Anda di halaman 1dari 11

(HUKUM BANGUNAN)

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aspek Hukum Dalam Pembangunan
yang diampu Oleh Dosen Pengampuh Ibu Dr. Beby Sintian Dewi Banteng, S.T.,
M.Si.p

Oleh

MOH. NURBACHRI ERAKU


NIM: 511418074

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan bagi para
pembaca. Namun terlepas dari itu, saya memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga saya sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................
1.1. Latar Belakang.....................................................................................
1.2. Rumusan Masalah................................................................................
1.3. Tujuan..................................................................................................
BAB II PEBAHASAN..............................................................................................
A. Pengertian Hukum Bangunan................................................................
B. Aspek Hukum Bangunan......................................................................
C. Tujuan Peraturan Hukum Bangunan.....................................................
BAB III PENUTUP..................................................................................................
A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran.....................................................................................................
BAB1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian


Bangunan merupakan suatu struktur yang dibuat oleh manusia yang terdiri dari
dinding dan atap yang berdiri secara permanen pada suatu tempat. Bangunan juga
sering dikenal sebagai bangunan rumah maupun bangunan gedung atau segala sarana
dan prasarana infrastruktur dalam kehidupan berbudaya manusia untuk membangun
peradabannya. Sepanjang perkembangannya bangunan mempunyai beragam bentuk,
ukuran, fungsi dan penyesuaian lain, serta beberapa faktor yang turut mempengaruhi
seperti bahan bangunan dan kualitasnya, kondisi cuaca, kondisi tanah serta alasan
estetika lainnya yang kian waktu mengalami perubahan.
Hukum adalah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian
kekuasaan kelembagaan. dari bentuk penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang
politik, ekonomi danmasyarakat dalam berbagai cara dan bertindak, sebagai perantara
utama dalam hubungan sosial antar masyarakat terhadap kriminalisasi dalam hukum
pidana, hukum
pidanayang berupayakan cara negara dapat menuntut pelaku dalam konstitusi hukum 
menyediakankerangka kerja bagi penciptaan hukum, perlindungan hak asasi manusia
dan memperluas kekuasaan politik serta cara perwakilan di mana mereka yang akan
dipilih. Hukum banyak sekali jenis dan turunannya, salah satunya adalah hukum
bangunan dimana hukum yang mengatur tentang bangunan yang dibangun oleh
manusia.
Semua bangunan gedung harus memenuhi syarat administratif dan syarat teknis
untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum. Persyaratan administratif yang
dimaksud sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan terkait yaitu:
1. Status Hak atas Tanah dan atau Izin Pemanfataan dari Pemegang Hak atas Tanah
Hak atas tanah adalah penguasaan atas tanah yang diwujudkan dalam bentuk
sertifikat sebagai tanda bukti penguasaan/kepemilikan tanah seperti Hak milik, Hak
guna Bangunan, Hak Guna Usaha, Hak pengelolaan dan Hak pakai.Izin pemanfaatan
pada prinsipnya merupakan persetujuan yang dinyatakan dalam perjanjian tertulis
antara pemegang hak atas tanah atau pemilik tanah dan pemilik bangunan gedung .
2. Status Kepemilikan Bangunan Gedung Setiap orang atau badan hukum dapat
memiliki bangunan gedung atau bagian dari bangunan gedung. Maksud “orang atau
badan hukum” dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2002
tentang Bangunan gedung adalah orang-perorangan atau badan hukum (privat
perseroan terbatas, yayasan, badan usaha lain seperti CV, firma. Publik
instansi/lembaga pemerintahan, perusahaan milik negara, perusahaan milik daerah,
perum, perjan, dan persero).
1.2. Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan penulis bahas dalam makalah ini adalah:
1. Pengertian Hukum Bangunan
2. Aspek Hukum Bangunan
3. Tujuan Peraturan Hukum Bangunan
1.3. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar para pembaca dapat mengetahui
tentang hukum bangunan sehingga bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Bangunan


Hukum bangunan adalah keseluruhan peraturan-peraturan yang
menyangkut pembangunan suatu bangunan atau ilmu yang mempelajari
pelaksanaan bangunan ruang lingkupnya seluruh kegiatan pembangunan yang
di lakukan pemerintah khusu bangunan itu.
Peraturan-peraturan tersebut dapat digolongkan kepada 2 golongan :
1.      Peraturan-peraturan  yang berkaitan dengan prosedur pelelangan.
Yaitu ketentuan-ketantuan yang berlaku sebelum terjadinya kontrak.
golongan yang menyangkut peraturan pelelangan bangunan di Indonesia
ditetapkan oleh penguasa, baik bangunan Pemerintah maupun swasta yang
terjadi melalui pelelangan. Pengaturan ini disasari oleh keputusan Presiden
tentang APBN. Khususnya mengenai pelaksanaan pemborongan bangunan
dan lampirannya. Di dalam peraturan tersebut diatur tentang pelelangan
umum dan pelelangan terbatas beserta persyaratan-persyaratan yang berlaku
bagi pemborong yang mengikuti pelanggan. Disamping itu Pemerintah juga
menganjurkan tentang pengutamaan perusahaan setempat sebagai pelaksanaan
pemborongan bangunan serta pengusahaan bagi golongan ekonomi lemah.
2.   Peraturan-peraturan yang menyangkut perjanjiannya.
      Dari ketentuan-ketentuan yang tergolong bangunan, yaitu peraturan yang
menyangkut perjanjiannya didalam sertifikasi hukum perdata, perjanjian
pemborongan bangunan tergolong pada perjanjian untuk melakukan pekerjaan
yang diatur dalam bab yang mengatur tentang perjanjian khusus dalam
KUHPer. Di dalam KUHPer diatur mengenai ketentuan-ketentuan umum
tentang perjanjian yang berlaku terhadap semua perjanjian, yaitu perjanjian-
perjanjian jenis baru yang belum ada dalam peraturan perundang-undangan.
Disamping litu didalam  KUHPer diatur perjanjian khusus, yaitu perjanjian :
yang telah dilazimkan di pergunakan didalam praktek.

B. Aspek Hukum Bangunan


Pada dasarnya bangunan gedung memegang peranan yang sangat penting
sebagai tempat dimana manusia melakukan kegiatannya sehari-hari.
Pengaturan bangunan gedung secara khusus dituangkan dalam Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (“UU Bangunan
Gedung”). Pengetahuan mengenai UU Bangunan Gedung ini menjadi penting
mengingat hal-hal yang diatur dalam UU Bangunan Gedung tidak hanya
diperuntukan bagi pemilik bangunan gedung melainkan juga bagi pengguna
gedung serta masyarakat. Diatur dalam UU Bangunan Gedung, pemilik
bangunan gedung adalah orang, badan hukum, kelompok orang, atau
perkumpulan, yang menurut hukum sah sebagai pemilik bangunan gedung.

C. Tujuan Peraturan Hukum Bangunan


Didalam pasal 3 UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
menyebutkan pengaturan bangunan gedung, bertujuan untuk:
a. Mewujudkan bangunan gedung yang fungsional dan sesuai dengan tata
bangunan gedung yang serasi dan selaras dengan lingkungannya.
b. Mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan gedung yang menjamin
keandalan teknis bangunan Gedung dari segi keselamatan, Kesehatan,
kenyamanan, dan kemudahan.
c. Mewujudkan kepastian hukum dalam penyelenggaraan bangunan Gedung.
Dalam Undang-undang Bangunan Gedung diatur bahwa setiap bangunan
gedung memiliki fungsi antara lain fungsi hunian, keagamaan, usaha, social
dan budaya, serta fungsi khusu. Fungsi bangunan gedung ini yang nantinya
akan dicantumkan dalam izin mendirikan bangunan (IMB). Dalam hal
terdapat perubahan fungsi bangunan gedung dari apa yang tertera dalam
IMB, perubahan tersebut wajib mendapatkan persetujuan dan penetapan
kembali oleh pemerintah daerah.

Arti pentingnya pengaturan perjanijian-perjanjian khusus ini didalam


undang-undang mempunyai 2. yaitu:
1. Karena didalam praktek dalam perjanjian yang dibuat oleh pihak-pihak
sering tidak mengatur mengenai akibat-akibat hukum yang timbul kalau
ada secara sumir pengaturannya. Akibat yang sering terjadi dalam
pelaksanaa perjanjian sering muncul masalah-masalah yang tidak
terjawab oleh ketentuan kontrak.
2. Keputusan umum menghendaki bahwa dalam hal-hal tertentu kebebasan
berkontrak yang diberi oleh para pihak dibatasi, yaitu dengan jalan
memberi ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan yang bersifat memaksa
(dwinger recht) bagi perjanjian-perjanjian khusus tertentu.
Selain itu terdapat perjanjian-perjanjian yang mengundang resiko
didalam undang-undang/KHUP dikenal adanya bentuk-bentuk
perjanjian standar. Hal demikian dimaksud untuk menjamin adanya
pemasukan kewajiba secara baik bagi kedua belah pihak.
Beberapa kegiatan yang dilakukan sebelum perjanjian
pemborongan bangunan dibuat yang dikenal dengan prosedur
pelelangan. Prosedur pelelangan ini dimuali dengan
pemberitahuan/pengumuman sampai pelulusan pelelangan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bangunan gedung merupakan salah satu wujud fisik pemanfaatan ruang. Oleh
karena itu, pengaturan bangunan gedung tetap mengacu pada pengaturan penataan
ruang sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum dalam penyelenggaraan bangunan
gedung, setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan
persyaratan teknis bangunan gedung.
Peraturan Pemerintah ini dimaksudkan sebagai pengaturan lebih lanjut
pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, baik
dalam pemenuhan persyaratan yang diperlukan dalam penyelenggaraan bangunan
gedung, maupun dalam pemenuhan tertib penyelenggaraan bangunan gedung.
Peraturan Pemerintah ini bertujuan untuk mewujudkan penyelenggaraan
bangunan gedung yang tertib, baik secara administratif maupun seeara teknis, agar
terwujud bangunan gedung yang fungsional, andal, yang menjamin keselamatan,
kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan pengguna, serta serasi dan selaras dengan
lingkungannya.
Peraturan Pemerintah ini mengatur ketentuan pelaksanaan tentang fungsi
bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung,
peran masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung, dan pembinaan dalam
penyelenggaraan bangunan gedung.
Pengaturan fungsi bangunan gedung dalam Peraturan Pemerintah ini dimaksudkan
agar bangunan gedung yang didirikan dari awal telah ditetapkan fungsinya sehingga
masyarakat yang akan mendirikan bangunan gedung dapat memenuhi persyaratan
baik administratif maupun teknis bangunan gedungnya dengan efektif dan efisien,
sehingga apabila bermaksud mengubah fungsi yang ditetapkan harus diikuti dengan
perubahan persyaratan administratif dan persyaratan teknisnya. Di samping itu, agar
pemenuhan persyaratan teknis setiap fungsi bangunan gedung lebih efektif dan
efisien, fungsi bangunan gedung tersebut diklasifikasikan berdasarkan tingkat
kompleksitas, tingkat permanensi, tingkat risiko kebakaran, zonasi gempa, lokasi,
ketinggian, dan/atau kepemilikan.

B. Saran
Dengan dipenuhinya persyaratan teknis bangunan gedung sesuai fungsi dan
klasifikasinya, maka diharapkan kegagalan konstruksi maupun kegagalan bangunan
gedung dapat dihindari, sehingga pengguna bangunan dapat hidup lebih tenang dan
sehat, rohaniah dan jasmaniah yang akhirnya dapat lebih baik dalam berkeluarga,
bekerja, bermasyarakat dan bernegara.
Pengaturan hukum bangunan gedung dilandasi oleh asas kemanfaatan,
keselamatan, keseimbangan, dan keserasian bangunan gedung dan lingkungannya
bagi masyarakat yang berperikemanusiaan dan berkeadilan. Oleh karena itu,
masyarakat diupayakan untuk terlibat dan berperan aktif, positif, konstruktif dan
bersinergi bukan hanya dalam rangka pembangunan dan pemanfaatan bangunan
gedung untuk kepentingan mereka sendiri, tetapi juga dalam meningkatkan
pemenuhan persyaratan bangunan gedung dan tertib penyelenggaraan bangunan
gedung pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://perkimtaru.pemkomedan.go.id/artikel-801-aspek-hukum-bangunan-gedung-
berdasarkan-undangundang-nomor-28-tahun-2002.html#ixzz7k2lbzqb3

https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2005/36TAHUN2005PPPenj.htm
Ramadhani, R. (2018). Konstruksi Hukum Kepemilikan Bangunan Di Atas Tanah
Hak Milik Orang Lain Berdasarkan Perjanjian Build Operate And Transfer
(Bot). EduTech: Jurnal Ilmu Pendidikan dan Ilmu Sosial, 4(1).
Siahaan, M. P. (2008). Hukum Bangunan Gedung di Indonesia. Rajawali Pers,
RajaGrafindo Persada.
Sari, E. K. (2018). TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGATURAN HUKUM
BANGUNAN DI INDONESIA. Hukum Pidana dan Pembangunan Hukum, 1(1).

Anda mungkin juga menyukai