NPM : 1406533365
(sumber: repository.usu.ac.id)
Dalam suatu proyek konstruksi, manajemen merupakan suatu hal yang memegang
peranan penting dalam keberhasilan suatu proyek. Manajemen adalah suatu ilmu dalam
melakukan suatu aktivitas atau kegiatan tertentu yang mencakup tindakan perencaanaan,
pengelolaan, serta tata cara untuk memperoleh suatu tujuan tertentu dengan segala keterbatasan
yang ada. Manajemen dalam ranah bidang konstruksi dapat dipahami sebagai suatu bentuk
penerapan ilmu pengetahuan, keahlian dan keterampilan serta langkah strategis yang
diimplementasikan dalam suatu proyek konstruksi dengan mengedepankan keefektifan dan
efisiensi sumber daya yang terbatas guna memperoleh hasil yang optimal dan sesuai dengan
tujuan.
Proses manajemen dalam konstruksi dimulai dari proses perencanaan yang mencakup
penentuan tujuan dan sasaran proyek serta pengumpulan informasi, data dan sumber daya.
Input perencaan tersebut kemudian di organize sedemikian rupa dan diimplementasikan dalam
kegiatan proyek yang di dalamnya mencakup proses pengendalian. Proses pengendalian
dilakukan sebagai upaya dalam memantau proyek agar berjalan semestinya sesuai target dan
tujuan yang telah direncanakan serta mencari solusi dari permasalahan yang mungkin timbul
selama proyek berlangsung. Dalam pelaksaanaan suatu proyek, manajemen pengendalian
proyek menjadi hal yang amat penting terutama dalam hal optimasi kinerja proyek yang
mencakup besarnya biaya, kualitas/mutu, waktu kerja, serta keselamatan kerja (K3). Ada
banyak aspek yang perlu diidentifikasi karena seringkali menjadi sumber timbulnya
permasalahan dalam proses perencanaan, pelaksanaan maupun maintenance suatu proyek.
Aspek-aspek tersebut antara lain aspek keuangan/anggaran biaya, aspek manajemen sumber
daya manusia, aspek manajemen produksi, aspek harga, aspek efektifitas dan efisiensi kerja,
aspek pemasaran, aspek mutu dan aspek waktu. Aspek keuangan berkaitan dengan
pembelanjaan dan pembiayaan proyek. Aspek ini menjadi krusial dalam keberlangsungan suatu
proyek dimana proyek skala besar dengan kompleksitas yang rumit besar tentu membutuhkan
analisis yang lebih cermat serta terencana dengan baik. Aspek sumber daya manusia juga tidak
kalah penting, untuk hasil proyek yang optimal, alokasi sumber daya manusia serta penjelasan
terkait sasaran dan tujuan proyek perlu di laksanakan secara efisien dan professional. Proyek
konstruksi pada umumnya bertujuan untuk menciptakan suatu produk yang dalam hal ini
merupakan suatu infrastruktur yang dapat menghasilkan benefit sebesar-besarnya dengan cost
seminimal mungkin. Oleh karena itu, manajemen produk perlu dilakukan untuk mencapai
tujuan tersebut dengan berbagai upaya seperti meningkatkan produktivitas sumber daya
manusia, efisiensi produksi dan kerja (termasuk di dalamnya efisiensi penggunaan peralatan
konstruksi), meningkatkan kualitas produk, serta proses pengendalian mutu. Aspek efektifitas
dan efisiensi dalam hal pemilihan peralatan konstruksi, managerial sumber daya manusia, serta
pemilihan material konstruksi menjadi aspek yang krusial dimana kerugian yang cukup besar
dapat terjadi apabila fungsi produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan tujuan/sasaran proyek.
Aspek waktu menjadi aspek yang sangat penting dalam proses pelaksanaan suatu proyek.
Semakin lama proyek dilaksanakan, semakin besar pula biaya dan kerugian yang mungkin
timbul. Namun sebaliknya, keuntungan dapat diperoleh apabila suatu proyek dilaksanakan lebih
cepat dari target semula tanpa mengurangi kualitas proyek tersebut. Aspek harga juga perlu
diperhatikan dimana harga produk yang dihasilkan harus sesuai dengan harga pasar serta
kualitas/mutu produknya sehingga dapat memberikan kepuasan bagi pelanggan serta dapat
bersaing dengan produk lain.
Hal utama dari proyek konstruksi adalah studi kelayakan, design engineering,
pengadaan sumber daya (manusia, alat, dan material), dan konstruksi. Dalam suatu proyek
konstruksi terdapat beberapa langkah pengerjaan yang membentuk suatu siklus mulai dari
proses awal hingga proses akhir suatu proyek. Langkah pertama dimulai dari tahap konseptual
gagasan yang terdiri dari perumusan gagasan, kerangka acuan, studi kelayakan awal, indikasi
awal dimensi, biaya, dan jadwal proyek. Kemudian berlanjut ke tahap berikutnya yakni tahap
studi kelayakan yang bertujuan untuk mendapatkan keputusan tentang kelanjutan investasi
proyek yang akan dilakukan sehingga penentuan dimensi dan biaya proyek lebih akurat.
Setelah tahap studi kelayakan dilakukan, tahap selanjutnya yakni tahap detailing design yang
terdiri dari pendalaman, berbagai aspek persoalan, design engineering, pembuatan jadwal
induk, dan anggaran yang bertujuan menetapkan dokumen perencanaan lengkap dan terperinci
sehingga memudahkan pencapaian sasaran dan tujuan proyek. Tahap selanjutnya ialah tahap
pengadaan, dimana pada tahapan ini dilakukan pemilihan kontraktor pelaksana dengan
menyertakan dokumen perencanaan, aturan teknis dan administrasi yang lengkap, dan produk
tahapan detail desain. Dari tahap ini didapatkan penawaran yang kompetitif dari kontraktor
dengan tingkat akuntabilitas dan transparansi yang baik. Setelah seluruh tahap perencanaan
dan pengadaan selesai dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah tahap implementasi yang
terdiri dari design engineering secara rinci, pembuatan spesifikasi dan kriteria, pembelian
peralatan dan material, fabrikasi dan konstruksi, inspeksi mutu, uji coba, start-up, demobilisasi
dan laporan penutup proyek. Dengan tujuan akhir untuk mendapatkan kinerja biaya, mutu,
waktu, dan keselamatan kerja yang maksimal, dengan melakukan proses perencanaan,
penjadwalan, dan pengendalian yang lebih cermat dan terperinci dari proses sebelumnya.
Tahap terakhir dari suatu proyek konstruksi adalah tahap operasi dan pemeliharaan. Tahap ini
terdiri atas kegiatan operasi rutin, pemeliharaan fasilitas bangunan, dan pengamatan prestasi
akhir proyek. Biaya yang dikeluarkan pada tahap ini bersifat rutin dan nilainya cenderung
menurun.
Selama proses pelaksanaan proyek konstruksi, perlu adanya pengendalian proyek yang
kemudian perencaan menjadi suatu pedoman dan digunakan sebagai standar dalam
pelaksanaan yang meliputi spesifikasi teknik, jadwal serta anggaran yang diperlukan. Proses
pengendalian dilakukan dengan mengukur parameter proyek yang kemudian dapat dijadikan
berdasarkan hasil pemantauan standar yang berdasarkan perencanaan. Hasil evaluasi akan
didapat dan diperlukan untuk pengambilan keputusan terhadap permasalahan yang terjadi di
lapangan. Hasil evaluasi tersebut kemudian dapat menjadi tolak ukur dalam mengestimasi
waktu pengerjaan proyek apakah dapat selesai tepat waktu, lebih cepat atau justru mengalami
penyelesaian proyek yang dikerjakan, maka dapat ditentukan alternative solusi yang dapat
dilakukan sebagai upaya dalam menanggulangi keterlambatan yang dapat berujung pada
kerugian tersebut.
Dalam manajemen proyek konstruksi juga dikenal proses perencanaan yang mencakup dua
macam rencana yakni rencana kerja dan rencana lapangan. Rencana kerja disusun dengan
mempertimbangkan berbagai macam hal seperti: keadaan lokasi proyek, keamanan tenaga
serta kontinuitas pelaksanaan pekerjaan. Lain hal nya dengan rencana kerja, rencana lapangan
lebih erat kaitannya dengan hal-hal yang terdapat di lokasi proyek. Rencana lapangan
yang diperlukan sebagai sarana pendukung untuk pelaksanaan pekerjaan. Pengelolaan rencana
lapangan dilakukan dengan memperhitungkan secara cermat segala sesuatu yang mungkin
dihadapi di lapangan proyek. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya rencana lapangan
letak proyek (cukup berpengaruh terhadap efisiensi proses konstruksi), keamanan lokasi
proyek, penerangan lokasi proyek serta kantor proyek yang mencakup didalamnya ruang
Jika berbicara mengenai biaya dalam suatu proyek, komponen biaya total proyek pada
umumnya terdiri dari dua komponen, yakni biaya langsung (direct cost) dan biaya tak
langsung (indirect cost). Biaya langsung (direct cost) merupakan biaya tetap selama proyek
berlangsung yang menjadi komponen permanen hasil proyek. Biaya langsung diperoleh
dengan mengalikan volume pekerjaan dengan harga satuan pekerjaan (Unit price). Sedangkan
biaya tak langsung (indirect cost) merupakan biaya tidak tetap selama proyek berlangsung
yang dibutuhkan untuk penyelesaian proyek. Yang termasuk biaya tak langsung adalah biaya
manajemen proyek, gaji bagi tenaga kerja administrasi, ATK, keperluan air dan listrik,
keuntungan/profit.
Dalam proyek konstruksi, nilai rasio produktivitas diukur selama proses konstruksi dan
dapat dipisah menjadi biaya tenaga kerja, material, metoda, dan alat. Keberhasilan dalam
proyek konstruksi tergantung pada efektifitas pengelolaan sumber daya. Metode pendekatan
manajemen yang dilakukan untuk mempelajari produktivitas pekerja adalah work study.
Fungsi utama metode work study adalah memberikan informasi yang
cukup sebagai dasar pengambilan keputusan tentang metoda terbaik yang digunakan melalui
berbagai cara yang dapat dilakukan seperti: memperbaiki lokasi bekerja/lingkungan bekerja,
memperbaiki prosedur bekerja, memperbaiki penggunaan material, alat dan pemakaian
pekerja, dan memperbaiki spesifikasi produk.