Jurnaletika Vol.2 No.4 Desember2016
Jurnaletika Vol.2 No.4 Desember2016
dan oleh pihak-pihak yang secara sukarela memiliki kesamaan visi dan misi DKPP.
VISI:
1) Diseminasi kebijakan, program dan gagasan DKPP selaku lembaga yang bertugas menangani pelanggaran kode
etik Penyelenggara Pemilu dan merupakan satu kesatuan fungsi penyelenggaraan pemilu (Pasal 1 ayat (22) UU
15/2011).
2) Expose hasil kajian dan penelitian terkait urgensi penegakan kode etik bagi penyelenggara negara dan upaya
menata kembali sistem kepemiluan di Indonesia menuju negara demokrasi modern.
MISI:
Volume 2, Nomor 4, DESEMBER 2016 Terbitnya Jurnal Ilmiah (Nasional + Internasional) tentang Etika dan Pemilu sebagai University of Industry Democracy.
2 Vol. 2, Nomor 2,
4, JUNI 2016 Jurnal
DESEMBER 2016 ETIKA
Jurnal ETIKA
& PEMILU
& PEMILU
EDITORIAL
Pada dasarnya, keberadaan lembaga (1) Setiap orang berhak turut serta da-
penegak kode etik merupakan suatu lam pemerintahan negaranya, secara
kebutuhan dari sebuah lembaga un- langsung atau melalui wakil-wakil
tuk menjaga kehormatan dan marta- yang dipilih dengan bebas. (2) Setiap
bat lembaga tersebut agar tetap dapat orang berhak atas kesempatan yang
dipercaya menjalankan amanah yang sama untuk diangkat dalam jabat-
diembankan pada lembaga tersebut. an pemerintahan negaranya. (3) Ke-
Oleh karenanya lembaga penegak hendak rakyat harus menjadi dasar
etik harus direkonstruksikan sebagai kekuasaan pemerintah; kehendak ini
lembaga peradilan etik yang diha- harus dinyatakan dalam pemilihan
ruskan menerapkan prinsip-prinsip umum yang dilaksanakan secara ber-
peradilan yang lazim di dunia modern, kala dan murni, dengan hak pilih yang
terutama soal transparansi, indepen- bersifat umum dan sederajat, dengan
densi, dan imparsialitas. Hal itulah pemungutan suara secara rahasia
yang hendak dirintis dan dipelopori ataupun dengan prosedur lain yang
oleh DKPP, yaitu agar sistem keta- menjamin kebebasan memberikan su-
tanegaraan yang ada didukung oleh ara.
sistem hukum dan sistem etik yang Adalah J. Austin Ranney (1920-
bersifat fungsional. Sistem demokrasi 2006) yang kemudian mensyaratkan
yang dibangun diharapkan dapat dito- delapan kriteria pokok bagi pemilu
pang oleh tegak dan dihormatinya hu- demokratis. Pertama, apabila
kum dan etika secara bersamaan. semua warga negara dewasa dapat
Jimly Asshiddiqie, dalam bukun- menikmati hak pilih baik pasif maupun
ya “Konstitusi dan Konstitusionalisme aktif (universal adult suffrage).
Indonesia” (Jakarta, 2004) menya- Kedua, terjaminnya suara semua
takan, The Rule of Law harus bersa- pemilih dengan bobot yang sama
tu-padu dengan prinsip the living eth- (equal weighting votes). Ketiga, pilihan-
ics. Hukum itu buatan manusia dan pilihan harus datang dari rakyat sendiri
bukan segala-galanya, maka norma (free registration on choice). Keempat,
etika moral dan norma agama menja- pilihan yang bermakna (meaningfu
di sangat diperlukan untuk mengatur, l choices), oleh karena itu, kampanye
mengendalikan dan mendorong dina- menjadi penting Kelima, pemberi
mika kehidupan umat manusia. suara harus terbebas dari berbagai
hambatan fisik dan mental dalam
Pemilu Demokratis menentukan pilihannya (freedom to
Tentang pemilu demokratis, pada put forth candidate). Keenam, prinsip
tahun 1948 Perserikatan Bangsa- kejujuran dalam penghitungan suara
Bangsa (PBB), telah berkumandang (accurate counting of choices). Ketujuh,
dalam The Universal Declaration Of penyelenggaraan secara periodik
Human Rights/ Deklarasi Universal (regular election), pemilu tidak
Hak Asasi Manusia (DUHAM). Pasal 21 diajukan atau diundurkan sekehendak
hati penguasa, dan Kedelapan,
This main article contains the main topic selected by Editorial Team; resulting from
Call for Papers program in order to develop a harmony of political dinamics, law
and democracy emerged in community. Bottom up pattern is intended that values of
democracy are literally fundamental, structural and not polarized by desire to build
a state or government that lead to political interest. Bottom up pattern becomes
important because of top down approach as practiced in the new order era, would
only distort aspirations of the people.
KONSTRUKSI HUKUM PEMILU DAN
PEMILUKADA DALAM PUTUSAN-PUTUSAN
MAHKAMAH KONSTITUSI
THE CONSTRUCTION OF ELECTORAL LAW TOWARDS
GENERAL ELECTION AND LOCAL ELECTION IN
CONSTITUTIONAL COURT VERDICTSA
Wahyu Nugroho
ABSTRAK/ABSTRACT
The construction of law is closely related to the formation of the law, both
during the process of discussion of a draft, the technical regulations as the
elaboration of the Law, as well as the various verdict of the Constitutional
Court that influence on shaping the legal construction of the Law of local
election and General Election in Indonesia. The legal construction of
the Law No. 42 of 2008, Law No. 8 of 2015 as well as the verdicts of the
Constitutional Court. It is aimed that the results of this study are consistency
of law enforcement (the election organizer and electoral law enforcer) to
obey the legal instruments of implementation, procedures and sanction
during the running of election. The aspect of legal certainty and the cultural
aspect is very important in order to achieve the ideal goal of election. In
addition, the election organizer both at national and local level must also
8 Vol. 2, Nomor 4,
2, DESEMBER
JUNI 2016 Jurnal
2016 ETIKA
Jurnal ETIKA
& PEMILU
& PEMILU
Wahyu Nugroho - KONSTRUKSI HUKUM PEMILU DAN PEMILUKADA DALAM PUTUSAN-PUTUSAN...
hak yang sama dalam hukum memilih dan hak untuk dipilih, kecuali
dan pemerintahan, termasuk hak hak untuk kepentingan administrasi
politik dalam pemilihan kepala belaka.
daerah, pemilihan presiden dan Dengan mengikuti ketentuan Pasal
wakil presiden serta pemilihan 27 ayat (1) serta Pasal 28D ayat (1)
anggota di lembaga perwakilan. dan ayat (2) UUD 1945, maka setiap
Ir. Soekarno sebagai salah warga negara, in prinsip, memiliki “hak
seorang the founding father sangat untuk dipilih dan hak untuk memilih”
memahami dan menghayati betapa pada pemilu dengan hanya batas-
fundamental “hak untuk dipilih batas administratif belaka seperti
dan hak untuk memilih” tersebut pengaturan domisili dan batasan usia
sebagaimana diekspresikan dalam yang mengatur batas usia untuk dapat
ketentuan Pasal: 27 ayat (1) serta bertindak dan dikategorikan sebagai
Pasal 28D ayat (1) dan ayat (2) “dewasa” dan/atau dapat melakukan
UUD 1945. Bung Karno memahami hubungan dengan pihak ketiga.
hak politik warga negara dalam Calon kepala daerah dan calon
kegiatan pemilu merupakan wakil kepala daerah yang memiliki
raison d’etre bagi sebuah negara konflik kepentingan dengan petahana
demokrasi berbasis konstitusional. tidak ada relevansinya untuk
Bung Karno mengatakan: tidak diperbolehkan berkontestan
“Undang-Undang Dasar itu adalah dalam pemilihan kepala daerah,
politieke democratic. Menurut termasuk pemenang dalam
UUD engkau sama dengan engkau. pemilukada. Pembuat undang-
Menurut UUD engkau sama-sama undang mengkhawatirkan ketika
mempunyai hak untuk memilih. ada konflik kepentingan dengan
Menurut UUD engkau sama-sama petahana, akan merugikan lawan dan
mempunyai hak untuk dipilih. pasti memenangkan pertarungan
Menurut UUD engkau boleh pemilukada. Dalam konteks ini,
mengeluarkan engkau punya perlu dibedakan antara strategi
pikiran. Menurut UUD engkau boleh atau cara-cara memenangkan dalam
menjadi menteri, engkau boleh pertarungan pemilukada melalui
jadi hakim, engkau boleh menjadi hubungan darah dengan hak politik
apapun. Sama rata sama rasa yang dimiliki tiap individu yang sudah
menurut UUD”. barang tentu dijamin oleh konstitusi
Merujuk pada pandangan Bung apabila memenuhi persyaratan untuk
Karno tersebut, maka sangat jelas memilih.
bahwa UUD 1945 memberi jaminan
terhadap hak politik warganegara dan 2. Ketentuan mengenai
negara menjamin implementasi hak persyaratan calon kepala
politik tersebut, sehingga tidak alasan daerah seorang anggota
untuk membatasi hak politik warga DPR, DPD dan DPRD tidak
negara a quo, terutama hak untuk harus mengundurkan diri
ABSTRAK/ABSTRACT
Corruption has "entrenched" and affects almost all aspects of the community
life, not exceptionally during the implementation of elections. Therefore,
there must be fundamental steps to anticipate. One of them is to bring back
the ethics. The ethics enforcement for election organizers absolutely must
be done to prevent infringement that could cause lost to the state. For the
election organizers, integrity is very important to achieve. When someone
has committed as election organizers, they should have understood that
the principles of code of ethics is above all and aiming to achieve an ideal
of a democratic and electoral integrity. The principles of code of conduct
should always be obeyed as the provider of limitations of what to do and not
Jurnal ETIKA
Jurnal ETIKA Vol. 2, Nomor
Vol. 2, Nomor
& PEMILU
& PEMILU 2, JUNI 2016 23
4, DESEMBER
TULISAN UTAMA (MAIN ARTICLES)
rule of law dan rule of ethic akan dengan penegakan etika dan moral
menghasilkan kesejahteraan kolektif penyelenggara pemilu yaitu:
kita sebagai bangsa. Sehingga Apakah dengan menegakan etika
kemanfaatan dari demokrasi dapat mencegah para penyelenggara
bisa dinikmati bersama, melalui melakukan perbuatan melanggar
kebebasan, keadilan, kesejahteraan hukum dan korup?
dan kerukunan. Jika berhasil dengan Bagaimana peran kode etik
proyek etika, melengkapi sistem penyelenggara pemilu dalam
aturan hukum kita (Asshiddiqie, mencegah penyelenggara melakukan
Rule Of Law Dan Rule Of Ethics Untuk perbuatan melanggar hukum dan
Mengembangkan Sistem Demokrasi, korup?
2012)
Menurut Ketua DKPP Prof. B. PEMBAHASAN
Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H.,
B.1 Menegakan Etika mencegah
bahwa pentingnya etika di dalam
para penyelenggara melakukan
penyelenggaraan pemilu, mengingat
perbuatan melanggar hukum
etika pemilu merupakan pangkal
dan korup
bagi perikehidupan kemasyarakatan,
kebangsaan, dan kenegaraan. Bahwa Korupsi adalah perilaku yang
terbentuknya pemerintahan negara, menyimpang dari kewajiban formal
baik di tingkat pusat maupun di daerah, suatu jabatan publik karena kehendak
terpilihnya para wakil rakyat dan untuk memperoleh keuntungan
wakil daerah, di seluruh jenjang, baik ekonomis atau status bagi diri
di tingkat pusat maupun di daerah, sendiri, keluarga dekat. Tindak
semuanya dimulai dan melalui proses korupsi umumnya merupakan
pemilu yang seharusnya beretika. transaksi dua pihak, yaitu pihak
Oleh karena itu penting artinya yang menduduki jabatan publik dan
apabila pemilu dilandasi dengan dasar pihak yang bertindak sebagai pribadi
etik yang jelas (Asshiddiqie, DKPP, swasta. Tindakan yang disebut
2012). Etika penyelenggara pemilu korupsi adalah transaksi dimana
secara sempit atau praktis berkaitan satu pihak memberikan sesuatu yang
dengan ketaatan terhadap kode etik, berharga (uang atau aset lain yang
sedangkan secara luas berkaitan bersifat langgeng seperti hubungan
dengan integritas pemilu atau prinsip- keluarga atau persahabatan) untuk
prinsip pemilu berintegritas (Rosyidi, memperoleh imbalan berupa
2016). pengaruh atas keputusan-keputusan
pemerintahan (Said, 1997).
A.2. Rumusan Masalah Alfiler secara khusus merumuskan
apa yang disebut sebagai korupsi
Berdasarkan latar belakang
birokrasi (bureaucratic corruption)
permasalahan diatas, terdapat
sebagai suatu perilaku yang dirancang
rumusan masalah yang berkaitan
yang sesungguhnya merupakan suatu
tidak punya kualitas moral dan ikutan saja terhadap pelbagai pihak
integritas yang tinggi, maka akan yang mau menetapkan bagaimana kita
mudah menggunakan kekuasaannya harus hidup, melainkan agar kita dapat
secara sewenang-wenang atau mengerti sendirimengapa kita harus
untuk kepentingan keluarga atau bersikap begini atau begitu. Etika mau
kelompoknya sendiri, salah satunya membantu, agar kita lebih mampu
adalah korupsi dan nepotisme. Dan untuk mempertanggungjawabkan
apabila atasannya bisa dikatakan kehidupan kita (Suseno, 1987).
seorang yang korup, bisa dipastikan Dalam etika dikatakan bahwa
bawahannya akan meniru perilaku kesatuan faham moral hanya dapat
atasan dengan alasan hormat, takut tercapai apabila kita bersedia
atau karena lemahnya moral bawahan untuk menempati “titik pangkal
tersebut. moral”. Dengan titik pangkal moral
Kasus korupsi seharusnya tidak dimaksudkan agar orang harus
perlu terjadi apabila, seseorang bersedia dulu untuk mengambil sikap
memiliki dasar yang kuat mengenai moral, baru tercapailah dasar untuk
konsep etika. Etika merupakan sikap bersama-sama mencari penilaian
dan tindak tanduk menusia dalam yang tepat. Mengambil titik pangkal
kehidupan sehari-hari yang berkaitan moral seperti itu hanya mungkin bagi
dengan moral individu, dan etika orang yang memilki kepribadian yang
tidak saja berhubungan dengan kuat dan matang. Untuk mencapai
tindakan-tindakan nyata tetapi juga kematangan itu, kita harus berusaha
mencakup motif dari suatu tindakan dalam dimensi kognitif dan afektif.
yang dilakukan oleh seseorang. Dalam dimensi kognitif kita harus
(Asshiddiqie, 2013). berusaha agar suara hati memberikan
Etika merupakan sarana orientasi penilaian-penilaiannya berdasarkan
bagi usaha manusia untuk menjawab pengertian yang tepat. Atau dengan
suatu pertanyaan yang amat kata lain, kita harus “mendidik” suara
fundamental: bagaimana saya harus hati.
hidup dan bertindak? Sebenarnya Mendidik suara hati berarti
ada banyak pihak yang menjawab kita harus selalu mau belajar,
pertanyaan itu bagi kita: orang tua. mau memahami pertimbangan-
guru, adat istiadat, dan tradisi, teman pertimbangan etis yang tepat
lingkungan sosial, agama, negara, dan seperlunya memperbaharui
pelbagai idiologi. Tetapi apakah benar pandangan-pandangan kita. Jadi
yang mereka katakan? Dan bagaimana yang diperlukan dalam mendidik
kalau, mereka masing-masing segi kognitif suara hati adalah
memberikan nasihat yang berlainan? keterbukaan. Selanjutnya, tentang
Lalu siapa yang harus diikuti? Dalam bagaimana kesanggupan kita untuk
situasi ini etika mau membantu kita selalu bertindak sesuai dengan suara
untuk mencari orientasi. Tujuannya hati dapat dikembangkan dari segi
agar kita tidak hidup dengan cara ikut- afektif. Manusia tidak dapat menjadi
objektif yang dianggap harus berlaku sekedar sebagai alat (sarana), sehingga
dalam situasi dan kondisi apapun. setiap tindakan yang memperlakukan
Baik buruknya suatu tindakan dilihat manusia sebagai objek, bukan sebagai
dari tindakan itu sendiri, bukan dari subjek yang penuh sebagai manusia,
akibatnya. Suatu tindakan dianggap maka tindakan tersebut adalah salah.
baik apabila tindakan itu sesuai
dengan aturan (norma) yang ada B.2 Peran Kode Etik
baik itu berasal dari agama yang Penyelenggara pemilu
dianutnya, kesusilaan, sopan santun, dalam melaksanakan tugas dan
maupun hukum. Franz Magnis Suseno, kewenangannya selalu terikat pada
menyebut etika deontologis dengan norma-norma hukum, etika, dan adat
etika peraturan, dan mengatakan istiadat setempat. Penyelenggara
bahwa etika peraturan melihat hakikat pemilu yang netral, profesional
moralitas dalam ketaatan terhadap dan berintegritas sangat memiliki
sejumlah peraturan. Menurut pengaruh terhadap berlangsungnya
Immanuel Kant, jika orang mengambil proses pemilu yang berkualitas dan
suatu putusan yang secara moral baik, fair. Undang-Undang No. 15 Tahun
maka ia pada akhirnya melakukan hal 2011 menyebutkan bahwa kode
itu berdasarkan suatu aturan dasar etik penyelenggara pemilu ialah
moral yang merupakan inti suatu pola satu kesatuan norma moral, etis dan
pikir moral setiap orang. filosofis yang merupakan pedoman
Tanpa adanya aturan dasar itu, perilaku bagi penyelenggara pemilu
maka akan mustahil untuk dapat yang diwajibkan, dilarang, patut atau
dibayangkan, bahwa orang akan tidak patut dilakukan dalam semua
mampu untuk melakukan pemikiran tindakan dan ucapannya. ‘Sumpah
dan tindakan moral. Aturan dasar dan/atau Janji’ sebelum menjalankan
moral yang universal itu oleh tugas sebagai penyelenggara pemilu
Kant disebut Imperatif kategoris menjadi bagian dari kode etik.
(mewajibkan tanpa syarat). Sifat Kode Etik Penyelenggara Pemilu
imperatif kategoris, oleh Kant dituangkan dalam bentuk Peraturan
dirumuskan dalam dua prinsip Bersama KPU, Bawaslu, dan DKPP.
dasar yaitu: Pertama, bertindaklah Hal ini karena kode etik disusun
sesuai dengan suatu pedoman, yang berdasarkan kesadaran internal
sekaligus dapat berlaku sebagai para penyelenggara pemilu yang
kaidah umum. Artinya, apa yang mengikatkan diri secara sukarela
kita lakukan itu “benar” apabila di (voluntary norms imposed from within
manapun dan kapanpun adalah yang the consciousness of the subjects).
seharusnya dilakukan oleh siapapun. Kode Etik Penyelenggara Pemilu
Kedua, tindakan itu benar apabila berisi ketentuan umum, landasan
memperlakukan manusia, baik itu dan prinsip dasar etika dan perilaku,
orang lain atau diri sendiri, di dalam pelaksanaan prinsip dasar etika dan
setiap hal, sebagai tujuan dan bukan
ABSTRAK/ABSTRACT
Since the direct local election in 2005, 10 years after, Indonesia back into
a new round of local democracy. The local election will be done at the same
time (simultaneously). Although it has run smoothly, it does not mean that
the simultaneous local election of 2015 did not have any problem. The main
problems were at the stage of candidacy, the low voting participation,
money politics and the neutrality of civil servants. This article will discuss
some factors to be evaluated related to the implementation of the election,
starting from the evaluation of civil servants (PNS) neutrality, voting
evaluation, evaluation of electoral supervisory, low turnout evaluation, to
the proposal of election disputes settlement through PT TUN. The author
conducted a literature study process by collecting primary data through
writing materials in various forms, obtained from books, newspapers,
internet, and others. The data collected is expected to simplify the writer
34 Vol. 2, Nomor 4,
2, DESEMBER
JUNI 2016 Jurnal
2016 ETIKA
Jurnal ETIKA
& PEMILU
& PEMILU
Jerry Indrawan - FAKTOR-FAKTOR YANG HARUS DI EVALUASI PASCA-PILKADA ...
tiga syarat utama menjadi kepala mana kampanye hitam dan mana
daerah. Bukan hanya uang, massa, kampanye negatif. Pemerintah
media, status, atau popularitas saja dan pelaksanana pemilihan umum
yang terutama. Sayangnya, pilkada harus mampu memberikan edukasi
di Indonesia lebih diwarnai oleh kepada masyarakat agar proses
pertarungan transaksional daripada kampanye dilakukan memenuhi
pergulatan ide. Kontestasi materi standar-standar etika yang ada,
daripada pertandingan antar solusi tanpa mendisriminasikan salah satu
dan gagasan. pasangan tanpa bukti-bukti yang jelas.
Selain itu, tentunya perlu ada Menyinggung kegagalan 5 daerah
penegasan terkait larangan politik yang gagal mengkuti pilkada serentak
uang kepada masyarakat. Politik lalu, masalah penkandidatan rupanya
uang, sebuah teknik yang “sangat menjadi alasan utama. Agar masalah
wajar” dilakukan pasangan kandidat yang sama tidak terjadi dua tahun ke
dengan sejuta metode. Metode- depan (pilkada serentak selanjutnya
metode tersebut cukup bervariasi, dijadwalkan berlangsung bulan
di antaranya pembagian undian, Februari tahun 2017), mekanisme
pembagian sembako, dan tentunya sistem penkandidatan kepala daerah
pembagian uang tunai yang harus dievaluasi. Komisi Pemilihan
dilakukan oleh kandidat itu sendiri, Umum (KPU) dan Komisi Pemilihan
maupun tim suksesnya. Politik uang Umum Provinsi, Komisi Pemilihan
bahkan ditenggarai terjadi melalui Umum Kab/Kota harus melakukan
penyalahgunaan bansos dan program evaluasi menyeluruh terhadap
pemerintah daerah lainnya. Parahnya, keseluruhan tahapan penkandidatan.
selama ini setiap aduan atau temuan Tahapan tersebut mulai dari proses
yang masuk ke Panitia Pengawas penerimaan pendaftaran pasangan
Pemilu (Panwas) masih minim kandidat, verifikasi, penetapan
penindakan oleh pihak terkait, baik itu pasangan kandidat, hingga proses
kepolisian ataupun kejaksaan. Panwas sengketa penkandidatan di tingkat
seolah hanya menjadi hiasan dalam Panwas atau tingkat pengadilan. Tidak
pilkada karena tidak mampu berbuat tertutup kemungkinan mekanisme
banyak dalam menindak segala penkandidatan akan masuk revisi
bentuk politik uang. undang-undang pilkada.5
Black campaign juga marak Adapun 5 daerah yang gagal
terjadi, bahkan ditenggarai hadir di mengikuti pilkada serentak, yaitu 4
setiap pilkada. Di tengah masyarakat kabupaten/kota: Fakfak, Simalungun,
yang melodramatis seperti di Manado, Pematang Siantar, dan
Indonesia ini, isu-isu sensitif tentang 1 provinsi: Kalimantan Tengah.
seorang kandidat kepada daerah Penundaan di Fakfak, Pematang
tentunya menjadi komoditas publik Siantar, dan Kalteng dikarenakan
yang sangat bernilai. Masyarakat
5
Media Indonesia, 14 Desember 2015. KPU
kita belum bisa membedakan Evaluasi Sistem Penkandidatan. Hlm. 4.
sebenarnya putusan TUN. Lebih baik selisih 2 persen suara, pasca pilkada
memaksimalkan lembaga peradilan serentak ini, provinsi termuda kita,
yang sudah ada daripada membentuk Kalimantan Utara dilanda kerusuhan
sebuah lembaga peradilan baru. besar. Jika melihat hasil penghitungan
Penggugat dalam sengketa KPU setempat, pasangan nomor 1
pilkada cukup membuktikan memperoleh 45.86 persen, sedangkan
apakah tergugat (KPU), yang dalam nomor 2 memperoleh 53.67 persen.
memutuskan hasil rekapitulasi dan Dengan junmlah penduduk 588.791
menetapkan pasangan yang menang, jiwa, berdasarkan ketentuan Pasal
bertentangan dengan asas-asas umum 158 UU Nomor 8 tahun 2015 pilkada
pemerintahan yang baik dan asas- Kaltara hanya bisa dipersoalkan ke
asas penyelenggaraan pemilu dan/ MK jika selisih suara tidak melampai
atau pilkada, bertentangan dengan 2 persen suara. Dengan hasil
peraturan perundang-undangan yang demikian, tentunya pilkada Kaltara
berlaku, atau tidak bertentangan tidak bisa digugat di MK (sekalipun
sama sekali. Jika KPU ditemukan tetap diajukan oleh pihak yang
bertentangan dengan prinsip- kalah).21 Walaupun kerusuhan bukan
prinsip di atas tadi, maka majelis diakibatkan gagalnya pilkada Kaltara
berwenang untuk membatalkan digugat ke MK, akan tetapi bayangkan
keputusan KPU terkait pemenang jika sebelum gugatan saja kerusuhan
pilkada tersebut. Kemudian, majelis sudah terjadi cukup massif, sampai
bisa saja membatalkan SK KPU pembakaran kantor gubernur.22
dan memutuskan untuk dilakukan Apalagi, jika masalah di Kaltara ini
Pilkada ulang, atau putusan lain, tidak selesai di MK, penulis tidak yakin
sesuai biasanya putusan MK selama pihak yang kalah dapat menerima
ini. terkait efisiensi, PT TUN dapat hasil KPU begitu saja.
memberi batasan pada waktu Untuk itulah masalah sengkata
pemeriksaan perkara pilkada, seperti pilkada ini perlu mendapatkan
30 hari sejak perkara didaftarkan. perhatian khusus oleh penyelenggara
Dalam memeriksa perkara pemilu dan pembuat undang-undang
pilkada, PT TUN tidak perlu membuat (parlemen), agar para peserta
persyaratan, seperti harus ada selisih pilkada dapat merasa aman dan yakin
2 persen perolehan suara dan ada bahwa jika di akhir proses mereka
tidaknya pelanggaran yang bersifat memutuskan untuk mengajukan
Terstruktur, Sistematis, dan Massif gugatan, hak-hak politik mereka
(TSM) dalam proses pelaksanaan dapat terakomodasi secara adil.
pilkada. Majelis Hakim PT TUN dapat 21
Media Indonesia, 21 Desember 2015. Polisi
mengadili sengketa pilkada seperti Sasar Aktor Kerusuhan Kaltara. Hlm. 4.
sengketa yang biasa diselesaikan oleh 22
Tempo, 23 Desember 2015. Bakal Kandidat
Wagub Kalimantan Utara Tersangka Perusak Kantor
PT TUN, tentunya dengan beberapa Gubernur. Diunduh pada 30 Desember 2015, dari http://
penyesuaian. nasional.tempo.co/read/news/2015/12/23/078730233/
bakal-kandidat-wagub-kalimantan-utara-tersangka-
Satu contoh terkait kebijakan perusak-kantor-gubernur
menjadi perhatian serius. Hal ini dapat Daftar Pemilih Tetap (DPT)
disebabkan oleh banyak hal, misalnya dan melakukan pemuktahiran
apakah dikarenakan kurangnya data secara lebih gradual untuk
kinerja dari penyelenggara, kinerja mencegah penyelewengan DPT
dari kandidat itu sendiri, atau karena 5. KPU harus memperbaiki
pilihan politik masyarakat sendiri koordinasi dalam hal pembuatan
yang secara sadar untuk memutuskan dan pengiriman logistik pemilu
tidak memilih (Golput). Terakhir, 6. Bawaslu harus membentuk
penyelesaian sengketa pilkada Panitia Pengawas (Panwas)
diusulkan untuk diselesaikan saja di di tingkat daerah dengan
PT TUN, bukan di MK. lebih memperhatikan kualitas
Dalam tulisan ini, penulis juga kepemiluan mereka. Harus ada
menyarankan beberapa hal berikut: syarat-syarat yang lebih substantif
1. KPU harus melakukan evaluasi terkait pemilihan anggota Panwas.
menyeluruh terhadap keseluruhan Selain itu, penambahan unsur
tahapan penkandidatan. Tahapan Panwas di daerah juga harus
tersebut mulai dari proses diperhatikan
penerimaan pendaftaran pasangan 7. KPU harus lebih kreatif dalam
kandidat, verifikasi, penetapan mensosialisasikan pilkada,
pasangan kandidat, hingga proses tidak hanya sosialisasi tanggal
sengketa penkandidatan di tingkat pencoblosan, tetapi juga esensi
Panitia Pengawas (Panwas) atau dari pentingnya pilkada bagi
tingkat pengadilan masyarakat sehingga partisipasi
2. KPU, Bawaslu, dan DKPP harus dapat ditingkatkan
melibatkan partisipasi aparat yang 8. Sengketa pilkada lebih baik
berwajib secara lebih masif dalam diserahkan ke Pengadilan Tinggi
hal mencegah berkembangnya Tata Usaha Negara (PT TUN)
politik uang di masyarakat, daripada di Mahkamah Konstitusi
terutama menjelang hari (MK), untuk efektifitas dan kualitas
pencoblosan putusan hasil sengketa nantinya
2. KPU, Bawaslu, dan DKPP harus Untuk menutup, penyelenggaraan
meningkatkan koordinasi dengan pilkada harus mewakili moralitas
Kementerian Pendayagunaan bangsa. Pengalaman kita menuju
Aparatur Negara dan Reformasi konsolidasi demokrasi yang
Birokrasi untuk menindak PNS berkualitas masih diwarnai masalah
yang terlibat dalam proses pilkada. terkait moralitas dari demokrasi
Jika perlu, PNS yang ditemukan itu sendiri. Sejak 2005, konflik dan
terlibat langsung diberhentikan. sengketa menjadi akrab di telinga
Untuk itu, diperlukan aturan ketika pra dan pasca pelaksanaan
bersama yang memiliki kekuatan pesta rakyat daerah tersebut.
hukum kuat. Sejumlah realitas menunjukkan masih
4. KPU harus memperbaiki ada kelemahan dalam berdemokrasi,
Safriadi
ABSTRAK/ABSTRACT
melanggar UU No.8 Tahun 2012, pada hari Jumat tanggal 25 Juli 2014,
dan AD/ART PBB. Selain itu, dengan teradu mengeluarkan Surat Edaran
merujuk bukti Keputusan No.SKR. No.1446/KPU/VII/2014 tentang
PP/1296/2014 yang memuat jabatan Penyiapan dan Penyampaian Formulir
pengadu I sebagai wakil sekretaris Model A5 PPWP dan Model C7 PPWP
jenderal DPP PBB dan sesuai Keputusan jo Surat Edaran No.1449/KPU/
No.A-1272/DPP-Sek/09/1435 yang VII/2014 tanggal 25 Juli 2014 tentang
memulihkan Zulkarnain M. Dunda, Sengketa PHPU Presiden dan Wakil
DPP PBB menyampaikan kepada Presiden Tahun 2014. Surat Edaran
teradu, berdasarkan ketentuan AD/ KPU memuat perintah kepada seluruh
ART PBB, apabila seorang anggota KPUD melakukan pembukaan kotak
pengurus dinilai melanggar disiplin suara yang tersegel. Berdasarkan
partai, maka forum pemeriksaan Pasal 149 UU No.42 Tahun 2008
tindakan indisipliner berada di tentang Pemilihan Presiden dan
tangan Badan Kehormatan sesuai Wakil Presiden dan PKPU No.21
tingkatannya. Dengan demikian, Tahun 2014 yang menyatakan “KPU
jabatan pengadu I sebagai wakil Kabupaten/Kota menyimpan menjaga
sekjen DPP PBB, maka kewenangan dan mengamankan keutuhan kotak
memeriksa adalah BK DPP PBB dan suara setelah pelaksanan rekapitulasi
bukan BK DPC PBB. Pada intinya hasil penghitungan perolehan suara
pengadu berpendapat baha para pasangan calon sehingga KPU/KIP
teradu telah melakukan pelanggaran Kabupaten/Kota wajib menyimpan,
kode etik terkait penolakan terhadap menjaga dan mengamankan kotak
3 (tiga) rekomendasi Panwaslu, suara”. Tindakan KPU mengeluarkkan
yakni No.150/Panwaslu-Kota/Gtlo/ SE untuk pembukaan kotak suara
VI/2014, terkait materi perkara a quo melanggar PKPU No.21 Tahun
dan sekaligus merupakan tindakan 2014. KPU/KIP Kabupaten/Kota
yang tidak menghormati sesama wajib menyimpan dan menjaga dan
lembaga penyelenggara pemilu. mengamankan keutuhan seluruh
Sementara dalam konteks kotak suara yang berisi surat suara
penanganan pelanggaran kode etik dari seluruh TPS diwilayah kerjanya
pilpres 2014 yang menjadikan ketua dan formulir ditingkat TPS dalam
dan anggota KPU RI sebagai teradu, keadaan tersegel. Surat edaran
putusan DKPP mendasarkan pada ini juga melanggar Pasal 38 ayat
hasil verifikasi berkas dan kajian (3) PKPU No.31 Tahun 2014, yang
dokumen pengaduan yang kemudian pada pokoknya mengatur bahwa
pleno putusan sebagaimana dalam KPU/KIP Kabupaten/Kota wajib
pertimbangan putusan dinyatakan, menyimpan kotak suara sebagaimana
pada intinya teradu melakukan dimaksud pada ayat (1) pada tempat
pelanggaran kode etik penyelenggara yang memadai dan dapat dijamin
pemilu dengan melakukan pembukaan keamanannya.
kotak suara yang tersegel, karena
pelanggaran kode etik pilpres, terdapat oleh Tim pasangan Prabowo-Hatta. Para
16 perkara yang diputus, 14 putusan, pengadu baik Tim pasangan Prabowo-
dan 1 ketetapan sehingga dengan Hatta dari capres dan cawapres
demikian, anggota KPU Bawaslu nomor urut 1 maupun Tim pasangan
yang direhabilitasi sebanyak 26 capres dan cawapres Jokowi-JK nomor
(36,11%), yang diberikan peringatan urut 2 dan kelompok masyarakat
tertulis sebanyak 37 (51,39%), tidak yang mengatasnamakan unsur
ada pemberhentian sementara (0%), masyarakat mengadukan KPU Pusat/
dan terdapat 9 (12,5%) anggota Provinsi/Kabupaten/Kota, Bawaslu
penyelenggara diberhentikan secara Pusat/Bawaslu Provinsi/Panwaslu
tetap. Kabupaten/Kota, dan terhadap semua
Pelanggaran kode etik pada pengaduan kode etik penyelenggara
penyelenggaraan Pilpres 2014 yang pemilu, DKPP memprosesnya
diadukan ke DKPP oleh Tim pasangan berdasarkan fungsi dan wewenang yang
capres dan cawapres Prabowo-Hatta dimiliki. Modus pelanggaran kode etik
dan Tim pasangan Jokowi-JK serta penyelenggara pemilu yang dilakukan
dari unsur masyarakat dengan modus anggota penyelenggara pemilu yakni
pelanggaran perihal pembukaan KPU dan Bawaslu disemua jajaran dapat
kotak suara oleh KPU, persoalan diketahui dan terkonfirmasi dengan
rekomendasi surat SPKTB, persyaratan jelas pada proses persidangan DKPP.
capres, dan kasus yang boleh dikatakan Dengan mekanisme sistem persidangan
cukup menghebohkan publik yakni kode etik yang terbuka dapat membantu
pelaksanaan pilpres di Kabupaten majelis persidangan untuk menganalisis
Dogiyai Papua pada akhirnya dapat dengan lebih cermat lagi berdasarkan
ditangani dengan baik oleh DKPP. data, dokumen laporan yang diberikan
Modus lain adalah penggunaan fasilitas pelapor. Dengan demikian, dalam pleno
negara dan DPKTB yang dipersoalkan pengambilan kebijakan terkait putusan
Tabel 1
Modus-modus pelanggaran kode etik penyelenggara pemilu, baik yang dilakukan KPU maupun
Bawaslu di semua jenjang yang pernah diproses DKPP
Jajaran Jajaran
No Jenis % % Total
KPU Bawaslu
1 Netralitas 22 75,9 7 24,1 29
2 Profesionalitas 36 75 12 25 48
3 Penetapan Paslon 72 100 - 0 72
4 Penetapan Paslon Terpilih 9 100 - 0 9
5 Penanganan DPT 6 100 - 0 6
6 Penyalahgunaan Jabatan/Wewenang 2 50 2 50 4
7 Mengabaikan Putusan Pengadilan 5 100 - 0 5
8 Melalaikan Tugas 4 100 - 0 4
9 Menerima Suap - 0 2 100 2
10 Seleksi anggota Penyelenggara Pemilu 14 37,8 23 62,2 37
11 Konflik dengan Sekretariat 1 50 1 50 2
Total 171 76,9 46 23,1 217
Sumber: Data Diolah Sekretariat DKPP per 8 Juni 2015
ada sekarang, misalnya, prinsip- Daud, dan Rauf Ali, yang mengadukan
prinsip ‘audi et alteram partem’, ketua dan anggota KPU Kota
prinsip independensi, imparsialitas, Gorontalo, yakni, Thaib Saleh, Abdulah
dan transparansi. Mansyur, Asni Abu Bakar, Jusrin
Dengan diberlakukannya prinsip- Kadir, dan Nurul Syamsu Pana, yang
prinsip ini, maka semua pihak disidangkan oleh DKPP dalam perkara
yang terkait dengan perkara wajib pelanggaran kode etik penyelenggaraan
didengarkan dalam persidangan pileg, dan DKPP juga menyidangkan para
yang diselenggarakan secara terbuka, teradu lain dalam kasus pilpres yang
dimana para anggota DKPP bertindak diadukan yakni dari pasangan capres
sebagai hakim yang menengahi Prabowo Subianto dan calon wakil
pertentangan untuk mengatasi presiden Hatta Rajasa melalui kuasa
konflik dan memberikan solusi yang hukum mereka M. Mahendradatta, Didik
adil. Pendek kata, sebagai lembaga Supriyanto, Sutejo Sapto Jalu, Warno,
peradilan etika, DKPP juga harus Sahroni, Guntur Fattahillah, Ega
menjadi contoh mengenai perilaku Windratno, yang mengadukan ketua
etika dalam menyelenggarakan sistem dan anggota KPU RI, Husni Kamil
peradilan etika yang menyangkut Manik, Ferry Kurnia Rizkiansyah, Ida
aneka kepentingan yang saling Budhiati, Arif Budiman, Hadar Nafis
bersitegang antara para peserta Gumay, Sigit Pamungkas, dan Juri
pemilu dengan penyelenggara pemilu Ardiantoro, ketujuhnya ditempatkan
atau antara masyarakat pemilih sebagai teradu dalam penanganan
(voters) dengan penyelenggara kasus dugaan pelanggaran kode etik
pemilu, ataupun diantara sesama penyelenggara pilpres 2014 dalam
penyelenggara pemilu sendiri, penanganan kode etik pelaksanaan Pileg
khususnya antara aparat KPU dan dan Pilpres 2014, maka patut kiranya
aparat Bawaslu. bagi semua pemangku kepentingan
dalam pemilu untuk senantiasa aktif
C.6. Putusan No.16/DKPP-PKE- berpartisipasi mendorong lembaga
III/2014, dan No.215/DKPP- penegakan kode etik penyelenggara
PKE-III/2014, serta putusan pemilu ini untuk rekonsolidasi
No.255/DKPP-PKE-III/2014 demokrasi yang bermartabat. Selain
Berangkat dari ide tersebut, aktif memberikan dukungan, aktif pula
putusan DKPP No.16/DKPP-PKE- mengawasi dengan konstruktif.
III/2014, dan No.215/DKPP-PKE- Berdasarkan trend analisis
III/2014, serta No.255/DKPP- modus-modus pelanggaran kode etik
PKE-III/2014 terkait penanganan penyelenggara pemilu pada pelaksanaan
kasus dugaan dalam pelanggaran pileg dan pilpres 2014 serta dampak
pelaksanaan pileg dan pilpres etik putusan DKPP No.216/DKPP-
2014 sebagaimana dilaporkan oleh PKE-III/2014, dan No.215/DKPP-PKE-
Zulkarnain M.Dunda, Hadi Sutrisno III/2014, serta No.255/DKPP-PKE-
III/2014 terkait dugaan pelanggaran
ABSTRAK/ABSTRACT
Elections are run simultaneously is generally running smoothly, but still leave
problems classified as serious. One of them is their citizens who did not vote in
the election. Citizens who do not exercise their voting right have huge numbers.
In some areas showed the data of voters who do not exercise their voting rights
is more than voting. They were disappointed with the elections.
A. PENDAHULUAN
Golongan putih (golput) masih menjadi fenomena tersendiri dalam
pemilukada serentak. Di sejumlah daerah yang menyelenggarakan pemilukada
serentak, golputlah yang tampil sebagai pemenangnya. Tentu saja hal ini menjadi
gugatan bagi kalangan penyelenggara pemilukada, mengapa sampai golput yang
menjadi pemenangnya?
Upaya membangun demokrasi melalui pemilukada ternyata tidak mudah.
Demokrasi yang berbentuk pemilukada, ternyata kurang mendapat dukungan
maksimal dari pemilik kedauatan, yang pemilik kedaulatan ini sejatinya menjadi
ruh demokrasi. Rakyat yang jadi ruh demokrasi ini ternyata belum memberikan
haknya.
Partisipasi masyarakat merupakan salah satu prinsip dari tata kelola
pemerintahan yang baik (good governance) menurut United Nations Development
Programme (UNDP) bersama dengan beberapa prinsip lain, yaitu: transparansi,
akuntabilitas, dan responsif.1 Kalau golput yang jadi pemenang dalam pemilukada,
1
Samodra Wibawa, “Good Governance dan Otonomi Daerah”, dalam Agus Dwiyanto ed., Mewujudkan Good
maka ini mengindikan rendahnya tata tidak sah dan golput, maka jumlah
kelola pemerintahan. suara yang diperoleh pemenang
Sebagai contoh, penyelenggaraan pemilukada masih jauh tertinggal. Hal
pemilukada serentak yang salah ini karena jumlah suara yang tidak
satunya dilaksanakan di Kabupaten sah atau pemilih yang memilih golput,
Purbalingga memang telah usai mencapai sekitar 319 ribu.3
beberapa bulan lalu. Namun Kasus yang serupa dengan
tingginya jumlah pemilih yang tidak Purbalingga itu sangat banyak,
menggunakan hak pilih alias golput baik pemilukada kabupaten/kota
telah menyebabkan legitimasi hasil maupun pemilukada provinsi.
pemilu tidak bisa dirasakan secara Sebagai contoh partisipasi pemilih di
penuh. Apalagi karena perolehan Pemilukada Gubernur Sumbar, pada
suara pemilih oleh pasangan nomor 2, Rabu 9 Desember 2015 sangatlah
Tasdi-Dyah Hayuning Pratiwi sebagai rendah antar 51-54 persen. Tentu
pemenang pemilukada, masih kalah saja keberhasilan atau kesuksesan
bila dibandingkan dengan jumlah penyelenggaraan pemilukada patut
suara yang golput. Tingginya angka dipertanyakan ketika partisipasi
golput dalam Pemilukada Purbalingga, pemilih sangat rendah demikian.
menjadi bahan evaluasi semua Catatan Haluan, trend pemilih pada
pihak. Wakil Ketua Desk Pemilukada pemilu sejak tahun 2004, termasuk
Purbalingga, Setiyadi, menyebutkan pilgub menunjukkan angka penu-
salah satu penyebab tidak tercapainya runan.4
target partisipasi pemilih 77,5 persen, “Kemenangan” golput di sejumlah
antara lain karena masih kurang daerah dalam pemilukada serentak itu
optimalnya proses sosialisasi.2 tentu saja menjadi gugatan khusus bagi
Tingkat partisipasi calon, KPU, dan pihak lain, mengapa
masyarakat dalam Pemilukada sampai golput yang “memenangkan “
Purbalingga 9 Desember 2015, pemilukada serentak?
hanya mencatat kehadiran pemilih
di Tempat Pemungutan Suara (TPS) B. PEMBAHASAN
pada kisaran 60 persen. Dengan
B.1. Membaca Demokrasi dan
jumlah pemilih sekitar 738.000,
Golput
jumlah pemilih yang suaranya dinilai
sah hanya 418.313 suara. Pasangan Membaca pemilukada sebagai
Tasdi-Tiwi mendapatkan dukungan pesta demokrasi dalam kaitannya
228.037 suara, dan pasangan Sugeng- dengan golput tidaklah lepas dari
Sutjipto meraih 190.276 suara. Bila masalah hak asasi manusia (HAM).
dihitung dengan jumlah suara yang Dalam pelaksanaan pemilukada, ada
praktik pengimplementasian hak
Governance Melalui Pelayanan Publik, Gadjah Mada Uni-
versity, Yogyakarta, 2005, hlm. 82. 3
Ibid.
2
http://nasional.republika.co.id/berita/na- 4
http://harianhaluan.com/news/detail/45721/
sional/Pemilukada/15/12/29/o04aab336-waduh-ang- golput-menang-di-Pemilukada-serentak
ka-golput-jadi-pemenang-Pemilukada-serentak
Free Topics: Exposing the result of study and research related to legal thought,
politic and democracy, particularly in an attempt to reorganize electoral system
in Indonesia towards modern democratic state. A manuscript can be a dissertation,
thesis, or essay, and also independent research (scientific work). In this series,
general article are written by DKPP RI staffs.
Jurnal ETIKA
Jurnal ETIKA
& PEMILU Vol. 2, Nomor
& PEMILU Vol. 2, Nomor 2, JUNI 2016 87
4, DESEMBER
88 Vol. 2, Nomor 2, JUNI 2016 Jurnal ETIKA & PEMILU
GOLPUT DALAM DISKURSUS ETIKA PEMILU
ABSTENTIONS IN THE POLITICAL ETHICS DISCOURSE
Helby Sudrajat
ABSTRAK/ABSTRACK
ketahun. Sejak era orde lama hingga politik, kesantunan politik, disposisi
saat ini perangkat aturan kepemiluan resiprositas toleransi, fleksibilitas
seringkali diubah. Termasuk institusi dan open mindness, komitmen
penyelenggara pemilu berkembang kejujuran dan akhirnya keterbukaan.
seiring kebutuhan dan tuntutan akan Didalam ungkapan berbeda akan
penyelenggaraan pemilu yang lebih tetapi memiliki substansi yang sama,
baik. Sejarah mencatat hampir setiap upaya yang dimaksud hanya mungkin
menjelang pemilu terjadi revisi atau dimenangkan diatas keberhasilan
perubahan aturan yang menyertainya kita didalam membangun etika dan
dan bahkan terbentuk lembaga baru moralitas politik yang berkeadaban
yang berkaitan dengan pengawasan demokratik, untuk menyebut
penyelenggaraan pemilu. Hal tersebut kesantunan, keadilan, toleransi
menunjukkan setidaknya dua hal sebagai elemen penting etika dan
utama. Pertama, demokrasi kita moralitas politik.2
berkembang dan dinamis. Kedua, ada Begitupun dalam perspektif
upaya perbaikan dari waktu ke waktu agama, politik maupun pemilihan
tentu saja dengan spirit perubahan umum (Pemilu), merupakan sarana
yang lebih baik serta tidak mengulang atau alat pengembalian hak umat
kesalahan sebelumnya. untuk memilih para pemimpin
Membangun institusi-institusi ummat maupun memilih wakilnya
demokratik adalah prasyarat yang nantinya akan berbicara,
penting bagi peletakan sistem menyampaikan pendapat, menuntut,
politik demokratis. Demikian pula membela dan melindungi hak-haknya
kehadiran pilkada langsung dan dari hal-hal yang merugikan mereka.
serentak yang sudah dimulai tahun Oleh karena itu partai politik maupun
2015 merupakan proses politik pemilu mempunyai kedudukan yang
strategis menuju kehidupan politik amat strategi bagi terwujudnya
demokratis. Namun di atas semua itu pemerintahan yang amanah sesuai
yang tak kalah penting adalah upaya dengan kehendak dan cita-cita ummat.
kita sampai benar-benar berhasil Pemilu dalam konteks
membangun etika dan moralitas ketatanegaraan di Indonesia,
politik para pihak, mencakup para elit walaupun mayoritas wakil-wakil
dan tokoh politik, penyelenggara rakyat yang dipilih tersebut mewakili
serta peserta pemilu yang sebangun kelompok atau partai tertentu,
dengan tuntutan sistem politik tetapi mereka memiliki otoritas
demokratik. untuk mengkomunikasikan berbagai
Prasyarat penting yang diperlukan kepentingan bersama dalam suatu
untuk memenuhi tuntutan itu adalah negara bangsa atas dasar kesepakatan
pentingnya dibangun kebudayaan bersama (konstitusi). Pada masa
dan kepribadian politik demokratik sekarang ini dan di Indonesia ini tidak
yang menurut Gould (1998) meliputi
2
http://eprints.undip.ac.id/5316/1/Demokrasi-
elemen-elemen: inisiatif rasional Jurnal_UNPAR.pdf diunduh pada 22/11/2016
ada cara lain untuk untuk memilih pekerjaan, ras dan sebagainya.
pemimpin yang baik dan shalih Faktor jenis pekerjaan juga dinilai
kecuali melalui pemilihan umum. bisa mempengaruhi keputusan orang
Hampir dapat dipastikan bahwa ikut pemilihan atau tidak.
munculnya pemimpin yang buruk Kedua, teori psikologis. Keputusan
akhlaknya menyebabkan buruk dan seseorang untuk ikut memilih
terabaikannya hak-hak rakyat. Salah atau tidak acapkali ditentukan
satu penyebab naiknya para pemimpin oleh kedekatan dengan partai
yang buruk karena orang-orang yang atau kandidat yang maju dalam
shalih membiarkan/mengabaikan pemilihan. Makin dekat seseorang
sarana pemilu ini.3 dengan partai atau kandidat
Secara sederhana pemilu yang tertentu makin besar kemungkinan
demokratis bisa diwujudkan dalam seseorang terlibat dalam pemilihan.
beberapa syarat. Pertama keharusan Ketiga, teori sosial ekonomi. Teori
adanya penyelenggara pemilu yang ini menyatakan keputusan untuk
berintegritas. Kedua dihasilkannya memilih atau tidak dilandasi oleh
peserta dan pemenang pemilu yang pertimbangan rasional, seperti
berkualitas. Ketiga, adanya kepastian ketidakpercayaan dengan pemilihan
hukum. Keempat, adanya penegakan yang bias membawa perubahan lebih
hukum pemilu yang adil serta baik. Atau ketidakpercayaan masalah
mengutamakan asas kebermanfaatan akan bisa diselesaikan jika pemimpin
bersama. Kelima dibutuhkan baru terpilih, dan sebagainya.
adanya partisipasi masyarakat. Pemilih yang tidak percaya dengan
Karena bagaimanapun juga pemilu pemilihan akan menciptakan keadaan
adalah pesta masyarakat dan hajat lebih baik, cenderung untuk tidak ikut
masyarakat dalam menyalurkan memilih.
aspirasinya dalam merubah kehidupan Untuk mengkaji mengenai perilaku
bernegara kearah yang jauh lebih baik. pemilih dalam menjatuhkan pilihannya
pada partai atau orang tertentu dalam
B.2. Perilaku Pemilih ilmu politik terdapat dua mazhab
Secara kajian teoritis, ada yang dominan menurut Afan Gaffar,
setidaknya tiga teori besar yang yaitu : Mazhab Columbia dan Mazhab
menjelaskan mengapa seseorang Michigan. Mazhab Columbia dikenal
memutuskan untuk tidak memilih sebagai pendekatan sosiologis, dan
ditinjau dari sudut pemilih ini adalah mazhab Michigan dikenal dengan
sebagai berikut: Pertama, teori pendekatan sosio-psikologis.4
sosiologis. Seseorang tidak ikut Pendekatan sosiologis ini
dalam pemilihan dijelaskan sebagai dipelopori dan dikembangkan
akibat dari latar belakang sosiologis oleh sejumlah ilmuwan ilmu sosial
tertentu, seperti agama, pendidikan, dan ilmu politik dari Columbia’s
University Bureau Of Applied Social
3
Drs. H. Abd. Salam, SH.MH. Partai Politik,
4
Pemilu dan Golput dalam Perspektif Hukum Islam (Afan Gaffar, 1992 : 4 ).
dengan pendekatan hukum. Dalam jauh dari itu termasuk warga negara
sudut pandang hukum, boleh jadi gol- serta segenap elemen bangsa lainnya
put sesuatu hal yang diperbolehkan terikat oleh nilai Pancasila sebagai lan-
sebagai hak setiap individu. Namun dasan ethics bangsa Indonesia.
bagi etika ini berbeda. Etika kadang- Pancasila sebagai sistem etika di
kala melihat sesuatu diatas hukum. samping merupakan way of life bang-
Etika bukan bicara boleh atau tidak sa Indonesia, juga merupakan struk-
boleh, akan tetapi jauh dari itu juga tur pemikiran yang disusun untuk
bicara kepatutan, kepantasan, keber- memberikan tuntunan atau panduan
manfaatan, yang pada ujungnya etika kepada setiap warga negara Indone-
menjadi nilai universal yang dianggap sia dalam bersikap dan bertingkah
mayorutas manusia adalah sebuah laku. Pancasila sebagai sistem etika,
kebaikan walaupun boleh jadi meru- dimaksudkan untuk mengembangkan
gikan kepentingan individu. dimensi moralitas dalam diri setiap
Jika pemilu dilihat sebagai sistem individu sehingga memiliki kemam-
bernegara, maka setidaknya ada em- puan menampilkan sikap spiritualitas
pat hal utama yang harus diulas se- dalam kehidupan bermasyarakat, ber-
bagai sumber nilai etika dalam praktik bangsa, dan bernegara.16
kepemiluan. Hal ini Penulis khususkan Pancasila dalam nilai yang dikand-
karena etika pemilu juga merupakan ungnya mengharuskan ego setiap
serapan dari berbagai nilai yang ada. individu (jika dianggap setiap indi-
Oleh karenanya, pembaca nanti akan vidu memiliki nilai moral tersendiri
melihat dan membandingkan sendiri, yang subjektif) untuk tunduk demi
sehingga golput akan tercermin sendi- kepentingan bersama, atau setidaknya
ri kewajaran atau kepatutannya secara mempedomani nilai tersebut dalam
otomatis dari wacana etika. Keempat kerangka menjaga keharmonisan hid-
sumber nilai etika tersebut meliputi up bersama. Secara ringkas nilai-nilai
Pancasila sebagai dasar negara, agama Pancasila berisi nilai-nilai etika ketu-
sebagai pedoman hidup keseharian hanan, nilai-nilai etika kemanusiaan,
pemilih, HAM sebagai acuan penga- nilai-nilai etika persatuan serta nilai-
kuan hak memilih dan dipilih, serta nilai etika berdemokrasi yang berlan-
TAP MPR Nomor VI Tahun 2001. daskan permusyawaratan perwakilan
Pertama, kita berkaca dari Pancas- serta nilai-nilai keadilan sosial.
ila sebagai sumber nilai kehidupan Dalam nilai ketuhanan, Pancasila
berbangsa dan bernegara. Tentu saja melihat golput sebagai sebuah tinda-
tidak diragukan lagi Pancasila syarat kan pemilih yang harus dipertanggu-
akan nilai-nilai luhur yang acapkali ngjawabkan dihadapan Tuhan yang
dipedomani sebagai acuan patut atau Maha Esa. Artinya Pancasila sebagai
tidak patut, wajar atau tidak wajar sumber nilai ketuhanan mengajarkan
suatu perbuatan. Nilai-nilai Pancasila pada pemilih bahwa pilihan golput
tidak sebatas mengikat pada pemer-
16
http://kuliahdaring.dikti.go.id/ diakses pada
intahan dalam arti sempit, akan tetapi 25/11/2016
tidak bisa dilihat dari sisi rasional se- bu-rambu atau etika dalam memilih
mata, jauh dari itu harus mempertim- pemimpin. Dan bisa dipastikan keter-
bangkan nilai-nilai ketuhanan, karena libatan seorang warga (atau posisinya
sekali lagi setiap tindakan dan pilihan sebagai umat bergama) dalam me-
akan dimintai pertanggungjawaban, nentukan pemimpin mereka adalah
apapun agama pemilih, dan golput sebuah keharusan. Walaupun dengan
adalah sebuah tindakan yang juga cara dan tujuan berbeda akan tetapi
akan dimintai pertanggungjawaban. point pentingnya adalah agama men-
Nilai etika kemanusiaan yang adil dorong ummatnya untuk sebisa mun-
dan beradab juga mengharuskan seo- gkin berpartisipasi dan tidak apatis.
rang pemilih untuk berlaku adil dan Indonesia sebagai mayoritas pe-
bijak dalam pilihannya. Maka sebelum meluk muslim ternyata memiliki per-
memutuskan untuk golput, seorang anan tersendiri dalam mendorong
pemilih haruslah berlaku adil terh- warga negara (umat Islam) agar
adap pilihannya dan lebih mement- meningkatkan partisipasi pemilih dan
ingkan kemaslahatan hidup bersma tidak golput. Hal ini bahkan menjadi
sebagai wujud manusia yang berkead- kekhawatiran serius para ulama di In-
aban. Tidak semata memandang donesia. Semakin tingginya angka gol-
golput sebagai pilihan dan hak, akan put dari pemilu ke pemilu mendorong
tetapi harus adil dengan mempertim- ulama untuk membantu penyeleng-
bangkan kebaikan hidup bernegara. gara (KPU) meningkatkan partisipasi
Sementara itu, dalam nilai persat- pemilih dalam pemilu.
uan, golput (bisa saja) dipandang se- Umat Islam melalui ulama-ula-
bagai sikap individu yang memungki- ma yang terhimpun dalam Majelis
ri cita-cita bernegara yang bertujuan Ulama Indonesia (MUI) ternyata
mensejahterakan kehidupan bersama, sudah mengeluarkan fatwa yang
dilakukan bersama-sama dab ber- mewajibkan umat Islam di Indonesia
proses bersama-sama. Pancasila se- untuk menggunakan hak pilihnya
bagai sumber etika bagi perwujudan dalam Pemilu Legislatif dan Presiden.
persatuan memandang nilai gotong Fatwa tersebut diputuskan pada
royong sebagai nilai luhur yang harus tahun 2009. Secara ekspilsit, Ketua
dipelihara, sementara golput adalah MUI KH Amidhan pun menyebutkan
pilihan rasional pribadi yang kadang- bahwa umat muslim yang tidak
kala mengabaikan sikap gotong roy- ikut pemilu (golput) itu sama saja
ong dalam mensukseskan hajat hidup sudah melakukan perbuatan dosa.
bersama (pemilu). Menurutnya pemilu secara tidak
Kedua, berkaca dari nilai-nilai ag- langsung akan menentukan nasib umat
ama sebagai pedoman hidup pemilih Islam di Indonesia. Hal ini tentu saja
dalam keseharian. Dalam berbagai jika dilihat secara etika merupakan
agama yang ada dan/atau diakui di sebuah pondasi yang kuat, karena
Indonesia, hampir semuanya ada melaksanakan ketentuan agama serta
mekanisme, tatacara, panduan, ram- titah ulama yang tujuannya adalah
Teten Jamaludin
ABSTRAKS/ABSTRACT
PPS maupun KPPS tidaklah mudah. dalam jangka waktu lima tahun;
Mereka yang berminat harus 3) tidak pernah dipidana penjara
memenuhi kriteria-kriteria tertentu. berdasarkan putusan pengadilan yang
Dalam Peraturan KPU (PKPU) Nomor telah memperoleh kekuatan hukum
3 Tahun 2015 adalah sebagai berikut: tetap karena melakukan tindak pidana
warga negara Indonesia; yang diancam dengan pidana penjara
1) berusia paling rendah dua puluh lima tahun atau lebih; 4) tidak pernah
lima tahun; diberikan sanksi pemberhentian
2) setia kepada Pancasila, UUD 1945, tetap oleh KPU kota/kabupaten atau
dan cita-cita Proklamasi; DKPP apabila pernah menjadi anggota
3) mempunyai integritas, pribadi PPK, PPS dan KPPS pada pemilihan
yang kuat, jujur dan adil; umum atau Pemilihan; 5) belum
4) tidak menjadi anggota partai pernah menjabat 2 (dua) kali sebagai
politik paling kurang lima tahun; anggota PPK, PPS dan KPPS; dan
5) berdomisili dalam wilayah kerja bermaterai cukup dan ditandatangani
PPK, PPS, dan KPPS; sebagaimana contoh pada formulir.
6) mampu secara jasmani dan rohani;
7) berpendidikan SMA atas atau C. PROBLEMATIKA
sederajat; Ada adagium yang sangat populer
8) tidak pernah dipidana penjara lima dalam dunia ilmu politik. “Power tends
tahun atau lebih; to corrupt, and absolute power corrupts
9) tidak pernah diberikan sanksi absolutly. Great men are almost
pemberhentian tetap oleh KPU alwas bad man.” Adagium tersebut
Kota atau DKPP; dikemukan oleh Lord Acton, seorang
10)belum pernah menjabat dua kali ilmuwan terkemuka. Artinya kurang
sebagai anggota PPK, PPS dan lebih bahwa kekuasaan cenderung
KPPS. korup, dan pemilik kekuasaan
Ada kelengkapan persyaratan memiliki potensi menyalahgunakan
yang wajib dipenuhi seperti: a) kekuasaan tersebut.
fotokopi kartu tanda penduduk (KTP) Rumusan tersebut di atas tidak
yang masih berlaku; b) fotokopi hanya berlaku terhadap seorang
ijazah sekolah lanjutan tingkat atas penguasa seperti raja, presiden,
atau sederajat atau ijazah terakhir atau pun kepala daerah. Akan tetapi
yang dilegalisir oleh pejabat yang berlaku juga terhadap penyelenggara
berwenang; c) surat keterangan pemilu di tingkat yang sekupnya kecil
kesehatan dari puskesmas atau rumah sekalipun. Karena kewenangan yang
sakit setempat; d) surat pernyataan dimilikinya atau tugasnya, mereka
yang bersangkutan terkait: 1) setia tergoda oleh rayuan materi, baik uang
kepada Pancasila sebagai dasar Negara, atau barang oleh pihak-pihak calon
UUD 1945, dan cita-cita Proklamasi peserta pemilu untuk memenangkan
17 Agustus 1945; 2) tidak menjadi kandidat atau pasangan calon tertentu.
anggota partai politik paling kurang
KPU, Bawaslu dan DKPP No. 13, 11 semua alasan yang diajukan secara
dan 1, Tahun 2012 Tentang Kode adil; k) tidak menerima hadiah dalam
Etik Penyelenggara Pemilihan Umum bentuk apapun dari peserta pemilu,
Pasal 10 menjelaskan asas mandiri calon peserta pemilu, perusahaan atau
dan adil terdiri dari 13 item: a) individu yang dapat menimbulkan
bertindak netral, dan tidak memihak keuntungan dari keputusan lembaga
terhadap partai politik tertentu, penyelenggara pemilu.9
calon peserta pemilu, dan media
massa tertentu; b) memperlakukan D. GAMPANG-GAMPANG SUSAH
secara sama setiap calon peserta Seorang petugas penyelenggara
pemilu, calon pemilih, dan pihak lain pemilu mesti memedomani asas-asas
yang terlibat dalam proses pemilu; penyelenggara pemilu.10 Menjadi
c) menolak segala sesuatu yang penyelenggara pemilu bukanlah untuk
dapat menimbulkan pengaruh buruk mencari keuntungan atau materi,
terhadap pelaksanaan tugas dan akan tetapi untuk mengabdi dan
menghindari dari intervensi pihak meningkatkan kemajuan demokrasi
lain; d) tidak mengeluarkan pendapat di Indonesia. Artinya, mereka yang
atau pernyataan yang bersifat terpilih diharapkan adalah petugas
partisipan atas masalah atau isu yang memang yang sudah selesai dengan
sedang terjadi dalam proses pemilu; e) dirinya. Mereka adalah yang mengerti
tidak mempengaruhi atau melakukan akan hak dan kewajiban. Hal ini
komunikasi yang bersifat partisan tidaklah mustahil terjadi. Menurut
dengan pemilih; f) tidak memakai, Anggota Bawaslu Provinsi Nusa
membawa atau mengenakan simbol, Tenggara Timur Jemris Fointuna,
lambang atau atribut yang secara jelas Panwas melibatkan para pendeta-
menunjukkan sikap partisan pada pendeta menjadi petugas-petugas di
partai politik atau peserta pemilu tingkat desa. Daerah tersebut sangat
tertentu; g) tidak memberitahukan minim pelanggaran.11
pilihan politiknya secara terbuka 9
Pasal 10 Peraturan Bersama KPU, Bawaslu dan
dan tidak memberitahukan kepada DKPP No. 13 Tahun 2012, No. 11 Tahun 2012, No. 1 Tahun
seseorang atau peserta pemilu 2012 Tentang Kode Etik Penyelenggara Pemilu.
10
Lihat lebih jelas di Peraturan Bersama KPU,
selengkap dan secermat mungkin akan Bawaslu dan DKPP No. 13 Tahun 2012, No. 11 Tahun 2012,
dugaan yang diajukan atau keputusan No. 1 Tahun 2012 Tentang Kode Etik Penyelenggara
Pemilu
yang dikenakannya; i) menjamin 11
Pendeta-pendeta adalah orang yang terpelajar.
kesempatan yang sama kepada Di samping itu, mereka merupakan tokoh dan panutan
setiap peserta pemilu yang dituduh masyarakat. Saksi dan pendukung salah satu calon
peserta Pemilu hendak melakukan kerusuhan, oleh
untuk menyampaikan pendapat pendeta-pendeta setempat mudah diredakan dan
tentang kasus yang dihadapinya atau cukup diajak berdoa. Kericuhan pun tidak terjadi.
FGD “Problematika, Evaluasi dan Usulan Perbaikan
keputusan yang dikenakannya: j) Penyelenggaraan Pemilu” di Bali pada 28-29 September
mendengarkan semua pihak yang 2016. Peserta dalam FGD ini sebanyak 35 orang. Mereka
adalah KPU dan Bawaslu Provinsi Bali, KPU Kabupaten
berkepentingan dengan kasus yang dan Kota se-Bali, KPU dan Bawaslu Nusa Tenggara Barat,
terjadi dan mempertimbangkan KPU dan Bawaslu Nusa Tenggara Timur dan sebagian
dari KPU di wilayah NTB, dan NTT.
Tabel. 1
Kesatuan Pembinaan
Dan Sistem Sanksi
Dalam Praktik
Jimly Assiddiqie
Ketua Dewan Kehormatan
Organisasi Modern
Penyelenggara Pemilu (DKPP)
Republik Indonesia
T
ulisan ini sebagai perluasan eri, yang nota-bene menteri biasanya
dari pembahasan pada tulisan berasal dari partai politik,khususnya
sebelumnya yakni mengenai partai politik pendukung pemerintah-
reformasi partai politik dalam rangka an yang dipimpin oleh presiden terpi-
peningkatan kapasitas kelembagaan lih.
demokrasi di Indonesia. Dewasa ini Timbul persoalan yang agak
pembinaan dan pengawasan terhadap mengganjal, jika misalnya, jabatan
organisasi politik masih tersebar di Menteri Dalam Negeri diduduki
beberapa instansi. Status badan hu- oleh tokoh partai politik pemenang
kumnya dibuat secara notarial oleh pemilu, sedangkan partai politik
notaries, dan didaftarkan di Kement-
yang diajukan untuk dibubarkan
erian Hukum dan Hak Asasi Manusia
ke Mahkamah Konstitusi adalah
(HAM), sehingga statusnya dan sta-
tus kepengurusannya saha sebagai partai politik dari lingkungan non
badan hokum menurut peraturan –pemerintah atau partai “oposisi”,
perundang-undangan.Untuk partai bukankah dapat timbul kesan seolah-
politik, dalam rangka menjadi pe- olah partai politik pemerintah hendak
serta pemilihan umum, dan diawasi membubarkan partai politik oposisi?
aktivitasnya selama menjadi peserta Karena itu, mekanisme pengajuan
pemilihan umum oleh Badan Penga- usul pembubaran partai politik di
was Pemilihan Umum (Bawaslu). Na- masa depan sebaiknya diubah. Yang
mun, menurut ketentuan UU tentang sebaiknya diberi “legal standing”
Mahkamah Konstitusi (MK), yang atau kedudukan hokum sebagai
berwenang mengajukan permohonan
pemohon sebaiknya adalah lembaga
pembubaran partai politik adalah pe-
penyelennggara pemilu saja, yaitu
merintah c.q Kementerian Dalam Neg-
paratai politik seharusnya diatur UUD 1945 itu dapat diletakkan dalam
secara komprehensif dan terpadu konteks sistem pembinaan yang lebih
dalam satu kesatuan sistem sanksi, terpadu dan terhadap partai politik
dimulai dari yang paling ringan sampai dalam pengertian yang juga lebih luas.
yang paling berat. Sanksi terhadap Artinya tuntutan pembubaran
partai politik da demikian pula terhadap partai politik ke Mahkamah
terhadap organisasi kemasyarakatan Konstitusi dapat saja dipahami
sebaiknya disusun secara bertingkat sebagai tuntutan maksimum.
dengan mempertimbangkan efek Sedangkan sanksi yang dijatuhkan
penejraan (deterrence effect) yang dapat saja berbentuk sanksi minimum
bersifat mendidik, mulai dari (i) sanksi berdasarkan keyakinan hakim atas
peringatan, (ii) sanksi pembekuan alat bukti yang sah. Tentu harus
lokal tingkat kabupaten /kota,(iii) diakui bahwa dapat saja dibedakan
sanksi pembekuan tingkat provinsi, jika pemerintah atau lembaga
dan terakhir barulah pembekua total yang diberi kewenangan untuk
dari tingkat nasional yang tidak lain mengajukan tuntutan ke pengadilan
adalah juga pembubaran. atas pelanggaran yang dilakukan oleh
Sistem sanksi terhadap bentuk- partai politik secara institusional,
bentuk organisasi kemasyarakatan dan memang mendapati bahwa tingkat
partai politik tidak perlu disamakan pelanggaran yang dilakukan itu
dengan sistem sanksi dalam hokum memang tidak sampai kepada tingkat
pidana yang hanya mengenal tindakan pembubaran. Dalam hal demikian,
“ menghukum”. Sistem sanksi pidana tuntutan pembekuan pengurus
dalam kebijakan pemidanaan sangat sebagaimana yang telah diatur dalam
berbeda dari sistem sanksi dalam UU tentang Partai Politik yang telah
mekanisme peradilan etika dan ada sekarang, masih dapat dapat
peradilan disiplin yang di samping diterapkan sbagaimana mestinya.
dapat menjatuhkan sanksi terberat Artinya, forum pengadilan terhadap
berupa pemberhentian, juga mengenal partai politik ini tidak dapat dicegah
sanksi peringatan atau teguran dan tetap ada dua, yaitu di Mahkamah
pemberhentian sementara ataupun Agung dan di Mahkamah Konstitus.
skorsing. Sistem pembinaan dan Tetapi majelis hakim di Mahkamah
pengawasan terhadap aprtai politik Konstitusi dapat saja melakukan
dan organisasi kemasyarakatan terobosan untuk tidak mengabulkan
,sebaiknya juga menerapkan sistem seluruh permohonan untuk
sanksi terakhir ini, sehingga dapat pembubaran, melainkan misalnya (i)
membawa efek penjeraan yang hanya membubarkan kepengurusan
bersifat mendidik, bukans aja di suatu daerah tertentu saja, (ii)
bagi pengurus partai politik dan membekukan kepengurusan partai
organisasi kemasyarakatan, tetapi politik seluruhnya atau sebagian atau
juga bagi masyarakat luas. Karena di daerah tertentu saja untuk jangka
itu, ketentuan pasala 24C ayat (1) waktu tertentu, (iii) melarang partai
Equality Before
Ethics
Jika dalam hukum ada asas persamaan di depan hukum (equality before the law),
maka dalam konteks etika, ketidakseimbangan menjadi
tidak sesuai dengan prinsip equality before ethics
A
lber Venn Dicey meng- menjadi tidak sesuai dengan prinsip
embangkan asas equality equality before ethics.
before the law. Asas ini Terbitnya 3 seri buku dengan
mengandung arti setiap orang sama judul; 1) Problematika Pemilukada
di hadapan hukum, apapun kelas dan Serentak Tahun 2015, 2) Dialektika
status sosialnya. Jika dalam hukum Hukum dan Etika dalam Pemilukada
ada asas persamaan di depan hukum Serentak 2015, dan 3) Reformulasi
(equality before the law), maka dalam Sistem Penegakan Kode Etik dalam
konteks etika, ketidakseimbangan Penyelenggaraan Pemilu di Masa
Jurnal ETIKA
Jurnal ETIKA Vol. 2, Nomor
Vol. 2, Nomor
& PEMILU
& PEMILU 2, JUNI 2016 133
4, DESEMBER
BIODATA PENULIS
1. TULISAN UTAMA (MAIN ARTICLES), berisi karya ilmiah atau hasil kajian dan penelitian. Ditulis dengan
jumlah 15 halaman, font: Bookman Old Style, spasi 1,5 spasi, huruf 12, kertas A4).
2. TULISAN BEBAS (GENERAL ARTICLE), ditulis redaksi, berisi materi pendukung yang dibagi dengan beberapa
rubrik pilihan, yakni: MIMBAR, WAWANCARA, OPINI KOMISIONER, RESENSI, KULIAH ETIKA. Masing-masing
ditulis dengan jumlah antara 3 - 4 halaman, font: Bookman Old Style, spasi 2, huruf 12).
Jurnal ETIKA
Jurnal ETIKA Vol. 2, Nomor
Vol. 2, Nomor
& PEMILU
& PEMILU 2, JUNI 2016 135
4, DESEMBER