan kerja atau sakit karena 2. Melalui perundingan
hubungan kerja yang menurut surat dokter a) Jika perundingan mencapai kesepakatan
yang jangka waktu penyembuhannya belum Dibuat persetujuan bersama secara
dapat dipastikan. 14 tertulis yang ditandatangani oleh para
Menurut Undang Undang RI No. 13 Tahun pihak dan disaksikan oleh pengurus
2003 Pasal 36 ayat (1) dan ayat (2) mengenai serikat pekerja atau organisasi pekerja
penyelesaian perselisihan hubungan industrial lainnya serta disampaikan kepada pihak
tingkat perusahaan disebutkan: pihak yang berkepentingan.
1. Penyelesaian perselisihan hubungan b) Jika perundingan tidak mencapai
industrial wajib dilaksanakan oleh kesepakatan
pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat Bila pada tingkat perusahaan tidak
pekerja/serikat buruh secara musyawarah tercapai kesepakatan maka perselisihan
untuk mufakat. diajukan ke tingkat perantara. Kedua
2. Dalam hal penyelesaian secara musyawarah pihak dapat menyelesaikan melalui
untuk mufakat sebagai dimaksud dalam ayat arbitrase atau melalui kantor
satu (1) tidak tercapai, maka pengusaha dan Departemen Tenaga Kerja dengan
pekerja/buruh atau serikat pekerja perantaraan. Pengertian arbitrase
menyelesaikan perselisihan hubungan menurut undang undang RI No.22 Tahun
industrial yang diatur dengan undang- 1957 pasal 19 adalah penyele saian
undang. 15 secara mengikat dari suatu perselisihan
Yang dimaksud dengan gagalnya oleh seorang atau suatu badan yang
perundingan adalah tidak tercapainya dipilih oleh pihak pihak yang berselisih.
kesepakatan penyelesaian perselisihan Justru karena juru/dewan pemisah
adalah dipilih oleh orang orang yangber
14
Ibid, Hal 236 kepentingan sendiri, maka sebagai salah
15
Danang Sunyoto, Op.Cit, Hal, 144. satu keuntungan nya dapat dikemukakan

97
Lex et Societatis, Vol. III/No. 7/Ags/2015

bahwa kepercayaan mereka terhadap 16 Tahun 1951 tentang Penyelesaian


juru/dewan pemisah adalah lebih besar Perselisihan Perburuhan.
dari pada terhadap putusan yang 1. Undang-Undang No. 22 Tahun 1957
dipaksakan dari atau oleh alat alat tentang Penyelesaian Perselisihan
Negara atau pemerintah, dalam hal ini Perburuan.
departemen tenaga kerja atau pegawai 2. Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 1957
perantara. tentang Tata Tertib Panitia Penyelesaian
3. Tingkat Perantaraan Perselisihan Perburuhan Pusat (P4P).
Penyelesaian di tingkat perantaraan harus 3. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 1951
sudah selesai dalam waktu selambat tentang Pengangkatan dan Pemberhentian
lambatnya 30 hari menurut pasal 9 Ketua, Anggota Pengganti P4P.
keputusan Menteri tenaga kerja No. Kep 4. Peraturan Pemerintah No. 52 Tahun 1957
15A/Men/1994). tentang Pengangkatan dan Pemberhentian
a) Penyerahan penyelesaian perselisihan Ketua, Anggota Pengganti P4D.
melalui arbitrase 5. Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 1958
Putusan arbitrase akan mempunyai jo Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun
kekuatan hukum sebagai putusan panitia 1958 tentang Berlakunya Undang-Undang
pusat setelah disahkan oleh panitia pusat No. 12 Tahun 1964.
(pasal 19 ayat 4 UU RI No. 22 Tahun 6. Peraturan Menteri Perburuhan No. 7
1957). Tahun 1958 tentang Susunan dan Tugas
b) Dalam hal kedua pihak tidak Kepaniteraan P4D dan P4P.
menghendaki penyelesaian perselisihan 7. Peraturan Presiden No. 7 Tahun 1963 jo
hubungan industrial melalui arbitrase, Keputusan Presiden No. 123 Tahun 1963
pegawai perantara (departemen tenaga tentang Pencegahan Pemogokan dan atau
kerja) dalam waktu selambat lambatnya Penutupan di Perusahaan, Jawatan, dan
7 hari harus sudah mengadakan Badan yang Vital.
perantaraan menurut peraturan yang 8. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.KEP-
berlaku, termasuk mengadakan 1108/MEN/1986 tentang Pedoman
penelitian dan usaha penyelesaian Pelaksanaan Penyelesaian Perselisihan
masalah-masalah yang sifatnya normatif Perburuhan Industrial dan Pemutusan
melalui pegawai pengawas Hubungan Kerja.
ketenagakerjaan. Pegawai perantara 9. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.
dalam melaksanakan perantaraan 1606/M/X/1988 tentang Bantuan Biaya
perselisihan harus mengupaya kan Eksekusi.
penyelesaian melalui perundingan secara 10. Instruksi SPSJ No.04/INST/DPP-
musyawarah. 16 SP39/IX/1988 tentang Tindak Lanjut
Pembangunan ketenagakerjaan di Bantuan Biaya Eksekusi. 18
selenggarakan atas asas keterpaduan dengan
melalui koordinasi fungsional lintas sektoral PENUTUP
pusat dan daerah artinya asas pembangunan A. Kesimpulan
ketenagakerjaan pada dasarnya sesuai dengan 1. Implementasi perlindungan hukum dan hak
asas pembangunan nasional khususnya asas asasi manusia terhadap pekerja sudah
Demokrasi Pancasila dan merata. 17 tertera dalam Undang-Undang Nomor 13
Dasar hukum penyelesaian perselisihan Tahun 2003 tentang Ketenagkerjaan, hak-
perburuan sudah diatur dalam peraturan hak yang didapatkan serta kewajiban yang
perundangan yang telah dikeluarkan oleh harus dijalankan bukan hanya diperuntukan
pemerintah sehubungan dengan perselisihan kepada pekerja saja namun juga kepada
perburuhan dan sekaligus menjadi dasar pihak-pihak yang terkait. Ada beberapa hal
hukumnya, yaitu: Undang-Undang Darurat No. yang menunjukkan bahwa masih ada
keganjalan yang mengganggu keharmonisan
16
Ibid, Hal 145
hubungan industrial dalam kaitannya
17
Maimun, Hukum Ketenagakerjaan PT Pradnya paramita,
18
Cetakan k-2 Jakarta 2009, Hal. 9 Danang Sunyoto, Ibid, Hal 140

98
Lex et Societatis, Vol. III/No. 7/Ags/2015

dengan perlindungan hak-hak pekerja. menghindar dari masalah-masalah yang


Karenanya dapat dilihat sebagai kaidah- berhubungan dengan pelanggaran hak-hak
kaidah atau norma-norma yang tidak taat para pekerja kontrak.
asas, sehingga menimbulkan ketidak puasan 3. Sebaiknya Dinas Ketenagakerjaan bisa lebih
bagi pekerja/ buruh, dominasi pihak yang mengawasi dan melakukan tinjauan
kuat (pengusaha/ majikan) terhadap pihak langsung ke lapangan terhadap perusahaan-
yang lemah (pekerja/buruh) masih terjadi. perusahaan yang sering melakukan
Adapun dengan adanya sanksi-sanksi atau perekrutan tenaga kerja yang tidak
aturan-aturan hukum di dalam setiap mempunyai kontrak dan pelaksanaan
undang-undang atau peraturan perundang- pemutusan hubungan kerja yang tidak
undangan di bidang ketenagakerjaan dapat sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13
memberikan rasa keadilan bagi Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
buruh/tenaga kerja khususnya tenaga kerja 4. Ketegasan oleh pemerintah sangat
kontrak. diharapkan agar perusahaan perusahaan
2. Dengan demikian Perselisihan yang terjadi yang tidak mengikuti aturan serta banyak
pada prinsipnya diselesaikan oleh pihak- melakukan pelanggaran agar dicabut izinnya
pihaknya sendiri secara musyawarah. agar menimbulkan efek jera.
Apabila tidak terselesaikan, maka perlu
bantuan pihak lain. Namun demikian juga DAFTAR PUSTAKA
tetap berdasarkan musyawarah. Pihak Basri Ilhami, Sistem Hukum Indonesia, PT. Raja
Ketiga dalam penyelesaian perselisihan, grafindo Persada, Jakarta 2004.
dapat melalui pengadilan atau luar Khakim Abdul, Seri Hukum Ketenagakerjaan
pengadilan. Pilihan penyelesaian Aspek Hukum Pengupahan Berdasarkan UU
perselisihan di luar pengadilan yang paling Nomor 13 Tahun 2003, PT. Citra Aditya Bakti,
banyak dipilih oleh pihak-pihak, karena Bandung 2006
alasan tertentu, seperti waktu yang cepat Latupono Barzah, Perlindungan Hukum dan Hak
dan biaya yang relatif rendah. Proses Asasi Manusia Terhadap Pekerja Kontrak,
penyelesaian perselisihan oleh pihak ketiga Jurnal Sasi Vol. 17 No. 3 Bulan Juli-
di luar pengadilan dalam hal ini melalui September 2011
Mediasi, Konsiliasi dan Arbiter. 19 L Rukiyal dan Syahrizal Darda, Undang-Undang
Ketenagakerjaan dan aplikasinya, Dunia
B. Saran Cerdas, Jakarta 2013, Hal 171
1. Melihat banyaknya celah-celah yang Maimun, Hukum Ketenagakerjaan, PT Pradnya
merupakan ketimpangan dalam sistem paramita, Cetakan k-2 Jakarta 2009
hukum ketenagakerjaan, disarankan agar Saraswati Dian, Perlindungan Hukum
pemerintah segera mengadakan berbagai keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jurnal
pembaruan peraturan hukum Dipo Vol. 05
ketenagakerjaan dan perundang-undangan Sudjana Eggy, Nasib dan Perjuangan Buruh di
dengan merevisi ketenagakerjaan yang Indonesia, Renaissan, Jakarta 2005
inkonsistensi dan kontradiksi serta yang Sunyoto Danang, Hak dan Kewajiban bagi
sudah tidak sesuai lagi dengan pekerja dan pengusaha, Pustaka Yustisia,
perkembangan jaman. Yogyakarta 2013.
2. Pemerintah harus mengevaluasi aturan- Soekanto Soerjono dan mamudji Sri, Penelitian
aturan serta UU ketenagakerjaan yang telah Hukum Normatif. Suatu tinjauan singkat,
tumpang tindih sehingga menimbulkan Raja Grafindo n Persada, Jakarta, 2006, hlm,
kebingungan dalam masyarakat untuk 24.
menafsirkan. Di mana dalam prakteknya Tunggal Setia Hadi, Memahami Hukum
menjadi celah oleh para oknum pengusaha Ketenagakerjaan Indonesia, Harvarindo,
dan manajemen perusahaan agar bisa Jakarta 2013
Van Voss Guus Heerma, Bab-bab Tentang
19
Abdul khakim S.H. Aspek Hukum Pengupahan, PT. Citra Hukum Perburuhan Indonesia, Pustaka
Aditya Bakti, Bandung 2006, Hal,. 16-21. Lasaran, Jakarta

99
Lex et Societatis, Vol. III/No. 7/Ags/2015

Undang-Undang Dasar 1945. 2002. Hasil


Amandemen dan Proses Amandemen,
Jakarta, Sinar Grafika.
Undang-Undang No.21 Tahun 2000 Tentang
Serikat Pekerja/Buruh.
Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Tentang
Katenagakerjaan.
Undang-Undang No.2 Tahun 2004 Tentang
Penyelesaian Hubungan Industrial.
Undang-Undang N0 24 Tahun 2011 tentang
BPJS.
Kepmenakertrans Nomor Kep-
100/Men/VI/2004 Tentang Ketentuan
Pelaksanaan PerjanjianKerja Waktu Tertentu.
Kepmenakertrans Nomor Kep-
105/Men/VI/2000 Tentang Penyelesaian
Hubungan Kerja dan Penetapan Uang
Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja
dan dan Ganti Kerugian di Perusahaan.
http://hukumketenagakerjaanindonesia.blogspot.c
om/2012/03/jenis-jenis-perjanjian-kerja-
di.html, Diakses pada tanggal 21 juli 2014
http:/royjeremy.blogspot.com/2013/06/definisi
-outsorcing.html,Diaksespada tanggal 21 juli
2014
http://www.hukumtenagakerja.com/perjanjian-
kerja-untuk-waktu-tidak-tertentu
/#sthash.RXsSJ6zC.dpuf Diakses pada tanggal
21 juli 2014
http://ekonomi.metrotvnews.com/read/2014/0
9/13/291155/phk-karyawan-bentoel-
konsolidasi-pabrik-demi-efisiensi
http://www.tempo.co/read/news/2005/10/04/
05767513/PHK-Tanpa-Pesangon-Ratusan-
Buruh-Garmen-Demo

100

Anda mungkin juga menyukai