Anda di halaman 1dari 18

TUGAS

ASPEK HUKUM DALAM PEMBANGUNAN

DI SUSUN OLEH:

SYAMSUL RIJAL

NIM : 4520041074

UNIVERSITAS BOSOWA

TEKNIK SIPIL

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayahnya, sehinggah penyusunan makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas pada mata kuliah Aspek Hukum Dan

Administrasi kontrak. Keberhasilan dalam menyusun makalah ini tidak lepas dari bantuan

berbagai pihak. Saya menyadari bahwasanya dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak

kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu kritik yang membangun dari semua pihak sangat di

harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Saya berharap makalah ini dapat memberikan

manfaat pada pembaca.

Akhir kata,saya sampaikan terimahkasih kepada semua pihak yang sudah berperan

dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa

senantiasa meridhoi segala usaha kita, Amin.

Makassar, 27 September 2021

penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………...ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG……………………………………………………………4

B. RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………6

C. TUJUAN………………………………………………………………………….6

BAB II PEMBAHASAN

A. UMUM……………………………………………………………………………7

B. PENGERTIAN HUKUM KONSTRUKSI……………………………………….8

C. ASPEK HUKUM DALAM PEMBANGUNAN…………………………………9

D. ASPEK HUKUM PERDATAAN………………………………………………..9

E. ASPEK HUKUM KETENAGAKERJAAN……………………………………..10

F. ASPEK HUKUM PENDANAAN……………………………………………….11

G. ASPEK HUKUM ADMINISTRASI NEGARA…………………………………12

H. ASPEK HUKUM PIDANA……………………………………………………...12

I. ASPEK HUKUM PERTANAHAN ……………………………………………..13

J. ASPEK HUKUM LINGKUNGAN……………………………………………...14

BAB III KESIMPULAN

A. KESIMPULAN ………………………………………………………………….17

B. SARAN…………………………………………………………………………..17
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Suatu dokumen kontrak konstruksi harus benar-benar dicermati dan ditangani secara benar

dan hati-hati karena mengandung aspek hukum yang akan mempengaruhi dan menentukan baik

buruknya pelaksanaan kontrak. Pentingnya administrasi kontrak bertujuan untuk memastikan

bahwasanya pihak-pihak yang terkait dalam kontrak tersebut dapat memenuhi kewajiban sesuai

dengan perjanjian. Walaupun kelihatannya sederhana, namun dalam kenyataannya

mengadministrasikan suatu kontrak tidaklah mudah.

Dalam kebiasaan pelaksanaan suatu kontrak konstruksi yang melibatkan owner atau

pengguna jasa dan kontraktor selaku penyedia jasa, posisi penyedia jasa selalu dipandang lebih

lemah daripada posisi pengguna jasa. Dengan kata lain posisi pengguna jasa lebih dominan dari

pada posisi penyedia jasa. Penyedia jasa hampir selalu harus memenuhi konsep atau draft

kontrak yang dibuat pengguna jasa karena pengguna jasa selalu menempatkan dirinya lebih

tinggi dari penyedia jasa. Peraturan perundang-undangan yang baku untuk mengatur hak-hak

dan kewajiban para pelaku industri jasa konstruksi sampai lahirnya Undang-Undang No.18/1999

tentang jasa konstruksi, belum ada sehingga asas “Kebebasan Berkontrak” sebagaimana diatur

oleh Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) Pasal 1338 dipakai sebagai satu-satunya

asas dalam penyusunan kontrak. Dengan posisi yang lebih dominan, pengguna jasa lebih

leluasa menyusun kontrak dan ini dapat merugikan penyedia jasa.

Ketidakseimbangan antara terbatasnya pekerjaan konstruksi atau proyek dan banyaknya

penyedia jasa mengakibatkan posisi tawar penyedia jasa sangat lemah. Dengan banyaknya

jumlah penyedia jasa maka pengguna jasa leluasa melakukan pilihan. Adanya kekhawatiran tidak
mendapatkan pekerjaan yang ditenderkan pengguna jasa atau pemilik proyek menyebabkan

penyedia jasa “rela” menerima kontrak konstruksi yang dibuat pengguna jasa. Bahkan sewaktu

proses tender biasanya penyedia jasa enggan bertanya hal-hal yang sensitif namun penting

seperti ketersediaan dana, isi kontrak, kelancaran pembayaran, penyedia jasa takut pihaknya

dimasukkan dalam daftar hitam.

Kondisi ideal pelaksana konstruksi adalah apabila seluruh komponen kontrak konstruksi

dengan pengguna jasa terinci secara jelas yang tercakup dalam surat perjanjian, syarat umum

kontrak, spesifikasi teknis, dan lain lain. Seringkali terjadi perselisihan atau sengketa akibat

kelalaian dalam mengadministrasikan kontrak konstruksi tersebut, sehingga sering menimbulkan

perselisihan atau sengketa diantara kedua belah pihak. Sengketa konstruksi adalah sengketa yang

terjadi sehubungan dengan pelaksanaan suatu usaha jasa konstruksi antara para pihak yang

disebut dalam suatu kontrak konstruksi.

Dalam penyelenggaraan proyek konstruksi, fungsi-fungsi perencanaan dan pelaksanaan

dilaksanakan secara terpisah-pisah oleh berbagai pihak yang berbeda. Sejalan dengan

meningkatnya aktivitas pembangunan berbagai fasilitas infrastruktur yang disertai dengan

kemajuan teknologi konstruksi, terdapat peningkatan potensi timbulnya perbedaan pemahaman,

perselisihan pendapat, maupun pertentangan antar berbagai pihak yang terlibat dalam kontrak

konstruksi. Hal ini seringkali tidak dapat dihindari. Perselisihan yang timbul dalam

penyelenggaraan proyek-proyek konstruksi perlu diselesaikan sejak dini dan memuaskan bagi

semua pihak. Seringkali juga terjadi perselisihan disebabkan karena faktor eksternal penyedia

jasa, seperti perbedaan gambar rencana dengan spesifikasi teknis dan bill of quantity, lambatnya

keputusan direksi pekerjaan dalam suatu usulan material atau design, adanya force majeure, dan

lain-lain yang mengakibatkan bertambahnya waktu penyelesaian dan biaya pelaksanaa


pekerjaan. Sementara kebiasaan pada proyek pemerintah terutama yang dibiayai oleh APBD atau

APBN dibatasi oleh tahun anggaran, dimana proyek harus diselesaikan sebelum tutup buku

anggaran. Pada makalah ini akan membahas hukum dan jenis perundang-undangan yang

digunakan pada aspek hukum dalam pembangunan.

B. Rumusan Masalah

Adapun berikut ini adalah rumusan masalah pada makalah ini, yaitu sebagai berikut:

1. Prinsip hukum apa sajakah yang harus dipatuhi dalam suatu kontrak konstruksi?

2. Aspek hukum apa sajakah yang perlu diperhatikan dalam kontrak konstruksi?

3. Apa sajakah jenis aspek hukum dalam pembangunan?

C. Tujuan

Adapun berikut ini adalah beberapa tujuan pada makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui prinsip – prinsip hukum yang harus dipatuhi dalam suatu kontrak

konstruksi

2. Mengetahui aspek hukum apa saja yang perlu di perhatikan dalam kontrak konstruksi

3. Mengetahui jenis-jenis aspek hukum dalam pembangunan


BAB 2 PEMBAHASAN

A. Umum

Hukum adalah peraturan yang berupa norma dan sanksi yang dibuat dengan tujuan untuk

mengatur tingkah laku manusia, menjaga ketertiban, keadilan, mencegah terjadinya kekacauan.

Hukum adalah peraturan atau ketentuan tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur kehidupan

masyarakat dan menyediakan sangsi bagi pelanggarnya.

Sifat dari tujuan hukum ini universal dimana terdapat hal seperti ketertiban, ketentraman,

kedamaian, kesejahteraan dan kebahagiaan dalam tata kehidupan bermasyarakat. Adapun

perumusan pengertian hukum setidaknya mengandung beberapa unsur sebagai berikut:

a. Hukum mengatur tingkah laku atau tindakan manusia dalam masyarakat. Peraturan berisikan

perintah dan larangan untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Hal ini

dimaksudkan untuk mengatur perilaku manusia agar tidak bersinggungan dan merugikan

kepentingan umum.

b. Peraturan hukum ditetapkan oleh lembaga atau badan yang berwenang untuk itu. Peraturan

hukum tidak dibuat oleh setiap orang melainkan oleh lembaga atau badan yang memang

memiliki kewenangan untuk menetapkan suatu aturan yang bersifat mengikat bagi masyarakat

luas.

c. Penegakan aturan hukum bersifat memaksa. Peraturan hukum dibuat bukan untuk dilanggar

namun untuk dipatuhi. Untuk menegakkannya diatur pula mengenai aparat yang berwenang

untuk mengawasi dan menegakkannya sekalipun dengan tindakan yang represif. Meski

demikian, terdapat pula norma hukum yang bersifat fakultatif/melengkapi.


d. Hukum memliki sanksi dan setiap pelanggaran atau perbuatan melawan hukum akan

dikenakan sanksi yang tegas. Sanksi juga diatur dalam peraturan hukum.

B. Pengertian Hukum Konstruksi

Pekerjaan konstruksi yaitu keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan, perencaananaan,

pelaksanaan dan pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektur, sipil, mekanikal elektrikal,

dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapanya untuk mewujudkan suatu bangunan.

Hukum konstruksi yaitu suatu aturan yang mengatur tentang tata cara bagaimana

pelaksanaan dan pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektur, sipil, mekanikal elektrikal,

dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapanya untuk mewujudkan suatu bangunan

yang apabila dilanggar atau tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan akan

dikenakan sanksi.

Jasa konstruksi yaitu layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan, jasa pelaksanaan

pekerjaan, dan jasa konsultasi pengawasaan pekerjaan konstruksi. Tujuan hukum konstruksi

(Pasal 3 UU 18 Tahun 1999) yaitu sebagai berikut:

a. Memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan jasa konstruksi untuk mewujudkan

struktur yang kokoh andal, budaya saing tinggi dan berkualitas

b. Mewujudkan tertib penyelenggaraan konstruksi yang menjamin hak dan kewajiban antara

pengguna dan penyedia jasa. Serta meninggkatkan kepatuhan pada ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

c. Mewujudkan peran masyarakat dalam konstruksi.


C. Aspek Hukum dalam Pembangunan

Aspek hukum adalah kumpulan berbagai aspek peraturan yang mengatur kehidupan

manusia dan mempunyai tingkatan hukum, dimana hukum tingkat diatas merupakan sumber

hukum bagi hukum pada tingkat dibawahnya. Adapun aspek hukum pembangunan sebagai

berikut:

D. Aspek Hukum Keperdataan

Menyangkut sahnya suatu perjanjian yang berkaitan dengan kontrak pekerjaan jasa

konstruksi, yang memenuhi legalitas perusahaan, perizinan, sertifikasi dan harus merupakan

kelengkapan hukum para pihak dalam perjanjian. Ada beberapa aspek yang diatur dalam hukum

ketenagakerjaan, yaitu sebagai berikut:

1. Hukum kontrak konstruksi merupakan hukum perikatan yang diatur dalam buku III KUH

perdata mulai dari pasal 1233 sampai dengan pasal 1864 KUH perdata.

2. Pada pasal 1233 KUH perdata disebutkan bahwa tiap-tiap perikatan dilahirkan dari perjanjian

persetujuan dan undang-undang.

3. Sahnya suatu perjanjian adalah suatu perjanjian yang memenuhi pasal 1320 KUH perdata,

mengatur tentang empat syarat sahnya suatu perjanjian yaitu:

a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya

b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan

c. Suatu hal tertentu


d. Suatu sebab yang diperkenankan

4. Kontrak dalam jasa konstruksi harus memenuhi syarat subjektif dan syarat objektif tersebut.

E. Aspek Hukum Ketenagakerjaan

Menyangkut aturan ketenagakerjaaan terhadap para pekerja pelaksana jasa konstruksi.

Ada beberapa aspek yang diatur dalam hukum ketenagakerjaan, yaitu sebagai berikut:

1. Penempatan

Aspek penempatan tenaga kerja adalah suatu pengaturan yang bersifat khusus (lex

specialis) yang meliputi beberapa bidang antara lain pengerahan tenaga kerja, antar kerja antar

negara, penempatan tenaga kerja indonesia di kapal asing untuk tujuan luar negeri, penempatan

tenaga asing dan wajib kerja sarjana.

2. Hubungan Industrial

Hubungan kerja, yaitu hubungan antara pekerja atau karyawan dan pengusaha. Perjanjian

yang menyatakan kesanggupan pekerja untuk bekerja pada pengusaha dengan menerima upah

dan pengusaha memperkerjakan pekerja dengan membayar upah disebut perjanjian kerja.

3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Perlindungan pekerja yang berbentuk perlindungan teknis adalah yang merupakan

perlindungan keselamatan kerja. Undang-undang No.3 Tahun 1992 yaitu undang-undang tentang

jaminan sosial tenaga kerja. Undang-undang keselamatan kerja No. 1 tahun 1970.

4. Kesejahteraan dan Jaminan Sosial


Jaminan sosial adalah pembayaran yang diterima pihak pekerja dalam hal pekerja diluar

kesalahannya tidak melakukan pekerjaan.

F.Aspek Hukum Pendanaan

Menyangkut pendanaan yang digunakan untuk membiayai pekerjaan konstruksi. Hukum

pendanaan atau pembiayaan adalah aturan hukum yang mengatur mengenai dana yang

dibutuhkan untuk membiayai suatu kegiatan usaha atau bisnis. Dana tersebut dapat bersumber

dari lembaga keuangan semua badan yang kegiatannya di bidang keuangan dengan menarik dana

dari masyarakat dan menyalurkannya ke masyarakat.

Ada beberapa aspek yang diatur dalam hukum ketenagakerjaan, yaitu sebagai berikut:

1. Undang-undang

a. No. 22/1999 : Otonomi Daerah

b. No. 23/1999 : Perimbangan Keuangan Pusat daerah

2. Keputusan Presiden No. 61/1998 : Lembaga Pembiayaan

3. Keputusan Menteri

a. Perhub No. KM 82/1988 : Persyaratan Pendaftaran Leasing

b. Keuangan No. 1256/KMK.00/1989: Ketentuan & tata cara pelaksanaan lembaga pembiayaan

c. Keuangan No. 1169/KMK.01/1991: Kegiatan Sewa-Guna-Usaha Leasing

d. Keuangan No. 634/KMK.013/1990: Pengadaan Barang Modal Berfasilitas melalui Perusahaan

Leasing
e. Keuangan No. 448/KMK.017/2000: Perusahaan Pembiayaan

G. Aspek Hukum Administrasi Negara

Menyangkut tantanan administrasi yang harus dilakukan dalam memenuhi proses

pelaksanaan kontrak dan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang konstruksi.

Hukum Administrasi Negara diaplikasikan dalam peraturan berdasarkan persyaratan dan

prosedur sebagaimana ketentuan perundang-undangan. Adapun beberapa aspek yang diatur

dalam hukum ketenagakerjaan, yaitu sebagai berikut:

1. Peringatan tertulis

2. Penghentian sementara pekerjaan konstruksi

3. Pembatasan kegiatan usaha dan/atau profesi

4. Larangan sementara penggunaan hasil pekerjaan konstruksi dikenakan bagi pengguna jasa.

5. Pembekuan Izin Usaha dan atau Profesi

6. Pencabutan Izin Usaha dan atau Profesi.

H. Aspek Hukum Pidana

Menyangkut ada tidaknya sesuatu unsur pekerjaan yang “terkena” ranah pidana. Hukum

pidana merupakan perbuatan yang dilarang dalam UU ataupun UUD, diantarnya adalah pelaku

perbuatan pembunuhan, pelaku perbuatan pemerkosaan, pelaku perbuatan mencuri/merampok,

pelaku perbuatan korupsi, pelaku perbuatan penganiyaan dan pelaku perbuatan penipuan.
I. Aspek Hukum Pertanahan

Menyangkut kepemilikan tanah yang digunakan dalam pembangunan konstruksi. Hukum

pertanahan berkaitan dengan, sebagai berikut:

1. Kepemilikan tanah

Hak milik adalah hak turun-temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah

dengan mengingat hak atas tanah mempunyai fungsi sosial.

a. Keputusan Menteri yaitu No. 6/1998: Pemberian Hak Tanah untuk

b. Rumah Tinggal yaitu No. 1/1998 : Pemberian HM Tanah untuk RSS

c. Peraturan Menteri Agraria/ Kepala BPN yaitu No. 5/1998: Perubahan HGB untuk Rumah

tinggal

d. No. 9/1999: Tata Cara Pemberian & Pembatalan Hak atas tanah & hak pengelolaan

2. Penggunaan/ pemakaian tanah

Hak guna usaha (HGU) adalah hak yang diberikan oleh negara kepada perusahaan

pertanian, perikanan atau peternakan untuk melakukan kegiatan usahanya di Indonesia. Hak

guna bangunan (HGB) adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-bangunan atas

tanah yang bukan miliknya sendiri.

a. UU Pokok Agraria

b. UU No. 5/1960 : peraturan dasar pokok-pokok agraria

c. Keputusan Presiden No. 34/2003 Kebijakan Nasional di bidang Pertanahan


d. Peraturan Pemerintah No. 40/1996 :HGU, HGB, Hak Pakai

No. 24/1997 Pendaftaran tanah, No. 36/1998 Penertiban dan pendayagunaan tanah terlantar

e. Permen Agraria/ Kepala BPN No. 2/1999 : Izin Lokasi

3. Hak pakai

Adalah hak untuk menggunakan dan/ atau memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung

oleh negara atau tanah milik orang lain.

J.Aspek Hukum Lingkungan

Menyangkut masalah lingkungan disekitar konstruksi. Lingkungan adalah tempat terjadinya

interaksi antara komponen biotik (makhluk hidup) dan abiotic. Lingkungan sendiri dibedakan

menjadi tiga kelompok, yaitu:

1. Lingkungan fisik (physical environment) yaitu segala sesuatu disekitar makhluk hidup yang

berbentuk benda mati seperti rumah, kendaraan, udara, air dan lain sebagainya. Beberapa

peraturan terkait lingkungan fisik, antara lain:

Undang-undang

a. No. 5/1984 : Perindustrian

b. No. 4/1992 : Perumahan dan Permukiman

c. No. 8/1985 : Kebijakan Perumahan Nasional

Peraturan Pemerintah

a. No. 47/1997 : Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional


b. No.98/1993 : Kawasan Industri

Keputusan Menteri

No. 311/KPTS/M/2003 : Penetapan Blok Plan Perkantoran

2. Lingkungan biologis (biological environment) yaitu segala sesuatu yang berada disekitar

manusia yang berupa organisme hidup selain dari manusianya itu sendiri, misalnya hewan dan

tumbuh-tumbuhan. Beberapa peraturan terkait lingkungan biologis, antara lain:

Undang-undang

a. No. 4/1967 : Ketentuan Pokok Pertambangan

b. No. 5/1967 : Ketentuan Pokok Kehutanan

c. No. 4/1982 : Ketentuan Pokok Kehutanan

d. No. 9/1985 : Perikanan

e. No. 5/1990 : SDA Hayati dan Ekosistemnya

f. No. 23/1997 : Pengelolaan Lingkungan Hidup

g. No. 7/2004 : Sumber Daya Air

Peraturan Pemerintah

a. No. 33/1970 : Perencanaan Hutan

b. No. 29/1982 : Analisis Dampak Lingkungan


c. No. 20/1990 : Pengendalian Pencemaran Air

3. Lingkungan sosial (social environment) yaitu manusia-manusia lain yang ada disekitarnya,

seperti tetangga, teman-teman dan juga orang lain disekitarnya yang belum kenal. Beberapa

peraturan terkait lingkungan sosial, antara lain:

TAP MPR No. XI/1998 Penyelenggaraan Negara bersih dari KKN

Undang-undang

a. No. 5/1999 Larangan Praktek Monopoli

b. No. 31/1999 Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Peraturan Pemerintah

c. No.68/1999: Peran Serta Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Negara

d. No. 20/2001: Pembinaan & pengawasan penyelenggaraan pemerintah daerah

Keputusan Presiden No. 74/2001: Tata cara pengawasan penyelenggaraan pemerintah daerah

Instruksi Presiden No. 30/1998 Pemberantasan KKN

Aspek Hukum Perlindungan Lingkungan dan Dasar Hukum dari Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan (AMDAL) adalah:

a. Keputusan Menteri KLH No.12/MENLH/3/94 tentang Pedoman Umum Upaya

Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan.


b. Keputusan Menteri KLH No.11/MENLH/3/1993 tentang Jenis Usaha atau Kegiatan

Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

c. Keputusan KLH No.14/MENKLH/3/1994 tentang Pedoman Umum Penyusunan Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL).

d. Keputusan Kepala Bapedal No. Kep-056 tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai Ukuran

Dampak Penting.

e. Peraturan Pemenintah dan Keputusan Menteri yang Berhubungan Dengan Baku Mutu

Lingkungan (BML)

BAB 3 KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

a. Suatu dokumen kontrak harus ditangani secara benar dan berhati-hati karena didalamnya

terdapat aspek hukum yang akan mempengaruhi baik atau buruknya pelaksanaan kontrak.

b. Hukum mengatur tingkah laku manusia termasuk dalam dunia jasa konstruksi, hukum harus

dipatuhi karena didalamnya terdapat sanksi yang tegas.

B. Saran

Mata kuliah aspek hukum dalam pembangunan sangat membantu dalam mengenal dunia

jasa konstruksi terutama dalam aspek hukumnya dan perundang-undangannya. Sebagai


mahasiswa tentunya penulis sangat mengharapkan adanya studi lapangan baik pada suatu

institusi, Lembaga maupun proyek guna memperdalam pengetahuan dan siap bila nantinya terjun

dalam dunia jasa konstruksi

DAFTAR PUSTAKA

Adnan, Indra. 2011. Aspek Hukum dalam Konstruksi. [Online]

http://indraadnan92.blogspot.com/2011/08/aspek-hukum-dalam-konstruksi.html?m=1, [Diakses

pada 20 November 2018].

Hidayat, Rachmad. 2014. Sengketa dalam Pembangunan Konstruksi Pembangunan

Gedung, Transportasi, dan Keairan. Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo Kendari.

Anda mungkin juga menyukai