Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penganggaran Pemerintahan


Dosen Pengampu: Suhadi, S.E., M.S.A

Oleh :

1. Munaya Fauzah (2150510051)


2. Ichsa Maya Setyaningrum (2150510063)
3. Winda Qurotul Ainiyah (2150510070)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARI’AH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

TAHUN 2023

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...............................................................................................................................................1
BAB I....................................................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................2
A. Latar Belakang..........................................................................................................................2
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................................... 3
BAB II...................................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................4
A. PENGADAAN BARANG DAN JASA.................................................................................... 4
1. Pengertian Barang dan Jasa................................................................................................ 4
2. Konsep Etika pengadaan Barang dan Jasa........................................................................ 4
3. Prinsip Dasar Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.........................................................6
B. TATA CARA PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH.................................7
C. SWAKELOLA PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAHAN........................8
D. PANITIA PENGADAAN DAN PENYEDIAAN BARANG/JASA....................................... 9
BAB III................................................................................................................................................... 11
PENUTUP.............................................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................12

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengadaan barang dan jasa pemerintah saat ini bertujuan untuk memenuhi
komitmen pemerintah dalam pemenuhan infrastruktur publik dan untuk
menyelesaikan infrastruktur pemerintah sehingga fungsi pelayanan masyarakat dapat
beroperasi seefisien mungkin (Hafidz Arsyad & Karisma, 2018). Pemerintah
melakukan banyak usaha untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia, salah
satunya dengan melakukan pengadaan barang dan jasa pemerintah yang dilakukan
instansi-instansi pemerintahan. Negara Indonesia adalah negara hukum yang sedang
membangun (developing country), dimana pada saat ini sedang melaksanakan
pembangunan di semua bidang. Pembangunan adalah suatu rangkaian tindakan yang
direncanakan untuk mencapai kondisi yang lebih baik yang diinginkan oleh suatu
masyarakat di samping pertumbuhan yang diantisipasi untuk terus berlangsung, tidak
akan terjadi dengan sendirinya, apalagi secara tidak sengaja, oleh karena itu
diperlukan sejumlah tindakan yang terencana untuk menyelesaikannya (Simbolon
dkk., 2021). Oleh karena itu, hasil-hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh
seluruh rakyat sebagai peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mendorong
terjadinya perubahan dan kemajuan dalam semua bidang kegiatan, termasuk kegiatan
pengadaan barang dan jasa. Dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa,
pemerintah dituntut untuk memajukan kesejahteraan umum yang berkeadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah
berkewajiban menyediakan kebutuhan rakyat dalam berbagai bentuk berupa barang,
jasa, maupun pembangunan infrastruktur.
Pengadaan barang dan jasa pada hakikatnya merupakan upaya pihak pengguna
untuk mendapatkan atau mewujudkan barang dan jasa yang diinginkannya dengan
menggunakan metode dan proses tertentu agar dicapai kesepakatan harga, waktu dan
kesepakatan lainnya. Mendapatkan barang dan jasa dengan harga yang wajar, dalam
jumlah dan kualitas yang tepat, dan sesuai jadwal adalah salah satu tujuan pengadaan
barang dan jasa pemerintah (Arsyad & Karisma, 2022). Agar hakikat atau esensi
pengadaan barang dan jasa tersebut dapat dilaksanakan sebaik-baiknya, maka kedua
belah pihak yaitu pihak pengguna dan penyedia haruslah selalu berpatokan pada

2
filosofi pengadaan barang dan jasa, tunduk kepada etika dan norma pengadaan barang
dan jasa yang berlaku, mengikuti prinsip-prinsip, metode dan proses pengadaan
barang dan jasa yang baku.
Pengadaan yang menggunakan penyedia barang dan jasa baik sebagai badan
usaha maupun perorangan, pada dasarnya dilakukan melalui pemilihan penyedia
barang dan jasa. Pengadaan barang dan jasa pemerintah dengan cara pengadaan
langsung dilakukan oleh pejabat pengadaan dengan cara membeli barang atau
membayar jasa secara langsung kepada penyedia barang dan jasa, tanpa melalui
proses lelang atau seleksi. Pengadaan langsung pada hakikatnya merupakan jual beli
biasa dimana antara penyedia yang memiliki barang dan jasa untuk dijual dan pejabat
pengadaan yang membutuhkan barang dan jasa terdapat kesepakatan untuk
melakukan transaksi jual-beli barang dan jasa dengan harga yang tertentu.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengadaan Barang dan Jasa Dalam Anggaran Pemerintahan?
2. Bagaimana tata cara Pengadaan Barang dan jasa Pemerintah?
3. Bagaimanakah swakelola Pengadaan Barang dan jasa Pemerintah ?
4. Bagaimana pengertian Panitia Pengadaan dan Penyedia Barang/jasa?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Pengadaan Barang dan Jasa Dalam Anggaran Pemerintah.
2. Untuk mengetahui hal- hal yang menjadi perubahan tata cara pengadaan
barang dan jasa pemerintah
3. Untuk mengetahui swakelola pengadaan barang dan jasa pemerintah
4. Untuk mengetahui pengertian panitia pengadaan barang/jasa

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGADAAN BARANG DAN JASA


1. Pengertian Pengadaan Barang dan Jasa
Di Indonesia, pengadaan barang dan jasa telah berkembang pesat.
Pelaksanaan pengadaan barang dan jasa menjadi lebih dapat dipercaya dan akuntabel.
dengan dikeluarkannya peraturan-peraturan khusus yang berkaitan dengan proses ini.
Sebelumnya tidak ada aturan khusus mengenai pengadaan barang dan jasa Indonesia,
karena aturan terkait hal ini disisipkan dalam peraturan mengenai pelaksanaan APBN.
Berdasarkan Perpres 16 tahun 2018, Pengadaan barang/jasa pemerintah adalah
kegiatan Pengadaan Barang/Jasa oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah yang
dibiayai oleh APBN/APBD yang prosesnya sejak identifikasi kebutuhan, sampai
dengan serah terima hasil pekerjaan. Kegiatan pengadaan barang/jasa dimulai dari
identifikasi kebutuhan yang pada dasarnya merupakan kegiatan perencanaan umum
pengadaan.
Barang adalah setiap benda, baik berwujud maupun tidak berwujud,
bergerak maupun tidak bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan
atau dimanfaatkan oleh pengguna barang (Ramli, 2013). Pengadaan barang tersebut
dapat berupa bahan baku, barang setengah jadi, barang jadi atau peralatan dan
termasuk makhluk hidup.
Sedangkan pengertian jasa meliputi jasa konsultasi, jasa lainnya, dan jasa
konstruksi. Jasa konsultasi yaitu jasa layanan profesional yang membutuhkan keahlian
tertentu di berbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya olah pikir
(brainware). Jasa lainnya adalah jasa yang membutuhkan kemampuan tertentu yang
mengutamakan keterampilan (skillware) dalam suatu sistem tata kelola yang telah
dikenal luas di dunia usaha untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau segala
pekerjaan dan/atau penyediaan jasa selain jasa konsultansi, pelaksanaan pekerjaan
konstruksi dan pengadaan barang. Sedangkan pekerjaan konstruksi adalah seluruh
pekerjaan yang berhubungan dengan pelaksanaan konstruksi bangunan atau
pembuatan wujud fisik lainnya.
Dalam pasal 1 angka 1 Perpres 54 Tahun 2010, sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Perpres Nomor 4 tahun 2015, dinyatakan bahwa: "pengadaan

4
barang/jasa pemerintah yang selanjutnya disebut dengan pengadaan barang/jasa
adalah kegiatan untuk memperoleh barang/jasa oleh kementerian/lembaga/satuan
kerja daerah/institusi yang prosesnya perencanaan kebutuhan perangkat dimulai dari
sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa."

2. Konsep Etika pengadaan Barang dan Jasa


Pengadaan barang dan jasa adalah upaya untuk mendapatkan barang dan
jasa yang diinginkan yang dilakukan atas dasar pemikiran yang logis dan sistematis
(the system of thought), mengikuti norma dan etika yang berlaku, berdasarkan metoda
dan proses pengadaan yang baku. Pengadaan barang dan jasa pada dasarnya
melibatkan dua pihak yaitu pihak pengguna dan pihak penyedia yang mempunyai
kehendak atau kepentingan berbeda bahkan dapat dikatakan bertentangan. Pihak
pengguna menghendaki memperoleh barang dan jasa dengan harga
semurah-murahnya, sedang pihak penyedia ingin mendapatkan keuntungan yang
setinggi-tingginya. Dua kehendak atau keinginan yang bertentangan tersebut akan
sulit dipertemukan kalau tidak ada saling pengertian dan kemauan untuk mencapai
kesepakatan. Untuk itu perlu adanya etika dan norma yang disepakati dan dipatuhi
bersama.
Sehingga etika dalam pengadaan barang dan jasa adalah perilaku yang
baik dari semua pihak yang terlibat dalam proses pengadaan. Yang dimaksud perilaku
yang baik adalah perilaku untuk saling menghormati terhadap tugas dan fungsi
masing-masing pihak, bertindak secara profesional, dan tidak saling mempengaruhi
untuk maksud tercela atau untuk kepentingan/keuntungan pribadi dan atau kelompok
dengan merugikan pihak lain. Perbuatan yang tidak patut dilakukan dan sangat
bertentangan dengan etika pengadaan adalah apabila salah satu pihak atau secara
bersama-sama melakukan praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Pengadaan
barang dan jasa dapat menjadi titik rawan terjadinya praktek KKN, oleh karena itu
perlu adanya upaya untuk meningkatkan mutu pelaksanaan pengadaan barang dan
jasa. Upaya tersebut diantaranya dapat dilakukan melalui penyempurnaan peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan pengadaan, meningkatkan
profesionalisme para pelaku pengadaan, meningkatkan pengawasan serta penegakan
hukum.

5
Menurut (Arsana, 2016) agar tujuan pengadaan barang dan jasa dapat
tercapai dengan baik, maka semua pihak yang terlibat dalam proses pengadaan harus
mengikuti Etika Pengadaan yaitu :
a. Melakukan tugas secara teratur dan bertanggung jawab, dengan rasa tanggung
jawab untuk mencapai tujuan pengadaan dengan lancar dan tepat waktu.
b. Bekerja secara profesional dan mandiri atas dasar kejujuran, serta menjaga
kerahasiaan dokumen pengadaan barang dan jasa yang seharusnya dirahasiakan
untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam pengadaan barang/jasa
c. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung untuk
mencegah dan menghindari terjadinya persaingan tidak sehat
d. Menerima dan bertanggungjawab atas segala keputusan yang ditetapkan sesuai
dengan para pihak.
e. Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan para pihak yang
terkait, langsung maupun tidak langsung dalam proses pengadaan barang/jasa
(conflik of interest)
f. Menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran keuangan
negara dalam pengadaan barang/jasa
g. Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan atau kolusi dengan
tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan atau pihak lain yang secara langsung
atau tidak langsung merugikan negara
h. Tidak menerima, tidak menawarkan atau tidak menjanjikan untuk memberi atau
menerima hadiah, imbalan berupa apa saja kepada siapapun yang diketahui atau
patut dapat diduga berkaitan dengan pengadaan barang/jasa

3. Prinsip Dasar Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah


Pengadaan barang dan jasa harus dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip pengadaan
yang dipraktekkan secara internasional yaitu prinsip efisiensi, efektifitas, persaingan
sehat, keterbukaan, transparansi, tidak diskriminasi, dan akuntabilitas.
a. Efisien, berarti pengadaan barang / jasa harus diusahakan dengan menggunakan
dana dan daya yang terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam
waktu sesingkat- singkatnya dan dapat dipertanggungjawabkan.
b. Efektif berarti pengadaan barang / jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang
ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai dengan
sasaran yang ditetapkan.

6
c. Terbuka dan Bersaing, berarti pengadaan barang / jasa harus terbuka bagi
penyedia barang / jasa yang memenuhi persyaratan dan dilakukan melalui
persaingan yang sehat diantara penyedia barang / jasa yang setara dan memenuhi
syarat/kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas dan
transparan.
d. Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan barang /
jasa, termasuk syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara evaluasi, penetapan
calon penyedia barang / jasa, sifatnya terbuka bagi peserta penyedia barang / jasa
yang berminat serta bagi masyarakat luas pada umumnya.
e. Adil / Tidak Diskriminatif, berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua
calon penyedia barang / jasa dan tidak mengarah untuk memberikan keuntungan
kepada pihak tertentu, dengan cara dan atau alasan apapun.
f. Akuntabel, berarti harus mencapai sasaran baik fisik, keuangan maupun manfaat
bagi kelancaran pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pelayanan
masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip serta ketentuan yang berlaku dalam
pengadaan barang / jasa.

B. TATA CARA PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH


Dalam Perpres No 54 Tahun 2010 mengatur tata cara pengadaan barang dan jasa
sebagai berikut:
1. Pengadaan Pekerjaan Konstruksi
a. Pelelangan umum , metode pelelangan umum merupakan yang paling sering
dilakukan untuk memilih penyedia barang/jasa yang akan mendapatkan proyek
pengadaan pekerjaan konstruksi
b. Pemilihan langsung, metode untuk memilih penyedia jasa untuk proyek yang
maksimal bernilai 200 juta.
c. Pengadaan langsung, digunakan untuk proyek pengadaan jasa konstruksi yang
termasuk kebutuhan operasional dan bernilai paling tinggi 100 juta.
d. Pelelangan terbatas, dilakukan jika pekerjaan yang dibutuhkan dianggap
kompleks dan penyedianya terbatas
e. Penunjukkan langsung, dilakukan untuk proyek konstruksi tertentu dengan
persetujuan dari jajaran di instansi pemerintah terkait.

7
2. Pengadaan Barang/Jasa Lainnya
a. Pelelangan umum, paling umum dilakukan untuk dalam proyek pengadaan
barang dan jasa pemerintah. Pelelangan umum adalah metode pengadaan
barang/jasa yang dilakukan secara terbuka dan mengundang sebanyak-
banyaknya penyedia untuk melakukan penawaran terhadap satu paket
pengadaan barang/jasa (Ramli, 2013).
b. Pelelangan sederhana, dilakukan jika proyek yang ada bernilai paling tinggi
200 juta, tidak bersifat kompleks, relative sederhana dan biasanya untuk
keperluan operasional.
c. Pengadaan langsung, dilakukan jika proyek yang ada berupa pengadaan
barang/jasa operasional yang beresiko kecil,berteknologi sederhana dan
bernilai maksimal 100 juta
d. Penunjukkan Langsung
e. Konteks/Sayembara, Konteks dilakukan dengan memperlombakan gagasan,
kreativitas maupun inovasi tertentu yang telah ditentukan harga/biaya
satuannya, Sedangkan sayembara dilakukan untuk kriteria yang belum
ditentukan harga/nilai satuannya di pasaran. Biasanya konteks diaplikasikan
untuk pengadaan barang,dan sayembara untuk pengadaan jasa.

3. Pengadaan jasa konsultasi


a. Seleksi umum, merupakan metode paling utama untuk memilih penyedia jasa
yang akan menangani penyediaan jasa konsultasi pemerintah
b. Seleksi sederhana, dilakukan untuk pengadaan jasa konsultasi untuk proyek
yang bernilai maksimal 200 juta
c. Pengadaan langsung, dilakukan jika proyek pengadaan jasa bernilai tidak lebih
50 juta
d. Penunjuk langsung
e. Sayembara

8
C. SWAKELOLA PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAHAN
Selain memilih penyedia jasa dari luar, pengadaan barang dan jasa pemerintah juga
bisa dilakukan secara mandiri oleh instansi tersebut. Berbeda dengan menggunakan
penyedia barang/jasa di luar instansi. Swakelola adalah pengadaan barang/ jasa yang
pekerjaannya direncanakan, dikerjakan, dan/ atau diawasi sendiri oleh K/L/D/I
sebagai penanggung jawab anggaran, instansi pemerintah lain, dan/atau kelompok
masyarakat.institusi, swakelola mengandalkan sumber daya yang ada di dalam
instansi tersebut untuk merencanakan, mengorganisasi, mengerjakan dan mengawasi
secara mandiri proses pengadaan barang dan jasa. Sistem ini bisa dilakukan untuk
pekerjaan dengan kriteria khusus seperti:
a. Pekerjaan yang besaran nilai, sifat, lokasi maupun besaran tidak diminati oleh
penyedia jasa
b. Pekerjaan yang dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan SDM internal
institusi tersebut.
c. Pekerjaan yang pelaksanaan dan pemeliharaannya memerlukan partisipasi
masyarakat atau SDM instansi tersebut
d. Penyelenggaraan diklat, penataran, lokakarya, seminar, kursus maupun
penyuluhan
e. Pekerjaan yang tidak bisa dihitung secara rinci yang menempatkan penyedia
jasa di dalam posisi yang kurang menguntungkan.
f. Pekerjaan yang berhubungan dengan proses data, pengujian laboratorium,
perumusan kebijakan pemerintah serta sistem penelitian tertentu.
g. Proyek percontohan khusus yang belum pernah dilakukan oleh penyedia
barang/jasa
h. Pekerjaan yang bersifat rahasia di lingkungan instansi tersebut.
Dari kriteria diatas, kita mengetahui bahwa swakelola pengadaan barang dan jasa
pemerintah hanya bisa dilakukan pada keadaan tertentu. Meskipun telah diatur dengan
aturan diatas, sering ditemui kesalahan interpretasi dan persepsi di dalam instalasi
tersebut. Oleh karenanya, perlu dilakukan penjabaran yang spesifik sebelum
memutuskan untuk menjalankan metode swakelola.

9
D. PANITIA PENGADAAN DAN PENYEDIAAN BARANG/JASA

Saat kita membahas pengadaan barang dan jasa, panitia pengadaan dan penyedia
barang/jasa merupakan bagian yang tidak terpisahkan. Perlu diketahui bahwa panitia
pengadaan hanya dibentuk untuk menangani proyek yang bernilai lebih dari 100 juta.
Jika nilainya kurang dari jumlah tersebut, proses pengadaan barang/jasa akan
ditangani oleh pejabat pengadaan yang ditunjuk oleh instansi tersebut.
Anggota panitia harus memenuhi beberapa persyaratan termasuk penguasaan tentang
prosedur pengadaan, substansi pengadaan, jenis pekerjaan yang akan dilakukan, serta
memiliki sertifikat pengadaan barang/jasa pemerintah dan tidak mempunyai hubungan
keluarga dengan pejabat pengangkat.
Sama halnya dengan panitia pengadaan, pengadaan barang dan jasa pemerintah juga
diharuskan memenuhi kriteria tertentu yang ditentukan dalam peraturan tentang
pengadaan barang dan jasa pemerintah. Ketidaklengkapan persyaratan ini dapat
menjadi penyebab tidak diakuinya penyedia barang/jasa dalam lelang atau
penunjukan oleh instansi terkait. Berikut ini beberapa kriteria penyedia barang/jasa:
a. Memiliki keahlian,kemampuan manajerial dan teknis yang memadai,
berpengalaman yang sesuai dengan persyaratan yang diminta oleh instansi
yang memberikan proyek pengadaan barang/jasa.
b. Memenuhi aturan menjalankan usaha seperti yang ditentukan oleh perundang-
undangan menyangkut bentuk dan legalitas usaha.
c. Mempunyai kapasitas hukum untuk menandatangani kontrak untuk proyek
yang akan dikerjakan.
d. Bebas dari keadaan pailit, pengawasan pengadilan maupun memiliki direksi
yang tidak dalam proses hukum.
e. Memenuhi kewajiban sebagai wajib pajak pada tahun sebelumnya yang
dibuktikan dengan pelampiran SPT dan SSP tahun terakhir.
f. Pernah menangani proyek pengadaan barang/jasa untuk institusi swasta
maupun pemerintah dalam kurun waktu 4 tahun terakhir. Poin ini termasuk
pengalaman subkontrak pengadaan barang/jasa.
g. Memiliki alamat tetap dan dapat dijangkau dengan pos
h. Tidak masuk daftar hitam penyedia barang/jasa
Selain kriteria yang telah disampaikan diatas, masih ada beberapa aturan
tambahan mengenai pelaksanaan pengadaan jasa konsultasi. Untuk lebih jelasnya

10
bisa dilihat dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010.

11
BAB III
PENUTUP

Pengadaan barang dan jasa pada hakikatnya merupakan upaya pihak pengguna untuk
mendapatkan atau mewujudkan barang dan jasa yang diinginkannya dengan menggunakan
metode, proses dan prinsip tertentu agar dicapai kesepakatan harga, waktu dan kesepakatan
lainnya. Pengadaan barang dan jasa dapat dilakukan atas dasar pemikiran yang logis dan
sistematis (the system of thought), mengikuti norma dan etika yang berlaku, berdasarkan
metode dan proses pengadaan yang baku. Selain memilih penyedia jasa dari luar, pengadaan
barang dan jasa pemerintah juga bisa dilakukan secara mandiri oleh instansi tersebut atau bisa
disebut dengan cara swakelola. Panitia pengadaan barang dan jasa pemerintah diharuskan
memenuhi kriteria tertentu yang ditentukan dalam peraturan tentang pengadaan barang dan
jasa pemerintah.

12
DAFTAR PUSTAKA

Arsana, I. P. J. (2016). Manajemen Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. Deepublish.


Arsyad, J. H., & Karisma, D. (2022). Sentralisasi Birokrasi Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah. Sinar Grafika.
Hafidz Arsyad, J., & Karisma, D. (2018). Sentralisasi Biro Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintahan (hlm. 2). Sinar Grafika Offset.
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=lZVfEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PP1
&dq=pengadaan+barang+dan+jasa+pemerintah&ots=wZ1Pb333E3&sig=3M6svPOV
5dPVzq1Kiv4u0bZ9E6M&redir_esc=y#v=onepage&q=pengadaan%20barang%20
dan%20 jasa%20pemerintah f=true
Ramli, S. (2013). Bacaan Wajib Para Praktisi Pengadaan Barang/Jasa pemerintah.
VisiMedia.
Simbolon, D. S., Sari, J., Purba, Y. Y., Siregar, N. I., & Manulang, Y. (2021). PERANAN
PEMERINTAH DESA DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR. 5.

13

Anda mungkin juga menyukai