Abstrak
Pemerintah dalam rangka mendukung terlaksananya program kerja, maka
Pemerintah melaksanakan suatu pengadaan barang dan jasa. Salah satunya
yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Semarang. Pada akhir 2018, Pemerintah
Kota Semarang secara sepihak membatalkan hasil pemenang tender
dikarenakan adanya kesalahan penghitungan anggaran. Padahal sejumlah
tender telah diterbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa. Secara hukum
privat, kesepakatan tidak dapat ditarik kembali kecuali atas persetujuan kedua
belah pihak. Namun secara hukum publik terdapat larangan untuk melakukan
pembelanjaan apabila tidak terdapat anggaran. Oleh sebab itu, artikel ini akan
membahas mengenai konsep kontrak yang dilakukan Pemerintah terkait di
bidang kontrak pengadaan barang dan jasa serta tanggung gugat Pemerintah
Kota Semarang terhadap pembatalan hasil tender. Penelitian ini merupakan
penelitian hukum bertipe doktrinal dengan pendekatan konseptual, perundang-
undangan dan kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontrak Pemerintah
berbeda dengan kontrak privat pada umumnya dikarenakan terikat pada aspek
hukum publik (hukum administrasi dan hukum pidana) serta aspek hukum
privat. Sehingga dari konsep tersebut dikaitkan dengan kasus di Semarang,
pemenang tender yang dirugikan tidak bisa mengajukan gugatan ataupun
permohonan ke Peradilan Tata Usaha Negara. Pemenang tender yang dirugikan
dapat menggugat Pemerintah melalui peradilan umum berdasarkan konsep
tanggung gugat Pemerintah.
Kata kunci: Pengadaan Barang dan Jasa, Kontrak, Hukum Privat, Hukum
Administrasi, Tanggung Gugat Pemerintah
Abstract
The Government, in order to support the implementation of its program by doing
government procurement. One of them is carried out by the Semarang City
Government. In the last 2018, The Semarang City Government unilaterally
canceled the results of the tender winner due to an error in the budget calculation.
41
WIJAYA PUTRA LAW REVIEW, Vol. 1, No. 1, April 2022
Fikri Hadi, Farina Gandryani, Dwi Elok Indriastuti
“Tanggung Gugat Pemerintah Terhadap Pembatalan Hasil Tender Secara Sepihak”
Even though, The Letter of the Goods/Services Providers for several tenders have
been published. According the private law, the contract cannot be terminated
except by mutual consent. However-according the public law, the government
cannot spend if there is no budget. Therefore, this paper will discuss about the
concept of the government procurement contract and the Semarang City
government’s liability on the results of the tender termination. The argument in
this paper is written as a legal argument by having perspective on the doctrinal-
legal approach. It will use conceptual approach, legal and statutes approach and
case approach. This paper ends up with the conclusion that the government
contract is different with general privat contract. Because the government contract
is binding by public law aspect (criminal law and administrative law) and privat
law aspect. Therefore in this case, the tender winners who have been harmed
cannot start a lawsuit in The State Administrative Courts. The tender winner can
sue The Semarang City Government through The General Court based on The
Government’s Liability.
Keywords : Government Procurement, Contract, Private Law, Administrative Law,
The Government’s Liability
A. PENDAHULUAN
Negara Indonesia adalah Negara Hukum, sehingga dalam melakukan
tindakan, salah satu unsur negara yakni Pemerintah harus bertindak
berdasarkan kewenangan yang sesuai dengan koridor hukum. Pemerintah
dalam menjalankan kewenangannya dapat melakukan berbagai tindakan baik
tindakan nyata (feitelijkehandelingen) maupun tindakan hukum
(rechtshandelingen).1 Salah satu tindakan yang dilakukan Pemerintah, dalam hal
ini adalah pejabat Tata Usaha Negara adalah melakukan kegiatan pengadaan
barang dan jasa.
Kegiatan pengadaan barang dan jasa tersebut harus sejalan dengan
peraturan peraturan yang berkaitan pengadaan barang dan jasa, yakni
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah. Peraturan Presiden tersebut merupakan turunan dari Undang-
1 Fellista Ersyta Aji dan Laga Sugiarto, 2018, "Pemaknaan Perluasan Objek Sengketa Tata Usaha
Negara Yang Meliputi Tindakan Faktual", Justiciabelen, Vol. 1, No. 1, h. 41.
42
WIJAYA PUTRA LAW REVIEW, Vol. 1 No. 1, April 2022
Fikri Hadi, Farina Gandryani, Dwi Elok Indriastuti
“Tanggung Gugat Pemerintah Terhadap Pembatalan Hasil Tender Secara Sepihak”
2 Musa Darwin Pane, 2017, "Aspek Hukum Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Suatu Yuridis
Peraturan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah", Jurnal Media Hukum, Vol. 24, No. 2, h. 149.
3 Liputan 6, 2018, “Pembangunan Sejumlah Infrastruktur Semarang Batal, Pemkot Bangkrut?”,
dikutip dari laman resmi berita Liputan 6
https://www.liputan6.com/regional/read/3617656/pembangunan-sejumlah-infrastruktur-
semarang-batal-pemkot-bangkrut , diakses pada tanggal 24 Maret 2022.
43
WIJAYA PUTRA LAW REVIEW, Vol. 1, No. 1, April 2022
Fikri Hadi, Farina Gandryani, Dwi Elok Indriastuti
“Tanggung Gugat Pemerintah Terhadap Pembatalan Hasil Tender Secara Sepihak”
4 Terry C. Hutchinson, 2008, Developing legal research skills : expanding the paradigm, Melbourne
University Law Review, Melbourne, h.1065.
5 Peter Mahmud Marzuki 2017, Penelitian Hukum, Kencana, Prenadanamedia Group, Jakarta, h. 133.
44
WIJAYA PUTRA LAW REVIEW, Vol. 1 No. 1, April 2022
Fikri Hadi, Farina Gandryani, Dwi Elok Indriastuti
“Tanggung Gugat Pemerintah Terhadap Pembatalan Hasil Tender Secara Sepihak”
6 R.J.H.M. Huisman dalam Ridwan HR, 2016, Hukum Administrasi Negara, PT RajaGrafindo Persada,
Jakarta, h. 109-110.
45
WIJAYA PUTRA LAW REVIEW, Vol. 1, No. 1, April 2022
Fikri Hadi, Farina Gandryani, Dwi Elok Indriastuti
“Tanggung Gugat Pemerintah Terhadap Pembatalan Hasil Tender Secara Sepihak”
7 Ibid, h. 111.
8 F.A.M Stroik dalam Jum Anggriani, 2012, Hukum Administrasi Negara, Graha Ilmu, Yogyakarta, h.
107.
46
WIJAYA PUTRA LAW REVIEW, Vol. 1 No. 1, April 2022
Fikri Hadi, Farina Gandryani, Dwi Elok Indriastuti
“Tanggung Gugat Pemerintah Terhadap Pembatalan Hasil Tender Secara Sepihak”
a. Pendapat pertama dimotori oleh J.A. Loeff, Dooyeweerd, dan J.H. Scholten
yang mengatakan bahwa administrasi negara dalam menjalankan tugas
pemerintahan tidak dapat memakai hukum privat.
b. Pendapat ke dua dimotori oleh Huart, Kranenburg-Vegting, Donner, G.J.
Wiarda dan disimpulkan oleh E. Utrecht, mengatakan bahwa dalam beberapa
hal tertentu, administrasi negara dapat juga memakai hukum privat. Tetapi
bila untuk menyelesaikan sesuatu soal khusus dalam bidang administrasi
negara telah tersedia (Pendapat Donner) atau diperlukan (Pendapat
Kranenburg-Vegting) peraturan-peraturan hukum publik, maka administrasi
negara hanya dapat menggunakan hukum publik itu dan tidak dapat
menggunakan hukum privat.9
Secara peraturan perundang-undangan di Indonesia, definisi tindakan
pemerintah dapat dilihat dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan. Pasal 1 angka 8 menyebutkan bahwa Tindakan
Administrasi Pemerintahan yang selanjutnya disebut Tindakan adalah perbuatan
Pejabat Pemerintahan atau Penyelenggara Negara lainnya untuk melakukan
dan/atau tidak melakukan perbuatan konkret dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan.10
Dalam rangka terbentuknya suatu pemerintahan yang bersih, maka
segenap aparatur pemerintahan wajib melaksanakan konsep good governance
atau di Indonesia dikenal sebagai Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik
(AUPB).11 Di Belanda, asas ini dikenal sebagai Algemene Beginselen van
Behoorllijke Bestuur (ABBB). Dalam Undang-Undang Administrasi Pemerintahan
di Belanda yang dikenal sebagai Wet administratieve rechtspraak
47
WIJAYA PUTRA LAW REVIEW, Vol. 1, No. 1, April 2022
Fikri Hadi, Farina Gandryani, Dwi Elok Indriastuti
“Tanggung Gugat Pemerintah Terhadap Pembatalan Hasil Tender Secara Sepihak”
12 Philipus M. Hadjon, dkk., 2001, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Introduction to the
Indonesian Administrative Law, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, h. 270.
48
WIJAYA PUTRA LAW REVIEW, Vol. 1 No. 1, April 2022
Fikri Hadi, Farina Gandryani, Dwi Elok Indriastuti
“Tanggung Gugat Pemerintah Terhadap Pembatalan Hasil Tender Secara Sepihak”
and/or injury it has or is deemed to have caused directly and/or indirectly and/or
mentally to its citizens’.13 (Tanggung gugat negara adalah bahwa Negara harus
memberi kompensasi atas segala bentuk kerugian dan/atau kerusakan yang
disebabkan secara langsung dan/atau tidak langsung baik secara materiil
ataupun mental kepada warga negara di negara tersebut).
Sedangkan K. Kamino berpendapat bahwa ‘Governmental compensation
means a system to compensate damage or suffering of those who were aggrieved
by the actions of the state or the public entity’ (Kompensasi negara adalah
sebuah sistem pemberian ganti rugi kepada pihak-pihak yang menderita akibat
tindakan negara atau pemerintah setempat.)14 Keberadaan konsep ini untuk
memastikan adanya perlindungan hukum bagi masyarakat terhadap setiap
tindakan yang dilakukan oleh penguasa. Konsep tanggung gugat (liability) ini
berbeda dengan konsep tanggung jawab (responsibility). Bila responsibility
merupakan pertanggungjawaban pemerintah melalui parlemen atau jika
menyangkut legal responsibility bisa sampai ke pengadilan, state liability
menyangkut pertanggungjawaban pemerintah tentang ganti kerugian yang
harus dilakukan melalui pengadilan.
2. Kontrak Pemerintah dalam Perspektif Pengadaan Barang dan Jasa di
Indonesia
Tindakan Pemerintah yang berdasarkan pada hukum perdata banyak
ditemukan dalam kegiatan pemerintahan dalam melakukan hubungan hukum
dengan subyek hukum perdata dalam bentuk perjanjian, namun banyak hal
bentuk hal perjanjian ini sering menimbulkan sering menimbulkan kekaburan
yang disebabkan menonjolnya aspek kekuasaan dalam menentukan
kesepakatan, pada sisi lain perjanjian yang didasarkan pada hukum publik
13 Toshiro Fuke dalam Yong Zhang, 1999, Comparative Studies On Governmental Liability In East
And Southeast Asia, Kluwer Law International, The Hague / London / Boston, h. 1.
14 Ibid, hlm. 95.
49
WIJAYA PUTRA LAW REVIEW, Vol. 1, No. 1, April 2022
Fikri Hadi, Farina Gandryani, Dwi Elok Indriastuti
“Tanggung Gugat Pemerintah Terhadap Pembatalan Hasil Tender Secara Sepihak”
15 Emanuel Sujatmoko, 2016, Bentuk Hukum Kerjasama Antar Daerah, PT. Revka Petra Media,
Surabaya, h. 23.
16 Yohanes Sogar Simamora, 2017, Hukum Kontrak, Prinsip-Prinsip Hukum Kontrak Pengadaan
Barang dan Jasa Pemerintah di Indonesia, LaksBang PRESSindo, Yogyakarta, h. 42.
17 Indroharto, 2002, “Usaha Memahami Undang-Undang Tentang Peradilan Tata Usaha Negara
(Buku I Beberapa Pengertian Dasar Hukum Tata Usaha Negara)”, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta,
2002, h. 337-338
50
WIJAYA PUTRA LAW REVIEW, Vol. 1 No. 1, April 2022
Fikri Hadi, Farina Gandryani, Dwi Elok Indriastuti
“Tanggung Gugat Pemerintah Terhadap Pembatalan Hasil Tender Secara Sepihak”
51
WIJAYA PUTRA LAW REVIEW, Vol. 1, No. 1, April 2022
Fikri Hadi, Farina Gandryani, Dwi Elok Indriastuti
“Tanggung Gugat Pemerintah Terhadap Pembatalan Hasil Tender Secara Sepihak”
3. Analisis Kasus
Berdasarkan kasus yang disebutkan bagian pendahuluan di atas terkait
dengan pengadaan barang dan jasa yang dilakukan di Kota Semarang.
pengaturan mengenai pengadaan barang dan jasa Pemerintah diatur dalam
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah.20 Yang selanjutnya diatur dalam berbagai Peraturan Lembaga
Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Peraturan LKPP). Peraturan
Presiden tersebut telah mengatur mekanisme secara umum dalam melakukan
kegiatan pengadaan barang dan jasa oleh Pemerintah.
Aspek Hukum Pengadaan Barang dan/atau Jasa oleh Pemerintah ini
memiliki tingkat komplekstitas yang tinggi. Hal ini dikarenakan dalam
pengadaan tersebut, selain berada di ranah Hukum Administrasi, juga berada di
ranah Hukum Perdata (berkaitan dengan kontrak antara Pemerintah dan
Penyedia Barang dan/atau Jasa) serta di ranah Hukum Pidana apabila terdapat
unsur kerugian keuangan negara.
Bila melihat kasus diatas, tindakan penganuliran oleh Pemerintah Kota
Semarang terhadap penetapan Surat Penunjukan Penyedia Barang / Jasa
(SPPBJ) adalah berkaitan dengan tidak adanya anggaran. Hal ini didasarkan
dalam pasal 52 ayat (2) yang menyebutkan bahwa Pejabat Pembuat Komitmen
dilarang mengadakan ikatan perjanjian atau menandatangani Kontrak dengan
Penyedia, dalam hal belum tersedia anggaran belanja atau tidak cukup tersedia
anggaran belanja yang dapat mengakibatkan dilampauinya batas anggaran
belanja yang tersedia untuk kegiatan yang dibiayai APBN/APBD.
Pada sejumlah tender yang belum ditetapkan SPPBJ, memang peraturan
tersebut dapat diberlakukan. Hal yang menjadi permasalahan disini adalah
penganuliran terhadap tender yang telah ditetapkan melalui SPBBJ. Hal ini
20 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang dan
Jasa Pemerintah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 33.
52
WIJAYA PUTRA LAW REVIEW, Vol. 1 No. 1, April 2022
Fikri Hadi, Farina Gandryani, Dwi Elok Indriastuti
“Tanggung Gugat Pemerintah Terhadap Pembatalan Hasil Tender Secara Sepihak”
53
WIJAYA PUTRA LAW REVIEW, Vol. 1, No. 1, April 2022
Fikri Hadi, Farina Gandryani, Dwi Elok Indriastuti
“Tanggung Gugat Pemerintah Terhadap Pembatalan Hasil Tender Secara Sepihak”
54
WIJAYA PUTRA LAW REVIEW, Vol. 1 No. 1, April 2022
Fikri Hadi, Farina Gandryani, Dwi Elok Indriastuti
“Tanggung Gugat Pemerintah Terhadap Pembatalan Hasil Tender Secara Sepihak”
anggaran yang telah ditetapkan.27 Dalam hal ini yang dimaksud pengguna
anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran
kementerian/lembaga/ satuan kerja perangkat daerah.28 Rincian kewenangan
pengguna anggaran diatur lebih lanjut dalam Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2004, yang menentukan lima kewenangan, yakni :
a. Menguji kebenaran material surat-surat bukti mengenai hak pihak
penagih;
b. Meneliti kebenaran dokumen yang menjadi persyaratan/kelengkapan
sehubungan dengan ikatan/perjanjian pengadaan barang/jasa;
c. Meneliti tersedianya dana yang bersangkutan;
d. Membebankan pengeluaran sesuai dengan mata anggaran pengeluaran
yang bersangkutan;
e. Memerintahkan pembayaran atas beban APBN/APBD.
Berdasarkan sudut pandang kedua, khususnya berkaitan kewenangan
Pengguna Anggaran pada huruf c., bila ditinjau dari segi hukum administrasi,
alasan yang dikemukakan oleh Pemerintah Kota Semarang menunjukkan bahwa
Pemkot telah mengabaikan salah satu asas dalam Asas-Asas Umum
Pemerintahan yang Baik, yakni asas kecermatan. Dalam Penjelasan Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2014 disebutkan bahwa Yang dimaksud dengan “asas
kecermatan” adalah asas yang mengandung arti bahwa suatu Keputusan
dan/atau Tindakan harus didasarkan pada informasi dan dokumen yang lengkap
untuk mendukung legalitas penetapan dan/atau pelaksanaan Keputusan
dan/atau Tindakan sehingga Keputusan dan/atau Tindakan yang bersangkutan
dipersiapkan dengan cermat sebelum Keputusan dan/atau Tindakan tersebut
ditetapkan dan/atau dilakukan. Addink menyebutkan bahwa asas kecermatan
didefinisikan sebagai: the prepare an administrative order (or another legal or
actual act) carefully.29 Sedangkan Ateng Syafrudin menyebutkan bahwa Asas
kecermatan mengandung arti bahwa suatu ketetapan harus dipersiapkan dan
55
WIJAYA PUTRA LAW REVIEW, Vol. 1, No. 1, April 2022
Fikri Hadi, Farina Gandryani, Dwi Elok Indriastuti
“Tanggung Gugat Pemerintah Terhadap Pembatalan Hasil Tender Secara Sepihak”
diambil dengan cermat.30 Didalam asas kecermatan, ada beberapa bagian yang
termasuk didalamnya yaitu: persiapan yang cermat, investigasi, dengar
pendapat, publikasi.
Pada kasus tersebut, Pemkot Semarang tidak cermat dalam melihat pagu
anggaran yang dimiliki oleh Kota Semarang. Seharusnya sebelum melakukan
proses tender proyek, Pemerintah Kota Semarang harus memperhatikan apakah
terdapat anggaran untuk melaksanakan proyek tersebut. Pemkot tidak
melakukan proses perencanaan (plan) dalam hal pengadaan barang dan jasa
dengan baik.
Hal yang seharusnya diperhatikan oleh Pemkot Semarang, ketika SPPBJ
telah ditetapkan, penyedia jasa dalam hal ini adalah kontraktor sebagai
penyedia jasa kontruksi tentu telah mempersiapkan hal-hal yang berkaitan
dengan pelaksanaan proyek tersebut. Tentu dengan adanya pembatalan SPPBJ
tersebut selain membuat hal-hal yang telah dipersiapkan kontraktor menjadi
tidak dipergunakan, juga berpotensi menimbulkan kerugian bagi kontraktor
tersebut. Salah satunya apabila ternyata kontraktor telah membeli barang-
barang untuk keperluan pembangunan proyek atau kontraktor telah melakukan
perjanjian kerja dengan calon pekerja yang akan dipekerjakan di proyek
tersebut.
4. Upaya Hukum Yang Dapat Ditempuh
Secara teori dalam Hukum Administrasi, pembatalan yang dilakukan oleh
pihak Pemerintah Kota Semarang juga merupakan Keputusan Tata Usaha
Negara. Hal ini dikarenakan tindakan tersebut merupakan sebuah keputusan
(beschikking) yang individual dikarenakan menyebutkan pihak yang menjadi
subyek pembatalan pelaksanaan tender, konkrit dikarenakan jelas disebutkan
bahwa dijadikan obyek adalah pembatalan pelaksanaan tender dan final karena
tidak membutuhkan persetujuan lembaga lain (diatasnya).
30 Ibid.
56
WIJAYA PUTRA LAW REVIEW, Vol. 1 No. 1, April 2022
Fikri Hadi, Farina Gandryani, Dwi Elok Indriastuti
“Tanggung Gugat Pemerintah Terhadap Pembatalan Hasil Tender Secara Sepihak”
Akan tetapi disisi lain, Pasal 52 ayat (2) Perpres Nomor 16 Tahun 2018
menyebutkan bahwa Pejabat Pembuat Komitmen dilarang mengadakan ikatan
perjanjian atau menandatangani Kontrak dengan Penyedia, dalam hal belum
tersedia anggaran belanja atau tidak cukup tersedia anggaran belanja yang
dapat mengakibatkan dilampauinya batas anggaran belanja yang tersedia untuk
kegiatan yang dibiayai APBN/APBD. Hal ini sejalan dengan prinsip pada
perbendaharaan negara yakni setiap pejabat dilarang melakukan tindakan yang
berakibat pengeluaran atas beban APBN/APBD jika anggaran untuk membiayai
pengeluaran tersebut tidak tersedia atau tidak cukup tersedia. Sehingga
berdasarkan pasal tersebut diatas tentu tidak dimungkinkan untuk melakukan
gugatan atau permohonan KTUN berupa Keputusan pembatalan SPPBJ yang
dilakukan oleh Pemerintah Kota Semarang. Sehingga dalam hal ini, yang dapat
dilakukan oleh pihak kontraktor yang merasa dirugikan adalah dengan
melakukan gugatan ke Peradilan Umum terkait kerugian yang diderita oleh
penyedia barang akibat adanya pembatalan sepihak yang dilakukan oleh
Pemerintah Kota Semarang.
D. PENUTUP
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa Kontrak
Pemerintah tidak semata-mata tunduk pada aspek hukum privat. Adanya unsur
hukum publik dalam kontrak pemerintah menempatkan pemerintah dalam dua
peran. Di satu sisi, sebagai kontraktan, pemerintah berkedudukan seperti subjek
hukum privat, disisi lain dalam kedudukan sebagai badan hukum publik,
pemerintah menjalankan fungsi pelayanan publik. Dalam kaitan ini, maka
disamping pemerintah terikat pada ketentuan yang terdapat dalam konstitusi
dan undang-undang, ia juga terikat pada norma privat khususnya dalam
hubungannya dengan kontrak. Hal ini dalam rangka perlindungan kepentingan
umum. Sehingga berdasarkan hal tersebut, pengadaan barang dan jasa juga
harus tunduk pada prinsip hukum publik (dalam hal ini adalah hukum
57
WIJAYA PUTRA LAW REVIEW, Vol. 1, No. 1, April 2022
Fikri Hadi, Farina Gandryani, Dwi Elok Indriastuti
“Tanggung Gugat Pemerintah Terhadap Pembatalan Hasil Tender Secara Sepihak”
58
WIJAYA PUTRA LAW REVIEW, Vol. 1 No. 1, April 2022
Fikri Hadi, Farina Gandryani, Dwi Elok Indriastuti
“Tanggung Gugat Pemerintah Terhadap Pembatalan Hasil Tender Secara Sepihak”
59
WIJAYA PUTRA LAW REVIEW, Vol. 1, No. 1, April 2022
Fikri Hadi, Farina Gandryani, Dwi Elok Indriastuti
“Tanggung Gugat Pemerintah Terhadap Pembatalan Hasil Tender Secara Sepihak”
60