Disusun oleh :
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kemampuan
kepada kami untuk dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konstruksi Dalam
Pengerjaan” dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok mata kuliah Akuntansi
Sektor Publik, disamping itu kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan
kelemahannya. Oleh karena itu, kami mengharap kritik dan saran dari pembaca sehingga dalam
pembuatan makalah lainnya menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
3.1.Kesimpulan ............................................................... 12
3.2.Saran ......................................................................... 12
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian konstruksi dalam pengerjaan.
1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana kontrak konstruksi dalam pengerjaan.
1.3.3 Untuk mengetahui bagaimana penyatuan dan segmentasi dalam kontrak konstruksi.
1.3.4 Untuk mengetahui bagaimana pengakuan dalam konstruksi dalam pengerjaan.
1.3.5 Untuk mengetahui bagaimana pengukuran dalam konstruksi dalam pengerjaan.
1.3.6 Untuk mengetahui pengungkapan dan penyajian dalam konstruksi dalam pengerjaan.
1.3.7 Untuk mengetahui bagaimana penyelesaian konstruksi dalam pengerjaan.
1.3.8 Untuk mengetahui bagaimana penghentian kontruksi dalam pengerjaan.
BAB II
PEMBAHASAN
Jika jenis-jenis pekerjaan tersebut diselesaikan pada titik waktu yang berlainan maka biaya
pinjaman yang dikapitalisasi hanya biaya pinjaman untuk bagian kontrak konstruksi atau jenis
pekerjaan yang belum selesai. Bagian pekerjaan yang telah diselesaikan tidak diperhitungkan
lagi sebagai biaya pinjaman.
Kontrak kontruksi dapat berkaitan dengan perolehan sejumlah asset yang berhubungan erat
atau saling tergantung satu sama lain dalam hal rancangan, teknologi, fungsi atau tujuan, dan
pengguna utama. Kontrak ini misalnya konstruksi jaringan irigasi.
SKDP:
Uraian D K
Belanja modal gedung dan Rp300.000.000
bangunan
Piutang dari BUD Rp300.000.000
Konstruksi dalam pengerjaan Rp300.000.000
Diinvestasikan dalam aset Rp300.000.000
BUD:
Uraian D K
Belanja modal gedung dan Rp300.000.000
bangunan
Kas di kas daerah Rp300.000.000
Pada tanggal 30 Mei 2007 Gedung tersebut telah selesai dibangun dan telah
diserahterimakan. Total biaya yang telah dikeluarkan yang dapat dikapitalisasi adalah
Rp1.000.000.000. Transaksi ini dicatat dengan jurnal sebagai berikut:
SKPD:
Uraian D K
Belanja modal gedung dan Rp700.000.000
bangunan
Piutang dari BUD Rp700.000.000
Diinvestasikan dalam asset Rp300.000.000
tetap
Konstruksi dalam Rp300.000.000
pengerjaan
Gedung dan bangunan Rp1000.000.000
Diinvestasikan dalam Rp1000.000.000
asset tetap
BUD:
Uraian D K
Belanja modal gedung dan Rp700.000.000
bangunan
Kas di kas daerah Rp700.000.000
BUD:
Uraian D K
Belanja modal gedung dan Rp300.000.000
bangunan
Kas di kas daerah Rp300.000.000
10/03/2007
SKDP:
Uraian D K
Belanja modal gedung dan Rp100.000.000
bangunan
Piutang dari BUD Rp100.000.000
Konstruksi dalam pengerjaan Rp100.000.000
Diinvestasikan dalam aset Rp100.000.000
BUD:
Uraian D K
Belanja modal gedung dan Rp300.000.000
bangunan
Kas di kas daerah Rp300.000.000
Konstruksi dalam pengerjaan akan dipindahkan ke pos asset tetap yang bersangkutan
jika konstruksi secara substansi telah selesai dikerjakan dan konstruksi tersebut telah dapat
memberikan manfaat/jasa sesuai tujuan perolehan dokumen sumber untuk pengakuan
penyelesaian suatu Konstruksi dalam pekerjaan adalah berita acara penyelesaian pekerjaan
(BAPP).
Dalam beberapa kasus, suatu KDP dapat saja dihentikan pembangunannya oleh karena
ketidaktersediaan dana, kondisi politik, ataupun kejadian-kejadian lainnya. Penghentian KDP
dapat berupa penghentian sementara dan penghentian permanen. Apabila suatu KDP
dihentikan pembangunannya untuk sementara waktu, maka KDP tersebut tetap dicantumkanke
dalam neraca dan kejadian ini diungkapkan secara memadai di dalam Catatan atasLaporan
Keuangan. Namun, apabila pembangunan KDP direncanakan untuk dihentikan
pembangunannya secara permanen, maka saldo KDP tersebut harus dikeluarkan dari
neraca,dan kejadian ini diungkapkan secara memadai dalam catatan atas kaporan Keuangan.
Contoh kasus:
Dalam sebuah diskusi pada diklat perencanaan dan penganggaran di daerah Makassar,
pada saat membahas materi Bagan Akun Standar, seorang peserta diklat dari salah sebuah
kantor di Wilayah Indonesia Timur menanyakan mengenai pelaksanaan pengadaan jasa
konsultansi perencanaan pembangunan sebuah gedung yang sudah dilaksanakan, tetapi
pelaksanaan pembangunan konstruksi gedung tersebut tidak jadi dilanjutkan. Apakah masih
tetap dilaporkan sebagai Kontruksi Dalam Pengerjaan (KDP) ataukah harus diperlakukan lain?
Selama ini kantornya tetap menyajikan sebagai KDP dalam Neraca satker yang bersangkutan
untuk beberapa tahun sampai dengan sekarang ini.
Contoh ilustrasi laporan KDP yang ada dalam Neraca satuan kerja kantor tersebut
adalah seperti berikut ini:
SATUAN KERJA KANTOR “X”
NERACA
PER 31 DESEMBER 2013 DAN 2012
(Dalam Rupiah)
31 DESEMBER 31 DESEMBER
Uraian 2013 2012
ASET
Aset Lancar
Piutang
Aset Tetap
Aset Lainnya
EKUITAS DANA
Konsekwensi dari Surat Keputusan Penghapusan KDP tersebut, maka dalam laporan
keuangan Neraca satuan kerja Kantor “X” tahun 2012 dan 2013 tidak akan muncul Konstruksi
Dalam Pengerjaan (bernilai Rp0).
BAB III
PENUTUPAN
3.1. Kesimpulan
Konstruksi dalam pengerjaan adalah aset-aset yang sedang dalam proses pembangunan.
Pembangunan aset tersebut dapat dikerjakan sendiri (swakelola) maupun dengan menggunakan
jasa pihak ketiga melalui kontrak konstruksi. Pihak ketiga yang melaksanakan pembangunan
aset biasa disebut dengan kontraktor. Kontraktor adalah suatu entitas yang mengadakan
kontrak untuk membangun aset atau memberikan jasa konstruksi untuk kepentingan entitas
lain sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan dalam kontrak konstruksi.
Konstruksi Dalam Pengerjaan mencakup tanah, peralatan dan mesin, gedung dan
bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya yang proses perolehannya dan/atau
pembangunannya membutuhkan suatu periode waktu tertentu dan belum selesai. Perolehan
melalui kontrak konstruksi pada umumnya memerlukan suatu periode waktu tertentu. Periode
waktu perolehan tersebut bisa kurang atau lebih dari satu periode akuntansi. Perolehan aset
dapat dilakukan dengan membangun sendiri (swakelola) atau melalui pihak ketiga dengan
kontrak konstruksi.
3.2. Saran
Hal yang perlu diperhatikan dan menjadi saran dalam makalah ini tentunya harus lebih
dikemukakan lagi beberapa kasus – kasus real mengenai kondisi dilapangan terutama di
instansi – instansi pemerintah dan bentuk pencatatan yang dapat dijadikan pedoman sehingga
standar akuntansi yang digunakan dapat terlaksana dengan baik dan akuntabel.
DAFTAR PUSATAKA
http://fekool.blogspot.com/2016/04/akuntansi-konstruksi-dalam-pengerjaan.html
http://herusuharno.blogspot.com/2016/06/psap-no-08-akuntansi-konstruksi-dalam.html
https://bppk.kemenkeu.go.id/id/KAy/8267_0743_huap.html