PENDAHULUAN
adanya pengadaan barang dan jasa untuk memberikan pelayanan bagi publik,
barang/jasa yang diinginkan dan dilakukan atas dasar pemikiran yang logis
dan sistematis (the system of thought), mengikuti norma dan etika yang ber-
Pengadaan barang dan jasa pemerintah atau publik terkait erat dengan
sebagai penyedia barang dan jasa. Pengadaan barang publik memiliki relasi
langsung dengan pelayanan publik di mana penyediaan barang dan jasa oleh
di instansi pemerintah ini sangat rumit dan harus dilakukan secermat mungkin
salahan sedikit saja dilakukan, maka panitia pengadaan dapat terjerat hukum.
dalam hal pengadaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
1
Adrian Sutedi, Aspek Hukum Pengadaan Barang dan Jasa dan Berbagai
Permasalahannya, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hlm. 3.
2
Rohidin Suharno, Agus Salim dan Ibnu Jandi, Penilaian Warga Sebagai Wujud
Partisipasi Dalam Pelayanan Publik : Catatan Atas Survey Citizen Report Card (CRC) Bidang
Pendidikan dan Kesehatan di DKI Jakarta, Kemitraan-Pattiro, Jakarta, 2008, hlm. 19.
2
ada 2 (dua) pertimbangan kenapa pengadaan barang dan jasa harus dilakukan
Baik itu dari segi kualitas maupun kuantitas dengan harga yang lebih
bersaing;
2. Barang dan jasa tersebut dapat diperoleh sesuai dengan waktu yang telah
1. Tahap persiapan;
3
Paul Sinlaeloe, Korupsi Dalam Pengadaan Barang dan Jasa, diakses dalam
http://paulsinlaeloe.blogspot.com/2009/06/korupsi-dalam-pengadaan-barang-dan-jasa.html.
4
Amiruddin, Korupsi Dalam Pengadaan Barang dan Jasa, Genta Publishing, Yogya-
karta, 2010, hlm. 46 dan 47.
3
3. Tahap penyusunan kontrak;
pelaksana swakelola
barang/jasa. Oleh karena di dalam kontrak diatur hak dan kewajiban antara
Kontrak adalah sebuah proses yang terdiri dari tahap pembentukan dan
secara tertulis dan/atau kontrak adalah adanya pembubuhan tanda tangan dari
pihak yang terlibat perjanjian dimaksud. Tanda tangan mana selain berfungsi
sebagai wujud kesepakatan/persetujuan atas tempat dan waktu serta isi per-
4
Pada dasarnya isi kontrak merupakan bagian penting yang merupakan
pokok dari suatu kontrak/perjanjian itu sendiri. Pada bagian isi inilah, para
pihak mencantumkan segala hal atau pokok-pokok yang dianggap perlu dan
merupakan kehendak para pihak sebagai pernyataan tertulis yang sah. Sebagai
pokok perjanjian, hal ini diharapkan dapat mencakup dan mengandung semua
isi perjanjian yang harus dipenuhi para pihak dan memuat secara mendetail
mengenai objek perjanjian, hak dan kewajiban, serta uraian secara lengkap
mengenai prestasi.
alamat;
nya;
mengenai kelaikan;
5
Adrian Sutedi, op.cit., hlm. 73 dan 74.
5
8. Ketentuan mengenai cidera janji dan sanksi dalam hal para pihak tidak
memenuhi kewajibannya;
11. Ketentuan mengenai kewajiban para pihak dalam hal terjadi kegagalan
dihadapkan pada hak dan kewajiban yang harus dipenuhi sebagai akibat
hukum dari suatu kontrak yang sah (berlaku laiknya undang-undang bagi para
pihak). Hal mana jika ada salah satu pihak yang mangkir/wanprestasi dalam
ini, tahapan yang dilalui sangat panjang dengan waktu yang sangat singkat.
Kontrak pengadaan barang/jasa dibuat oleh para pihak, dan sudah seharusnya
6
kontrak tersebut dilaksanakan sebagaimana ketentuan yang tercantum dalam
sehingga menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak karena wanprestasi dan
berikan pengaruh pada biaya suatu proyek. Keadaan ini berdampak pada biaya
proyek yang akan meningkat dan merugikan pihak kontraktor jika tidak
7
d. Penyesuaian harga satuan diberlakukan sesuai dengan jadwal
pelaksanaan yang tercantum dalam kontrak;
e. Penyesuaian harga satuan bagi komponen pekerjaan yang ber-
asal dari luar negeri, menggunakan indeks penyesuaian harga
dari negara asal barang tersebut;
f. Jenis pekerjaan baru dengan harga satuan baru sebagai akibat
adanya adendum kontrak dapat diberikan penyesuaian harga
mulai bulan ke-13 (tiga belas) sejak adendum kontrak tersebut
ditandatangani; dan
g. Indeks yang digunakan dalam hal pelaksanaan kontrak ter-
lambat disebabkan oleh kesalahan penyedia adalah indeks te-
rendah antara jadwal kontrak dan realisasi pekerjaan.
tunggal dan kontrak lump sum serta pekerjaan dengan harga satuan timpang)
telah dan harus tercantum dengan jelas dalam dokumen pengadaan dan/atau
penyesuaian harga membutuhkan waktu yang cukup lama dan harus melalui
8
tercantum dalam kontrak pengadaan, menjadi harus menunggu diselesai-
pekerjaan tepat pada waktunya, oleh karena jika tidak dapat menyelesaikan
penyedia jasa akan dikenakan sanksi. Di sisi lain, pihak pengguna jasa lamban
ada akibat hukum bagi penyedia jasa, meskipun hal tersebut merugikan pihak
asas-asas dalam berkontrak. Semua pihak harus ditempatkan pada posisi yang
menjadi ruh yang mampu mengarahkan dan memberi kehidupan pada norma
hukum tertulis, sehingga jika keadilan ini menjadi ruh, maka hukum tertulis itu
ibarat tubuh manusia. Tanpa ruh, tubuh akan mati, sebaliknya tanpa tubuh,
kehidupan ruh tidak akan terimplikasi dalam realitas. Jika ruh dan tubuh dapat
berjalan seiring, akan ada harmoni dalam kehidupan manusia, tapi jika terjadi
9
kelangsungan ruh dalam tubuh manusia. Hal ini bisa berarti, apabila terjadi
benturan antara norma hukum tertulis dengan keadilan, maka keadilan sebagai
ruh aturan hukum tertulis itu yang harus dipertahankan dan aturan hukum
Dikhawatirkan jika hal ini terus terjadi, maka tidak akan tercipta
baik politisi maupun pegawai negeri yang memperkaya diri mereka secara
tidak pantas dan melanggar hukum, atau orang-orang yang dekat dengan
mereka.7
dan jasa pemerintah. Berdasarkan berbagai data yang ada, kerugian keuangan
6
Mahmutarom HR , Rekonstruksi Konsep Keadilan (Studi Tentang Perlindungan
Korban Tindak Pidana Terhadap Nyawa Menurut Hukum Islam, Konstruksi Masyarakat dan
Instrumen Internasional), Cetakan Pertama, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang,
2010, hlm. 33.
7
Jawade Hafidz Arsyad, Korupsi Dalam Perspektif HAN (Hukum Administrasi
Negara), Cetakan Pertama, Sinar Grafika, Jakarta, 2013, hlm. 5.
10
an pengadaan barang dan jasa pemerintah ternyata nilainya luar biasa besar.
Menurut Bank Dunia (World Bank), kerugian negara setiap tahunnya lebih
dari 10 milliar dollar Amerika atau sekitar 85 triliun rupiah dari anggaran
bahwa jika dilihat dari belanja barang dan jasa pemerintah telah terjadi
pelaksanaan pengadaan barang dan jasa untuk beberapa periode oleh Adrian
berikut : 9
1. Inefisiensi;
Secara umum, proses pengadaan barang dan jasa selama ini masih
belum dapat menghasilkan harga yang kompetitif. Harga barang dan jasa
yang diperoleh melalui proses pengadaan barang dan jasa cenderung lebih
8
Amiruddin, Korupsi Dalam Pengadaan Barang dan Jasa, Genta Publishing,
Yogyakarta, 2010, hlm. 47.
9
Adrian Sutedi, op.cit., hlm. 6-8.
11
perekonomian negara dan masyarakat, karena berkurangnya manfaat dari
belanja negara.
pelelangan juga tidak jujur. Perilaku ini menciptakan nilai pekerjaan dari
ikuti dengan pelaksanaan pengadaan yang tidak jujur dan ada unsur KKN.
pengadaan yang tidak efisien dan iklim usaha yang tidak sehat (adanya
dan jasa yang dibutuhkan. Kesempatan yang terbatas bagi dunia usaha
panjang telah ikut menciptakan dunia usaha yang tidak memiliki daya
saing.
12
sertaan dunia usaha dalam pengadaan seperti penggolongan penyedia
barang dan jasa (besar, menengah, dan kecil), pembatasan wilayah operasi
Pendekatan ini terbukti tidak dapat memberi sumbangan yang berarti bagi
jasa dan rekanan bekerjasama untuk mengambil keuntungan bagi diri mereka
juga dapat dialami oleh penyedia jasa atau kontraktor sebagaimana terkait
Salah satu ketentuan lain terkait harga kontrak yang harus diatur
adalah eskalasi harga. Klausul eskalasi ini menjadi jadi penting bagi penyedia
material, bahan bakar, dan tenaga kerja selama pelaksanaan proyek. Pada
di luar kendali para pihak yang berkontrak terjadi. Perubahan harga ini
pemerintah. Klausul ini sebenarnya bermanfaat bagi kedua belah pihak untuk
13
menjamin distribusi risiko konstruksi, meskipun pada praktiknya banyak
kontrak pengadaan barang atau jasa konstruksi yang meniadakan klausul ini.
ubahan harga atas material dan tenaga kerja kontraktor dapat dianggap kecil
dan masih menjadi risiko kontraktor. Tetapi untuk periode di mana terjadi
inflasi yang tinggi atau untuk kontrak-kontrak dengan durasi pelaksanaan yang
panjang, risiko perubahan harga material dan sumber daya menjadi sangat
tinggi.
Di sisi lain, klausul eskalasi ini juga dapat berguna bagi pemilik pro-
yek. Perubahan harga tidak hanya berupa kenaikan harga (rise of prices),
tetapi juga penurunan harga (fall of prices). Dengan demikian, klausul eskalasi
ini dapat dimanfaatkan oleh kedua belah pihak ketika terjadi fluktuasi harga
baik itu inflasi maupun deflasi. Fluktuasi harga umumnya terjadi pada sumber
daya yang paling umum digunakan oleh masyarakat dunia. Dalam industri
Perubahan harga bahan bakar (minyak) dunia menjadi salah satu faktor
bahan bakar ini akan memberikan dampak langsung maupun tidak langsung
14
hampir semuanya menggunakan bahan bakar sebagai sumber tenaganya.
Demikian pula dengan perubahan harga besi. Besi merupakan salah satu
dengan struktur beton bertulang maupun struktur baja. Selain itu, perubahan
industri padat karya. Jumlah pekerja pada proyek konstruksi dapat mencapai
jasa mengajukan usulan eskalasi kepada pengguna jasa atau pemerintah. Tidak
hanya birokrasi yang panjang, tetapi waktu yang lama juga mempersulit
penyesuaian harga nilai kontrak terhadap kontrak yang mereka ajukan tersebut
harga satuan pekerjaan di pasaran baik dari faktor kenaikan harga material
maupun faktor kenaikan harga upah dan alat, kemudian dilakukan pengajuan
kontraktor. Penyedia jasa harus melewati birokrasi yang panjang untuk men-
15
dapatkan klaim, dan hasilnya tidak sesuai dengan harga yang diajukan oleh
penyedia jasa. Hal ini sangat merugikan pihak penyedia jasa, dengan demikian
kontrak yang selama ini diatur di dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun
2010 yang telah diubah hingga empat kali perubahan, dan yang terakhir adalah
B. Permasalahan
2018?
C. Tujuan Penelitian
16
1. Untuk mengungkapkan agar mengetahui dan memahami serta menjelaskan
pemerintah yang ideal berbasis nilai keadilan di masa yang akan datang.
D. Kegunaan Penelitian
1. Teoritis.
2. Praktis.
17
b. Menjadi masukan untuk bahan pertimbangan bagi lembaga negara di
jasa pemerintah;
E. Kerangka Konseptual
kejadian semula.
dan bermasyarakat.
18
dimulai dari perencanaan kebutuhan
kehidupan sehari-hari.
F. Kerangka Pemikiran
19
yang menyatakan bahwa : “...untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan
negara dituntut untuk berperan lebih jauh dan melakukan campur tangan
layanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pe-
bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan
20
pelayanan publik kepada masyarakat, diperlukan sarana dan prasarana maupun
yang pro sesnya sejak identifikasi kebutuhan, sampai dengan serah terima
tahapan-tahapan yang telah diatur dalam Perpres Nomor 16 Tahun 2018, yang
Salah satu ketentuan lain terkait harga kontrak yang harus diatur dalam
kontrak adalah eskalasi harga. Klausul eskalasi ini sangat penting bagi
fluktuasi harga material, bahan bakar, dan tenaga kerja selama pelaksanaan
yang panjang, waktu yang lama, dan belum tentu mendapat persetujuan dari
jasa. Sangat tidak adil bagi penyedia barang/jasa yang sudah melaksanakan
21
adanya peristiwa yang tidak terduga sebelumnya, seperti kenaikan harga
truksi dengan menggunakan teori keadilan, teori sistem hukum, dan teori
22
Negara Hukum Kesejahteraan Indonesia
Alinea Keempat Pembukaan UUD NRI Tahun 1945
Pelayanan Publik
Pasal 1 angka1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
Eskalasi/Penyesuaian Harga
Pasal 37 Perpres Nomor 16 Tahun 2018
Permasalahan :
1. Birokrasi panjang;
2. Waktu lama;
3. Belum tentu disetujui pengguna jasa;
4. Merugikan penyedia jasa/kontraktor.
G. Landasan Teori
justice serta bahasa Arab disebut ‘adl. Sinonim dari kata ‘adl yaitu qist,
23
kata adl, yaitu jawr artinya salah, tirani, kecenderungan dan penyim-
Secara harfiah kata ‘adl, yaitu kata benda abstrak yang berasal dari
kata kerja “adalah” yang berarti meluruskan atau duduk lurus, meng-
keliru menuju jalan yang benar, sama, sepadan atau menyamakan, me-
yang terbina mantap dalam pikiran seperti orang yang berterus terang itu
lebih tepat digunakan dalam istilah istiqamah atau disiplin dan rutinitas.
10
Majid Khodduri, Teologi Keadilan Perspektif Islam, Risalah Gusti, Surabaya, 1999,
hlm. 8.
11
Ibid.
12
Muhamad Ghallab, Inilah Hakekat Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1966, hlm. 148.
24
antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya
guhnya Allah yaitu Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (Q.S. An-
sedikitpun dan tidak akan diterima suatu tebusan daripadanya dan tidak
akan memberi manfaat suatu syafaat kepadanya dan tidak pula mereka
Menjadi saksi karena Allah, biarpun terhadap dirimu, sendiri atau ibu
bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, Allah lebih tahu
25
kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena
Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan” (Q.S. An-Nisa ayat 135).
Pada ayat lain Allah S.W.T berfirman, yang artinya : “Hai orang-
kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat
ditentukan dalam Al Quran. Umat Islam harus yakin, semua yang terjadi
dan diberikan manusia merupakan keadilan Allah S.W.T yang tidak dapat
mana disebutkan dalam Al Quran dan Hadist. Dalam memberikan dan ber-
masing.13
tian, melainkan suatu kualitas hasil dari sesuatu perbuatan yang dinilai adil
13
Abdullah, Pertimbangan Hukum Putusan Pengadilan, Cetakan Pertama, Program
Pascasarjana Universitas Sunan Giri, Sidoarjo, 2008, hlm. 127.
26
setelah diadakan pemisahan, seleksi mana yang benar dan salah.14
kekuatan seseorang di atas orang lain digunakan langsung atau tidak me-
lalui kekuasaan.15
wenangan untuk mengatur dan membatasi hak dan kewajiban, yaitu aturan
anti diskriminasi berdasarkan ras, warna kulit, agama, jenis kelamin atau
gender. Dalam keadilan terdapat ciri khusus yang menjadi khasnya, yaitu
keadilan tertuju pada orang lain, keadilan harus ditegakkan dan dilaksa-
Etisnya. Menurut teori etis bahwa pada asasnya tujuan hukum untuk men-
14
Burhanuddin Salam, Etika Sosial, Asas Moral Dalam Kehidupan Manusia, Rineka
Cipta, Jakarta, 1997, hlm. 117.
15
Morris Ginsberg, Keadilan Dalam Masyarakat, Pustaka Yogya Mandiri, Yogyakarta,
2003, hlm. 50-53.
16
K. Berten, Pengantar Etika Bisnis, Kanisius, Yogyakarta, 2000, hlm. 86 dan 87.
27
capai keadilan. Aliran etis dapat dianggap sebagai ajaran moral ideal atau
identik atau jumbuh dengan keadilan. Hukum tidak identik dengan ke-
Kiranya tidak mengatakan itu adil tetapi mengatakan hal itu saya anggap
rules of it the state is regulated and these rules the criterion of what is
yaitu :21
17
Abdullah, op.cit., hlm. 128.
18
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta,
1991, hlm. 61.
19
Ahmad Ali, Menguak Tabir Hukum, Chandra Pratama, Jakarta, 1996, hlm. 86.
20
Abdullah, op.cit., hlm. 129.
21
Sudikno Mertokusumo, op.cit., hlm. 59-60.
28
a. Keadilan umum;
jangkauan aktivitas manusia. Hal ini terlalu luas untuk dapat dijangkau
b. Keadilan utama.
yang menjadi hak atau jatahnya “suum cuique tribuere atau to each
29
korektif, yaitu kesamaan aritmatika. Di mana kelompok-kelompok
Cu dari leluhurnya Cina, yaitu : Jika anak sebagai anak, jika ayah sebagai
ayah, dan jika raja sebagai raja. Jika mereka sudah melaksanakan
virtue atau kebajikan pokok yang terdiri empat jenis, yaitu keadilan
diri (self control). Aristoteles menganggap bahwa keadilan itu bukan bagi-
keadilan.23
hak dan kewajiban individu dalam interaksi sosial. Keadilan yang berbasis
22
Burhanuddin Salam, op.cit., hlm. 128.
23
Ibid., hlm. 118.
30
peraturan bahkan bersifat administratif formal tetap penting karena pada
hukum sangat penting, konsistensi dari para penegak hukum dan pelak-
Konsep keadilan hanya dapat secara efektif mengatur masyarakat jika kon-
24
Abdullah, op.cit., hlm. 130 dan 131.
25
Ibid.
26
Ibid.
31
Dworkin dengan goal based theorynya mengatakan bahwa utilitarisme
ratif katagoris.28
makna penting. Konsep person moral pada akhirnya menentukan isi dari
mengenai person moral harus menjadi patokan bagi sebuah teori keadilan.
27
Ibid., hlm. 131 dan 132.
28
Ibid.
29
Ibid.
32
hasil dari prosedur seperti inilah yang menentukan isi dari prinsip-prinsip
sepakatan.30
yang menganut paham liberal. Ada faktor lain yang turut menunjang
hasil pengujian suatu konsep atau teori, khususnya teori keadilan menurut
John Rawls.32
30
Ibid., hlm. 132 dan 133.
31
Ibid.
32
Ibid.
33
Teori John Rawls dikembangkan pada masyarakat yang berakar
Menurut teori ini tujuan hukum, yaitu the greatest good of the greatest
kan kesenangan atau kebahagiaan yang terbesar bagi jumlah orang yang
terbanyak.35
33
Ibid.
34
Ibid., hlm. 141.
35
Ibid.
34
keadilan yang dipilih sebagai pegangan bersama sungguh-sungguh meru-
pakan hasil kesepakatan bersama dari semua person yang bebas, rasional
kan.36
basis pelaksanaan hak dan kewajiban individu dalam interaksi sosial. Oleh
yang setiap orang dapat diterima sebagai hal yang adil. Keadilan pro-
fairness.38
dari keadilan dalam arti fairness justru terletak pada tuntutan bahwa
36
Ibid., hlm. 143.
37
Ibid.
38
Andre Ata Ujan, Keadilan dan Demokrasi, Kanisius, Yogyakarta, 2001, hlm. 51.
39
Abdullah, op.cit., hlm. 143 dan 144.
35
Ketidaksamaan dalam distributif nilai-nilai sosial selalu dapat
kannya suatu prosedur yang mampu menjamin dengan baik suatu distri-
busi yang adil. Keadilan sebagai fairness juga menuntut adanya ke-
untungan yang bersifat timbal balik. Artinya, apa yang menjadi keuntung-
an bagi satu pihak, tidak boleh menjadi kerugian bagi pihak lain konsep.40
sebagai berikut : 41
prinsip manfaat;
utama;
prosedural murni;
aksi satu sama lain yang merupakan satu-kesatuan yang terorganisasi dan
40
Ibid.
41
Ibid.
36
kerjasama ke arah tujuan kesatuan. Sistem hukum bersifat kontinu, berke-
grum).42
42
Anis Mashdurohatun, Mengembangkan Fungsi Sosial Hak Cipta Indonesia (Suatu
Studi Pada Kerya Cipta Buku), Cetakan Kesatu, Edisi Pertama, UNS Press, Surakarta, 2016,
hlm. 106 dan 107.
43
Edi Setiadi dan Kristian, Sistem Peradilan Pidana Terpadu dan Sistem Penegakan
Hukum Di Indonesia, Cetakan Pertama, Kencana Prenada Media, Jakarta, 2017, hlm. 167.
44
Ibid., hlm. 167-169.
37
cated and important set of institutions. To begin with the legal system
has structure. The system is constantly changing : but parts of it
change at different speeds, and not every part changes as fast as
certain other parts. There are persistent, longterm patterns - aspects of
the system that were here yesterday (or even in the last century) and
will be around for long time to come. This is the structure of the legal
system - its skeleton or framework, the durable part, which gives a
kind of shape and definition to the whole.
kita maksud ketika kita berbicara tentang sistem kita. Terdapat cara
yang berbeda, dan tidak setiap bagian berubah secepat bagian yang
ada pada hari kemarin (atau mungkin pada abad terakhir) dan akan
datang dalam waktu yang lama. Inilah struktur dari sistem hukum -
inilah kerangka atau susunan, bagian yang awet, yang memberi suatu
berarti aturan aktual, norma dan pola perilaku dari orang-orang yang
ada di dalam sistem. Hal ini, pertama, “hukum” pada pengertian umum
38
faktanya batas kecepatan adalah 55 mil per jam, pencuri dapat dikirim
label toplesnya.
inside the system. This is, first of all, “the law” in the popular sense of
the term - the fact that the speed limit is fifty five miles an hour, that
burglars can be sent to prison, that “by law” a pickle maker has to list
Aspek lain dari sistem hukum adalah budaya hukum. Hal ini
berarti aturan aktual, norma dan pola perilaku dari orang-orang yang
ada di dalam sistem. Hal ini, pertama, “hukum” pada pengertian umum
faktanya batas kecepatan adalah 55 mil per jam, pencuri dapat dikirim
label toplesnya.
masalah dalam salah satu sub sistem, akan menimbulkan dampak pada
sebagai akibat kesalahan pada salah satu sub sistem akan menimbulkan
39
Terlebih dengan meningkatnya proses modernisasi yang me-
bagai berikut : 46
hukum. Substansi atau aturan hukum merupakan titik awal proses pe-
negakannya.
45
Jonlar Purba, Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Bermotif Ringan Dengan
Restorative Justice, Cetakan Pertama, Jala Permata Aksara, Jakarta, 2017, hlm. 88.
46
Theodorus Yosep Parera, Advokat dan Penegakan Hukum, Cetakan Pertama, Genta
Press, Yogyakarta, 2016, hlm. 15-18.
40
Ada sejumlah persoalan yang terkait dengan masalah substansi
antara peraturan yang satu dengan yang lain, apakah tersedia sanksi
bagai berikut : 47
1) Berlaku secara yuridis, artinya bahwa hukum harus dibuat dan di-
menurut tata cara yang sah. Jadi, hukum tersebut harus diresmikan
telah ditentukan;
47
Soerjono Soekanto (Ed.), Inventarisasi dan Analisa Perundang-Undangan Lalu
Lintas, Rajawali, Jakarta, 1984, hlm. 12.
41
hukum. Berlakunya hukum secara filosofis sangat ditentukan oleh
akan terjadi atau yang belum pernah terjadi, sehingga sangat me-
sedangkan
42
tual, dan teladan macam apakah yang harus ditunjukan aparat kepada
hukum.
bagai lembaga modern yang disusun secara birokratis, tentu tidak luput
43
berusaha menekan semaksimal mungkin beban yang menekan orga-
nisasi.
penegak hukumnya.
hadap aturan hukum dan aparatnya, dan apakah mereka percaya pada
hukum.
antara das Sollen dan das Sein seringkali tidak berjalan. Sering terjadi
48
Jan S. Maringka, Reformasi Kejaksaan Dalam Sistem Hukum Nasional, Cetakan
Pertama, Sinar Grafika, Jakarta, 2017, hlm. 5 dan 6.
44
munculkan kegamangan atau keragu-raguan dalam penerapannva se-
dan sebagainya;
jadi akhir-akhir ini seperti kasus main hakim sendiri, antara lain berupa
45
sebagai usaha untuk menghalangi penegakan hukum itu sendiri, meng-
masuk dalam setiap proses legislasi secara efektif dan efesien. Peraturan
maka hukum akan bekerja dengan baik pula, tetapi sebaliknya apabila
kekuatannya berkurang atau tidak ada maka hukum tidak akan bisa
secara normal, tetapi juga dapat terjadi karena pelanggaran hukum. Hukum
49
S. Maronie, Bekerjanya Hukum Dalam Masyarakat, diakses dalam http://zrief
maronie.blogspot.co.id/2014/05/bekerjanya-hukum-dalam-masyarakat.html.
50
Sudut Hukum, Teori Bekerjanya Hukum, diakses dalam https://www.suduthukum.
com/2017/07/teori-bekerjanya-hukum.html.
46
Hukum tumbuh, hidup dan berkembang di dalam masyarakat.
masyarakat.51
Agar hukum dapat menjadi valid, maka hukum harus dapat di-
merupakan hukum valid atau legitimate. Dari kaidah hukum yang valid
51
Ibid.
52
Lawrence M. Friedman, Sistem Hukum : Perspektif Ilmu Sosial, diterjemahkan oleh
M. Khozim, Nusa Media, Bandung, 2009, hlm. 17.
47
(command), larangan (forbidden), kewenangan (authorized), paksaan
kaidah hukum yang “efektif”. Dalam hal ini, validitas suatu suatu norma
berlaku secara efektif, suatu norma hukum harus terlebih dahulu valid,
karena jika suatu kaidah hukum tidak valid, maka hakim misalnya tidak
menjadi tidak efektif lagi, maka kaidah hukum tersebut juga kemudian
menjadi tidak lagi valid. Adapun agar suatu kaidah hukum dapat efektif,
haruslah memenuhi dua syarat utama, yaitu kaidah hukum tersebut harus
dapat diterapkan dan kaidah hukum tersebut harus dapat diterima oleh
masyarakat.55
53
Munir Fuady, Teori-Teori Besar (Grand Theory) Dalam Hukum, Edisi Pertama,
Cetakan Kedua, Kencana Prenada Media, Jakarta, 2013, hlm. 116.
54
Ibid.
55
Ibid., hlm. 116 dan 117.
48
Dalam hal ini, dalam bukunya Reine Rechtslehre (edisi pertama
Inggris dengan judul Pure Theory of Law (Teori Hukum Murni), Hans
keadaan valid terlebih dahulu baru diketahui apakah aturan tersebut dapat
sebenarnya sudah valid tersebut ternyata tidak dapat diterapkan atau tidak
validitasnya, sehingga berubah sifat dari aturan yang valid menjadi aturan
dapat berbagai variasi pandangan sesuai aliran dan paham yang dianutnya.
tidak banyak menjadi soal karena suatu norma hukum yang valid dapat
56
Ibid.
57
Ibid.
49
yang melanggarnya, atau bagi kaum realisme hukum versi Amerika,
seperti yang dianut oleh Karl Llewellyn, Oliver Wendell Holmes, dan
atau bahkan bagi kaum utilitarian, seperti Jeremy Bentham, Otto von
Jhering, atau David Hume, suatu norma hukum baru dianggap efektif dan
dapat dianggap hukum yang valid, efektif dalam hal ini berarti salah satu
sehingga setelah dihukum dia sudah jera (memenuhi unsur efek jera),
sebut;
58
Ibid., hlm. 120.
50
bagi pelaku kejahatan karena penjahatnya tidak diketemukan, tetapi
oleh masyarakat pada umumnya. Jika ada satu bagian dari aturan hukum
tersebut tidak dapat diberlakukan hanya terhadap satu kasus tertentu saja,
jadi merupakan suatu kekecualian, tidak berarti bahwa aturan hukum yang
H. Metode Penelitian
1. Paradigma Penelitian
59
Ibid., hlm. 126.
60
Dedy N. Hidayat, Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial Empirik Klasik,
Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia, Jakarta, 2003, hlm. 3.
51
Paradigma konstruktivis ini menekankan pada pengetahuan yang
kan pada aspek filosofis dan metodologis yang meliputi dimensi sebagai
berikut : 61
a. Ontologis;
b. Epistemologis;
c. Metodologis; dan
d. Aksiologis.
penelitian yang dipahami sebagai hasil interkasi antara objek yang diteliti
61
Agus Salim, Teori Dan Paradigma Penelitian, Tiara Wacana, Yogya, 2001, hlm. 110-
111.
52
dihayati oleh peneliti. Aksiologi yang berangkat dari nilai etika dan moral
(law in action) yang mendasarkan pada doktrin para realis Amerika seperti
Holmes, yaitu bahwa “law is not just been logic but experience” atau dari
62
Mukti Fajar N.D. dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum, Normatif dan
Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010, hlm. 47.
53
Rekonstruksi terhadap sistem pengadaan barang/jasa pemerintah
pihak.
beberapa informan yang berkaitan dengan disertasi ini, selain itu penulis
juga menggunakan sumber data sekunder dan tertier berupa artikel, jurnal/
63
Ibid., hlm. 53 dan 54.
54
menggunakan manusia sebagai instrumen utama, menggunakan metode
data, menganalisis data secara induktif, menyusun teori dari bawah ke atas
3. Langkah-langkah Penelitian
64
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif, Bandung, Remaja
Rosdakarya, 2004, hlm. 10-13.
55
dalam Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018, serta upaya untuk
pemerintah.
yang dialami dalam proses tersebut. Dari hasil kajian akan diperdalam
untuk menggali informasi (data) lebih lanjut yang dibutuhkan, dan juga
1) Data Primer
56
di dalam masyarakat, teknik yang digunakan adalah wawancara
2) Data Sekunder
1945;
57
Kitab Undang-undang Hukum Perdata;
barang/jasa pemerintah.
58
Buku-buku kepustakaan;
Jurnal hukum;
ini.
sekunder, seperti :
Rancangan Undang-undang;
Kamus hukum;
Internet.
pada jenis datanya. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah
data primer dan data sekunder yang diperoleh melalui studi lapangan,
59
1) Studi Lapangan
barang/jasa pemerintah.
2) Studi Kepustakaan
3) Studi Dokumenter
66
W. Gulo, Metode Penelitian, Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2002,
hlm. 123.
60
d. Analisis Data
terdiri dari tiga hal utama, yaitu reduksi data, penyajian data, dan
analisis.
Gambar 1
Analisis Data
Pengumpulan
Data
Penyajian
Data
Reduksi
Data
Penarikan
Kesimpulan/Verifikasi
penulis.
61
Data yang telah dikumpulkan oleh peneliti sebagaimana
bertumpu pada tiga aktivitas, yaitu reduksi data, penyajian data, dan
penarikan simpulan/verifikasi.
62
an adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan
apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan. Artinya apakah
Hanya saja ini bukan sebagai sebuah kesimpulan final, sebab dalam
proses ini peneliti dapat saja melakukan verifikasi hasil temuan ini
silang (cross chek) dengan temuan lainnya yang dianggap sebagai data
e. Validasi Data
63
tetap terjamin validitas (kesahihan), objektivitas, dan keterandalannya
melakukan cek silang antara sumber data dan metode yang satu dengan
I. Orisinalitas Penelitian
2018 Berbasis Nilai Keadilan”, dengan fokus kajian ranah hukum pidana
sesuatu yang belum pernah dikaji secara mendalam oleh para penstudi hukum,
baik kajian yang bermuara pada tataran teoritis maupun praktis. Kajian-kajian
duplikasi terhadap sebuah tema dengan fokus kajian yang sama. Duplikasi
64
atau pengulangan kajian seperti itu justru tidak akan memberikan sumbangan
yang berarti bagi pengembangan ilmu hukum, baik secara teoritis maupun
praktis.
nentukan orisinalitas studi ini, yang dilakukan dengan cara melakukan pe-
baik yang telah dilakukan oleh para penstudi dari lingkungan disiplin ilmu
humaniora.
berikut ini :
Tabel 1
Perbandingan Dengan Disertasi Lainnya
No. Nama Penulis Judul Disertasi Orisinalitas/Kebaruan
Disertasi
1. Dr. H. Jawade Hafidz Reformasi Kebijakan Dalam disertasi penulis
(UNDIP) Hukum Birokrasi membahas lebih dalam
Pengadaan Barang Dan mengenai penyesuaian har-
Jasa Pemerintah Dalam ga dalam kontrak pengadaan
Mencegah Terjadinya barang/jasa pemerintah.
Tindak Pidana Korupsi Penyesuaian harga tidak
Di Indonesia dilakukan sebelum penanda-
tangan kontrak pengadaan,
sehingga hal ini menimbul-
kan kerugian bagi penyedia
jasa. Penyesuaian harga di-
laksanakan setelah kontrak
pengadaan ditandatangani,
dan proses atau tahapan
penyesuaian harga mem-
butuhkan waktu yang cukup
lama dan harus melalui
tahapan yang cukup pan-
jang, mengingat waktu
65
penyelesaian pengadaan
barang/jasa sebagaimana di-
sebutkan di dalam kontrak
pengadaan, sehingga terjadi
ketidakadilan atau ketidak-
seimbangan kedudukan para
pihak.
2. Dr. Yohanes Sogar Prinsip Hukum Kontrak Penulis lebih memperdalam
Simamora pengadaan Barang Dan mengenai hal penyesuaian
(UNAIR) Jasa Oleh Pemerintah harga dalam kontrak peng-
adaan barang/jasa peme-
rintah. Penyesuaian harga
dalam kontrak yang dilaku-
kan setelah penandatangan-
an kontrak akan memper-
sulit penyedia jasa, karena
waktu yang dipergunakan
untuk pelaksanaan peng-
adaan sangat singkat,
sedangkan penyesuaian har-
ga juga membutuhkan wak-
tu yang lama.
3. Dr. Bambang Utoyo Prinsip Proporsionalitas Penulis mengemukakan ada-
(UNAIR) Dalam Kontrak nya keadilan bagi para pihak
Pengadaan Barang dan dalam kontrak pengadaan
Jasa Oleh Pemerintah barang dan jasa pemerintah,
terutama terkait dalam ma-
salah penyesuaian harga
dalam kontrak. Tahapan
pengadaan barang/jasa pe-
merintah sangat panjang
dengan waktu yang relatif
singkat. Penyesuaian harga
dalam kontrak harus dilaku-
kan sebelum adanya penan
datanganan kontrak, se-
hingga pelaksanaan peng-
adaan barang/jasa peme-
rintah dapat diselesaikan
oleh penyedia jasa tepat
pada waktunya sebagaimana
yang tertera dalam kontrak,
karena keterlambatan penye
dia barang/jasa dalam peng-
adaan barang/jasa peme-
rintah akan membawa ke-
rugian bagi penyedia
barang/jasa tersebut.
66
J. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam disertasi ini terdiri dari enam (6) bab
keadilan, serta tinjauan umum tentang kontrak dalam perspektif hukum Islam.
Tahun 2018 dalam perspektif keadilan, yang terdiri dari Pengaturan kontrak
67
2018, Wanprestasi pada pelaksanaan kontrak pengadaan barang/jasa
adilan di masa yang akan datang, yang terdiri dari Perlindungan hukum
keadilan.
Bab VI, sebagai bab penutup, terdiri dari simpulan dari penelitian
disertasi.
68