Anda di halaman 1dari 56

MAKALAH

PENGADAAN JASA KONSTRUKSI

Disusun Oleh: Kelompok II


1. Dian Ayu Sabila
2. Alfia Salwa Yahya Wajo
3. Jaqueline C Lessil
4. Muhammad Zein A Sangadji
5. Yayan Asmawan
6. Afif Afrizal R Soamole
7. Muhammad Najib Tuhulele
8. Gabriel Daud Sapulette
9. Abdul Jailani Toumahu

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya lah, kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas akhir mata
kuliah Pengadaan Jasa Konstruksi dengan tepat waktu. Oleh izinkan kami mengucapkan rasa
terimakasih kepada :

1. Bapak Ir Robinson Birahy ST.,MT.,ASEAN Eng.,APEC Eng. Selaku dosen mata kuliah
Pengadaan Jasa Konstruksi.

2. Bapak Roy Hitujahubesy selaku mentor Pengadaan Jasa Konstruksi

Kami menyadari bahwa tanpa bimbingan dan doa dari berbagai pihak, laporan ini
tidak dapat selesai tepat pada waktunya. Kami juga berterima kasih kepada pihak – pihak
yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas makalah ini. Kami menyadari bahwa
masih banyak kekurangan – kekurangan dalam hal penyusunan makalah ini, baik dari segi
infomasi – informasi maupun teori, Untuk itu Kami berharap adanya kritik dan saran yang
dapat membangun demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata kami berharap semoga ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak maupun semua kalangan khususnya kalangan Teknik
Sipil.

Ambon 20 Desember 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2
2.1 Melakukan Perencanaan Pengadaan......................................................................2
2.1.1 Identifikasi/Reviu Kebutuhan Dan Penetapan Barang/Jasa Pada Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah.....................................................................................................2
2.1.2 Penyusunan Spesifikasi Teknik Dan Kerangka Acuan Kerja (KAK) Pada PBJP
7
2.1.3 Penyusunan perkiraan harga untuk setiap tahapan PBJP.....................................9
2.1.4 Perumusan Strategi Pengadaan, Pemaketan, dan Cara Pengadaan pada PBJP..13
2.2 Melakukan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa Pemerintah.................................15
2.2.1 Reviu Terhadap Dokumen Persiapan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.......15
2.2.2 Penyusunan Dan Penjelasan Dokumen Pemilihan.............................................17
2.2.3 Penilaian Kualifikasi..........................................................................................19
2.2.4 Evaluasi Penawaran...........................................................................................21
2.2.5 Pengelolaan Sanggah.........................................................................................23
2.2.6 Negosiasi Dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah......................................24
2.3 Mengelola Kontrak Pengadaan Barang / jasa pemerinta....................................26
2.3.1 Kontrak Pengadaan Barang / jasa pemerinta.....................................................26
2.3.2 Pembentukan Tim Pengelola Kontrak...............................................................29
2.3.3 Pengendalian kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah.................................31
2.3.4 Serah Terima Hasil Pekerjaan............................................................................33
2.4 Mengelola Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Secara Swakelola..................36
2.4.1 Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Secara Swakelola....................................36
2.4.2 Persiapan Pengadaan Barang/Jasa Secara Swakelola........................................40
2.4.3 Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Secara Swakelola....................................42
2.4.4 Pengawasan Pengadaan Barang/Jasa Secara Swakelola....................................45
2.4.5 Serah terima hasil Pengadaan Barang/Jasa Secara Swakelola...........................47
BAB III PENUTUP................................................................................................................50
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................50
3.2 Saran.........................................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................52
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut PERPRES No 16 Tahun 2018 Pengadaan barang/jasa pemerintah adalah


kegiatan pengadaan barang/jasa pemerinta oleh kementrian/lembaga/perangkat daerah yang
dibiayai oleh APBN/APBD yang prosesnya sejak identifikasi kebutuhan sampai dengan serah
terima hasil pekerjaan. Pengadaan barang/jasa mempunyai berbagai ragam berupa bahan,
material dan jasa. Sehingga untuk memudahkan pengelolaan pengadaan barang/jasa,
organisasi biasanya melakukan pengelompokkan jenis barang/jasa berdasarkan karakteristik,
cara penanganan, pelaksanaan pekerjaan jasa, kebutuhan kompetensi pengelolaan yang
diperlukan. Pengelompokkan jenis pengadaan biasanya dilakukan berdasarkan kesamaan
pasokan, pengguna kebutuhan dan penyedianya. Sebagai contoh pegadaan pulpen, kertas,
kursi, kendaraan dapat dikelompokkan dalam jenis barang, sementara pekerjaan
pembangunan gedung, pembangunan konstruksi jembatan dikelompokkan dalam jenis
pengadaan jasa konstruksi. Lalu pertanyaan yang muncul berikutnya adalah mengapa perlu
dilakukan pengelompokan jenis barang/jasa dalam pengadaan?. Pengelompokan jenis
barang/jasa, secara strategis dapat meningkatkan efisiensi kerja dan proses pengadaan serta
meningkatkan produktivitas.

1.2 Rumusan Masalah

Dari pemaparan diatas maka dapat diambil beberapa hal yang akan dirumuskan yaitu:
1. Bagaimana prosedur pengadaan barang/jasa pemerintah dari awal hingga serah terima
hasil?
2. Apa saja yang di butuhkan saat proses pengadaan barang/jasa pemerintah ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka dapat diambil bebrapa tujuan penulisan makalah
ini yaitu:
1. Menjelaskan bagaimana prosedur pengadaan barang/jasa pemerintah secara lengkap
2. Menjelaskan apa saja yang dibutuhkan saat proses pengadaan barang/jasa pemerintah
3. Selain itu makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan mahasiswa serta
menambah pengetahuan yang luas mengenai pengadaan jasa konstruksi

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Melakukan Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

2.1.1 Identifikasi/Reviu Kebutuhan Dan Penetapan Barang/Jasa Pada Pengadaan


Barang/Jasa Pemerintah

A. Pengertian

Identifikasi kebutuhan adalah kegiatan mencari, mengumpulkan, meneliti,


serta mencatat data dan informasi akan kebutuhan barang/jasa yang bertujuan
untuk mendukung pencapaian indikator kinerja yang terdapat pada Renja K/L
atau Renja PD. Berdasarkan data dan informasi tersebut maka akan dilakukan
reviu. Reviu kebutuhan adalah kegiatan mengulas kekurangan, kelebihan,
manfaat, bentuk fisik, harga, komponen, dan hal-hal lain terhadap suatu barang
atau jasa. Untuk meningkatkan kualitas pengadaan barang/jasa PA selaku
penanggung jawab kegiatan, menyusun identifikasi kebutuhan barang/jasa
K/L/PD berdasarkan rencana kerja. Identifikasi kebutuhan barang/jasa secara
umum dilakukan dengan memperhatikan:
a. Prinsip efisien dan efektif dalam Pengadaan Barang/Jasa Efisien yang
dimaksud adalah Pengadaan Barang/Jasa harus diusahakan dengan
menggunakan dana dan daya yang minimum untuk mencapai kualitas dan
sasaran dalam waktu yang ditetapkan atau menggunakan dana yang telah
ditetapkan untuk mencapai hasil dan sasaran dengan kualitas yang
maksimum sebagaimana yang direncanakan. Efektif yang dimaksud
adalah Pengadaan Barang/ Jasa harus sesuai dengan kebutuhan dan
sasaran yang telah ditetapkan serta memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya.Contoh pengadaan dengan jumlah banyak akan lebih efisien
dibanding dengan pembelian sedikit. Jika pengadaan dengan jumlah
banyak dan sesuai kebutuhan ini dikatakan efisien dan efektif karena
tujuan dapat tercapai dengan cepat dan biaya yang hemat
b. Aspek pengadaan berkelanjutan Pengadaan berkelanjutan merupakan
Pengadaan Barang/Jasa yang bertujuan untuk mencapai nilai manfaat
yang menguntungkan secara ekonomis tidak hanya untuk K/L/PD sebagai
penggunanya tetapi juga untuk masyarakat, serta signifikan mengurangi
dampak negatif terhadap lingkungan dalam keseluruhan siklus
penggunaannya. Pengadaan berkelanjutan memperhatikan 3 (tiga) aspek
yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan. Berikut ini penjelasan mengenai
ketiga aspek tersebut:
1) Aspek ekonomi meliputi biaya produksi barang/jasa sepanjang
usia barang/jasa tersebut. Contoh fokus pada membeli hanya apa

2
yang dibutuhkan sehingga membantu mengurangi keseluruhan
biaya dalam siklus pemakaian. Biaya dalam siklus pemakaian
disini bukan hanya harga pembelian namun termasuk juga antara
lain biaya penggunaan, pemeliharaan, dan biaya pembuangan,
sehingga akan memberikan keuntungan yang jelas secara
finansial dalam jangka panjang.
2) Aspek sosial meliputi pemberdayaan usaha kecil, jaminan
kondisi kerja yang adil, pemberdayaan komunitas/usaha lokal,
kesetaraan,dan keberagaman.Contoh penciptaan lapangan
pekerjaan dan pemerataan pembangunan infrastruktur di seluruh
wilayah Indonesia dan kewajiban pendidikan dasar 9 tahun
untuk semua WNI.
3) Aspek lingkungan hidup meliputi pengurangan dampak negatif
terhadap kesehatan, kualitas udara, kualitas tanah, kualitas air,
dan menggunakan sumber daya alam sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.Contoh pengadaan gedung harus
memperhatikan lingkungan/resapan air. Pengadaan penerangan
jalan umum dengan pemilihan spesifikasi teknis menggunakan
teknologi light-emitting diode (LED) tenaga surya yang
bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dalam penggunaan
energi. Pengadaan kertas yang telah memenuhi standar kriteria
Ekolabel dengan tujuan penggunaan produk ramah lingkungan
dalam rangka mendorong perbaikan lingkungan. Mengurangi
emisi CO2, melalui konstruksi dan transportasi yang hemat
energi, memilih barang dan jasa yang menghasilkan jejak karbon
yang lebih rendah dalam siklus pemakaian barang/jasa tersebut.
4) Pengadaan berkelanjutan bukan hanya memperhatikan sosial,
ekonomi lingkungan hidup, namun juga perlu memperhatikan
apakah barang/jasa tersebut dapat di reduce. Reduce adalah
kegiatan yang bertujuan untuk mengurangi penggunaan bahan-
bahan yang dapat merusak lingkungan dan mengurangi segala
sesuatu yang dapat menimbulkan sampah. Contoh kegiatan
reduce adalah membeli produk kemasan yang dapat dipakai
kembali, membeli barang yang dapat diisi ulang, contohnya
pewangi linen, tinta printer, pensil dan pulpen yang sudah
disediakan isinya.
c. Penilaian prioritas kebutuhan Setelah organisasi mempunyai keputusan
belanja, maka dibuatlah paket-paket pengadaan dengan berbagai opsi
atau pilihan-pilihan yang paling sesuai dengan tujuan organisasi, sebagai
contoh yang paling ekonomis, atau paling optimum pelayanannya. Dari
proses ini, organisasi akan mempunyai pilihan paket-paket pengadaan.
Selanjutnya, paket-paket pengadaan tersebut ditelaah dengan melihat
kemampuan keuangan dan prioritas organisasi. Penilaian prioritas
kebutuhan terkait dengan penentuan barang/jasa yang karena sifat

3
kebutuhannya perlu didahulukan proses pengadaannya, sehingga
barang/jasa yang dibutuhkan tersedia tepat waktu. Aspek yang perlu
diperhatikan dalam menentukan penilaian prioritas kebutuhan antara lain:
1) Tujuan, dampak, dan risiko organisasi.
2) Tingkat urgensi kebutuhan mana yang harus dipilih dan yang
harus didahulukan.
3) Ketersediaan anggaran untuk memperoleh barang/jasa yang
dibutuhkan.
4) Pemanfaatan dalam jangka pendek, jangka menengah, dan jangka
panjang.
5) Kemampuan untuk menggunakan dan mengelola barang yang
dibutuhkan.
Contoh kebutuhan obat di Rumah Sakit menjadi prioritas, karena
bila tidak tersedia maka pelayanan akan terganggu sedangkan
kebutuhan alat tulis dengan total belanja rendah dan risiko rendah
bukan merupakan prioritas untuk rumah sakit.
d. Barang/jasa pada katalog elektronik. Memanfaatkan produk yang tayang
dalam katalog elektronik dalam melakukan Perencanaan Pengadaan
sebagai bahan masukan untuk menyusun kebutuhan dalam hal ada atau
tidaknya ketersediaan barang/jasa dan pelaku usaha yang mampu.
Contoh pembelian kendaraan melalui katalog elektronik akan
didapatkan informasi ketersediaan kendaraan dan pelaku usaha nya di
cataloq elektronik
e. Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa. Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa
adalah strategi Pengadaan Barang/Jasa yang menggabungkan beberapa
paket Pengadaan Barang/Jasa sejenis pada tahap Perencanaan Pengadaan.
Konsolidasi pengadaan pada tahap identifikasi kebutuhan dilakukan
dengan menganalisis kebutuhan Pengadaan Barang/Jasa terhadap potensi
untuk dilaksanakan secara konsolidasi berdasarkan komoditas serta
kesatuan sistem barang/jasa. Contoh, untuk pengadaan meja/kursi pada
beberapa sekolah dapat digabung menjadi satu paket pengadaan
f. Barang/jasa yang telah tersedia/dimiliki/dikuasai. Menggunakan database
Barang Milik Negara/Daerah (BMN/BMD) dan/atau daftar riwayat
kebutuhan Barang/Jasa sebagai sumber data dan informasi yang
diperlukan.Contoh bila kita telah memiliki asset AC merek tertentu yang
sudah terbukti kualitasnya bagus, maka untuk pengadaan AC selanjutnya,
dengan merek tersebut. Karena kualitasnya terbukti bagus, selain itu
pemeliharaannya juga menjadi lebih murah.Identifikasi kebutuhan
barang/jasa yang diperlukan Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah
bertujuan untuk menunjang tugas dan fungsi organisasi, maka jumlah
kebutuhan barang/jasa dapat ditetapkan dengan mempertimbangkan:
a) Besaran organisasi/jumlah pegawai dalam satu organisasi;
b) Beban tugas serta tanggung jawabnya; dan/atau
c) Barang/jasa yang telah tersedia/dimiliki/dikuasai.

4
Penyusunan identifikasi kebutuhan dalam perencanaan pekerjaan jenis
pengadaan barang, Jasa lainnya, jasa konstruksi dan jasa konsultan dapat
dilakukan diantaranya dengan menggunakan teori 5W dan 1H (what,
why,where,whwn,who dan How). Identifikasi kebutuhan barang/jasa dapat
memanfaatkan data historis pengadaan atau pembelian pada periode
sebelumnya maupun yang sedang berlangsung, melalui proses Spend
Analysis. Spend Analysis merupakan salah satu cara dalam
mengidentifikasi kebutuhan untuk mendapatkan barang/jasa berkualitas
dan harga yang bersaing. Spend analysis membantu K/L/PD mendapatkan
data dan informasi sebagai berikut:
1) Apa yang telah dibelanjakan?
2) Dari siapa kita mendapatkan barang/jasa?
3) Untuk siapa barang/jasa yang telah dibelanjakan dan berapa
biayanya?
Proses identifikasi kebutuhan dilakukan berdasarkan jenis pengadaan
dengan menggunakan data dan informasi diantaranya adalah kontrak
periode sebelumnya, hasil reviu kebutuhan yang sudah dilakukan
sebelumnya/laporan, usulan dari unit pengguna data realisasi anggaran
nota penagihan dan daftar pemasok.

B. Literatur Dan Regulasi

1. Modul pelatihan kompetensi pengadaan barang/jasa pemerintah level


1( perencanaan pengadaan barang/jasa)
2. Perpres no 12 tahun 2021
3. Pasal 4 Perpres no 12 tahun 2021

C. Pembahasan
Identifikasi Kebutuhan Pekerjaan Konstruksi, PPK melakukan identifikasi
terhadap kebutuhan Pekerjaan Konstruksi dengan terlebih dahulu melakukan survey
sesuai jenis pekerjaan konstruksi yaitu bangunan, jalan dan jembatan. Identifikasi
kebutuhan Pekerjaan Konstruksi dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal,
terdiri atas:
1. Kesesuaian Kebutuhan Pekerjaan Konstruksi;
Menentukan kesesuaian Pekerjaan Konstruksi yang dibutuhkan
berdasarkan jenis, fungsi/kegunaan, serta target/sasaran yang akan dicapai
dari Pekerjaan Konstruksi tersebut. Kesesuaian Pekerjaan Konstruksi dapat
ditentukan dengan memahami tujuan organisasi yang bermanfaat untuk
mendukung program kegiatan organisasi.
2. Kompleksitas Pekerjaan Konstruksi;.

5
Menentukan tingkat kompleksitas Pekerjaan Konstruksi berdasarkan
tingkat risiko, penerapan teknologi tinggi, penggunaan peralatan yang
didesain khusus, dan/atau sulit mendefinisikan secara teknis bagaimana
cara memenuhi kebutuhan dan tujuan Pengadaan Barang/Jasa. Desain
untuk Pekerjaan Konstruksi yang bersifat kompleks harus tersedia paling
lambat 1 (satu) tahun anggaran sebelum persiapan pengadaan melalui
Penyedia. Pekerjaan Konstruksi yang bersifat kompleks seringkali
membutuhkan studi oleh pihak ketiga yang ahli dalam bidangnya, Dimana
proses pengadaannya pun harus dilakukan secara benar. Proses pengadaan
juga akan memerlukan waktu yang relatif lebih lama untuk pekerjaan yang
bersifat kompleks dan atau bernilai besar.
3. Keterlibatan Usaha Kecil;
Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi yang dibutuhkan atau yang akan
diadakan apakah dapat dilaksanakan oleh Usaha mikro, Kecil dan
Koperasi. Selain itu, penyedia tidak dalam kondisi kesulitan keuangan atau
pailit yang dapat menyebabkan pelaksanaan pekerjaan terganggu atau
bahkan terhenti. Dalam hal ini, penyedia skala kecil tentunya akan sulit
untuk dapat melakukan pekerjaan skala besar. Kondisi lain yang juga harus
diperhatikan adalah jumlah pekerjaan lain yang sedang dikerjakan oleh
penyedia pada saat yang bersamaan dengan kebutuhan. Hal ini diperlukan
untuk menghindariterganggunya pelaksanaan pekerjaan karena penyedia
sangat disibukkan dengan pekerjaan-pekerjaan lainnya.
4. Waktu penyelesaian Pekerjaan Konstruksi, sehingga dapat segera
dimanfaatkan sesuai dengan rencana;
5. Penggunaan barang/material berasal dari dalam negeri atau luar negeri;
6. Persentase bagian/komponen dalam negeri terhadap keseluruhan pekerjaan;
7. Studi kelayakan Pekerjaan Konstruksi dilaksanakan sebelum pelaksanaan
desain;
8. Desain Pekerjaan Konstruksi,
Memastikan sudah tersedianya desain Pekerjaan Konstruksi sebelum
pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi. Persiapan desain dilakukan paling
lambat 1 (satu) tahun anggaran sebelum pelaksanaan dan harus tersedia
paling lambat 1 (satu) tahun anggaran sebelum persiapan pengadaan
melalui penyedia. Untuk Pekerjaan Konstruksi yang sederhana elaksanaan
desain Pekerjaan Konstruksi dapat dilakukan di tahun anggaran yang sama.
Selain itu, untuk kebutuhan Pekerjaan Konstruksi yang mendesak dan telah
tersedia alokasi anggaran, pelaksanaan desain Pekerjaan Konstruksi juga
dapat dilakukan di tahun anggaran yang sama.
9. Pekerjaan Konstruksi dengan menggunakan kontrak tahun jamak dapat
berupa:
a) Penyelesaian pekerjaan lebih dari 12 (dua belas) bulan atau lebih
dari 1 (satu) Tahun Anggaran; atau
b) Pekerjaan yang memberikan manfaat lebih apabila dikontrakkan
untuk jangka waktu lebih dari 1 (satu) Tahun Anggaran dan paling
lama 3 (tiga) Tahun Anggaran;
10. Mengidentifikasi kontrak Pekerjaan Konstruksi

6
Apakah menggunaka kontrak tahun tunggal atau kontrak tahun jamak
Untuk Pekerjaan Konstruksi dengan menggunakan kontrak tahun Tunggal
desain konstruksi yang akan diadakan bersifat standar, risiko kecil. Tidak
memerlukan waktu yang lama untuk menyelesaikan pekerjaan. Kontrak
tahun tunggal juga digunakan untuk Pekerjaan Konstruksi yang akan
dilaksanakan bersifat mendesak dan biaya untuk melaksanakan desain
konstruksi sudah dialokasikan dengan cukup. Kontrak tahun jamak
digunakan untuk pekerjaan yang waktu penyelesaian pekerjaan lebih dari 1
(satu) tahun anggaran.
11. Pembebasan lahan dalam hal Pekerjaan Konstruksi yang dibutuhkan
memerlukan lahan, disyaratkan sebagai berikut:
a) Pembebasan lahan yang dimaksud adalah untuk menunjang
pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi. Dalam hal dibutuhkan ganti rugi
untuk pembebasan lahan, maka penyelesaian administrasi untuk
pembayaran ganti rugi, termasuk untuk pemindahan hak atas tanah,
harus dapat diselesaikan sebelum surat penunjukan penyedia
barang/jasa diterbitkan; dan
b) Apabila luasan tanah yang diperlukan untuk menunjang
pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi, termasuk untuk akses menuju
ke lokasi. Pekerjaan Konstruksi, memerlukan izin pemanfaatan
tanah, maka pengurusan ijin tersebut harus dapat diselesaikan
sebelum surat penunjukan penyedia barang/jasa diterbitkan. Data
dan informasi ketersediaan penyedia jasa konstruksi dapat
bersumber dari asosiasi pekerja konstruksi yang ada seperti
GAPEKSINDO, ASPEKINDO, INKINDO, dll.

2.1.2 Penyusunan Spesifikasi Teknik Dan Kerangka Acuan Kerja (KAK) Pada
PBJP

A. Pengertian
Kenneth Lysons dalam bukunya Purchasing and Supply Chain Management,
menyebutkan bahwa spesifikasi adalah pernyataan dari atribut-atribut barang atau
jasa. Secara umum, spesifikasi berfungsi sebagai media komunikasi dan
perbandingan. Spesifikasi adalah karakteristik total dari barang/jasa, yang dapat
memenuhi kebutuhan pengguna barang/jasa yang dinyatakan secara tertulis.Yang
dimaksud dengan memenuhi kebutuhan adalah bila kriteria tersebut terpenuhi oleh
barang/jasa tersebut, maka kebutuhan minimum (minimum requirement) dari
pengguna barang/jasa tersebut telah terpenuhi. Sedangkan pengertian secara tertulis
adalah kebutuhan tersebut ditulis secara lengkap dan jelas yang memungkinkan kedua
belah pihak dapat memahami dan untuk mengukur derajat pemenuhannya. Misalnya,
pengguna membutuhkan beberapa unit laptop untuk dipakai oleh karyawan.
Kebutuhan tersebut diidentifikasi berapa jumlah dani jenis kinerja atau fungsi laptop
yang dibutuhkan, kemudian apakah ada standar yang harus dipenuhi. Kerangka Acuan
Kerja (KAK) adalah batasan mengenai gambaran tujuan, ruang lingkup dan struktur
sebuah kegiatan yang telah disepakati untuk memandu suatu kegiatan/agar sesuai
dengan apa yang diharapkan dan menjadi acuan dan rambu-rambu bagi

7
pelaksana.Spesifikasi teknis dan Kerangka Acuan Kerja (KAK) berbeda dalam
penggunaannya pada proses pemilihan. Penggunaan dibedakan menurut jenis
pengadaannya yaitu Untuk Jenis Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
menggunakan spesifikasi teknis, sedangkan Jasa Konsultansi menggunakan Kerangka
Acuan Kerja(KAK).

B. Literatur Dan Regulasi

1. Modul pelatihan kompetensi pengadaan barang/jasa pemerintah level


1( perencanaan pengadaan barang/jasa)
2. Perpres No 12 tahun 2021
3. Pasal 19 Perpres No 12 tahun 2021

C. Pembahasan
Spesifikasi Teknis Barang/Jasa Setelah diperoleh data dan informasi terkait
barang/jasa yang dibutuhkan dari proses identifikasi kebutuhan dan penetapan
barang/jasa selanjutnya dapat dilakukan penyusunan spesifikasi teknis. Spesifikasi
teknis digunakan untuk pengadaan barang, Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Lainnya.
Fungsi spesifikasi antara lain memberikan informasi kepada penyedia dan
menyediakan deskripsi dari atribut produk yang ditawarkan. Apabila spesfikasi dibuat
oleh pembeli maka spesifikasi memberikan informasi kepada penyedia apa yang
dibutuhkan user, sedangkan apabila spesifikasi ditawarkan oleh penyedia maka
spesifikasi menyediakan deskripsi dari atribut produk yang ditawarkan. Spesifikasi
yang jelas dan tepat merupakan upaya meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pengadaan Barang/Jasa. Spesifikasi harus cukup mendetail sehingga memungkinkan
peserta pemilihan penyedia menunjukkan bagaimana mereka mengusulkan untuk
melaksanakannya, kapan dan atau bagaimana cara pelaksanaan sesuai rencana
(program kerja) dan berapa usulan biaya yang akan dikenakan. PPK dalam menyusun
spesifikasi teknis/ KAK menggunakan:
1. Produk dalam negeri;
Setiap instansi pemerintah wajib menggunakan produk dalam negeri,
termasuk rancang bangun dan perekayasaan nasional barang/jasa dengan
nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) ditambah nilai Bobot
Manfaat Perusahaan (BMP) paling sedikit 40% (empat puluh persen).
Produk bersertifikat SNI; Produk SNI adalah produk yang sudah lulus
pengujian mutu produk menggunakan parameter dalam SNI oleh
laboratorium yang terakreditasi Komite Akreditasi Nasional (KAN). Sesuai
dengan Undang-Undang Standarisasi No. 20 tahun 2014 tentang
Standardisasi dan penilaian kesesuaian, SNI dibagi dua yaitu SNI wajib dan
SNI Sukarela. SNI wajib adalah SNI yang diberlakukan wajib oleh instansi
teknis untuk Sebagian atau seluruh spesifikasi teknis dan atau parameter
dalam SNI demi kepentingan keselamatan, keamanan, kesehatan
masyarakat atau pelestarian fungsi lingkungan hidup dan/atau

8
pertimbangan ekonomis. Contoh Produk ber SNI wajib : helm, ban
kendaraan, air minum dalam kemasan. SNI Sukarela adalah SNI yang tidak
wajib dan untuk ditetapkan oleh pelaku usaha. Contoh produk ber SNI
Sukarela : kerudung, seragam dll.
2. Produk usaha mikro dan kecil serta koperasi dari hasil produksi dalam
negeri
Untuk mencapai tujuan pengadaan barang/jasa pemerintah, PPK Ketika
menyusun spesifikasi teknis/KAK harus memperhatikan produk yan
dihasilkan oleh usaha mikro dan kecil serta koperasi. Penerapan kegiatan
ini dapat diwujudkan, diantaranya dengan pembelian seminar kit untuk
acara diseminasi/lokakarya/sosialisasi/pelatihan.
3. Produk ramah lingkungan hidup
Pengadaan Barang dan Jasa Ramah Lingkungan Hidup adalah pengadaan
barang dan jasa yang memprioritaskan barang dan jasa yang berlabel
Ramah Lingkungan Hidup. Barang/jasa yang dimasukan dalam kategori
ramah lingkungan hidup merupakan barang/jasa, termasuk teknologi yang
telah menerapkan prinsip pelestarian, perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.
4. Dalam penyusunan spesifikasi teknis/KAK dimungkinkan penyebutan
merek terhadap:
a) Komponen barang/jasa contoh: pengadaan keramik merek Ramon,
WC duduk merek TATA/Indonesian standar.
b) Suku cadang contoh: kompresor AC merek DAIKAN
c) Bagian dari satu sistem yang sudah ada contoh: Server Merk
LENAVA
d) Barang/jasa dalam katalog elektronik; atau contoh: laptop merek
ABC, Mobil merek X type V
Pemenuhan penggunaan produk sebagaimana tersebut di atau
dilakukan sepanjang tersedia dan mencukupi. Pengadaan dengan
metode pemilihan Tender Cepat dimungkinkan penyebutan merek
terhadap suku cadang dan bagian dari sistem yang sudah ada. Dalam
menyusun spesifikasi, sumber penyusunan spesifikasi dapat diperoleh
dari:

2.1.3 Penyusunan perkiraan harga untuk setiap tahapan PBJP

A. Pengertian
HPS adalah perkiraan biaya atas pekerjaan barang/jasa sesuai dengan syarat-
syarat yang ditentukan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa,
dikalkulasikan secara keahliaan dan berdasarkan data yang dapat dipertanggung-
jawabkan. HPS harus mencerminkan harga pasar dimana kegiatan akan dilaksanakan.
Masa berlaku HPS dibatasi 28 (dua puluh delapan) hari sampai dengan batas akhir
pemasukan penawaran. Dengan bervariasinya harga pasar dan seringnya terjadi
perubahan harga pasar, maka dalam penyusunan HPS harus secara cermat

9
menentukan lokasi dan waktu survey harga, sehingga pada saat proses tender harga
yang ditetapkan dalam HPS masih cukup kredibel untuk digunakan.

B. Literatur dan regulasi

1. Modul pelatihan kompetensi pengadaan barang/jasa pemerintah level 1


(melakukan perencanaan pengadaan barang/jasa pemerintah)-2021
2. Buku Saku Panduan Penyusunan HPS (Harga Perkiraan Sendiri) Pekerjaan
Konstruksi
3. Pasal 26 Perpres Nomor 12 Tahun 2021

C. Pembahasan

 Ketentuan Umum HPS


1) HPS dihitung secara keahlian dan menggunakan data yang dapat
dipertanggungjawabkan.
2) HPS telah memperhitungkan keuntungan dan biaya tidak langsung
(overhead cost).
a) Keuntungan (Laba) adalah selisih lebih antara harga penjualan
yang lebih besar dari harga pembelian atau biaya produksi (KBBI,
2018).
b) Management Fee (biaya manajemen/pengelolaan) adalah
presentasi tertentu yang dialokasikan (dikutip) sebagai imbalan
jasa dalam mengelola suatu pekerjaan. Contoh kegiatan
pengelolaan suatu kegiatan atau suatu investasi. Jadi manajemen
fee sama dengan keuntungan.
c) Biaya tidak Langsung (overhead cost) adalah biaya yang tidak
secara langsung berkaitan dengan produksi Contohnya biaya
iklan, biaya pemasaran dil
3) Nilai HPS tidak bersifat rahasia namun rinciannya rahasia
4) HPS bukan sebagai dasar untuk menentukan besaran kerugian negara.
5) Fungsi HPS digunakan sebagai:
a) Alat untuk menilai kewajaran harga penawaran dan/atau
kewajaran harga satuan;
b) Dasar untuk menetapkan batas tertinggi penawaran Pengadaan
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya; dan
c) Dasar untuk menetapkan besaran nilai Jaminan Pelaksanaan bagi
penawaran yang nilainya lebih rendah 80% (delapan puluh
persen) dari nilai HPS.
6) Penyusunan HPS dikecualikan untuk:
a) Pengadaan Barang/Jasa dengan Pagu Anggaran paling banyak Rp.
10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
b) E-Purchasing, dan
c) Tender pekerjaan terintegrasi.

10
7) Penetapan HPS paling lama 28 (dua puluh delapan) hari kerja sebelum
batas akhir untuk:
a) Pemasukan penawaran untuk pemilihan dengan pascakualifikasi;
atau
b) Pemasukan dokumen kualifikasi untuk pemilihan dengan
prakualifikasi.

 Penyusunan HPS Pekerjaan Konstruksi


Perhitungan HPS untuk Tender Pekerjaan Konstruksi dapat berdasarkan hasil
perhitungan biaya yang dilakukan oleh konsultan perancang (engineer's estimate)
berdasarkan detailed engineering design. Perhitungan HPS telah
memperhitungkan keuntungan dan biaya tidak langsung untuk Pekerjaan
Konstruksi paling banyak 15% (lima belas persen).
Langkah-langkah penyusunan HPS Pekerjaan Konstruksi sebagai berikut:
1) Identifikasi komponen-komponen biaya dalam analisa harga satuan yang
terdiri dari:
a) Komponen biaya upah (tenaga kerja)
b) Komponen biaya bahan (material)
c) Komponen Alat (perlengkapan)
2) Identifikasi mengenai dasar penetapan volume masing-masing komponen
berdasarkan volume menurut gambar atau desain.
3) Identifikasi harga satuan komponen-komponen tersebut sampai lokasi
pekerjaan menggunakan informasi hasil Analisis Pasar yang telah
dilakukan.
4) Lakukan pengujian kecermatan penjumlahan biaya-biaya komponen
tersebut

11
 Contoh HPS Pekerjaan Konstruksi

12
2.1.4 Perumusan Strategi Pengadaan, Pemaketan, dan Cara Pengadaan pada PBJP

A. Pengertian
Strategi Pengadaan adalah usaha terbaik yang dilakukan untuk mencapai
tujuan pengadaan dalam mendapatkan barang/jasa yang tepat kualitas, tepat kuantitas,
tepat waktu, tepat sumber, dan tepat harga berdasarkan prinsip dan etika pengadaan.
Pemaketan adalah mengelompokkan pekerjaan yang sejenis untuk
keberhasilan dalam mencapai hasil/output pekerjaan berdasarkan prinsip- prinsip
pengadaan. PPK melakukan pemaketan barang/jasa yang telah ditentukan cara
pengadaannya melalui penyedia. Pemaketan barang/jasa harus berorientasi kepada:
keluaran atau hasil, volume barang/jasa, ketersediaan barang/jasa, kemampuan Pelaku
Usaha, dan/atau ketersediaan anggaran belanja. Setiap faktor yang disebutkan di atas,
mempunyai keterkaitan antara satu dengan yang lain untuk mendapatkan paket-paket
pengadaan yang optimal.

B. Literatur dan regulasi

1. Modul pelatihan kompetensi pengadaan barang/jasa pemerintah level 1


(melakukan perencanaan pengadaan barang/jasa pemerintah)-2021
2. Peraturan LKPP Nomor 6 Tahun 2020

C. Pembahasan

1. Perumusan strategi dilakukan berdasarkan beberapa kelompok/kategori


yaitu
a) Strategi yang dikembangkan berdasarkan tujuan dan kebijakan
pengadaan
b) Strategi berdasarkan proses pada tahap perencanaan
c) Strategi berdasarkan kategori barang/jasa model Supply Positioning
Model (routine, Leverage, bottleneck, dan critical).

2. Dalam melakukan pemaketan barang/jasa perlu mempertimbangkan hal-hal


sebagai berikut:
a) melaksanakan Efisiensi penggunaan sumber daya (waktu, tenaga
kerja) dalam pengadaan barang/jasa;
b) Keberpihakan kepada produk dalam negeri dan penyedia dalam
negeri;
c) Sisi komersial, pengadaan barang/jasa dengan jumlah besar akan lebih
menarik bagi para calon penyedia yang tentunya akan mengurangi
penawaran harga satuan barang/jasa.

 Ketentuan Pemaketan Pekerjaan Konstruksi untuk:

13
1) Pagu anggaran sampai dengan Rp15.000.000.000,00 (lima belas
miliar rupiah) dialokasikan hanya untuk Penyedia Pekerjaan
Konstruksi dengan kualifikasi usaha kecil dan/atau koperasi;
2) Nilai pagu anggaran di atas Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar
rupiah) sampai dengan Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar
rupiah) dialokasikan hanya untuk Penyedia Pekerjaan Konstruksi
dengan kualifikasi usaha menengah;
3) Nilai pagu anggaran di atas Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar
rupiah) sampai dengan Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah)
dialokasikan hanya untuk Penyedia Pekerjaan Konstruksi dengan
kualifikasi usaha besar non badan usaha milik negara; atau
4) Nilai pagu anggaran di atas Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar
rupiah) dialokasikan hanya untuk Penyedia Pekerjaan Konstruksi
dengan kualifikasi usaha besar.

3. Cara Pengadaan
PPK menentukan cara pengadaan yaitu secara Swakelola dan/atau
Penyedia. Pemilihan cara pengadaan berdasarkan sumber penyedia
barang/jasa.
Langkah penentuan cara pengadaan:

Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola adalah cara memperoleh


barang/jasa yang dikerjakan sendiri oleh K/L/PD, K/L/PD lain, Organisasi
Kemasyarakatan, atau Kelompok Masyarakat. Dalam hal pada kegiatan
Swakelola memerlukan penyedia barang/jasa, pengadaannya mengacu
pada peraturan pengadaan barang/jasa tentang pengadaan melalui
penyedia. Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia adalah cara
memperoleh barang/jasa yang disediakan oleh Pelaku Usaha.

14
2.2 Melakukan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa Pemerintah

2.2.1 Reviu Terhadap Dokumen Persiapan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

A. Pengertian
Reviu merupakan tahapan kegiatan dalam proses pengadaan barang/jasa
pemerintah yang dipandang strategis dan menentukan keberhasilan eksekusi sebuah
paket pengadaan barang/jasa, ia harus dilakukan pada tahap persiapan pengadaan oleh
PPK dan pada tahap persiapan pemilihan oleh Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan.
Dilain Pihak, Reviu merupakan salah satu proses kegiatan pengawasan intern
terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam memberikan keyakinan
yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang
telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam
mewujudkan tata kepemerintahan yang baik. Hal ini dilakukan oleh APIP sebagai
Instansi Pemerintah yang dibentuk dengan tugas melaksanakan pengawasan intern di
lingkungan Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah, yang terdiri dari BPKP,
Inspektorat Jenderal/Inspektorat/Unit Pengawasan Intern pada Kementerian,
Inspektorat Utama/Inspektorat/Unit Pengawasan Intern pada Lembaga pemerintah
non kementerian, kesekretariatan lembaga tinggi Negara/lembaga Negara, Inspektorat
Provinsi/Kabupaten/Kota dan unit pengawasan intern pada instansi pemerintah
lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (PP 60 Tahun 2008).
Definisi dari dokumen pemilihan adalah dokumen yang ditetapkan oleh Pokja
Pemilihan/Pejabat Pengadaan/Agen Pengadaan yang memuat informasi dan ketentuan
yang harus ditaati oleh para pihak dalam pemilihan Penyedia. Sedangkan reviu
dokumen persiapan pengadaan barang/jasa melalui penyedia adalah salah satu
aktivitas yang dilakukan pada tahapan persiapan pemilihan penyedia barang/jasa.
Dalam pengadaan barang/jasa pemerintah, dokumen persiapan pengadaan barang/jasa
melalui penyedia ditetapkan oleh PPK yang meliputi
1. Spesifikasi teknis/KAK
2. HPS
3. Rancangan kontrak
4. Dokumen anggaran belanja (DIPA/DPA atau RKA-KL, RKAPD)
5. ID Paker RUP
6. Waktu penggunaan barang/jasa
7. Analisis pasar
Sedangkan reviu dokumen persiapan pada PPK meliputi :
Reviu dokumen persiapan pada PPK meliputi:
1. Surat Keputusan penetapan PPK
2. Dokumen anggaran ID paket RUP

15
3. Rencana waktu penggunaan barang/jasa

B. Literratur Dan Regulasi

1. Perpres No 60 Tahun 2008


2. Pasal 1 Perpres No 16 Tahun 2018
3. Pasal 76 ayat 2 Perpres No 16 Tahun 2018
4. Peraturan LKPP No 9 Tahun 2018 ( Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Melalui Penyedia )

C. Pembahasan
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah, setidaknya menyebut Kata Reviu sebanyak 2 (dua) kali yakni pada Pasal
1 angka 22 dimana disebutkan bahwa Aparat Pengawasan Intern Pemerintah yang
selanjutnya disingkat APIP adalah aparat yang melakukan pengawasan melalui audit,
reviu, pemantauan, evaluasi dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan
tugas dan fungsi Pemerintah, dan pada Pasal 76 ayat (2) yaitu disebutkan bahwa
Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui kegiatan
audit, reviu, pemantauan, evaluasi dan/atau penyelenggaraan whistleblowing system.
Tugas untuk melakukan Reviu pada tahapan persiapan pengadaan oleh PPK
dan pada tahapan Persiapan Pemilihan oleh Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan
merupakan implementasi PP Nomor 60 Tahun 2008, dimana Pimpinan Instansi
Pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan pengendalian sesuai dengan ukuran,
kompleksitas dan sifat dari tugas dan fungsi Instansi Pemerintah yang bersangkutan.
Sedangkan pengawasan dalam bentuk kegiatan reviu adalah tugas dan
kewenangan yang melekat pada Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang
bertujuan untuk memberikan keyakinan terbatas bahwa suatu kegiatan pengadaan
barang/jasa telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan, standar, rencana atau norma
yang telah ditetapkan. Hasil reviu oleh APIP harus dapat diidentifikasi dan dapat
diukur secara konsisten baik dengan kriteria yang telah diidentifikasi maupun dengan
prosedur reviu yang dapat diterapkan atas informasi dalam rangka pengumpulan bukti
yang cukup dan relevan untuk mendukung suatu kesimpulan yang memberikan
keyakinan terbatas atas pengelolaan PBJ.
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah, setidaknya menyebut Kata Reviu sebanyak 2 (dua) kali yakni pada Pasal
1 angka 22 dimana disebutkan bahwa Aparat Pengawasan Intern Pemerintah yang
selanjutnya disingkat APIP adalah aparat yang melakukan pengawasan melalui audit,
reviu, pemantauan, evaluasi dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan
tugas dan fungsi Pemerintah, dan pada Pasal 76 ayat (2) yaitu disebutkan bahwa
Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui kegiatan
audit, reviu, pemantauan, evaluasi dan/atau penyelenggaraan whistleblowing system.
Tugas untuk melakukan Reviu pada tahapan persiapan pengadaan oleh PPK
dan pada tahapan Persiapan Pemilihan oleh Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan
merupakan implementasi PP Nomor 60 Tahun 2008, dimana Pimpinan Instansi
Pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan pengendalian sesuai dengan ukuran,
kompleksitas dan sifat dari tugas dan fungsi Instansi Pemerintah yang bersangkutan.

16
Sedangkan pengawasan dalam bentuk kegiatan reviu adalah tugas dan
kewenangan yang melekat pada Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang
bertujuan untuk memberikan keyakinan terbatas bahwa suatu kegiatan pengadaan
barang/jasa telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan, standar, rencana atau norma
yang telah ditetapkan. Hasil reviu oleh APIP harus dapat diidentifikasi dan dapat
diukur secara konsisten baik dengan kriteria yang telah diidentifikasi maupun dengan
prosedur reviu yang dapat diterapkan atas informasi dalam rangka pengumpulan bukti
yang cukup dan relevan untuk mendukung suatu kesimpulan yang memberikan
keyakinan terbatas atas pengelolaan PBJ.

2.2.2 Penyusunan Dan Penjelasan Dokumen Pemilihan

A. Pengertian
Dokumen Pemilihan (Dokpil) adalah dokumen yang ditetapkan oleh Pokja
Pemilihan/Pejabat Pengadaan/Agen Pengadaan yang memuat informasi dan ketentuan
yang harus ditaati oleh para pihak dalam pemilihan Penyedia. Dokumen Pemilihan
terdiri atas Dokumen Kualifikasi; dan Dokumen Tender/Seleksi/Penunjukan
Langsung/Pengadaan Langsung. Ketentuan lebih lanjut mengenai Dokpil ditetapkan
dengan Peraturan Kepala Lembaga dalam hal ini adalah Peraturan Lembaga
Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah nomor 12 tahun 2021 tentang Pedoman
pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah melalui penyedia (PLKPP 12/21).
Pokja (Kelompok Kerja) Pemilihan adalah sumber daya manusia yang ditetapkan
oleh kepala Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa (UKPBJ) untuk mengelola pemilihan
Penyedia. Pokja bertugas melaksanakan persiapan dan pelaksanaan pemilihan
Penyedia kecuali e-Purchasing dan Pengadaan Langsung dan dalam melaksanakan
tugasnya dapat dibantu oleh tim ahli atau tenaga ahli. UKPBJ adalah unit kerja di
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah (K/L/PD) yang menjadi pusat keunggulan
Pengadaan Barang/Jasa. Pejabat Pengadaan (PP) adalah pejabat administrasi/pejabat
fungsional/personel yang bertugas melaksanakan Pengadaan Langsung, Penunjukan
Langsung, dan/atau e-Purchasing. Pengadaan Langsung Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya adalah metode pemilihan untuk mendapatkan Penyedia
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai paling banyak Rp.
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah). Sedangkan Pengadaan Langsung Jasa
Konsultansi adalah metode pemilihan untuk mendapatkan Penyedia Jasa Konsultansi
yang bernilai paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).e-Purchasing
(Pembelian secara Elektronik) adalah tata cara pembelian barang/jasa melalui sistem
katalog elektronik atau Toko Daring. Agen Pengadaan (AP) adalah UKPBJ atau
Pelaku Usaha yang melaksanakan sebagian atau seluruh pekerjaan Pengadaan
Barang/Jasa yang diberi kepercayaan oleh K/L/PD sebagai pihak pemberi pekerjaan.
Pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dilakukan melalui
metode:
a) e-Purchasing;
b) Pengadaan Langsung;
c) Penunjukan Langsung;
d) Tender Cepat; dan

17
e) Tender.
Selanjutnya Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
(LKPP) menetapkan di dalam PLKPP 12/21 bahwa Pokja Pemilihan/Pejabat
Pengadaan menyusun Dokumen Pemilihan berdasarkan dokumen persiapan
pengadaan yang ditetapkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan telah direviu
oleh Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan

B. Literatur Dan Regulasi


1. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah
2. Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 9
Tahun 2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Melalui
Penyedia
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 14 Tahun
2020 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi Melalui
Penyedia
4. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor
22/SE/M/2020 tentang Persyaratan Pemilihan Dan Evaluasi Dokumen
Penawaran Pengadaan Jasa Konstruksi Sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor 14 Tahun 2020 Tentang Standar Dan
Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi Melalui Penyedia

C. Pembahasan

Salah satu kebanggaan bagi pelaku usaha adalah ketika dapat memenangkan
kompetisi dengan menyisihkan para kompetitornya dan memperoleh “jatah kue”
pembangunan yang disediakan oleh pemerintah bagi masyarakat dunia usaha.
Persaingan antar pelaku usaha dalam mendapatkan tanda tangan pemerintah yang
mengakibatkan timbulnya pengeluaran yang membebani anggaran belanja ini terjadi
dalam proses yang disebut sebagai tender/seleksi.

Untuk pengadaan barang/pekerjaan konstruksi dan jasa lainnya dengan nilai


pagu diatas Rp200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dan jasa konsultansi dengan nilai
pagu diatas Rp100.000.000,- (seratus juta rupiah), terbuka peluang untuk semua
pelaku usaha (baik orang perorangan maupun badan usaha) yang memenuhi
persyaratan guna mengikuti tender untuk pekerjaan konstruksi/pengadaan barang/jasa
lainnya atau seleksi untuk jasa konsultansi (jasa konsultansi konstruksi maupun non
konstruksi). Pelaksanaan tender/seleksi diumumkan secara terbuka melalui aplikasi
Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kementerian/Lembaga/Pemerintah
Daerah pengelola anggaran atau LPSE terdekat sehingga siapapun yang berminat
dapat mendaftar dan mengunduh dokumen pemilihan.

Persyaratan tender/seleksi (pengadaan barang, jasa lainnya dan jasa


konsultansi non konstruksi) secara umum diatur dalam Peraturan Lembaga Kebijakan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 9 Tahun 2018 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Melalui Penyedia sementara persyaratan untuk
tender pekerjaan konstruksi dan seleksi jasa konsultansi konstruksi secara umum
diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dab Perumahan Rakyat Nomor 14

18
Tahun 2020 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi Melalui
Penyedia.

Dalam menyusun dan menetapkan dokumen pemilihan, Pokja Pemilihan/Agen


Pengadaan mengacu kepada Standar Dokumen Pemilihan (SDP), ada beberapa model
SDP yang biasa dipakai untuk tender/seleksi di Indonesia :

1. Standar Dokumen Pemilihan Melalui Tender, Seleksi, Dan Tender Cepat


Untuk Pengadaan Barang/Jasa Lainnya/Jasa Konsultansi yang diterbitkan
oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) yang
ditetapkan berdasarkan Keputusan Deputi Bidang Pengembangan Strategi
Dan Kebijakan LKPP Nomor 3 Tahun 2018.
2. Standar Dokumen Pemilihan untuk tender pekerjaan konstruksi dan seleksi
jasa konsultansi konstruksi yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor 14 Tahun 2020.
3. Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi
Rancang Bangun melalui Penyedia yang ditetapkan berdasarkan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 25 Tahun 2020
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Nomor 1 Tahun 2020.
4. Harmonisasi Standar Dokumen Pengadaan Untuk Pekerjaan Konstruksi
Melalui Pelelangan Umum/Pemilihan Langsung Dengan Pascakualifikasi
Metode Satu Sampul (National Competitive Bidding/NCB) Dengan Sumber
Dana Dari Bank Dunia) yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Kepala
LKPP Nomor 21 Tahun 2015.

Selain digunakan oleh Pokja Pemilihan/Agen Pengadaan, SDP tersebut juga


digunakan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) sebagai acuan pada saat
penyusunan rancangan kontrak yang merupakan bagian dari dokumen persiapan
pengadaan disamping Harga Perkiraan Sendiri (HPS) dan Spesifikasi
Teknis/Kerangka Acuan Kerja (KAK). Dokumen Pemilihan disusun dan ditetapkan
berdasarkan hasil kesepakatan antara Pokja Pemilihan/Agen Pengadaan dengan PPK
pada saat rapat reviu dokumen persiapan pengadaan.

Pelaku Usaha yang mendaftar pada aplikasi LPSE dapat mengunduh dokumen
pemilihan dan memberi masukan terkait perubahan dokumen pemilihan pada tahap
pemberian penjelasan. Berdasarkan Peraturan LKPP Nomor 9 Tahun 2018 dinyatakan
bahwa, dalam hal hasil pemberian penjelasan dan/atau pertanyaan tertulis yang
disampaikan oleh Peserta mengakibatkan perubahan Dokumen Pemilihan, maka
perubahan tersebut harus dituangkan dalam Adendum Dokumen Pemilihan. Dalam
hal perubahan Dokumen Pemilihan terkait Spesifikasi Teknis/KAK, HPS atau
Rancangan Kontrak maka perubahan tersebut harus disetujui oleh PPK.

2.2.3 Penilaian Kualifikasi

A. Pengertian
Kemampuan yang dimiliki untuk melakukan suatu perkerjaan dalam suatu
proses penilaian Dalam suatu proses penilaian kualifikasi akan diketahui tingkat

19
kemampuan tersebut. Pada pengadaan barang/jasa, untuk memilih penyedia
barang/jasa yang potensial, selain dilakukan penilaian kualifikasi juga dilakukan
evaluasi penawaran.

B. Literatur dan regulasi


1. Peraturan LKPP, dalam PerLKPP 12/2021 pada Lampiran I halaman 69 dan
pada Lampiran III halaman 37
2. Modul pelatihan kompetensi pengadaan barang/jasa pemerintah level 1
(penilaiam kualifikasi)-2021

3. ljin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK), Surat ljin Usaha Perdagangan (SIUP),
Surat ljin Usaha Pariwisata, dan Nomor lnduk Berusaha (NIB)

C. Pembahasan
kualifikasi dititikberatkan pada profil penyedia barang/jasa. Sedangkan
evaluasi penawaran dititikberatkan pada bagaimana pekerjaan akan dilaksanakan dan
hasil dari pelaksanaan pekerjaan tersebut. Setelah melalui penilaian kualifikasi dan
evaluasi penawaran, maka diharapkan tujuan dilakukannya pemilihan penyedia
barang/jasa untuk mendapatkan penyedia barang/jasa yang memiliki kemampuan
untuk melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa sesuai persyaratan yang ditetapkan dapat
tercapai.
Ketentuan Kualifikasi Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
1. Tender/Seleksi dinyatakan gagal apabila menggunakan Pascakualifikasi
2. Prakualifikasi dinyatakan gagal apabila Tender/Seleksi menggunakan
Prakualifikasi.
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Penilaian Kualifikasi Penyedia Barang/Jasa
Pemerintah: Pada prinsipnya, penilaian kualifikasi dilakukan terhadap persyaratan
persyaratan dan sesuai dengan Tata Cara Evaluasi Kualifikasi yang telah ditetapkan
dalam dokumen kualifikasi. Persyaratan-persyaratan tersebut.
1. Aspek Kualifikasi Teknis Penyedia Barang/Jasa Badan Usaha
a) Pengalaman pekerjaan sejenis dengan pekerjaan yang akan
dilaksanakan, dimana yang dimaksud pekerjaan sejenis mengacu pada
Buku Klasifikasi Baku Komoditas Indonesia (KBKI) atau peraturan
menteri yang membidangi konstruksi yang mengatur tentang
kualifikasi dan klasifikasi badan usaha konstruksi.
b) Memiliki kemampuan untuk menyediakan sumber daya yang
diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan, meliputi: tenaga kerja dan
peralatan
2. Aspek Kualifikasi Administrasi/Legalitas Penyedia Barang /Jasa Perorangan
a) Memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan untuk
menjalankan kegiatan/usaha;

20
b) memiliki identitas kewarganegaraan Indonesia seperti Kartu Tanda
Penduduk (KTP)/Paspor/Surat Keterangan Domisili Tinggal;
c) mempunyai status valid keterangan Wajib Pajak berdasarkan hasil
Konfirmasi Status Wajib Pajak;
d) menyetujui Pernyataan Pakta lntegritas; dan
e) menyetujui Surat pernyataan Peserta yang berisi
3. Aspek Kualifikasi Teknis Penyedia Barang /Jasa Perorangan
a) Memiliki kemampuan untuk memenuhi barang/jasa lainnya dan
memiliki tempat/lokasi usaha

2.2.4 Evaluasi Penawaran

A. Pengertian
Evaluasi penawaran dapat didefinisikan sebagai aktifitas menilai
penawaran yang disampaikan peserta pemilihan penyedia barang/jasa dalam
dokumen penawaran dengan mengacu pada ketentuan pemilihan penyedia
barang/jasa yang tercantum dalam dokumen pemilihan:
Dimana evaluasi penawaran dilakukan terhadap tiga aspek yaitu:
1. Aspek Administrasi Penawaran; dimana evaluasi ini dititikberatkan pada
penilaian tentang pemenuhan persyaratan formal penawaran.
2. Aspek Teknis Penawaran; dimana evaluasi ini dititikberatkan pada
penilaian tentang pemenuhan persyaratan teknis pengadaan barang/jasa.
3. Aspek Harga Penawaran; dimana evaluasi ini dititikberatkan pada penilaian
Tentang pemenuhan persyaratan harga penawaran
Bila ditemukan hal-hal yang meragukan atau kurang jelas, maka dapat dilakukan
klarifikasi terhadap aspek-aspek teknis dalam dokumen penawaran tersebut.
Selanjutnya dapat pula dijelaskan bahwa cara penilaian terhadap ketiga aspek tersebut
tergantung metode evaluasi penawaran yang ditetapkan.

B. Literatur dan regulasi

1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020


2. tentang Cipta Kerja dan penyesuaian ketentuan Sumber Daya Manusia
Pengadaan Barang/JasaPeraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2018 Nomor 33)
3. Modul pelatihan kompetensi pengadaan barang/jasa pemerintah level 1
(penilaiam kualifikasi)-2021

C. Pembahasan

21
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam evaluasi penawaran pada pengadaan
barang/jasa pemerintah
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa evaluasi dilakukan atas aspek
adminitrasi, teknis, dan harga penawaran,maka selanjutnya ketiga aspek tersebut
dapat diuraikan sbb:
a. Keabsahan surat penawaran; dievaluasi dengan memperhatikan persyaratan
yang meliputi tanggal surat penawaran, jangka waktu penawaran, nama paket
pekerjaan, isi surat penawaran (bukan penawaran bersyarat), dan
penandatangan surat penawaran.
b. Keabsahan jaminan penawaran; dievaluasi dengan memperhatikan
persyaratan yang meliputi penerbit jaminan, nilai jaminan, masa berlaku,
nama paket yang dijamin, nama pihak penerima, nama pihak yang dijamin,
dan klausul pencairan jaminan.
c. Spesifikasi Teknis; dievaluasi dengan memperhatikan persyaratan yang
tercantum dalam spesifikasi teknis, seperti bahan yang digunakan, peralatan
yang digunakan, proses produksi, dan hasil pekerjaan.
d. Personil; dievaluasi dengan memperhatikan persyaratan pengalaman kerja,
pendidikan, dan sertifikat keahlian Uika disyaratkan) masing masing personil
e. Metode pelaksanaan; dievaluasi dengan memperhatikan kesesuaian metode
pelaksanaan yang ditawarkan dengan kaidah-kaidah keilmuan yang berlaku
atau kriteria metode pelaksanaan yang ditetapkan. (metode pelaksanaan hanya
untuk kualifikasi usaha besar pada jasa kontruksi)
f. Pengalaman (jasa konsultansi); dievaluasi dengan memperhatikan persyaratan
pekerjaan sejenis yang pernah dilaksanakan, nilai pekerjaan sejenis yang
pernah dilaksanakan, dan lokasi pekerjaan yang sama yang pernah
dilaksanakan
Dokumentasi Penawaran
1. Dokumen pemilihan yang menjadi acuan dalam melakukan evaluasi
penawaran.
2. Dokumen penawaran yang menjadi obyek dilakukannya evaluasi penawaran.
3. Kertas Kerja Evaluasi.
4. Serita Acara Klarifikasi Uika ada).
Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Penyedia Barang/Jasa Pemerintah
Berdasarkan hasil evaluasi penawaran, maka selanjutnya dapat dilakukan penetapan
hasil pemilihan penyedia barang/jasa. Atau sering juga disebut dengan penetapan
pemenang apabila metode pemilihan penyedia barang/jasa melalui Tender.
a. Kelompok Kerja (Pokja) Pemilihan; untuk pengadaan barang I pekerjaan
konstruksi / jasa lainnya dengan nilai Pagu Anggaran sampai dengan
Rp.100.000.000.000,- (Seratus miliar rupiah) dan untuk pengadaan jasa
konsultansi dengan nilai Pagu Anggaran sampai dengan Rp.10.000.000.000,-
(sepuluh miliar rupiah).
b. Pengguna Anggaran / Kuasa Pengguna Anggaran; untuk pengadaan barang /
pekerjaan konstruksi / jasa lainnya dengan nilai Pagu Anggaran di atas

22
Rp.100.000.000.000,- (Seratus miliar rupiah) dan untuk pengadaan jasa
konsultansi dengan nilai Pagu Anggaran di atas Rp.10.000.000.000,- (sepuluh
miliar rupiah) berdasarkan usulan dari Pokja Pemilihan
2.2.5 Pengelolaan Sanggah

A. Pengertian
Mekanisme sanggah pada berbagai pengadaan sektor publik di dunia disebut
protes. Di dalam buku International Handbook of Public Procurement (2009) disebut
dengan istilah Bid Protests2. Manuel dan Schwartz (2014), mendefinisikan bid
protests sebagai berikut:
A bid protest is a written objection by an "interested party" to the conduct of a federal
agency in acquiring supplies or services for its own direct use and benefit.
Berdasarkan pengertian di atas, sanggahan adalah sebuah bantahan atau protes dari
pihak yang merasa dirugikan terhadap pendapat atau keputusan dari pejabat pembuat
keputusan.

B. Literatur dan regulasi

1. Modul pelatihan kompetensi pengadaan barang/jasa pemerintah level 1


(melakukan perencanaan pengadaan barang/jasa pemerintah)-2021
2. Pasal 32 Perpres PBJP (Perpres 16/2018 jo. Perpres 12/2021)

C. Pembahasan

 Ketentuan tentang Sanggah


Sanggah merupakan protes dari peserta pemilihan yang merasa dirugikan atas
penetapan hasil pemilihan Penyedia dengan ketentuan:

1. Peserta yang menyampaikan Dokumen Kualifikasi dan/atau Dokumen


Penawaran dapat mengajukan sanggah melalui aplikasi SPSE apabila
menemukan:
a. Kesalahan dalam melakukan evaluasi.
b. Penyimpangan terhadap ketentuan dan prosedur yang diatur dalam
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 dan perubahannya tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan ketentuan yang telah
ditetapkan dalam Dokumen Pemilihan.
c. Rekayasa/persekongkolan diantara pelaku pengadaan sehingga
menghalangi terjadinya persaingan usaha yang sehat.
d. Penyalahgunaan wewenang oleh Pokja Pemilihan, pimpinan UKPBJ,
PPK, PA/KPA, dan/atau kepala daerah.

2. Sanggah disampaikan dalam waktu 5 (lima) hari kerja setelah pengumuman.


3. Jawaban sanggah diberikan melalui aplikasi SPSE atas semua sanggah paling
lambat 3 (tiga) hari kerja setelah akhir masa sanggah.

23
4. Apabila sanggah dinyatakan benar/diterima, Pokja Pemilihan melakukan
evaluasi ulang, pemasukan dokumen penawaran ulang, atau pemilihan
Penyedia ulang.
5. Apabila sanggah dinyatakan salah/tidak diterima, maka:
a. Untuk Pengadaan Barang/Jasa Lainnya/Jasa Konsultansi, Pokja
Pemilihan melanjutkan proses pemilihan dengan menyampaikan hasil
pemilihan kepada Pejabat Penandatangan Kontrak.
b. Untuk pengadaan Pekerjaan Konstruksi, dalam hal peserta yang
menyampaikan sanggahan tidak setuju dengan jawaban sanggah maka
peserta tersebut dapat menyampaikan sanggah banding.

 Ketentuan tentang sanggah banding


Penyampaian Sanggah Banding diatur dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Penyanggah menyampaikan Sanggah Banding secara tertulis kepada


KPA selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja setelah jawaban sanggah
dimuat dalam aplikasi SPSE. Tembusan Sanggah Banding
disampaikan kepada APIP yang bersangkutan.
b. Penyanggah Banding harus menyerahkan Jaminan Sanggah Banding
yang ditujukan kepada Pokja Pemilihan sebesar 1% (satu persen) dari
nilai total HPS dengan masa berlaku 30 (tiga puluh) hari kalender sejak
tanggal pengajuan Sanggah Banding. Untuk pekerjaan konstruksi
terintegrasi, Jaminan Sanggah Banding besarnya 1% (satu persen) dari
nilai Pagu Anggaran.
c. Pokja Pemilihan mengklarifikasi atas kebenaran Jaminan Sanggah
Banding kepada penerbit jaminan dan KPA tidak akan menindak
lanjuti Sanggah Banding sebelum mendapatkan hasil klarifikasi Pokja
Pemilihan.
d. KPA menyampaikan jawaban Sanggah Banding, dengan tembusan
kepada UKPBJ paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah
menerima klarifikasi dari Pokja Pemilihan. Dalam hal KPA tidak
memberikan jawaban Sanggah Banding maka KPA dianggap
menerima Sanggah Banding.

 Prosedur Penanganan Sanggah


Sanggahan yang dilakukan oleh peserta harus dilakukan secara tertulis
dan disampaikan melalui aplikasi SPSE, serta memenuhi pokok-pokok
sanggahan agar dapat diproses lebih lanjut. Ketidaksesuaian antara ketentuan
mengenai sanggahan dengan proses dan isi sanggahan dapat menyebabkan
sanggahan tidak dapat diterima karena tidak dapat diperlakukan sebagai
sanggahan namun tetap harus dijawab oleh yang berwenang, dalam pengadaan
sektor publik harus dijawab oleh Pokja Pemilihan, khususnya substansi yang
berkaitan dengan proses pengadaan.

2.2.6 Negosiasi Dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

24
A. Pengertian
Dalam konteks umum, negosiasi adalah proses tawar-menawar antara dua
pihak atau lebih, masing-masing dengan sudut pandang dan tujuan sendiri, berusaha
untuk mencapai kesepakatan yang saling memuaskan, atau penyelesaian masalah
yang menjadi perhatian bersama. Dalam konteks pengadaan, negosiasi adalah proses
yang mengantarkan kepada kesepakatan tentang kondisi kontrak, melalui diskusi
antara pemilik pekerjaan atau pembeli dan penyedia barang/jasa atau penjual.

B. Literatur dan regulasi


A. Modul pelatihan kompetensi pengadaan barang/jasa pemerintah level 1
(melakukan perencanaan pengadaan barang/jasa pemerintah)-2021

C. Pembahasan
1. Ruang Lingkup Negosiasi dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Pada
pengadaan barang/jasa, negosiasi menjadi penting untuk dilakukan apabila
Pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan mengandung kondisi sebagai
berikut:
a. Untuk produk atau layanan yang bernilai tinggi;
b. Ketika diperlukan jaminan pasokan jangka panjang;
c. Pengadaan untuk pekerjaan yang kompleks;
d. Proses pemilihan penyedia barang/jasa dengan hanya ada sedikit
penyedia atau batas minimum peserta tidak terpenuhi atau yang
e. Kurang terjadinya kompetisi pada proses pemilihan penyedia
barang/jasa;
f. Pengadaan yang tidak mempunyai referensi untuk persyaratan kontrak
(misalnya pengalaman masa lalu) dan hanya dapat ditentukan sebagai
hasil dari proses klarifikasi; atau
g. Membutuhkan penyetaraan teknis dalam proses pemilihan penyedia
barang/jasa.
B. Para Pihak dalam Negosiasi Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Pemerintah
a. Pokja Pemilihan
Pokja Pemilihan melakukan klarifikasi dan negosiasi teknis dan biaya
kepada calon pemenang peringkat pertama pada pengadaan jasa
konsultansi, calon penyedia pada penunjukan langsung, dan tender
dengan Metode Pemasukan Penawaran Dua Tahap (pada penyetaraan
teknis).
b. Pejabat Pengadaan
Pejabat Pengadaan melakukan negosiasi pada Penunjukan Langsung,
Pengadaan Langsung, dan E-Purchasing.
c. Pejabat Pembuat Komitmen
Pejabat Pembuat Komitmen melakukan negosiasi pada:
1) Selama pelaksanaan kontrak, bila perlu dilakukan perubahan
kontrak, dengan dibantu oleh Tim Ahli/Tim Teknis; dan
2) E-Purchasing.
d. Peserta Calon Pemenang

25
Orang yang berwenang untuk hadir mewakili peserta calon pemenang
untuk melakukan negosiasi adalah:
1) Direktur Utama/Pimpinan Perusahaan/Pengurus Koperasi.
2) Penerima kuasa dari Direktur Utama/Pimpinan
Perusahaan/Pengurus Koperasi/Manajer Koperasi yang nama
penerima kuasanya tercantum dalam akta pendirian anggaran
dasar.
3) Pihak lain yang bukan Direktur Utama/Pimpinan
Perusahaan/Pengurus Koperasi yang namanya tidak tercantum
dalam akta pendirian/anggaran dasar, sepanjang pihak lain
tersebut adalah pengurus, karyawan perusahaan, atau karyawan
koperasi yang berstatus sebagai tenaga kerja tetap dan
mendapat kuasa atau pendelegasian wewenang yang sah dari
direktur utama/pimpinan perusahaan/pengurus koperasi
berdasarkan akta pendirian/anggaran dasar.
4) Kepala cabang perusahaan yang diangkat oleh kantor pusat
yang dibuktikan dengan dokumen otentik.
5) Pejabat yang menurut Perjanjian Konsorsium, kerja sama
operasi, kemitraan, atau bentuk kerja sama lain yang berhak
mewakili.

2.3 Mengelola Kontrak Pengadaan Barang / jasa pemerinta

2.3.1 Kontrak Pengadaan Barang / jasa pemerinta

A. Pengertian
Kontrak Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah merupakan perjanjian tertulis
antara pihak pemerintah dengan pihak swasta atau penyedia layanan untuk
menyediakan barang atau jasa tertentu sesuai dengan persyaratan yang telah
ditetapkan. Kontrak ini memiliki tujuan untuk memastikan pemerintah mendapatkan
barang atau jasa yang diperlukan sesuai dengan standar yang telah ditentukan, dengan
harga yang wajar, dan dalam waktu yang telah disepakati.
Pengadaan Barang dan jasa pemerintah adalah kegiatan pengadaan barang dan
jasa yang dibiayai dengan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) dan atau anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).

A. Literatur dan regulasi


1. Buku Pasal 50 Peraturan presiden no 16 tahun 2018
2. LKPP (2018) peraturan Lembaga kebijakan pengadaan barang/jasa
pemerintah nomor 7 tahun 2018, tentang pedoman perencanaan pengadaan
barang/jasa pemerintah
3. Modul pelatihan kompetensi pengadaan barang/jasa pemerintah level 1
(melakukan perencanaan pengadaan barang/jasa pemerintah)-2021

26
4. Peraturan presiden no 70 tahun 2012

C. Pembahasan
Mengelola kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah merupakan tahapan
kritis dalam siklus pengadaan yang melibatkan pihak pemerintah dan pihak swasta
atau penyedia layanan. Manajemen yang efektif pada tahap ini sangat penting untuk
memastikan pelaksanaan kontrak yang sukses, sesuai dengan tujuan, kualitas, dan
standar yang telah ditetapkan. Berikut adalah beberapa aspek penting yang perlu
diperhatikan dalam mengelola kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah:
1. Transparansi dan Akuntabilitas:
 Pemerintah dan penyedia layanan harus menjalankan kontrak dengan
transparansi tinggi untuk memastikan akuntabilitas dalam penggunaan
dana publik.
 Laporan berkala dan audit dapat menjadi alat penting untuk memeriksa
ketaatan terhadap kontrak dan kebijakan pengadaan pemerintah.
2. Pemantauan Kinerja:
 Pemantauan kinerja kontraktor harus dilakukan secara rutin untuk
memastikan bahwa barang atau jasa yang disediakan sesuai dengan
spesifikasi dan kualitas yang diinginkan.
 Indikator kinerja yang jelas harus ditetapkan, dan evaluasi berkala harus
dilakukan untuk mengukur pencapaian target.
C. Manajemen Risiko:
 Identifikasi dan manajemen risiko merupakan aspek kunci dalam
pengelolaan kontrak. Pihak yang terlibat perlu memiliki pemahaman
yang baik tentang risiko yang mungkin timbul dan cara mengatasinya.
 Pembuatan rencana mitigasi risiko dan respons yang efektif dapat
membantu mengurangi dampak potensial dari risiko tersebut.
D. Kontrol Biaya dan Keuangan:
 Pengelolaan anggaran dengan cermat diperlukan untuk mencegah
penyalahgunaan dana dan memastikan efisiensi dalam pengeluaran.
 Penetapan dan pemantauan batas biaya dapat membantu menghindari
lonjakan biaya yang tidak terduga.
E. Komunikasi Efektif:
 Komunikasi terbuka dan efektif antara pemerintah dan kontraktor
merupakan faktor kunci untuk memastikan pemahaman yang sama
tentang tujuan kontrak dan mengatasi masalah dengan cepat.
 Sistem pelaporan dan pertemuan berkala dapat meningkatkan alur
informasi.
F. Penyelesaian Sengketa:
 Perjanjian kontrak harus mencakup mekanisme penyelesaian sengketa
yang jelas dan adil. Ini dapat melibatkan mediasi, arbitrasi, atau langkah-
langkah hukum lainnya, tergantung pada kompleksitas sengketa.
G. Kebijakan Lingkungan dan Sosial:

27
 Pemerintah dapat memasukkan persyaratan terkait dengan keberlanjutan
lingkungan dan tanggung jawab sosial perusahaan dalam kontrak
pengadaan untuk mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan.
H. Evaluasi Pasca-Pelaksanaan:
 Setelah kontrak selesai, evaluasi pasca-pelaksanaan harus dilakukan
untuk mengidentifikasi pembelajaran yang dapat diterapkan pada kontrak
masa depan.
I. Kepatuhan Hukum:
 Pihak-pihak yang terlibat harus memastikan bahwa kontrak mematuhi
semua peraturan dan hukum yang berlaku untuk menghindari potensi
konsekuensi hukum.
J. Inovasi dan Peningkatan Terus-Menerus:
 Pemangku kepentingan harus terus mendorong inovasi dalam
pelaksanaan kontrak dan mencari cara untuk meningkatkan efisiensi serta
kualitas hasil.
Mengelola kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah bukan hanya tentang
pemenuhan kewajiban kontraktual tetapi juga tentang menciptakan nilai
tambah bagi pemerintah dan masyarakat. Dengan memperhatikan aspek-aspek
di atas, pihak-pihak yang terlibat dapat meningkatkan pelaksanaan kontrak,
mengurangi risiko, dan memastikan penggunaan dana publik yang efisien

28
2.3.2 Pembentukan Tim Pengelola Kontrak

A. Pengertian
Pembentukan tim pengelola kontrak adalah proses membentuk kelompok atau tim
khusus yang bertanggung jawab untuk mengelola dan melaksanakan kontrak secara
efektif. Tim ini terdiri dari individu atau perwakilan dari berbagai fungsi atau departemen
yang terlibat dalam pelaksanaan kontrak. Tujuan utama pembentukan tim pengelola
kontrak adalah untuk memastikan bahwa kontrak dapat dipantau, dikelola, dan dieksekusi
sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Berikut adalah beberapa elemen penting
dalam pembentukan tim pengelola kontrak:
1. Identifikasi Anggota Tim:
 Proses ini melibatkan pemilihan individu yang memiliki keahlian dan
pengetahuan yang sesuai dengan kebutuhan kontrak.
 Anggota tim mungkin berasal dari berbagai departemen, seperti hukum,
keuangan, teknis, pengadaan, dan manajemen proyek.
2. Penetapan Pemimpin Tim:
 Menetapkan seorang pemimpin tim atau manajer kontrak yang akan menjadi
tanggung jawab utama untuk mengoordinasikan kegiatan tim dan
memastikan pencapaian tujuan kontrak.
3. Penetapan Peran dan Tanggung Jawab:
 Setiap anggota tim harus memiliki peran dan tanggung jawab yang jelas
sesuai dengan spesifikasi kontrak dan tujuan keseluruhan.
 Pembagian tugas yang baik membantu memastikan bahwa aspek-aspek
berbeda dari kontrak dapat diurus dengan baik.
4. Komunikasi Efektif:
 Memastikan adanya jalur komunikasi yang terbuka dan efektif di antara
anggota tim dan dengan pihak eksternal yang terkait, termasuk kontraktor
dan pemangku kepentingan lainnya.
5. Pelatihan dan Pengembangan:
 Memberikan pelatihan dan dukungan yang diperlukan kepada anggota tim
agar memiliki pemahaman yang baik tentang aspek teknis, hukum, dan
manajemen yang terlibat dalam kontrak.
6. Pemahaman Terhadap Kontrak:
 Memastikan bahwa setiap anggota tim memahami dengan baik rincian
kontrak, termasuk persyaratan teknis, jangka waktu, dan kewajiban
kontraktor.
7. Pembuatan Rencana Pengelolaan Kontrak:
 Mengembangkan rencana pengelolaan kontrak yang mencakup jadwal
pertemuan, proses pelaporan, sistem pemantauan, dan prosedur penyelesaian
sengketa.

29
8. Evaluasi Kinerja dan Pembaruan:
 Melakukan evaluasi berkala terhadap kinerja tim dan melakukan pembaruan
sesuai kebutuhan untuk memastikan kesinambungan efektivitas.
9. Koordinasi dengan Pihak Eksternal:
 Menjalin kerjasama yang baik dengan kontraktor dan pemangku kepentingan
lainnya untuk memastikan pemahaman yang sama terhadap tujuan dan
harapan.
10. Manajemen Risiko:
 Mengidentifikasi potensi risiko dalam pelaksanaan kontrak dan
mengembangkan strategi pengelolaan risiko untuk mengurangi dampak
negatifnya.

B. Literatur dan regulasi


1. Buku Pasal 50 Peraturan presiden no 16 tahun 2018
2. LKPP (2018) peraturan Lembaga kebijakan pengadaan barang/jasa pemerintah
nomor 7 tahun 2018, tentang pedoman perencanaan pengadaan barang/jasa
pemerintah
3. Modul pelatihan kompetensi pengadaan barang/jasa pemerintah level
1(melakukan perencanaan pengadaan barang/jasa pemerintah)-2021
4. Peraturan presiden no 70 tahun 2012

C. Pembahasan
Tim Pengelola Kontrak dapat bertugas pada tahapan perumusan kontrak,
persiapan/finalisasi kontrak, pelaksanaan pekerjaan, serah terima hasil pekerjaan. Tujuan
pembentukan Tim Pengelola Kontrak, antara lain:
1. Menjamin bahwa proses pengelolaan kontrak dapat terselenggara dengan baik.
2. Menjamin Para Pihak dalam kontrak dapat memenuhi hak dan tanggung jawab
sesuai dengan dokumen kontrak.
3. Meminimalkan risiko timbulnya permasalahan kontrak.
Untuk melakukan hal tersebut, PPK dapat dibantu oleh personel yang mempunyai kecakapan
dan keahlian yang diperlukan, antara lain Tim Teknis, Tim/Tenaga Ahli, dan Tim
Pendukung dengan tugas sebagai berikut:
1. Tim Teknis membantu menyusun perencanaan pengadaan, spesifikasi
teknis/KAK, Menyusun HPS, menyusun rancangan kontrak, dan melakukan
pengawasan/pengendalian pelaksanaan kontrak.
2. Tim/Tenaga Ahli berbentuk tim atau perorangan memberi masukan dan
penjelasan/pendampingan/pengawasan terhadap sebagian atau seluruh
pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.
3. Tim Pendukung membantu urusan PPK yang bersifat administrasi/keuangan.
30
2.3.3 Pengendalian kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah

A. Pengertian
Pengendalian kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah adalah serangkain
tindankan yang dilakukan untuk memastikan bahwa pelaksanaan kontrak tersebut sesuai
dengan ketentuan yang disepakati. Ini melibatkan pemantauan kinerja kontraktor,
pengelolaan,resiko,pemenuhan persyaratan kontrak.,dan penanganan potensi perubahan
atau konflik selama pelaksanaan kontrak.
Tujuannya adalah untuk transparansi,akuntabilitas,dan efisiensi dalam pengadaan barang atau
jasa oleh entititas pemerintah.

B. Literatur dan Regulasi


1. Peraturan Pemerintah
Sebagian besar negara memiliki peraturan pemerintah yang mengatur pengadaan
barang atau jasa.contohya,di Indonesia terdapat peraturan pemerintah Nomor 54
Tahun 2017 tentang pengadaan barang/jasa pemerintah.
2. Undang-Undang Pengadaan
Undang-undang yang mengatur pengadaan barang atau jasa pemerintah juga dapat
menjadi acuan penting. Misalnya, undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
aparatue sipil Negara di Indonesia.
3. Pedoman Teknis
Banyak negara menyusun pedoman teknis atau petunjuk pelaksanaan untuk
membantu implementasi regulasi pengadaan. Pedoman ini dapat memberikan
rincian lebih lanjut terkait proses dan prinsip pengendalian kontrak.
4. Jurnal dan Buku Akademis
Literatur akademis, jurnal, atau buku-buku yang membahas praktik terbaik dalam
pengendalian kontrak dapat memberikan wawasan yang mendalam
5. Organisasi Internasional
Organisasis eperti bank Dunia atau UNDP seringkali menyediakan panduan dan
literatur terkait pengadaan barang atau jasa pemerintah yang dapat menjadi
referensi global

31
C. Pembahasan

Pengendalian kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah mencakup berbagai aspek yang


penting untuk memastikan transparansi, efisiensi, dan kepatuhan.

Beberapa point pembahasan melibatkan:

1. Perencanaan Pengadaan
 Identifikasi kebutuhan yang jelas dan spesifik.
 Penentuan kriteria pemilihan kontraktor.
 Penyusunan dokumen pengadaan yang komperhensif.
2. Proses Seleksi Kontraktor
 Menerapkan proses seleksi yang adil dan terbuka.
 Verifikasi kualifikasi kontraktor.
 Evaluasi penawaran sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
3. Pengelolaan Kontrak
 Pembentukan tim pengelola kontrak yang kompeten.
 Pemantauan kinerja kontraktor secara berkala.
 Penangan perubahan kontrak dengan transparan dan sesuai prosedur.
4. Pengendalian Keuangan
 Penyusunan anggaran yang akurat.
 Pemantauan dan evaluasi biaya kontrak.
 Penangan pembayaran dan klaim secara tepat waktu.
5. Pemanntauan Kinerja
 Implementasi sistem pemantauan yang efektif.
 Evaluasi pencapaian target dan hasil proyek.
 Identifikasi dan penanganan risiko selama pelaksanaan.
6. Kepatuhan Hukum dan Regulasi
 Memastikan kepatuhan terhadap regulasi pengadaan yang berlaku.
 Penanganan kontak sesuai dengan hukum yang berlaku.
 Pngelolaan dokumentasi kontrak dengan baik.
7. Audit dan Evaluasi

32
 Melakukan audit internal dan eksternalsecara berkala.
 Evaluasi pelaksanaan kontrak untukpembelajaran dan perbaikan.
8. Penangan Konflik
 Pengelolaan konfliksecara profesional dan sesuai prosedur.
 Penyelesaian sengketa melalui mekanisme yang ditetapkan.

2.3.4 Serah Terima Hasil Pekerjaan

A. Pengertian

Serah terima hasil pekerjaan merujuk pada proses formal dimana pihak yang
melaksanakan suatu proyek atau pekerjaan menyerahkan hasil kerjanya kepada pihak yang
memerlukan atau membiayai proyek tersebt. Proses ini umumnya melibatkan penerimaan
fisik, dokumentasi, dan verifikasi bahwa pekerjaan telah diselesaikan sesuai dengan
persyaratan yang telah ditetapkan dalam kontrak atau perjanjian.

Pada umumnya, serah terima hasil pekerjaan melibatkan beberapa langkah:

1. Persiapan Dokumentasi
 Persiapan semua dokumen terkait, termasuk laporan, spesifikasi dan
dokumentasi teknis.
2. Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan fisik atau visual terhadap hasil pekerjaan untuk memastikan
kesesuaian dengan persyaratan kontrak
3. Uji Kinerja
 Jika relevan, melakukan uji kinerja atau pengujian lainnya sesuai kebutuhan
proyek.
4. Pemeriksaan Dokumen
 Verifikasi semua dokumen yang terkait dengan proyek, termasuk izin,
sertifikat, atau dokumen legal lainnya.
5. Pelaporan Hasil
 Menyampaikan laporan formal mengenai hasil pekerjaan kepada pihak yang
memerlukan.
33
6. Penerimaan Resmi
 Pihak yang menerima hasil pekerjaan memberikan penerimaan resmi atau
menandatangani dokumen serah terima.

B. Literatur dan Regulasi

Referensi literatur dan regulasi terkait serah terima hasil pekerjaan dapat bervariasi
berdasarkan sektor dan negara. Beberapa sumber umum yang dapat dijadikan acuan:

1. Dokumen Kontrak
 Kontrak antara pemberi proyek dan kontraktor biasanya memuat ketentuan
dan prosedur terkait serah terima hasil pekerjaan. Ini mencakup syarat-
syarat, batasan, dan langkah-langkah yang harus diikuti.
2. Standar Industri
 Standar industri yang relevan, seperti ISO (International organization for
standardization) atau standar sektor spesifik, mungkin mencakup pedoman
serah terima hasil pekerjaan.
3. Peraturan Pemerintah
 Regulasi pemerintah terkait serah terima hasil pekerjaan bisa diatur dalam
peraturan pengadaan barang atau jasa dan peraturan sektor terkait.
4. Buku Panduan Manajemen Proyek
 Buku panduan manajemen proyek, seperti PMBOK (Project Management
Body of Knowledge), seringkali membahas aspek serah terima hasil pekerjan
sebagai bagian integral dan penyelesaian proyek.
5. Literatur Akademis
 Artikel, jurnal, atau buku-buku akademisi di bidang manajemen konstruksi
atau manajemen proyek dapat menyediakan wawasan mendalam tentang
proses serah terima.

C. Pembahasan

Serah terima hasil pekerjaan merupakan tahapan kritis dalam siklus proyek yang
melibatkan proses formal untuk menyelesaikan dan menyerahkan pekerjaan kepada pihak

34
yang memerlukan atau membiayai proyek. Berikut adalah beberapa poin pembahasan terkait
serah terima hasil pekerjaan:

1. Persiapan Dokumentasi
 Persiapan dokumentasi terinci yang mencakup laporan,dokumentasi
teknis,dan semua informasi terkait proyek.
2. Verifikasi Kesesuaian
 Pemeriksaan fisik dan verifikasi kesesuaian hasil pekerjaan dengan
persyaratan kontrak atau perjanjian proyek.
3. Uji Kinerja
 Jika relevan, pengujian kinerja untuk memastikan bahwa hasil pekerjaan
memenuhi standar dan spesifikasi yang telah di terapkan.
4. Pemeriksaan Dokumen Legal
 Pemeriksaan dokumen dokumen legal, izin, dan sertifikat yang mungkin
diperlukan untuk memastikan kepatuhan hukum.
5. Penerimaan Formal
 proses formal dimana pihak pemberi proyek atau penerima memeriksa hasil
pekerjaan dan memberikan penerimaan formal.
6. Penanganan Perubahan atau Kekurangan
 Penanganan setiap perubahan atau kekurangan yang mungkin ditemukan
selama proses serah terima.
7. Pelaporan Hasil
 Penyampaian laporan hasil pekerjaan kepada pihak yang memerlukan, yang
mencakup pencapaian proyek dan penanganan setiap masalah yang muncul.
8. Pengarsipan Dokumen
 Pengarsipan dokumen dokumen terkait proyek untuk referensi masa depan
atau audit
9. Pengembalian Aset
 Jika ada, proses pengembalian aset atau fasilitas yang mungkin telah
dipinjam atau di sewakan selama di proyek.
10. Evaluasi Proyek

35
 Evaluasi keseluruhan proyek, termasuk pelajaran yang dapat dipetik untuk
proyek proyek selanjutnya.

2.4 Mengelola Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Secara Swakelola

2.4.1 Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Secara Swakelola

A. Pengertian

Pengadaan Barang dan Jasa secara Swakelola (pasal 26 ayat 1 PerPres 54 Tahun
2010) adalah kegiatan pengadaan barang/jasa dimana pekerjaannya direncanakan
dan/atau diawasi sendiri oleh K/L/D/I sebagai penanggung jawab anggaran, instansi
pemerintah lain dan/atau kelompok masyarakat. Dalam pengadaan barang dan jasa
konstruksi biasanya meliputi barang, pekerjaan konstruksi, jasa konsultansi dan jasa
lainnya. Pengadaan barang dan jasa konstruksi harus menerapkan prinsip-prinsip dalam
pelaksanaannya yaitu efisien, efektif, transparan, terbuka, bersaing, adil/tidak
diskriminatif serta akuntabel. Dengan menerapkan prinsip-prinsip Pengadaan Barang dan
Jasa dalam proses pelaksanaannya akan meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada
proses pengadaan barang/jasa, karena hasilnya dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat dari segi administrasi, teknis dan keuangan serta meningkatkan pelayanan
public

B. Literatur dan Regulasi


1. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah (selanjutnya disebut Perpres Nomor 54 Tahun 2010).
2. pasal 26 Perpres 54 Tahun 2010,
3. Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata). Pasal 1338
KUH Perdata

C. Pembahasan

36
Penyelenggaraan kegiatan pengadaan barang dan jasa pemerintah dilakukan
melalui metode seleksi dan swakelola dalam penyediaan barang dan jasa.Penyedia
barang/jasa dapat diidentifikasi melalui tata cara pemilihan penyedia barang/jasa atau
dengan penunjukan langsung .Berkenaan dengan hal tersebut, Johannes Even Simamora
menyatakan bahwa ada dua cara pengadaan barang dan jasa oleh pemerintah, yaitu
pengadaan oleh penyedia barang dan jasa serta pengadaan oleh pemerintahan sendiri,
jelasnya.
Pengelolaan Pengadaan dengan cara pertama dibagi menjadi dua bagian, yaitu
pengadaan barang/jasa kontrak/jasa lainnya dan jasa konsultasi.Fase ini sangat penting dan
penting dalam mencapai tujuan pengadaan.Sebagaimana asas dasar pengadaan yaitu Pasal
3 Perpres No 80 Tahun 2003 , asas efisiensi, efektifitas, keterbukaan dan daya saing,
transparansi, keadilan/diskriminasi dan tanggung jawab tidak ada maknanya.Prosedur
untuk melaksanakan pengadaan secara konsisten mengacu pada prinsip-prinsip ini.
Pengadaan barang dan jasa yang dikelola sendiri adalah sebagaimana dijelaskan
di atas.selama ini dilaksanakan oleh K/L/D/I selaku pengelola anggaran, oleh instansi
pemerintah lainnya, dan oleh kelompok masyarakat yang mempunyai swakelola.
Namun tidak seluruh kegiatan pengadaan barang dan jasa dapat dilakukan
secara mandiri.Berdasarkan Pasal 26 Perpres Nomor 54 Tahun 2010, usaha yang dapat
dilakukan secara swakelola adalah sebagai berikut :

1. Pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan/atau


memanfaatkan kemampuan teknis sumber daya manusia serta sesuai dengan tugas
pokok K/L/D/I;
2. Pekerjaan yang operasi dan pemeliharaannya memerlukan partisipasi langsung
masyarakat setempat;
3. Pekerjaan yang dilihat dari segi besaran, sifat, lokasi atau pembiayaannya tidak
diminati oleh Penyedia Barang/jasa;
4. Pekerjaan yang secara rinci/detail tidak dapat dihitung/ditentukan terlebih dahulu,
sehingga apabila dilaksanakan oleh Penyedia Barang/jasa akan menimbulkan
ketidakpastian dan risiko yang besar;
5. Penyelenggaraan diklat, kursus, penataran, seminar, lokakarya atau penyuluhan;

37
6. Pekerjaan untuk proyek percontohan (pilot project) dan survei yang bersifat
khusus untuk pengembangan teknologi/metode kerja yang belum dapat
dilaksanakan oleh Penyedia Barang/jasa;
7. Pekerjaan survei, pemrosesan data, perumusan kebijakan pemerintah, pengujian
di laboratorium dan pengembangan sistem tertentu;
8. Pekerjaan yang bersifat rahasia bagi K/L/D/I yang bersangkutan;
9. Pekerjaan Industri Kreatif, inovatif dan budaya dalam negeri;
10. Penelitian dan pengembangan dalam negeri; dan/atau
11. Pekerjaan pengembangan industri pertahanan, industry alutsista dan industri
almatsus dalam negeri.

Proses penyelenggaraan Swakelola terdiri dari Tim Perencana, Tim Pelaksana dan Tim
Pengawas yang memiliki tugas:

1. Tim Perencana mempunyai tugas dan bertanggung jawab dalam menyusun KAK,
membuat gambar rencana kerja, spesifikasi teknis, rincian biaya pekerjaan,
jadwal rencana pelaksanaan pekerjaan.
2. Tim Pelaksana mempunyai tugas dan bertanggung jawab dalam melaksanakan
pekerjaan sesuai yang direncanakan, membuat gambar pelaksanaan serta
membuat laporan pelaksanaan pekerjaan.
3. Tim Pengawas mempunyai tugas dan bertanggung jawab dalam melaksanakan
pengawasan terhadap pelaksanaan dan pelaporan, baik fisik maupun administrasi
pekerjaan swakelola

- Sistem Management Swakelola


Sistem manajemen Swakelola adalah suatu sistem manajemen konstruksi dimana pemilik
proyek (pengguna jasa) sekaligus juga sebagai perencana, pengawas, dan pelaksana
pembangunan. Pengadaan penyedia jasa pada sistem ini tidak melalui pelelangan
melainkan penunjukan langsung. Pada sistem ini biaya pada pelaksanaan proyek melalui
sistem kontrak dengan harga yang tidak tetap. Pemilik proyek (pengguna jasa) dituntut
aktif dalam pelaksanaan proyek mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.
Dimulai dari kegiatan menyusun sasaran proyek, yaitu anggaran, jadwal induk, standar
mutu, kemudian bersamasama pelaksanaan, meletakkan dasar-dasar pengawasan dan
pengendalian atas kegiatan pembangunan, pengadaan barang dan jasa konstruksi lainnya.
Pemilik proyek harus selalu melakukan pemantauan pada pelaksanaan pekerjaan

38
konstruksi sehingga mendapat hasil yang maksimal. Sebelum pelaksanaan pekerjaan
sebaiknya Rencana Anggaran Biaya (RAB) harus sudah ditetapkan terlebih dahulu agar
menjadi acuan pada penyusunan Rencana Anggaran Pelaksanaan dan rencana anggaran
biaya dibuat oleh tim Swakelola.
- Tujuan Swakelola
a. Memenuhi kebutuhan barang/jasa yang tidak disediakan oleh pelaku usaha.
b. Memenuhi kebutuhan barang/jasa yang tidak diminati oleh pelaku usaha karena
nilai pekerjaannya kecil dan/atau lokasi yang sulit dijangkau
c. Memenuhi kebutuhan barang/jasa dengan mengoptimalkan penggunaan sumber
daya yang dimiliki Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah.
d. Meningkatkan kemampuan teknis sumber daya manusia di
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah.
e. Meningkatkan partisipasi Ormas/Kelompok masyarakat.
f. Meningkatkan efektifitas dan/atau efisiensi jika dilaksanakan melalui Swakelola
g. Memenuhi kebutuhan barang/jasa yang bersifat rahasia mampu disediakan oleh
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah yang bersangkutan.
- Pihak Pihak Penyelenggara Swakelola
Pelaksanaan Swakelola tidak terlepas dari peran pihak-pihak yang menyelenggarakannya.
Setiap pihak memiliki tugas dan peran masing-masing. Berikut adalah pihak-pihak yang
terlibat dalam pelaksanaan Swakelola beserta tugasnya:
A. PA/KPA Penanggung Jawab Anggaran
a. Mengidentifikasi kebutuhan barang/jasa yang diperlukan K/L/D/I
b. Menetapkan rencana pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan melalui
swakelola.
c. Mengajukan penawaran Kerjasama kepada instansi Pemerintah lain
untuk melaksanakan pekerjaan swakelola. Penetapan kelompok
masyarakat termasuk menetapkan sasaran, tuhuan dan besaran anggaran
swakelola.
d. Bila ULP belum dibentuk, mengangkat panitia/pejabat pengadaan
barang/jasa yang dibutuhkan dalam pelaksanaan swakelola.
B. PPK pada K/L/D/I Penanggung Jawab Anggaran

39
a. Melaksanakan kebijakan PA/KPA berkaitan dengan pelaksanaan
pengadaan barang/jasa melalui swakelola.
b. Membentuk dan mengangkat tim swakelola
c. Mengangkat tim perencana dan tim pengawas dari unsur Instansi
Pemerintah lain.
d. Mengadakan kontrak pelaksanaan pengadaan swakelola dengan
pelaksana swakelola pada instansi pemerintah lain.
e. Mengadakan kontrak pelaksanaan pengadaan swakelola dengan
penanggung jawab kelompok masyarakat.
C. Instansi Pemerintah Lain pelaksana Swakelola
a. Bertanggungjawab atas pelaksanaan swakelola yang sudah disepakati.
b. Mengangkat tim pelaksana.
c. Mengusulkan pegawainya untuk duduk pada tim swakelola sebagai tim
perencana dan tim pengawas.
D. Kelompok Masyarakat dan Organisasi Masyarakat
a. Bertanggungjawab atas pelaksana swakelola yang sudah disepakati.
b. Mengangkat tim swakelola untuk melaksanakan pekerjaan swakelola
sesuai dengan kontrak antara PPK dan penanggungjawab swakelola.
c. Membentuk dan mengangkat Panitia/Pejabat pengadaan untuk
melakukan pengadaan barang/jasa yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
swakelola yang diserahkan pada Kelompok Masyarakat yang
bersangkutan.

2.4.2 Persiapan Pengadaan Barang/Jasa Secara Swakelola

A. Pengertian
Pengadaan Barang dan Jasa secara Swakelola (pasal 26 ayat 1 PerPres 54 Tahun
2010) adalah kegiatan pengadaan barang/jasa dimana pekerjaannya direncanakan
dan/atau diawasi sendiri oleh K/L/D/I sebagai penanggung jawab anggaran, instansi
pemerintah lain dan/atau kelompok masyarakat. Dalam pengadaan barang dan jasa
konstruksi biasanya meliputi barang, pekerjaan konstruksi, jasa konsultansi dan jasa
lainnya. Pengadaan barang dan jasa konstruksi harus menerapkan prinsip-prinsip dalam

40
pelaksanaannya yaitu efisien, efektif, transparan, terbuka, bersaing, adil/tidak
diskriminatif serta akuntabel. Dengan menerapkan prinsip-prinsip Pengadaan Barang dan
Jasa dalam proses pelaksanaannya akan meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada
proses pengadaan barang/jasa, karena hasilnya dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat dari segi administrasi, teknis dan keuangan serta meningkatkan pelayanan
public

B. Literatur dan Regulasi


1. Perpres No 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.
2. Perpres No 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah
3. Perlem LKPP No 8 Tahun 2018 tentang Swakelola

C. Pembahasan

Tahapan persiapan/perencanaan swakelola merupakan tahap persiapan yang harus


dilakukan untuk melaksanakan swakelola. Untuk setiap pola penyelenggaraan swakelola
yang dilaksanakan oleh K/L/D/I Penanggung Jawab Anggaran, Instansi Pemerintah lain
maupun Kelompok Masyarakat aktivitas urutan tahapannya agak berbeda. Akan tetapi
keluaran yang dihasilkan pada tahap perencanaan adalah sama. Keluaran pada tahapan
Perencanaan yaitu:

1. Terbentuknya tim swakelola.


2. Tersusunnya KAK.
3. Tersusunnya jadwal rencana pelaksanaan pekerjaan.
4. Tersusunnya rincian biaya pekerjaan.
5. Tersusunnya rencana kerja dan spesifikasi teknis.
6. Tersusunnya rencana pengadaan dan kebutuhan tenaga kerja.
7. Pada pelaksanaan Swakelola oleh Instansi Pemerintah lain:
8. Tersusunnya kesepakatan antara K/L/D/I Penanggung Jawab Anggaran dengan
Instansi Pemerintah lain dalam bentuk naskah kerjasama atau nota kesepahaman.
9. Kontrak antara PPK dengan pelaksana swakelola pada instansi pemerintah lain.
Pada pelaksanaan Swakelola oleh Kelompok Masyarakat:
a. Penetapan Kelompok Masyarakat pelaksana swakelola oleh PA/KPA
termasuk menetapkan sasaran, tujuan dan besaran anggaran.
41
b. Kontrak antara PPK dengan penanggungjawab kelompok sebagai
perlaksana Swakelola

2.4.3 Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Secara Swakelola

A. Pengertian
Pelaksanaan Swakelola dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dalam Kontrak Swakelola,
kecuali Swakelola Tipe I dilaksanakan berdasarkan kesesuaian antara volume, jenis pekerjaan,
spesifikasi teknis/KAK dan waktu pelaksanaan. Jika dalam perlaksanaan Swakelola ada
perbedaan kondisi lapangan dengan kontrak, maka PPK dan Tim Pelaksana/Pimpinan
Pelaksana Swakelola dapat melakukan perubahan yang dituangkan dalam addendum Kontrak.
Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola adalah cara memperoleh barang/jasa yang
dikerjakan sendiri oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah, Kementerian/
Lembaga/Perangkat Daerah lain, organisasi kemasyarakatan, atau kelompok
masyarakat.Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah adalah kegiatan Pengadaan Barang/Jasa oleh
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah yang dibiayai oleh APBN/APBD yang prosesnya
dimulai sejak identifikasi kebutuhan, sampai dengan serah terima hasil pekerjaan dan
pertanggungjawaban. Pengadaan barang/jasa pemerintah secara swakelola diselenggarakan
oleh penyelenggara swakelola yang terdiri atas tim persiapan, tim pelaksana, dan/atau tim
pengawas.
Perpres menetapkan cara pelaksanaan swakelola dalam tiga cara yaitu:
a) swakelola dilaksanakan oleh instansi penanggung jawab anggaran;
b) swakelola dilaksanakan oleh instansi lain;
c) swakelola dilaksanakan oleh kelompok masyarakat.
Pelaksanaan swakelola oleh instansi penanggung jawab anggaran memperhatikan ketentuan
sebagai berikut:
1. pengadaan bahan/barang, Jasa Lainnya, peralatan/suku cadang dan tenaga ahli untuk
digunakan dalam pekerjaan swakelola dilakukan oleh Pokja ULP/Pejabat Pengadaan.
ULP atau Pejabat Pengada yang melaksanakan pemilihan penyedia barang/jasa
tersebut adalah ULP pada K/L/D/I penanggung jawab anggaran.
2. pengadaan sebagaimana dimaksud pada huruf a berpedoman pada ketentuan dalam
Peraturan Presiden tentang pengadaan barang/jasa pemerintah. Jika kebutuhan
peralatan/suku cadang tersebut lebih dari Rp200.000.000,- (dua ratus juta rupiah)
pengadaannya dilakukan oleh Pokja ULP dengan cara lelang. Jika kebutuhan
peralatan/suku cadang tersebut tidak lebih dari Rp200.000.000,- (dua ratus juta
rupiah) pengadaannya dilakukan oleh Pejabat Pengadaan dengan cara Pengadaan
langsung.

42
3. pembayaran upah tenaga kerja yang diperlukan dilakukan secara berkala berdasarkan
daftar hadir pekerja atau dengan cara upah borongan. Tenaga kerja yang berasal dari
instansi penanggung jawab anggaran dibayar dalam bentuk honorarium. Pembayaran
gaji tenaga ahli dari luar instansi penanggung jawab dilakukan berdasarkan Kontrak.
Jumlah tenaga ahli dari luar instansi penanggung jawab anggaran paling banyak 50%
dari seluruh pegawai instansi penanggung jawab anggaran yang terlibat dalam
kegiatan swakelola tersebut.
4. penggunaan tenaga kerja, bahan dan/atau peralatan dicatat setiap hari dalam laporan
harian.
5. pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa yang menggunakan Uang Persediaan (UP)/Uang
Muka kerja atau istilah lain yang disamakan dan dipertanggungjawabkan secara
berkala maksimal secara bulanan;
6. kemajuan fisik dicatat setiap hari dan dievaluasi setiap minggu yang disesuaikan
dengan penyerapan dana.
7. kemajuan non fisik atau perangkat lunak dicatat dan dievaluasi setiap bulan yang
disesuaikan dengan penyerapan dana.
8. pengawasan pekerjaan fisikdi lapangan dilakukan oleh pelaksana yang ditunjuk oleh
PPK, berdasarkan rencana yang telah ditetapkan.

B. Literatur Dan Regulasi


1. Modul 8 Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Dengan Swakelola
2. Pasal 26 Perpres No 54 Tahun 2010
3. Peraturan Kepala LKPP nomor 14 tahun 2012 Petunjuk Teknis Pelaksanaan Perpres
Nomor 70 Tahun 2012.

C. Pembahasan
Pengadaan Barang/jasa dengan cara swakelola terdiri dari sejumlah tahap seperti yang
digambarkan pada gambar 7. Tahapan tersebut hampir sama untuk seluruh pelaksana
swakelola. Perbedaan hanya terdapat pada cara pembayaran antara Swakelola yang
dilaksanakan oleh K/L/D/I penanggung jawab anggaran dan instansi pemerintah lain
pelaksana swakelola dengan cara pembayaran swakelola yang dilaksanakan oleh
kelompok masyarakat pelaksana swakelola.

43
Tahapan pelaksanaan tersebut meliputi :
1. Pelaksanaan rencana kerja.
Tim Pelaksana Swakelola melaksanakan pekerjaan yang telah disusun
perencanaannya, yaitu :
a) Melakukan kaji ulang dan pengukuran pada lokasi pekerjaan berdasarkan
gambar rencana kerja.
b) Mengkaji ulang jadwal pelaksanaan kerja (s-curve) serta jadwal kebutuhan
bahan, Jasa Lainnya, peralatan/suku cadang dan/atau tenaga ahli
perseorangan.
c) Mengajukan kebutuhan bahan, Jasa Lainnya, peralatan/suku cadang
dan/atau tenaga ahli perseorangan kepada PPK untuk diproses oleh
ULP/Pejabat Pengadaan; Untuk pelaksana oleh Kelompok Masyarakat,
pengajuannya kepada Penanggung jawab kelompok masyarakat.
d) Mendatangkan dan mengatur tenaga kerja/tenaga ahli perseorangan untuk
melaksanakan kegiatan/pekerjaan sesuai dengan jadwal pelaksanaan.
e) Menyusun laporan tentang penerimaan dan penggunaan bahan, Jasa
Lainnya, peralatan/suku cadang dan/atau tenaga ahli perseorangan ; dan
f) Menyusun laporan kemajuan pekerjaan (realisasi fisik dan keuangan).
2. Pengadaan bahan, jasa lainnya, peralatan/suku cadang dan/atau tenaga ahli
perseorangan :
a) Pengadaan bahan, Jasa Lainnya, peralatan/suku cadang dan/atau tenaga
ahli perseorangan dilakukan oleh ULP/Pejabat Pengadaan dengan
menggunakan metode pengadaan yang sesuai.
b) Pengiriman bahan dapat dilakukan secara bertahap atau keseluruhan sesuai
dengan kebutuhan, lokasi pekerjaan dan kapasitas penyimpanan.
3. Pembayaran :

44
a) Pembayaran upah tenaga kerja yang diperlukan dilakukan secara harian
berdasarkan daftar hadir pekerja atau dengan cara upah borong.
b) Pembayaran gaji tenaga ahli perseorangan (apabila diperlukan) dilakukan
berdasarkan kontrak konsultan perseorangan atau tanda bukti pembayaran.
c) Pembayaran bahan dan/atau peralatan/suku cadang dilakukan berdasarkan
kontrak pengadaan barang. Ketiga poin di atas berlaku untuk kegiatan
swakelola untuk seluruh pola penyelenggaraan swakelola.
4. Pelaporan kemajuan pekerjaan dan dokumentasi :
a) Laporan kemajuan pelaksanaan pekerjaan dan penggunaan keuangan
dilaporkan oleh Tim Pelaksana kepada PPK secara berkala.
b) Laporan kemajuan realisasi fisik dan keuangan dilaporkan oleh PPK
kepada PA/KPA setiap bulan.
c) Pencapaian target fisik dicatat setiap hari, dievaluasi setiap minggu serta
dibuat laporan mingguan agar dapat diketahui apakah dana yang
dikeluarkan sesuai dengan target fisik yang dicapai.
d) Pencapaian target non-fisik dicatat dan dievaluasi setiap bulan.
e) Penggunaan bahan, Jasa Lainnya, peralatan/suku cadang dan/atau tenaga
ahli perseorangan dicatat setiap hari dalam laporan harian.
f) Laporan bulanan dibuat berdasarkan laporan mingguan.
g) Dokumentasi pekerjaan meliputi administrasi dan foto pelaksanaan
pekerjaan. Foto dari arah yang sama diambil pada saat sebelum, sedang,
dan sesudah diselesaikannya pekerjaan.
Tahapan pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa secara swakelola dilaksanakan dengan tahapan
sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Swakelola Tipe I Pelaksanaan Swakelola Tipe I dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a) PA/KPA dapat menggunakan pegawai Kementerian/Lembaga/Perangkat
Daerah lain dan/atau tenaga ahli.
b) Tim Pelaksana melaksanakan swakelola sesuai dengan jadwal dan
tahapan pelaksanaan kegiatan/sub kegiatan/output sesuai dengan hasil
persiapan.

2.4.4 Pengawasan Pengadaan Barang/Jasa Secara Swakelola

A. Pengertian
pelaksanaannya sesuai dengan rencana, prinsip dasar pengadaan, prosedur dan tata aturan yang
berlaku

B. Literatur Dan Regulasi

45
1. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah
2. Peraturan Lembaga kebijakan Pengadaan Barang/Jasa PemerintahNomor 9 tahun
2018 tentang Pedoman pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia
3. Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 14
Tahun 2018 tentang Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa
4. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan; Modul Audit pengadaan
Barang/Jasa, Jakarta, 2018
5. Peraturan Lembaga No 3 Tahun 2021 tentang pedoman swakelola

C. Pembahasan
Pengawasan pekerjaan Swakelola dilakukan oleh Tim Pengawas untuk mengawasi pekerjaan
mulai dari persiapan sampai akhir pelaksanaan pekerjaan Swakelola meliputi :
1. Pengawasan administrasi yang dilakukan terhadap dokumentasi pelaksanaan
kegiatan dan pelaporan.
2. Pengawasan teknis terhadap hasil pelaksanaan pekerjaan untuk mengetahui
realisasi fisik pekerjaan lapangan meliputi :
a) Pengawasan terhadap bahan meliputi pengadaan, pemakaian dan sisa
bahan.
b) Pengawasan terhadap penggunaan peralatan/suku cadang untuk
menghindari tumpang tindih pemakaian di lapangan ; dan
c) Pengawasan terhadap penggunaan tenaga kerja/ahli agar pelaksanaan
pekerjaan sesuai dengan yang direncanakan.
3. Pengawasan Keuangan yang mencakup cara pembayaran serta efisiensi dan
efektifitas penggunaan keuangan ; dan
4. Apabila dari hasil pengawasan ditemukan penyimpangan, PPK harus segera
mengambil tindakan.
Kepala Daerah juga memfasilitasi masyarakat untuk melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan PBJ agar tercipta transparansi dalam praktek berusaha. Bagi Peserta
pemilihan yang keberatan atas penetapan hasil pemilihan dapat menyampaikan
Sanggah atau Sanggah Banding, yang diatur dalam Lampiran Peraturan Lembaga
Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 9 Tahun 2018 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia tentang Sanggah dan Sanggah
Banding, sebagai berikut:

 Sanggah disampaikan kepada Pokja Pemilihan dalam waktu 5 (lima) hari kerja
setelah pengumuman (melalui aplikasi SPSE), atas kesalahan melakukan
evaluasi,penyimpangan terhadap ketentuan dan prosedur Peraturan Presiden
Nomor 16 Tahun 2018 dan ketentuan dalam Dokumen Pemilihan,
rekayasa/persekongkolan, dan/ataupenyalahgunaan wewenang oleh Pokja
Pemilihan, pimpinan UKPBJ, PPK, PA/KPA, dan/atau Kepala Daerah.

46
 Jawaban Sanggah diberikan Pokja Pemilihan paling lambat 3 (tiga) hari kerja
setelah masa sanggah berakhir.
 Jika sanggah ternyata benar/diterima, maka Pokja Pemilihan melakukan evaluasi
ulang, pemasukan dokumen penawaran ulang, atau pemilihan Penyedia ulang.
Namun jika ternyata salah/tidak diterima maka proses pemilihan tetap
dilanjutkan.

Pada Pekerjaan Konstruksi, penyanggah dapat mengajukan Sanggah Banding kepada


KPA/PA, dengan ketentuan sebagai berikut:

 Sanggah Banding disampaikan secara tertulis kepada KPA selambat-lambatnya 5


(lima) hari kerja setelah jawaban sanggah dimuat dalam aplikasi SPSE dengan
tembusan kepada APIP, dengan menyerahkan jaminan sanggah banding sebesar
1% dari nilai total HPS dengan masa berlaku 30 (tiga puluh) hari kalender sejak
tanggal pengajuan, untuk pekerjaan konstruksi terintegrasi sebesar 1% dari nilai
Pagu Anggaran.
 Selanjutnya Pokja Pemilihan melakukan klarifikasi atas kebenaran Jaminan
Sanggah Banding.
 KPA menyampaikan jawaban Sanggah Banding dengan tembusan kepada
UKPBJ paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah menerima klarifikasi,
jika tidak menjawab dianggap menerima Sanggah Banding tersebut.
 Jika Sanggah Banding ternyata benar/diterima, Pokja Pemilihan melakukan
evaluasi ulang atau pemilihan Penyedia Ulang. Namun jika ternyata salah/tidak
diterima maka proses pemilihan dilanjutkan dan Jaminan Sanggah Banding
dicairkan.

Aktivitas evaluasi pelaksanaan swakelola terdiri dari :

1. Tim Pengawas melakukan evaluasi setiap minggu terhadap pelaksanaan pekerjaan


yang meliputi :
a) Pengadaan dan penggunaan material/bahan;
b) Pengadaan dan penggunaan tenaga kerja/ahli;
c) Pengadaan dan penggunaan peralatan/suku cadang;
d) Realisasi keuangan dan biaya yang diperlukan;
e) Pelaksanaan fisik; dan
f) Hasil kerja setiap jenis pekerjaan.
2. Dari hasil evaluasi tersebut, Penanggungjawab memberikan masukan dan
rekomendasi untuk memperbaiki dan meningkatkan pelaksanaan pekerjaan
Swakelola selanjutnya.

2.4.5 Serah terima hasil Pengadaan Barang/Jasa Secara Swakelola

A. Pengertian

47
Serah terima hasil pengadaan jasa konstruksi secara swakelola mengacu pada
proses penyerahan hasil pekerjaan konstruksi yang dilakukan oleh pihak yang melakukan
pembangunan sendiri (swakelola). Dalam konteks ini, "swakelola" merujuk pada
penyelenggaraan proyek konstruksi yang dilakukan oleh pemilik proyek atau pihak yang
membutuhkan bangunan tersebut, tanpa melibatkan pihak ketiga atau kontraktor
eksternal.

B. Literatur Dan Regulasi


1. Peraturan Lembaga No 3 Tahun 2021 tentang pedoman swakelola
2. Modul pelatihan kompetensi pengadaan barang/jasa level 1

C. Pembahasan
- Elemen penting terkait serah terima hasil pengadaan jasa konstruksi secara swakelola:
1. Pemilik Proyek (Pihak Swakelola): Pemilik proyek bertanggung jawab atas
perencanaan, pelaksanaan, dan penyelesaian proyek konstruksi. Pemilik proyek
dapat berupa pemerintah, badan usaha, atau individu yang membutuhkan fasilitas
tersebut.
2. Penyedia Jasa Konstruksi (Swakelola): Dalam swakelola, pemilik proyek sendiri
yang menjadi pelaksana konstruksi. Mereka dapat membentuk tim internal atau
menyewa pekerja dan kontraktor secara langsung untuk melaksanakan pekerjaan
konstruksi.
3. Serah Terima Hasil Konstruksi: Setelah konstruksi selesai, serah terima hasil
dilakukan antara pihak pemilik proyek (swakelola) dan pihak yang melaksanakan
pekerjaan. Serah terima ini mencakup penyerahan fisik, dokumen teknis, dan
semua hal terkait proyek kepada pemilik proyek.
4. Dokumentasi: Penting untuk memiliki dokumen yang mencatat kondisi dan
spesifikasi proyek sepanjang pelaksanaan konstruksi. Dokumentasi ini menjadi
dasar untuk serah terima dan dapat mencakup gambar teknis, catatan perubahan,
serta sertifikat dan uji coba.

48
5. Pengujian dan Pemilihan Kualitas: Sebelum serah terima, biasanya dilakukan
pengujian dan pemeriksaan kualitas untuk memastikan bahwa hasil konstruksi
memenuhi standar yang ditetapkan.

- Penyerahan Hasil Pekerjaan Swakelola pada Swakelola tipe II dilaksanakan dengan


ketentuan sebagai berikut:
1. Tim pelaksana Swakelola menyerahkan hasil pekerjaan dan laporan pelaksanaan
pekerjaan kepada PPK melalui Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan;
2. Penyerahan hasil pekerjaan dan laporan pelaksanaan pekerjaan kepada PPK setelah
dilakukan pemeriksaan oleh Tim Pengawas dengan Berita Acara Hasil
Pemeriksaan;
3. PPK menyerahkan hasil pekerjaan kepada PA/KPA.

49
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 Tentang Perubahan atas Peraturan Presiden
Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/ Jasa, dan Peraturan LKPP Nomor 11
tentang Pedoman Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa.
2.1 menjelaskan mengenai tahapan perencanaan pengadaan jasa konstruksi mulai
dari peningkatan kualitas perencanaan yaitu Identifikasi/reviu kebutuhan, penyusunan
spesifikasi teknis, penyusunan perkiraan harga, dan cara pengadaan dan pemaketan,
sampai perencanaan di tetapkan dan dimuat di RUP.

2. Peraturan LKPP Nomor 12 Tahun 2021 tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa


Pemerintah melalui Penyedia telah mengambarkan dapat menjadi acuan dalam
melakukan perencanaan Pengadaan Barang/Jasa.
2.2 menjelaskan mengenai reviu terhdapat dokumen persiapan, penyusunan dan
penjelasan dokumen, penilaian kualifikasi, Evaluasi penawaran, pengelolaan sanggah,
dan negosiasi dalam pengadaan jasa konstruksi.
Pelaksanaan pemilihan penyedia dimulai setelah persiapan pemilihan yang
dilakukan oleh Pokja pemilihan/Pejabat pengadaan selesai. Persiapan pemiliha penyedia
dilaksanakan setelah pokja menerimaan permintaan pemilihan penyedia dari PPK yang
dilampiti dokumen persiapan pengadaan.

3. Peraturan Lembaga Nomor 7 tahun 2021 mengatur terkait dengan pengembangan


kompetensi.
2.3 Menjelaskan mengenai mengelola kontrak pengadaan jasa konstruksi yang
dimulai dari kontrak pengadaan, pembentukan tim pengelola kontrak, pengendalian
kontrak pengadaan, sampai dengan serah terima hasil pekerjaan.

4. Peraturan LKPP No 8 Tahun 2018 tentang Swakelola dan Pengadaan Barang dan Jasa
secara Swakelola (pasal 26 ayat 1 PerPres 54 Tahun 2010)

50
2.4 Menjelaskan mengenai Mengelola Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Secara
Swakelola dari perencanaan, persiapan, pelaksanaan, sampai serah terima hasil
pengadaan jasa konstruksi secara sewakelola.

3.2 Saran
Untuk lebih meningkatkan pemahaman dan pengetahuan maka penulis
menyarankan untuk mecari dan mempelajari berbagai referensi mengenai :
1. Melakukan Perencanaan Pengadaan pada Jasa Konstruksi
2. Melakukan Pemilihan Penyedia pada Jasa Konstruksi
3. Mengelolah Kontrak Pengadaan Jasa Konstruksi dan
4. Mengelola Pengadaan Jasa Konstruksi secara Sewakelola

51
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan
Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Peraturan Kepala LKPP nomor 14 tahun 2012 Petunjuk Teknis Pelaksanaan Perpres Nomor 70
Tahun 2012.

Modul pelatihan kompetensi pengadaan barang/jasa pemerintah level 1 (melakukan perencanaan


pengadaan barang/jasa pemerintah)-2021

Buku Saku Panduan Penyusunan HPS (Harga Perkiraan Sendiri) Pekerjaan Konstruksi

52

Anda mungkin juga menyukai