Anda di halaman 1dari 13

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Oleh :

Kelompok 10

ARI PUTRIANI SALAMPESSY (202021007)

TIKA INDAH LESTARI (202021015)

INDISARI SAHRIL TAOHI (202021020)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2023
BAB II

PENGADAAN BARANG DAN JASA

A. KONSEP PENGADAAN BARANG DAN JASA

Pengadaan kebutuhan barang/jasa merupakan bagian penting yang tidak dapat

dipisahkan dalam pemerintahan. Ketersediaan barang/jasa, disamping merupakan tugas

dan tanggung jawab pemerintah dalam berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat dan

kebutuhan pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan.

Pengadaan barang/jasa dalam bidang administrasi publik biasa disebut dengan

Pengadaan barang/jasa publik, disingkat PBJP, adalah suatu kegiatan Pengadaan

Barang/Jasa dari Kementerian/Lembaga/Aparatur Negara (KLPD) Dana APBN/APBD

yang prosesnya diawali dengan need assessment, itu memainkan peran penting sampai

pekerjaan disampaikan Pelaksanaan pembangunan nasional untuk meningkatkan

pelayanan publik dan pembangunan ekonomi nasional dan daerah. Juga, PBJP

diharapkan juga dapat menawarkan pemenuhan nilai maksimum layanan (nilai uang) dan

meningkatkan penggunaan produk Memperkuat peran usaha mikro, usaha kecil dan

perusahaan di dalam negeri Usaha Menengah (UMKM) dan pembangunan berkelanjutan.

Kedudukan pemerintah dalam penyelenggaraan pengadaan barang/jasa publik pada

hakikatnya merupakan wujud pelaksaan tanggung jawab pemerintah terhadap

kesejahteraan rakyat dengan menyediakan berbagai kemudahan yang diperlukan rakyat

untuk mengatur kehidupannya, terutama untuk memenuhi kebutuhan dasarnya,

Kebutuhan dan rasa aman.


1. Pengertian Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah

Pengadaan atau perolehan barang/jasa (purchasing) merupakan proses organisasi

membeli barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan internal dan/atau organisasi

eksternal. Oleh karena itu, hampir semua organisasi, baik organisasi dalam bisnis

(organisasi laba), di sektor nirlaba (nirlaba), dan administrasi publik melaksanakan proses

pengadaan untuk memenuhinya perlu melakukan tugas mereka sendiri. Meskipun Oleh

karena itu, ada perbedaan antara organisasi-organisasi ini proses memperoleh

barang/jasa, misalnya perbedaan Sumber pendanaan, menemukan penyedia layanan,

pentingnya layanan, dan lain-lain. Meskipun kemiripan dijanjikan pada persidangan

ketiga Organisasi adalah tujuan utamanya, yaitu perolehan barang dan layanan dengan

nilai terbaik untuk uang (mendapatkan nilai). Pengadaan barang/jasa pemerintah (PBJP)

adalah kegiatan pengadaan barang/jasa oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah

yang dibiayai oleh APBN /APBD yang prosesnya sejak identifikasi kebutuhan, sampai

dengan serah terima hasil pekerjaan.1

Riyanto menyatakan bahwa dalam proses pengadaan barang dan jasa ini, ada

beberapa istilah yang perlu diketahui agar tidak menimbulkan ambiguitas dan

misinterpretasi. Beberapa diantaranya adalah :

1
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2018)
a. Barang, merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut benda, baik dalam bentuk

bahan baku, setengah jadi, maupun barang jadi yang menjadi objek dari pengadaan

barang pemerintah.

b. Jasa, terbagi menjadi Jasa Konsultasi, Jasa Pemborongan dan Jasa lainnya.2

c. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), merupakan pemilik pekerjaan yang bertanggung

jawab atas pelaksaan proses pengadaan barang dan jasa pemerintah, yang diangkat

Pengguna Anggara/Kuasa Pengguna Anggaran.

2. Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Sebagai Kontrak Standar

a. Pengertian Kontrak Standar

Kontrak standar disebut juga dengan perjanjian baku atau kontrak baku/kontrak

adhesi, dirumuskan secara berbeda-beda oleh para ahli. Menurut Hondius perjanjian baku

merupakan konsep janji-janji tertulis, disusun tanpa membicarakan isinya dan lazimnya

dituangkan ke dalam sejumlah perjanjian tak terbatas yang sifatnya tertentu. Sementara

menurut Sutan Remi Sjahdeini kontrak standar adalah perjanjian yang hampir seluruh

klausul-klausulnya dibakukan oleh pemakainya dan pihak yang lain pada dasarnya tidak

mempunyai peluang untuk merundingkan atau meminta perubahan.3

b. Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Sebagai Kontrak Standar atau Baku

Kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah merupakan kontrak tertulis antara

prinsipiil (PPK) dan pemasok barang/jasa atau badan pemerintahan sendiri. Kontrak

tersebut pada hakikatnya lahir dari penerapan prinsip kebebasan berkontrak antar negara.

Pihak yang terlibat dalam perjanjian. Agar kebebasan berkontrak tidak disalahgunakan

2
Hendrick Haluruk, Tesis:” Diskresi Pemerintah Dalam Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah” (Ambon:
UNPATTI.2017), Hal 28.
3
Dr.H.Purwosusilo, Aspek Hukum Pengadaan Barang dan Jasa, KENCANA, Jakarta, 2017, Hal 217- 218.
sebagai kegiatan para pihak yang tidak dibatasi, perkembangan desain kontrak

selanjutnya menemui pembatasan negara, baik karena ketentuan hukum maupun

yurisprudensi.

Ditinjau dari pembatasan tersebut, maka kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah di

satu sisi dikategorikan sebagai kontrak standar/ baku, dengan alasan format, klausula dan

ruang lingkupnya sudah diatur dengan jelas dalam Perpres Nomor 12 Tahun 2021 tentang

Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah.

Meskipun dokumen referensi dibakukan sebagai dokumen standar dalam kontrak

pengadaan barang/jasa publik, namun dengan mendefinisikan isi kontrak, penyedia

barang/jasa memiliki kesempatan untuk berpartisipasi, mengusulkan perubahan untuk

mencapai kesepakatan tentang hal tersebut. menentukan apa yang adil bagi kedua belah

pihak.

Syarat kontrak dalam pengadaan barang/jasa publik adalah ketentuan umum yang harus

dicantumkan dalam kontrak kerja dengan tujuan memberikan pemahaman, petunjuk dan

batasan kepada pengguna (pemerintah) dan penyedia jasa (supplier) atas pelaksanaan

kontrak.

Peraturan kontrak barang/jasa publik diatur dalam Peraturan Kepala LKPP No. 15

Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa Publik, yang menggantikan Perka LKPP No.

Tahun 2010 dan Perka LKPP No. 2 Tahun 2011.

3. Organisasi Pengadaan Barang atau Jasa


Pengadaan barang atau jasa pemerintah adalah pengadaan barang dan jasa yang

dibiayai dengan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan/atau

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), baik yang dilakukan secara mandiri

maupun oleh penyedia barang atau jasa. Dalam pengertian ini, pengadaan barang/jasa

publik melibatkan dua faktor penting, baik perorangan maupun lembaga, yaitu

pemerintah dan penyedia barang/jasa.

4. Proses Pengadaan Barang/Jasa

a. Tahapan Persiapan Kontrak

Tahap persiapan kontrak dimulai dengan perencanaan pengadaan. Rencana

pengadaan dimulai dengan pembuatan konsep total pengadaan barang/jasa bagi

pengguna anggaran sampai dengan penamaan penyedia barang/jasa. Proses

pengadaan barang/jasa pemerintah pada tahap ini meliputi pengumuman,

penetapan harga perkiraan sendiri, pendaftaran dan pengambilan dokumen,

penjelasan, pengajuan penawaran, jaminan penawaran, pembukaan dokumen

penawaran, evaluasi, penetapan pemenang, dan sanggah.

b. Tahapan Pelaksanaan Kontrak

 Penyempurnaan rancangan kontrak

PPK bertugas dan bertanggungjawab untuk membuat rancangan kontrak.

Rancangan kontrak tersebut dibuat dengan berpedoman pada standar

kontrak pengadaan barang/jasa. Sesuai dengan peraturan kepada LKPP

No.6 Tahun 2012.

 Penandatangan Kontrak
Penandatanganan kontrak adalah representasi yang benar dan penerimaan

kontrak untuk kedua belah pihak. Ketika kedua pihak yang berwenang

untuk menyimpulkan kontrak telah menandatangani kontrak, kontrak

tersebut bersifat final dan mengikat secara hukum bagi para pihak yang

membuat kontrak, PPK adalah wakil negara dalam kontrak pengadaan

publik. Barang/Jasa yang direksinya disebutkan namanya dalam Anggaran

Dasar/ Anggaran Dasar atau orang perseorangan yang didirikan

berdasarkan peraturan perundang-undangan.

 Jaminan Pelaksanaan

jaminan pelaksanaan adalah tentang memberikan kepastian kepada

pengguna bahwa penyedia layanan menganggap serius kinerja kontraktual

dari kontrak tersebut. Selain itu, adanya jaminan kinerja juga bertujuan

untuk mencegah kemungkinan kerugian bagi pemerintah dan pengguna

yang diakibatkan oleh kelalaian penyedia jasa selama proses pengadaan.

Penyerahan kinerja pemenang lelang dijamin kepada ULP/manajer

pengadaan sesuai ketentuan.

 Pelaksanaan Kontrak

Pelaksanaan kontrak pengadaan barang/jasa diawali dengan diterbitkannya

Surat Perintah Inisiasi PPK (SPMK). Selanjutnya, PPK akan mengirimkan

surat perintah (SP) paling lambat 14 (empat) hari kalender setelah

penandatanganan kontrak. SP harus disetujui/ditandatangani sebagaimana

diprasyaratkan oleh Penyedia Layanan dan dibubuhi materai selambat-

lambatnya 7 (tujuh) hari kalender sejak tanggal SP diterbitkan. Tanggal


tanda tangan SP penyedia layanan ditetapkan sebagai tanggal awal untuk

menghitung waktu pengiriman.

Pemasok mengembangkan program kualitas, yang berisi setidaknya

informasi tentang perolehan barang, organisasi pekerjaan pemasok,

rencana pelaksanaan pekerjaan, metode pelaksanaan pekerjaan, instruksi

pekerjaan; dan pelaksana. Program kualitas dapat dimodifikasi tergantung

pada kondisi lapangan. Kemudian PPK atau kelompok pemeriksa. Agen

PPK dapat melakukan pemeriksaan terhadap proses produksi

barang/peralatan tertentu. Waktu, tempat, dan ruang lingkup pengujian

harus sesuai dengan ketentuan kontrak. Biaya inspeksi termasuk dalam

harga kontrak.

Pada saat barang diproduksi/diolah, pemasok menginformasikan kepada

PPK mengenai jadwal pengiriman barang dan memberikan dokumen

pengiriman barang. Alat angkut yang digunakan harus sesuai dengan

dokumen kontrak. Untuk barang yang mudah rusak atau berisiko tinggi.

Pemasok barang harus memberikan informasi akhir tentang perawatan

mereka.

 Pembayaran Uang Muka

Selama tahap pelaksanaan kontrak, dibenarkan untuk membayar uang

muka pekerjaan sebesar jumlah maksimum yang ditentukan dalam

kontrak. Deposit tersebut berlaku untuk jaminan deposit sebesar jumlah

deposit yang diterima oleh penyedia layanan. Penjaminan deposito

diterbitkan oleh bank komersial, perusahaan penjaminan atau perusahaan


asuransi. Penyelenggara dapat mengirimkan permintaan tertulis mengenai

setoran kepada PPK disertai dengan rencana kontrak penggunaan titipan

tersebut. PPK mengirimkan surat pembayaran permohonan setelah

menerima jaminan simpanan dari penyedia jasa.

 Perubahan Kegiatan Pekerjaan

PPK dapat melakukan perubahan kontrak bersama dengan penyedia

layanan, misalnya menambah/mengurangi ruang lingkup dan jenis

pekerjaan serta spesifikasi pekerjaan untuk kepentingan audit.

 Laporan Hasil Pekerjaan

Hasil pemeriksaan dituangkan dalam laporan kemajuan pekerjaan.

Laporan pelaksanaan semua kegiatan kerja dibuat untuk pemantauan dan

pengendalian. Laporan dibuat oleh penyedia layanan, diperiksa oleh

konsultan jika perlu dan disetujui oleh perwakilan PPK. Untuk

mendokumentasikan pelaksanaan proyek, PPK membuat foto dokumentasi

pelaksanaan pekerjaan. Kemudian diikuti dengan penilaian progres

kegiatan serta penghentian dan pemutusan kontrak.

c. Tahapan Pasca Kontrak

Pada tahap pasca kontrak terdapat beberapa tahapan yaitu meliputi

penerimaan kontrak, denda dan ganti rugi, keadaan luar biasa, dan perpanjangan

waktu pelaksaan pekerjaan.

5. Asas dan Etika Pengadaan Barang dan Jasa


Dalam melaksanakan proses pengadaan barang dan jasa terdapat sejumlah prinsip

yang harus dijadikan dasar. prinsip-prinsip tersebut antara lain prinsip efisien, efektif,

transparan, terbuka, bersaing, adil, dan akuntabel.

B. KEWENANGAN PENGADAAN BARANG DAN JASA OLEH PEMERINTAH

1. Diskresi Dalam Pengadaan Barang dan Jasa

Dasar Terkait pengadaan barang dan jasa yang didasarkan kewenangan diskresi

pemerintah yakni pengadaan barang dan jasa dengan metode penunjukan langsung

memiliki kekhasan tersendiri karena tidak seperti pengadaan barang/jasa pada umumnya

yang melalui lelang.

Pengadaan barang dan jasa melalui penyerahan langsung merupakan kebijaksanaan

pejabat pemerintah untuk menggunakan dan menggunakan dana pemerintah dengan cara

yang harus dipandang sebagai tujuan kemanfaatan. Dalam pengadaan barang dan jasa

terdapat 3 (tiga) pelaku utama yaitu pengguna/pemohon, pemasok barang/jasa dan

kontraktor pengadaan. Tanggung jawab untuk perolehan barang dan jasa adalah milik

badan-badan yang memiliki kekuatan hukum dan secara individu, dalam tugas dan

sebagai korporasi.

Pengadaan membutuhkan anggaran yang besar baik dari APBN maupun APBD.

Dalam melakukan pengadaan, pemerintah merupakan badan yang mengatur tata cara

pengadaan barang dan jasa. Barang dan jasa biasanya diperoleh melalui lelang. Lelang

sebagai suatu proses yang harus dilakukan pada saat perolehan barang dan jasa dalam

kondisi normal, dalam kondisi tertentu tidak digunakan mekanisme lelang, melainkan

melalui cara penunjukan langsung.


Dengan demikian, keleluasaan diwujudkan dalam menentukan bagaimana barang dan

jasa disediakan dengan metode alokasi langsung. Secara khusus, peraturan perundang-

undangan yang mengatur pengadaan barang dan jasa adalah Peraturan Presiden Nomor

70 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Tahun 2012. Keputusan ini mengatur tentang

pengadaan barang dan jasa yang langsung dipesan. Booking appointment adalah

kesempatan untuk memilih penyedia produk/jasa dengan menyebutkan 1 (satu) penyedia

produk/jasa secara langsung.

Menariknya, pengadaan barang/jasa yang dirahasiakan tidak lagi termasuk dalam

kategori barang/jasa yang dipasok langsung dalam prosedur pencalonan. Dengan

demikian, dapat diartikan bahwa barang/jasa yang dirahasiakan tidak lagi menjadi dasar

kebijakan atau kebijaksanaan dalam menentukan tujuan langsung pengadaan barang/jasa.

Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 mengatur kewenangan ULP/Badan Pengadaan

untuk memilih sistem pengadaan untuk pengadaan barang/pekerjaan/jasa lainnya.

Pemilihan pemasok barang/jasa lainnya dilakukan melalui lelang yang terdiri dari lelang

umum dan sederhana, penunjukan langsung, pengadaan langsung atau tender/kompetisi.

Jika ada perbedaan dalam pemilihan kontraktor, jika dalam pengadaan barang/jasa

pemilihannya adalah pelelangan sederhana, maka dalam pemilihan kontraktor ada

pelelangan yang berbeda, selebihnya sama saja.

2. Prosedur Hukum Diskresi Pemerintah Dalam Pengadaan Barang dan Jasa

Kewenangan diskresi tidak dikendalikan oleh wetmatigheid tetapi oleh

doelmatigheid, karena konsep diskresi ditujukan untuk tujuan kegunaan, bukan kepastian

hukum dalam artian memperhatikan peraturan perundang-undangan, sehingga landasan


normatif untuk memeriksa tindakan bebas bersifat umum. prinsip pemerintahan yang

baik4. Mengingat cara penunjukan langsung dalam pengadaan barang dan jasa merupakan

tindakan bebas pejabat pemerintah, maka tindakan tersebut harus didasarkan pada tujuan

untuk kepentingan umum dan memperhatikan asas dan etika pengadaan barang dan jasa.

Adanya asas-asas umum pengelolaan perusahaan yang bertanggung jawab menunjukkan

adanya praktik tindakan bebas, baik prosedural maupun substantif, untuk mencegah

penyimpangan dan penyalahgunaan wewenang oleh pejabat yang melakukan tindakan

bebas dalam pengadaan barang dan jasa. menyebabkan kerugian pemerintah

Penguasaan hukum atas perbuatan bebas dalam perolehan barang dan jasa merupakan

pengendalian atas ada tidaknya penyalahgunaan kekuasaan yang menimbulkan kerugian

negara. Hal ini penting karena bertujuan agar konsep abuse of power dapat dipahami

dengan konsep illegality atau melanggar Pembedaan tersebut untuk mempermudah

proses hukum dalam pengelolaan keuangan pemerintah. Dengan pendekatan demikian,

keadilan dicapai dalam negara hukum yang memosisikan subjek hukum sesuai dengan

posisi atau kedudukannya. Sebagai pegawai negeri yang melaksanakan dan

melaksanakan kebijaksanaan, kedudukannya sebagai pribadi tidak dapat dipisahkan,

demikian juga dengan pegawai negeri yang menjalankan fungsi pemerintahan hukum.5

4
Hendrick Haluruk, Tesis:” Diskresi Pemerintah Dalam Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah” (Ambon:
UNPATTI.2017), Hal 91.

5
Ibid
DAFTAR PUSTAKA

Purwosusilo,H. 2014. Aspek Hukum Pengadaan Barang dan Jasa. Jakarta:

Kencana.

Arsana, I Putu Jati. 2016. Manajemen Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.

Yogjakarta:Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA.

Albert, Rian. 2011. Buku Pegangan Barang dan Jasa. Yogyakarta: Gradien

Mediatama.

Okita, Indrastuty Rosari. 2020. Pengadaan Barang dan Jasa Melalui

SWAKELOLA. Malang: Media Nusa Kreatif.

Abdulkadir Muhammad. 1992. Perjanjian Baku Dalam Praktek Perusahaan

Perdagangan. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Arsyad, Jawade Hafidz dan Dian Karisa. 2018. Sentralisasi Birokrasi Pengadaan

Barang dan Jasa Pemerintahan. Jakarta Timur: Sinar Grafika.

Surharnoko.2014. Hukum Perjanjian: Teori dan Analisa Kasus. Jakarta :

Kencana.

Buku Gambaran Pengadaan Barang atau Jasa Pemerintah, LKPP. 2020

Hendrick, Haluruk. 2017. Diskresi Pemerintah Dalam Pengadaan Barang dan

Jasa Pemerintah. (Tesis, Universitas Pattimura).

Anda mungkin juga menyukai