DENGAN HUKUM
Reguler
FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK SIPIL
2022
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT Dzat penguasa alam semesta yang telah
memberikan taufiq, rahmat, hidayah serta inayahnya sehingga saya dapat beraktivitas untuk
menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul “STUDI KASUS PROYEK YANG
BERMASALAH DI KALIMANTAN SELATAN “ ini. Walaupun banyak isi dari rangkuman
karya ilmiah ini saya kutip langsung dari sumber.
Tapi saya berharap karya ilmiah ini dapat membantu dan menambah wawasan
saudara-saudari yang ingin lebih memahami atau mengetahui sekilas tentang “STUDI
KASUS PROYEK YANG BERMASALAH DI KALIMANTAN SELATAN “. Penyusunan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kuliah yang diberikan oleh Bapak ahmad
riduan. Makalah ini berisi informasi tentang proyek-proyek yang bermasalah baik dengan
hukum ataupun dengan kontrak perjanjiannya“. Yang kami harapkan pembaca dapat
mengertahui berbagai aspek hukum pembangunan yang akan kami bahas ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang. Akhir kata, kami sampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal
sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.
Dan akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua terutama bagi pembaca.
Terima kasih,.
Fathurrahim
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB 3. METODELOGI
3.3 analisis............................................................................................ 19
BAB 4 PEMBAHASAN
BAB 5 PENUTUP
PENDAHULUAN
4. Pidana: menyangkut tentang tidak adanya sesuatu unsur pekerjaan yang menyangkut
ranah pidana. Mengenai hukum kontrak konstruksi merupakan hukum perikatan yang diatur
dalam Buku III KUH Perdata mulai dari Pasal 1233 sampai dengan Pasal 1864 KUH
Perdata. Pada Pasal 1233 KUH Perdata disebutkan bahwa tiap-tiap perikatan dilahirkan dari
perjanjian persetujuan dan Undang-Undang. Serta dalam suatu perjanjian dianut asas
kebebasan dalam membuat perjanjian, hal ini disimpulkan dari Pasal 1338 KUH Perdata
yang menerangkan; segala perjanjian yang dibuat secara sah, berlaku sebagai undang-
undang bagi mereka yang membuatnya.
Dimana sahnya suatu perjanjian adalah suatu perjanjian yang memenuhi Pasal 1320
KUH Perdata, mengatur tentang empat syarat sahnya suatu perjanjian yaitu: 1. Sepakat
mereka yang mengikatkan dirinya. 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan. 3. Suatu
hal tertentu. 4. Suatu sebab yang diperkenankan. Kontrak dalam jasa konstruksi harus
memenuhi syarat subjektif dan syarat objektif tersebut.
Jika suatu perjanjian tidak memenuhi syarat subjektif, maka perjanjian tersebut dapat
dibatalkan. Sedangkan, jika suatu perjanjian tidak memenuhi syarat objektif, maka
perjanjian tersebut adalah batal demi hukum.
Berdasarkan Pasal 330 KUHPerdata yang belum cukup umur (dewasa) adalah
mereka yang belum mencapai umur genap 21 tahun dan belum kawin sebelumnya. Jika
belum berumur 21 namun telah menikah, maka dianggap telah dewasa secara perdata dan
dapat mengadakan perjanjian. Hal ini termasuk dalam Syarat Subjektif dalam suatu
perjanjian.Dapat dibatalkan artinya salah satu pihak dapat memintakan pembatalan itu.
Perjanjiannya sendiri tetap mengikat kedua belah pihak, selama tidak dibatalkan oleh
hakim. Sedangkan batal demi hukum artinya adalah dari semula dianggap tidak pernah ada
dilahirkan suatu perjanjian dan tidak pernah ada suatu perikatan.
Jadi, jika perjanjian dibuat dengan anak di bawah umur, tidak serta merta membuat
perjanjian tersebut batal demi hukum, tapi harus dimintakan pembatalannya ke Pengadilan
(penetapan hakim).
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam tulisan ini adalah bagaimana identifikasi masalah dan pencarian
solusi suatu masalah proyek kontruksi.
1.3 Tujuan Penulisan
- Untuk mengetahui permasalahan dari proyek-proyek yang bermasalah di
kalimantan selatan
- Mengetahui alur penyelesaian masalah apabila terjadi permasalahan dalam
pelaksanaan proyek kontruksi
1.4 Manfaat Penulisan
Sebagai bahan pembelajaran agar selalu berhati-hati dan bertanggung jawab dalam
pekerjaan kontruksi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Unit Price
Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No 29/2000 Kontrak Kerja Konstruksi dengan
imbalan Harga Satuan merupakan kontrak jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam
jangka waktu tertentu berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap untuk setiap satuan
yang pasti dan tetap untuk setiap satuan/unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu
yang volume pekerjaannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume
pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan Penyedia Jasa.
2. Aspek Perhitungan Jasa
a. Biaya Tanpa Jasa (Cost Without Fee)
Biasanya bentuk kontrak ini terutama untuk pekerjaan yang bersifat sosial (charity
purpose), contohnya adalah pembangunan tempat ibadah, yayasan sosial, panti asuhan dan
sebagainya.
Berbagai aspek yang terdapat dalam kontrak konstruksi dan dapat mempengaruhi
serta ikut
menentukan baik buruknya suatu pelaksanaan kontrak, yaitu :
1. Aspek Teknis
Merupakan aspek yang paling dominan dalam suatu kontrak. Pada umumnya aspek
teknis yang tercakup dalam dokumen adalah syarat umum kontrak, lampiran, syarat
khusus kontrak, spesifikasi teknis dan gambar-gambar kontrak. Hal yang perlu diuraikan
pada aspek teknis :
1. Lingkup pekerjaan harus dibuat sejelas mungkin serta didukung dengan gambar dan
spesifikasi teknis.
2. Waktu pelaksanaan seperti jumlah harinya harus disebutkan dengan jelas dan juga
dimulai sejak kapan. Tanggal mulai kerja yang paling baik yaitu tanggal paling akhir
dari tanggal penandatangan kontrak atau tanggal penyerahan lahan.
3. Metode pelaksanaan sangat dipengaruhi oleh waktu mulai pelaksanaan, penyerahan
lahan, jalan masuk ke lapangan yang juga perlu diperhatikan karena dapat
mengakibatkan metode kerja tidak dapat dijalankan sebagaimana mestinya.
4. Jadwal pelaksanaan diperlukan sebagai alat untuk memantau dan mengendalikan
pekerjaan. Pemantauan pekerjaan agar lebih mudah dapat menggunakan metode
Critical Path.
5. Metode pengukuran, dimana penyedia jasa harus berhati-hati dalam menghitung
volume pekerjaan.
2. Aspek Hukum
Sesungguhnya dokumen kontrak itu sendiri adalah hukum (Pasal 38 KUHPer).
Beberapa aspek yang sering menimbulkan dampak hukum yang serius :
1. Penghentian sementara harus dicantumkan seperti cara pelaksanaannya, alasan-alasan
serta akibatnya dalam kontrak.
2. Pemutusan kontrak adalah pelaksanaan pekerjaan dihentikan oleh salah satu pihak
secara sepihak dengan membatalkan kontrak. Oleh karena itu hak pengguna maupun
penyedia jasa dalam hal ini harus disebutkan dengan jelas.
3. Ganti rugi keterlambatan karena keterlambatan tersebut menimbulkan kerugian, maka
pihak yang dirugikan mendapat ganti rugi. Hal ini perlu diatur dengan jelas dan tegas
dalam suatu pasal.
4. Penyelesaian perselisihan biasanya disepakati melalui musyawarah mufakat, namun
yang sering terjadi musyawarah terus berlangsung tanpa batas waktu. Oleh karena itu
batas waktu musyawarah untuk mufakat harus ditetapkan. Lembaga yang akan
menyelesaikan perselisihan pun harus ditetapkan dengan tegas sesuai Pasal 3 UU
No.18/1999 dan PP No. 29/2000 Pasal 49 ayat 1.
5. Keadaan memaksa yaitu keadaan yang terjadi di luar kehendak/kemampuan penyedia
maupun pengguna jasa. Contohnya tanah longsor, gunung meletus, dan
tindakan/kemauan Tuhan lainnya. Hal ini harus jelas disebutkan termasuk cara
pemberitahuan, penanggulangan atas kerusakandan tindak lanjut atas kejadian tersebut.
6. Hukum yang berlaku bagi kontrak tersebut. PP No.29/2000 Pasal 23 ayat 6 dengan
tegas mengatakan bahwa kontrak kerja harus tunduk pada hukum yang berlaku di
Indonesia.
7. Bahasa kontrak perlu disebutkan bahasa mana yang berlaku apabila kontrak dibuat
dalam dua bahasa. UU No.18/1999 dan PP No.29/2000 menegaskan bahwa Bahasa
kontrak hanya ada satu, yaitu Bahasa Indonesia.
8. Domisili tidak perlu disebutkan apabila setelah menetapkan pilihan sengketa melalui
arbitrase.
3. Aspek Keuangan/Perbankan
1. Nilai kontrak
2. Cara Pembayaran
3. Jaminan-jaminan yang disediakan oleh penyedia jasa : uang muka, pelaksanaan,
perawatan atas cacat. Jaminan yang disediakan oleh pengguna jasa adalah jaminan
pembayaran. Bentuk-bentuk jaminan :
a. Bentuk Garansi dan Standby Letter of Credit. Garansi bank merupakan
perjanjian penanggungan, dimana bank bertindak sebagai penanggung. Bank perlu
menetapkan syarat minimum garansi bank yang harus dipenuhi minimalmemuat : judul
“Garansi Bank”, nama dan alamat bank pemberi, tanggal penerbitan, transaksi Antara
pihak dijamin dengan penerima garansi, jumlah uang yang dijamin bank, tanggal
berlaku dan berakhir, penegasan batas waktu klaim, dan ketundukan bank kepada
peraturan bank yang dalam hal ini kepada peraturan Bank Indonesia dan Uniform
Customs and Practices for Documentary Cresdit.
b. Surety Bond sejenis jaminan yang diberikan perusahaan asuransi yang dapat
memberi kemudahan seperti memperluas jaminan bagi penyedia jasa, menciptakan
pasar jaminan yang kompetitif, dan agar bertambahnya Insurance Minded di
masyarakat. Prinsip Surety Bond :
- Merupakan kontrak Antara tiga pihak
- Penerbitannya dilakukan tanpa mengandalkan kolateral
- Jangka waktu sepanjang jangka waktu kontrak yang telah dibuat
- Dilakukan setelah terjadi pembuktian adanya kerugian yang terjadi
- Memiliki hak tuntut otomatis atas kerugian yang dibayar
- Bersifat irrevocable
c. Letter of Comfort, Warranty, Indemnity
Letter of Comfort biasanya diberikan oleh pemegang saham mayoritas yang
berisi pernyataan : bahwa perusahaan mayoritas tidak akan melepas sahamnya
pada debitur, tidak akan mengganti pengurus debitur dan debitur mampu
melunasi hutang saat jatuh tempo.
Warranty adalah suatu pernyataan dari pembuatnya bahwa hak, kualitas dan
kuantitas prestasi yang diberikan sah dan benar adanya.
Indemnity adalah jaminan dari seseorang agar seorang pihak ketiga melakukan
sesuatu untuk orang yang dijaminkannya dan jika pihak ketiga gagal
melakukannya, si penjamin akan mengganti kerugian pihak yang dijamin.
Selain jaminan di atas, terdapat juga jaminan yang sifatnya hanya moral, yaitu :
a. Hipotik atas tanah
b. Pengalihan hak atas piutang
c. Penyerahan hak milik berdasarkan kepercayaan
Ada kalanya pula pengguna jasa tidak mampu memberikan jaminan sehingga
diperlukan rekayasa hokum. Namun hal ini memiliki resiko terhadap penyedia
jasa.
4. Aspek Perpajakan
Aspek ini berkaitan dengan nilai kontrak sebagai pendapatan dari penyedia jasa, baik
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) maupun Pajak Penghasilan (PPh).
1. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Merupakan salah satu jenis pajak atas konsumsi dalam negeri yang dipungut pada
setiap tingkat penyerahan dalam jalur produksi, distribusi, pemasaran dan
manajemen dengan menggunakan metode kredit pajak. Dasar hukum PPN yaitu
Pasal 4c UU No.8/1983 dan Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP-
10/PJ/1995. Dasar pengenaan pajaknya adalah nilai penggantian yang diminta
penyedia jasa kepada pengguna jasa. Bukti pungutan pajak (faktur pajak) juga
harus benar dan ditentukan kapan paling lambat harus dibuat karena faktur pajak
sangatlah penting.
5. Aspek Perasuransian
Aspek asuransi yang biasanya terdapat dalam kontrak konstruksi adalah asuransi
yang harus mencakup seluruh proyek termasuk jaminan kepada pihak ketiga dengan
masa pertangguhan selama proyek berlangsung. Istilahnya CAR&TPL. Penerima
manfaatnya adalah pengguna jasa dan yang membayar premi asuransinya adalah
penyedia jasa. Unsur yang terlibat dalam asuransi yaitu penanggung, tertanggung,
peristiwa yang tak diduga dan kepentngan yang diasuransikan. Dasar hukumnya
adalah Pasal 246, 250, 251, 268 UU No.2/1992, Keppres No.55/1971, PP No.3/1992,
dan Keputusan Menteri.
Dalam asuransi, khususnya asuransi kerugian, ada 4 prinsip utama yakni
kepentingan yang dapat diasuransikan, jaminan, kepercayaan dan itikad baik.
Konsekuensi dari prinsip tersebut adalah adanya pengalihan hak dan pelepasan hak
milik.
Jenis asuransi yang cukup komprehensif adalah CAR (Contractor’s All Risk)
karena memungkinkan penyedia jasa memperoleh nilai pertanggungn dari perusahaan
asuransi untuk berbagai jenis resiko
6. Aspek Sosial Ekonomi
Dalam suatu kontrak perlu dijelaskan syarat-syarat seperti menggunakan tenaga
kerja tertentu, bahan material serta peralatan yang dapat diperoleh dari dalam negeri
dan dampak lingkungan. Tenaga kerja dimaksudkan untuk memberikan lapangan
kerja bagi orang di sekitar proyek agar tidak menimbulkan kecemburuan sosial.
7. Aspek Administrasi
1. Keterangan para pihak, seperti identitas perusahaan, sertifikat keahlian kerja bagi
badan perseorangan, alamat dan lainnya. (UU No.18/1999 Pasal 22 ayat 2 dan PP
No.29 Pasal 23 ayat 1)
2. Laporan kemajuan pekerjaan, untuk memantau kemajuan pekerjaan
3. Korespondensi, untuk melancarkan informasi antar pihak agar semua hal dapat
didokumentasikan.
4. Penetapan nama/orang yang mewakili pengguna jasa di lapangan
tanggung jawab kontraktor yang Anda tanyakan berkaitan dengan kewajiban penyedia jasa
konstruksi dalam melaksanakan pekerjaan konstruksi/pembangunan. Hal tersebut diatur
dalam UU Jasa Konstruksi jo. UU Cipta Kerja.
Yang dimaksud dengan penyedia jasa konstruksi adalah pemberi layanan jasa konstruksi.[1]
Adapun jasa konstruksi sendiri adalah layanan jasa konsultansi konstruksi dan/atau pekerjaan
konstruksi.[2]
Dari ketiga jenis usaha jasa konstruksi di atas, yang paling relevan dengan pertanyaan Anda
yaitu usaha pekerjaan konstruksi.
Adapun para pihak dalam pengikatan jasa konstruksi bisa berbentuk orang perseorangan
maupun badan, yaitu:]
b. penyedia jasa.
Penting untuk diketahui bahwa pengaturan hubungan kerja antara pengguna jasa dan
penyedia jasa harus dituangkan dalam kontrak kerja konstruksi yang dibuat dalam bahasa
Indonesia[. Panduan uraian yang harus dimasukkan dalam kontrak diatur secara lengkap
dalam ketentuan Pasal 47 ayat (1) UU Jasa Konstruksi.
2. Hak dan kewajiban yang setara, memuat hak pengguna jasa untuk memperoleh hasil
jasa konstruksi dan kewajibannya untuk memenuhi ketentuan yang diperjanjikan, serta hak
penyedia jasa untuk memperoleh informasi dan imbalan jasa serta kewajibannya
melaksanakan layanan jasa konstruksi.[9]
3. Wanprestasi, memuat ketentuan tentang tanggung jawab dalam hal salah satu pihak
tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana diperjanjikan.[10]
5. Pelindungan terhadap pihak ketiga selain para pihak dan pekerja, memuat kewajiban
para pihak dalam hal terjadi suatu peristiwa yang menimbulkan kerugian atau menyebabkan
kecelakaan dan/atau kematian
Selain itu, dalam setiap penyelenggaraan jasa konstruksi, pengguna jasa dan penyedia jasa
wajib memenuhi standar keamanan, keselamatan, kesehatan, dan keberlanjutan.[13] Jika
penyelenggaraan jasa konstruksi tidak memenuhi standar-standar tersebut, pengguna jasa
dan/atau penyedia jasa dapat menjadi pihak yang bertanggung jawab terhadap kegagalan
bangunan.[14]
Kegagalan bangunan yang dimaksud adalah suatu keadaan keruntuhan bangunan dan/atau
tidak berfungsinya bangunan setelah penyerahan akhir hasil jasa konstruksi.[15]
Adanya kegagalan bangunan tersebut ditentukan oleh penilai ahli yang ditetapkan oleh
menteri paling lambat 30 hari kerja terhitung sejak diterimanya laporan mengenai terjadinya
kegagalan bangunan.[16]
1. Penyedia jasa wajib bertanggung jawab atas kegagalan bangunan dalam jangka waktu
yang ditentukan sesuai dengan rencana umur konstruksi.
2. Dalam hal rencana umur konstruksi tersebut lebih dari 10 tahun, penyedia jasa wajib
bertanggung jawab atas kegagalan bangunan dalam jangka waktu paling lama 10 tahun
terhitung sejak tanggal penyerahan akhir layanan jasa konstruksi.
3. Pengguna jasa bertanggung jawab atas kegagalan bangunan yang terjadi setelah
jangka waktu yang telah ditentukan di atas.
Setiap penyedia jasa dan/atau pengguna jasa yang tidak memenuhi standar keamanan,
keselamatan, kesehatan, dan keberlanjutan dalam penyelenggaraan jasa konstruksi dikenai
sanksi administratif berupa:[18]
a. peringatan tertulis;
b. denda administratif;
Lalu, penyedia jasa konstruksi yang tidak memenuhi kewajiban untuk mengganti atau
memperbaiki kegagalan bangunan dikenai sanksi administratif berupa:[19]
a. peringatan tertulis;
b. denda administratif;
f. pencabutan izin.
Di sisi lain, masyarakat yang dirugikan bisa ajukan gugatan dan upaya mendapatkan ganti
kerugian atau kompensasi terhadap dampak yang ditimbulkan akibat kegiatan jasa
konstruksi.[20]
Selain berdasarkan UU Jasa Konstruksi, jika bangunan konstruksi merupakan sebuah gedung,
terdapat aturan dalam UU Bangunan Gedung yang perlu diperhatikan terkait standar teknis
penyelenggaraan gedung. Penjelasan lebih lanjut tentang standar-standar tersebut dapat Anda
simak dalam Rincian Standar Teknis Bangunan Gedung Menurut UU Cipta Kerja.
Bahkan, terdapat ancaman pidana penjara atau denda bagi yang tidak memenuhi ketentuan
UU Bangunan Gedung dan mengakibatkan kerugian harta benda orang lain, kecelakaan bagi
orang lain yang mengakibatkan cacat seumur hidup, atau mengakibatkan hilangnya nyawa
orang lain.[21]
Sehingga dapat disimpulkan, terdapat banyak aturan yang mengatur tentang kewajiban
penyedia jasa konstruksi untuk memenuhi standar-standar tertentu, yang jika dilanggar maka
penyedia jasa konstruksi dapat diancam dengan sanksi administratif, digugat, dan bahkan
dijerat pidana sebagaimana yang kami jelaskan.
Demikian jawaban dari kami perihal tanggung jawab kontraktor, semoga bermanfaat.
Dasar Hukum:
[1] Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi (“UU Jasa
Konstruksi”)
[13] Pasal 52 angka 23 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (“UU
Cipta Kerja”) yang mengubah Pasal 59 ayat (1) UU Jasa Konstruksi
[18] Pasal 52 angka 30 UU Cipta Kerja yang mengubah Pasal 96 ayat (1) UU Jasa Konstruksi
[21] Pasal 24 angka 43 UU Cipta Kerja yang mengubah Pasal 46 Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
[22] Pasal 4 huruf h Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
(“UU Perlindungan Konsumen”)
METODELOGI
pencarian data melalui internet. Data dan informasi yang digunakan yaitu data
dari skripsi, media elektronik, dan beberapa pustaka yang relevan. Adapun teknik
pengumpulan data yang dilakukan yaitu: 1. Sebelum analisis data dilaksanakan, terlebih
dahulu dilakukan studi pustaka
mengenai lingkup kegiatan dan konsep-konsep yang tercakup dalam penulisan 2. Untuk
melakukan pembahasan analisis dan sintesis data-data yang diperoleh,
diperlukan data referensi yang digunakan sebagai acuan, dimana data tersebut
Beberapa data dan informasi yang diperoleh pada tahap pengumpulan data,
3.3. Analisis
Aspek-aspek yang akan dianalisis yaitu Proyek kontruksi yang bermasalah dengan hukum
sebagai permasalahan utama pada makalah ini
BAB 4
PEMBAHASAN
1. Jembatan Paringin
Jembatan Paringin adalah salah satu infrasturktur yang menghubungkan wilayah Batu
Piring dengan wilayah kota Paringin. Jembatan ini juga adalah sala satu akses utama
jalur nasional trans Kalimantan yang menghubungkan wilayah kalimantan selatan dan
kalimantan timur. dimana mayoritas arus lalu lintas yang berjalan dari arah banjarmasin
menuju samarinda akan melewati jembatan ini.
Tahun 2021 jembatan ini mengalami kerusakan yang cukup parah dikarenakan usia
jembatan yang sudah hampir 20 tahun dan peningkatan beban arus lalu lintas yang mana
sebagai jalan nasional penghubung Kalsel-Kaltim jembatan ini dilalui oleh mobil berat
dengan intensitas cukup padat.
April 2021 jembatan paringin mengalami perbaikan di struktur plat lantai nya. Namun
target yang harusnya selesai bulan desember 2021 malah molor hingga bulan maret
2022. Baru saja di buka lagi untuk umum jembatan ini malah rusak lagi pada bulan juni
2022 sampai saat ini masih mengalami perbaikan. Banyak permasalahan dalam proyek
ini seperti waktu yang tidak sesuai di kontrak, terlambatnya pembayaran oleh kontraktur
kepada pekerja hingga mengakibatkan terjadinya mogok masal sampai waktu 2 minggu.
Menurut beberapa artikel dikarenakan banyaknya masalah yang telah saya paparkan
diatas, kontraktur wajib bertanggung jawab memperbaiki pekerjaaanya yang kurang
memuaskan dan harus membayar denda karena kelalaian waktu yang telah disepakati.
Berkaca dari kasus ini tentu kita bisa memahami bagaimana suatu penyedia jasa
harusnya bisa bertanggung jawab dengan kontraknya tidak sembarangan
mempermainkan spek barang yang mengakibatkan kerugian bagi dirinya sendiri dan
masyarakat sekitar. Banyak dampak yang di alami oleh masyarakat sekitar dikarenakan
gagalnya perbaikan dan lama nya pengerjaan jembatan ini, antara lain:
1. Arus lalu lintas terpaksa di alihkan ke jalan alternatif
- Jl.desa layap – Ban ganal dan Lampihong untuk arah amuntai ke paringin dan
sebaliknya.
Gambar2.1 Jalur alternatif desa layap
- Untuk dari Banjarmasin ke Tanjung bisa melewati jalan Lingkar depan mesjid Al-
akbar
Penyelesaian masalah jembatan Paringin ini menurut beberapa sumber baik media maupun
warga langsung, jembatan balangan sepenuhnya dikembalikan lagi kepada penyedia jasa
dalam hal ini kontraktor terkait untuk menyelesaikan perbaikan jembatan dengan tempo dan
denda yang harus di bayarkan.
2 . Proyek Hambalang
Proyek Hambalang dimulai sekitar tahun 2003. Secara kronologis, proyek ini bermula
pada Oktober Tahun 2009. Saat itu Kemenpora (Kementerian Pemuda dan Olah Raga)
menilai perlu ada Pusat Pendidikan Latihan dan Sekolah Olah Raga pada tingkat nasional.
Oleh karena itu, Kemenpora memandang perlu melanjutkan dan menyempurnakan
pembanugnan proyek pusat pendidikan pelatihan dan sekolah olahraga nasional di
Hambalang, Bogor. Selain itu juga untuk mengimplementasikan UU Nomor 3 Tahun 2005
tentang Sistem Keolahragaan Nasional. Pada 30 Desember 2010, terbit Keputusan Bupati
Bogor nomor 641/003.21.00910/BPT 2010 yang berisi Izin Mendirikan Bangunan untuk
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Prestasi Olahraga Nasional atas nama Kemenpora di
desa Hambalang, Kecamatan CiteureupBogor. Atas keberlanjutan tersebut, maka
Pembangunan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Prestasi Olahraga Nasional mulai
dilaksanakan tahun 2010 dan direncanakan selesai tahun 2012.
Dikarenakan korupsi yang sangat besar ini , proyek Hambalang dihentikan karena
menurut pemerintah sudah sangat merugikan negara dan spesifikasi bahan bangunan yang
dipakai tidak memenuhi standar yang telah disepakati sehingga membahayakan bagi pemakai
bangunan tersebut. Dari kasus Proyek Hambalang ini kita dapat belajar bahwa di Indonesia
sendiri masih sangat banyak dan tingggi untuk kasus korupsi, bahkan sekelas mentri pemuda
dan olahraga sendiri masih melakukan korupsi.
Dari observasi yang dilakukan penyebab keruntuhan bangunan ini sangatlah kompleks
diantaranya:
Pertama, Kegagalan pondasi. Hal ini didasarkan keterangan bahwa pengerjaan pengerukan
lahan sampai lantai 1 selesai dikerjakan hanya memerlukan waktu enam bulan. Padahal
kondisi tanah eksisting adalah rawa dan merupakan tanah lempung sehingga memerlukan
waktu lama untuk terkonsolidasi jika tanpa penanganan khusus seperti vertical drain.
Kedua, Kegagalan Struktur Utama. Struktur utama yang dimaksud adalah balok- kolom. Hal
ini didasarkan fakta bahwa pekerja sempat diminta untuk mengecek kolom yang retak di
lantai 2. Meskipun tidak ada data detail mengenai dimensi dan lokasi keretakan akan tetapi
hal ini seharusnya telah menjadi indikasi awal bahwa ada masalah dengan struktur yang
sedang dibangun. Apalagi apabila didasarkan pada filosofi desain struktur yang benar yaitu
“strong column- weak beam” yang artinya kolom tidak boleh mengalami kegagalan struktur
terlebih dahulu daripada balok. Kegagalan kolom ini sendiri diduga karena adanya deviasi
antara perencanaan dan pelaksanaan dimana kontraktor mengurangi dimensi kolom dan
jumlah tulangan yang dipakai.
Ketiga, Kesalahan sistem perancah pengecoran lantai. Penyebab awal keruntuha adalah lantai
3 yang sedang dikerjakan secara tiba- tiba roboh. Selain karena kolom yang mengalami
kegagalan, maka sistem perancah yang dipakai juga patut dicurigai tidak dirancang dengan
benar. Dari dokumentasi yang ada terlihat bahwa sistem perancah yang digunakan
menggunakan scafolding besi dan beberapa menggunakan kayu dolken. Bekisting dan sistem
perancah seharusnya didesain secara detail baik dalam desain maupun metode
pemasangannya. Inspeksi harus dilakukan secara ketat termasuk pengecekan terhadap
kekuatan beton yang telah dicor yang akan menopang perancah tersebut.
Keempat, organisasi proyek tidak benar. Proyek rukan ini diketahui tidak memiliki konsultan
perencana. Desain bangunan yang digunakan tidak diketahui darimana dibuatnya.
Pengawasan proyek ini pun hanya dilakukan oleh mandor dari pemborong.
Kelima, adanya pengalihan pekerjaan secara serampangan. Kontraktor proyek rukan ini
semula PT. Firma Abadi yang beralamat di Surabaya menyerahkan sepenuhnya pekerjaan
kepada perseorangan/ individu yang merupakan pemborong berinisial NI yang beralamat di
Samarinda yang kemudian menyerahkan lagi kepada mandor yang berinisial S. Pengalihan
pekerjaan ini meliputi keseluruhan pekerjaan dan sama sekali tidak ada pengawasan dari
Kontraktor utama.
4. Runtuhnya Jembatan Mahakam II, Tenggarong (November 2011)
Jembatan yang merupakan tipe Gantung (Suspension Bridge) ini memiliki panjang total 710
m. Keruntuhan terjadi pada tanggal 26 November 2011 sekitar sepuluh tahun setelah
diresmikan.
Identifikasi penyebab keruntuhan ini merupakan hasil investigasi yang dilakukan oleh tim
LPPM UGM pada tanggal 27 November 2011 (sehari setelah kejadian) Berdasarkan fakta
yang ditemukan di lapangan menunjukkan bahwa jatuhnya truss jembatan beserta hangernya
terjadi akibat kegagalan konstruksi pada alat sambung kabel penggantung vertikal (clamps
and sadle) yang menghubungkan dengan kabel utama.
Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan alat sambung ini mengalami kegagalan
diantaranya:
Kondisi scafolding banyak yang sudah keropos dan ada beberapa yang sudah bolong.
Pemasangan scafolding tidak dilengkapi dengan bracing, sehingga scafolding tidak
stabil.
Adanya perlemahan scafolding yang tidak dihitung seperti adanya jalan akses untuk
kendaraan dibawah struktur yang sedang dibangun.
Scafolding bengkok
Demikian contoh beberapa kasus kegagalan struktur yang pernah terjadi di Indonesia.
Sebenarnya masih ada beberapa contoh kasus lain akan tetapi belum sempat dibahas pada
kesempatan kali ini. Penulis berharap deretan kasus yang terjadi dapat menjadi bahan
pembelajaran bagi para engineer untuk dapat lebih cermat baik pada saat desain maupun saat
pengawasan pekerjaan di lapangan. Sehingga deretan kasus kegagalan struktur diatas tidak
bertambah panjang
BAB 5
PENUTUP
5.1 kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
Banyak proyek kontruksi di Indonesia yang memiliki permasalahan yang beragam
dari mulai korupsi anggaran oleh para pejabat, gagal perencanaan, hingga pelanggaran
kontrak yang dilakukan penyedia jasa.
permasalahan proyek kontruksi dapat diselesaikan dengan hal-hal berikut :
1. Perencanaan yang tepat
2. Pengawasan yang efektif
3. Metode yang benar
4. Kontraktor yang jujur dan bertanggung jawab
5. Pemeliharaan bangunan setekah proyek selesai dibangun
Dengan perancanaan yang matang dan pengawasan yang bagus serta pertanggung
jawaban semua pihak yang berada dalam kontrak proyek , tentu dapat
meminimalisir kegagalan kontruksi sehingga tidak menimbulkan kerugian materil
dan jiwa.