Di Susun Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
2021
Kata Pengantar
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Peranan Aspek Hukum dalam Dunia
Konstruksi" dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Aspek Hukum dalam Pembangunan.
Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Peranan Aspek Hukum dalam
Dunia Konstruksi.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis,
Daftar Isi
Kata Pengantar....................................................................................................................................2
Daftar Isi..............................................................................................................................................3
Bab I.....................................................................................................................................................4
Pendahuluan........................................................................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah.........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah :...................................................................................................................6
C. Tujuan Makalah........................................................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................................................7
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................7
BAB III..................................................................................................................................................12
PENUTUP.............................................................................................................................................12
Kesimpulan......................................................................................................................................12
Daftar Pustaka....................................................................................................................................13
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
dan strategis mengingat jasa konstruksi menghasilkan produk akhir berupa bangunan
atau bentuk fisik lainnya, baik yang berupa prasarana maupun sarana yang berfungsi
ekonomi, sosial, dan budaya untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang
merata materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
konstruksi, serta peningkatan peran masyarakat secara aktif dan mandiri dalam
terwujudnya tertib
hak dan kewajiban dan adanya kesetaraan kedudukan para pihak terkait.
terutama sekali adalah mengenai kondisi ekonomi yang dinamis. Perubahan dalam
bidang ekonomi harus ditanggapi secara cepat dan tanggap sehingga dapat
menimbulkan berbagai bentuk sengketa konstruksi. Krisis moneter 1997 pada tahun
1997 merupakan awal berkembangnya sengketa konstruksi secara cepat. Sengketa
Berawal dari permasalahan dalam hal pembayaran maka pihak yang dirugikan mulai
terbuka yang berbeda dengan hukum benda yang bersifat tertutup. Artinya hukum
mengadakan perjanjian yang berisi apa saja, asalkan tidak melanggar ketertiban
pelengkap (optional law) yang berarti bahwa pasal-pasal tersebut bisa saja
Para pihak diperbolehkan mengatur sendiri kepentingan mereka dalam perjanjian yang
mereka buat itu. Apabila mereka tidak mengatur sendiri mengenai sesuatu hal, berarti
bentuk, dan bidang usaha jasa konstruksi, pengikatan kontrak, tanggung jawab
sengketa dan ketentuan pidana. Secara kontekstual akibat perubahan yang terjadi di
tingkat global. Salah satunya terkait dengan aspek pembagian bidang usaha, dimana
Sipil, Mekanikal, Elektrikal, dan Tata Lingkungan (ASMET). Pada tingkat global
sesuai dengan standar Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) usaha jasa konstruksi dibagi
berdasarkan produk bukan ilmu yang dikembangkan di perguruan tinggi yang lebih
cocok untuk pembagian dunia profesi. Selain itu, Undang-Undang tentang Jasa
Konstruksi belum menyentuh kenyataan bahwa jenis pekerjaan atau usaha jasa
B. Rumusan Masalah :
C. Tujuan Makalah
PEMBAHASAN
pembangunan disetiap Negara. Jasa kontruksi adalah layanan jasa kontruksi perencanaan
pekerjaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan
jasa konsultasi pengawasan pekerjaan konstruksi. Para pihak dalam suatu pekerjaan
konstruksi terdiri dari pengguna jasa dan penyedia jasa. Pengguna jasa dan penyedia jasa
dapat merupakan orang perseorangan atau badan usaha baik yang berbentuk badan hukum
maupun yang bukan berbentuk badan hukum. Penyedia jasa konstruksi yang merupakan
perseorangan hanya dapat melaksanakan pekerjaan konstruksi yang berisiko kecil, yang
berteknologi sederhana, dan yang berbiaya kecil. Sedangkan pekerjaan konstruksi yang
berisiko besar dan/atau yang berteknologi tinggi dan/atau yang berbiaya besar hanya dapat
dilakukan oleh badan usaha yang berbentuk perseroan terbatas atau badan usaha asing yang
dipersamakan.
Mengenai hukum kontrak konstruksi merupakan hukum perikatan yang diatur dalam
Buku III KUH Perdata mulai dari Pasal 1233 sampai dengan Pasal 1864 KUH Perdata. Pada
Pasal 1233 KUH Perdata disebutkan bahwa tiap-tiap perikatan dilahirkan dari perjanjian
persetujuan dan Undang-Undang. Serta dalam suatu perjanjian dianut asas kebebasan dalam
membuat perjanjian, hal ini disimpulkan dari Pasal 1338 KUH Perdata yang menerangkan;
segala perjanjian yang dibuat secara sah, berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya. Dimana sahnya suatu perjanjian adalah suatu perjanjian yang memenuhi Pasal
1320 KUH Perdata, mengatur tentang empat syarat sahnya suatu perjanjian yaitu :
Konrak dalam jasa konstruksi harus memenuhi syarat subjektif dan syarat objektif
tersebut.
Kontrak Kerja Konstruksi
Pengaturan hubungan kerja konstruksi antara pengguna jasa dan penyedia jasa harus
dituangkan dalam kontrak kerja konstruksi. Suatu kontrak kerja konstruksi dibuat sekurang-
kurangnya harus mencakup uraian adanya:
1. para pihak
2. isi atau rumusan pekerjaan
3. jangka pertanggungan dan/atau pemeliharaan
4. tenaga ahli
5. hak dan kewajiban para pihak
6. tata cara pembayaran
7. cidera janji
8. penyelesaian tentang perselisihan
9. pemutusan kontrak kerja konstruksi
10. keadaan memaksa (force majeure)
11. tidak memenuhi kualitas dan kegagalan bangunan
12. perlindungan tenaga kerja
13. perlindungan aspek lingkungan.
Karena kesalahan salah satu pihak baik karena kesengajaan maupun karena kelalain
Karena keadaan memaksa (force majeur), jadi diluar kemampuan para pihak, jadi
tidak bersalah.
Pidana Korupsi ; persoalannya selama ini cidera janji selalu dikaitkan dengan tindak pidana
korupsi dalam hal kontrak kerja konstruksi untuk proyek yang dibiayai uang negara baik itu
APBD atau APBN dimana cidera janji selalu dihubungkan dengan UU No. 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo UU No 20 Tahun 2001, Pasal 2 ayat (1)
yang menjelaskan unsur-unsurnya adalah ;
1. Perbuatan melawan hukum;
2. Melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi;
3. Merugikan keuangan Negara atau perekonomian;
4. Menyalahgunakan kekuasaan, kesempatan atas sarana yang ada padanya karena
jabatan dan kedudukannya dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain.
Dalam kasus pidana korupsi unsur perbuatan melawan hukum sebagaimana pasal
tersebut harus dapat dibuktikan secara hukum formil apakah tindakan seseorang dapat
dikategorikan perbuatan melawan hukum sehingga dapat memperkaya diri sendiri atau orang
lain yang dapat menyebabkan kerugian keuangan Negara dan perekonomian Negara.
Kemudian institusi yang berhak untuk menentukan kerugian Negara dapat dilihat di
UU No 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), dalam Pasal 10 ayat (1)
UU BPK yang menyebutkan : BPK menilai dan atau menetapkan jumlah kerugian negara
yang diakibatkan perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai yang dilakukan
bendahara, pengelola BUMN/BUMD, dan lembaga lain yang menyelenggarakan pengelolaan
keuangan negara.
Jika BPK menemukan kerugian Negara tetapi tidak ditemukan unsur pidana
sebagaimana UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo UU
No 20 Tahun 2001, maka aparat penyidik dapat memberlakukan pasal 32 ayat (1) UU No. 31
Tahun 1999 yaitu : Dalam hal penyidik menemukan dan berpendapat bahwa satu atau lebih
unsur tindak pidana korupsi tidak terdapat cukup bukti, sedangkan secara nyata telah ada
kerugian keuangan negara, maka penyidik segera menyerahkan berkas perkara hasil
penyidikan tersebut kepada Jaksa Pengacara Negara untuk dilakukan gugatan perdata atau
diserahkan kepada instansi yang dirugikan untuk mengajukan gugatan.
Pasal ini memberikan kesempatan terhadap gugatan perdata untuk perbuatan hukum
yang tidak memenuhi unsur tindakpidana korupsi, namun perbuatan tersebut dapat dan / atau
berpotensi menimbulkan kerugian negara.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan apabila terjadi kerugian negara maka upaya
penuntutan tindak pidana korupsi bukan merupakan satu-satunya cara, akan tetapi ada cara
penyelesaian yang lain yaitu cara penyelesaian masalah melalui gugatan perdata.
Sanksi administratif yang dapat dikenakan atas pelanggaran Undang-Undang Jasa Konstruksi
yaitu ;
1. Peringatan tertulis
2. Penghentian sementara pekerjaan konstruksi
3. Pembatasan kegiatan usaha dan/atau profesi
4. Larangan sementara penggunaan hasil pekerjaan konstruksi dikenakan bagi pengguna
jasa.
5. Pembekuan Izin Usaha dan atau Profesi
6. Pencabutan Izin Usaha dan atau Profesi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
struktur usaha yang kokoh, andal, berdaya saing tinggi, dan hasil pekerjaan konstruksi
yang berkualitas.
kedudukan antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam hak dan kewajiban, serta
Daftar Pustaka
https://www.pengadaan.web.id/2016/11/aspek-hukum-dalam-jasa-konstruksi.html
https://rorystl15.wordpress.com/2019/01/05/makalah-aspek-hukum-dalam-jasa-konstruksi/