Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“Kontrak Kerja Dalam Pelaksanaan Pembangunan”


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Aspek Hukum Dalam Pembangunan”
Dosen Pengampu : Dr.Nadir,S.H,M.H.

Disusun Oleh :
Ragil Arman Maulana (2020510054)
Ach Faisol Basri (2020510050)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MADURA
PAMEKASAN
2023

1
Kata Pengantar

Puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembautan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakat ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.

Pamekasan, 19 Juni 2023

Penulis

2
Daftar Isi

Kata Pengantar ......................................................................................................................... 2


Daftar Isi .................................................................................................................................. 3
BAB 1 ...................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 4
A. LATAR BELAKANG..................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH .............................................................................................6
C. TUJUAN MASALAH..................................................................................................6
BAB 2 ...................................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 7
A. Pengertian Kontrak Konstruksi ....................................................................................7
B. Kontrak Konstruksi sebagai Hukum Perdata ................................................................8
C. Sengketa atau Klaim pada Kontrak Konstruksi ..........................................................10
D. Pemerintah Sebagai Badan Hukum Politik .................................................................11
E. Kontrak Kerja dalam Pelaksanaan Pembangunan ......................................................12
BAB 3 .................................................................................................................................... 15
PENUTUP ............................................................................................................................. 15
1. Kesimpulan & Saran ..................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................18

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kontrak kerja adalah suatu perjanjian hukum antara dua pihak yang
mengatur hak, kewajiban, dan tanggung jawab dalam suatu pekerjaan konstruksi
atau pembangunan.
Dalam konteks pelaksanaan pembangunan, kontrak kerja bertujuan untuk
menyelaraskan harapan dan tujuan antara pemilik proyek dan kontraktor.
Kontrak kerja ini menguraikan rincian teknis, jadwal, biaya, dan spesifikasi
proyek yang akan dilaksanakan. Selain itu, kontrak juga berfungsi sebagai alat
untuk mengatur perlindungan hukum dan mengatasi potensi sengketa yang
mungkin muncul selama pelaksanaan proyek1.
Kontrak kerja dalam pelaksanaan pembangunan umumnya mencakup
beberapa elemen penting, seperti:
1. Identitas Para Pihak: Kontrak akan mencantumkan identitas
lengkap dari pemilik proyek dan kontraktor. Hal ini penting untuk
menetapkan hubungan hukum antara kedua belah pihak.
2. Ruang Lingkup Proyek: Kontrak harus jelas menyebutkan ruang
lingkup proyek yang akan dilaksanakan, termasuk pekerjaan yang
harus diselesaikan, spesifikasi teknis, dan batasan-batasan yang
harus diikuti.
3. Jadwal Pelaksanaan: Kontrak kerja juga akan memuat jadwal
pelaksanaan proyek. Hal ini mencakup tanggal mulai dan tanggal
selesai yang harus dipatuhi oleh kontraktor.
4. Pembayaran: Kontrak akan mengatur ketentuan pembayaran,
termasuk jumlah pembayaran, metode pembayaran, dan jadwal
pembayaran. Ini meliputi pembayaran tahap, pembayaran
progresif, atau sistem pembayaran lainnya yang disepakati.
5. Perubahan dan Variasi: Kontrak harus mencakup ketentuan
mengenai perubahan atau variasi yang mungkin terjadi selama
pelaksanaan proyek. Ini termasuk prosedur untuk mengajukan
perubahan, persetujuan perubahan, dan pengaruhnya terhadap
biaya dan jadwal proyek.
6. Jaminan Kualitas: Kontrak juga mungkin mencakup persyaratan
jaminan kualitas dan standar yang harus dipenuhi oleh kontraktor.

1 Nazarkhan Yasin, Mengenal Kontrak Konstruksi di Indonesia, PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
2006, hal.9

4
Ini dapat mencakup penggunaan bahan tertentu, metode konstruksi,
atau pemenuhan persyaratan teknis lainnya.
7. Sengketa dan Penyelesaian: Kontrak kerja harus mencakup
ketentuan mengenai penyelesaian sengketa yang mungkin timbul
antara pemilik proyek dan kontraktor. Hal ini meliputi prosedur
negosiasi, mediasi, atau arbitrase yang akan digunakan untuk
menyelesaikan perselisihan.
Pendahuluan mengenai kontrak kerja dalam pelaksanaan pembangunan
memberikan pemahaman awal mengenai peran, tanggung jawab, dan hak-hak
yang terkait dengan proyek konstruksi. Dengan memahami aspek-aspek ini,
pemilik proyek dan kontraktor dapat menjalankan proyek dengan lebih efisien
dan menghindari potensi sengketa di masa depan.
Dalam umurnya yang telah lebih dari 60 tahun, Republik Indonesia telah
melakukan berbagai pembangunan di berbagai sektor. Bangsa Indonesia telah
melalui masa-masa sulit sebagai suatu negara muda yang penuh tantangan baik
dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Hasil pembangunan itu tampak dari
antara lain semakin banyaknya gedung bertingkat, semakin baiknya sarana
infrastruktur jalan dan jembatan, dibangunnya berbagai sarana irigasi dan
bendungan serta sarana prasarana lain. Tentunya hasil pembangunan tersebut
merupakan buah dari suatu proses panjang dan kerja keras antara pemerintah dan
masyarakat jasa konstruksi dengan tidak melupakan peran serta mayarakat umum
secara luas. Tanpa kolaborasi ketiga pihak tersebut, tentunya tidak akan tercapai
tujuan pembangunan seperti yang tercantum dalam sila kelima Pancasila yaitu
kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam pembangunan nasional, jasa konstruksi mempunyai peranan
penting dan strategis mengingat jasa konstruksi menghasilkan produk akhir
berupa bangunan atau bentuk fisik lainnya, baik yang berupa prasarana maupun
sarana yang berfungsi mendukung pertumbuhan dan perkembangan berbagai
bidang, terutama bidang ekonomi, sosial, dan budaya untuk mewujudkan
masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Selain berperan mendukung
berbagai bidang pembangunan, jasa konstruksi berperan pula untuk mendukung
tumbuh dan berkembangnya berbagai industri barang dan jasa yang diperlukan
dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi2.
Sejarah perkembangan jasa konstruksi di Indonesia modern dimulai sejak
proklamasi kemerdekaan sampai dengan saat ini. Tingkat perkembangan jasa
konstruksi sangat tergantung pada tingakt pembangunan yang dicanangkan

2 Penjelasan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, TAMBAHAN


LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3833

5
pemerintah, terutama yang berhubungan dengan proyek-proyek infrastruktur
yang dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas fasilitas
kepentingan umum. Dunia konstruksi berkembang lebih baik, saat pemerintahan
orde lama memulai proyek prestisius untuk mensejajarkan Indonesia dengan
negara-negara lain didunia. Berbagai proyek mercusuar dilaksanakan oleh
pemerintah antara lain pembangunan Tugu Monas berikut kompleksnya,
Lapangan Gelora Bung Karno di Senayan, Mesjid Istiqlal, Jembatan Ampera di
Palembang sampai dengan Semanggi Interchange Road, merupakan contoh awal
menggeliatnya pembangunan konstruksi di Indonesia

B. RUMUSAN MASALAH
Sesuai dengan latar belakang masalah di atas maka kami merumuskan
masalah dalam beberapa pertanyaan :
1. Apa yang dimaksud dengan kontrak konstruksi ?
2. Apa yang dimaksud dengan kontrak konstruksi sebagai sebuah
hukum perdata ?
3. Bagaiamana sengketa atau klaim dalam kontrak konstruksi ?
4. Bagaimanakah peran pemerintah sebagai badan hukum politik ?
5. Bagaimanakah kontrak kerja dalam pelaksanaan pembangunan ?

C. TUJUAN MASALAH
Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka kami dapat menyimpulkan
suatu tujuan dalam beberapa pernyataan :
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kongtrak konstruksi
2. Mengetahui yang dimaksud dengan kontrak konstruksi sebagai
sebuah hukum perdata
3. Mengetahui sengketa atau klaim dalam kontrak konstruksi
4. Mengetahui peran pemerintah sebagai badan hukum politik
5. Mengetahui kontrak kerja dalam pelaksanaan pembangunan

6
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kontrak Konstruksi

Kontrak konstruksi adalah perjanjian tertulis antara dua pihak atau lebih
yang mengatur syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan dalam pelaksanaan suatu
proyek konstruksi. Kontrak konstruksi biasanya dilakukan antara pemilik
proyek (biasanya disebut sebagai pemberi kontrak) dan kontraktor (biasanya
disebut sebagai penerima kontrak).

Kontrak konstruksi mengatur hak dan kewajiban masing-masing pihak


yang terlibat dalam proyek konstruksi. Hal-hal yang biasanya diatur dalam
kontrak konstruksi antara lain3:
1. Lingkup pekerjaan: Kontrak konstruksi menjelaskan secara rinci
mengenai pekerjaan yang harus dilakukan oleh kontraktor,
termasuk jenis pekerjaan, spesifikasi teknis, dan batasan-batasan
pekerjaan.
2. Jadwal: Kontrak konstruksi biasanya mencakup jadwal
pelaksanaan proyek, termasuk tanggal mulai dan tanggal selesai
yang harus dipatuhi oleh kontraktor. Jadwal ini membantu
mengatur waktu pelaksanaan proyek agar sesuai dengan target
yang telah ditetapkan.
3. Biaya: Kontrak konstruksi mengatur mengenai biaya proyek,
termasuk harga keseluruhan proyek, pembayaran yang harus
dilakukan, dan penyesuaian harga jika ada perubahan kondisi atau
perubahan peraturan yang mempengaruhi biaya proyek.
4. Syarat-syarat pembayaran: Kontrak konstruksi mencakup
ketentuan mengenai pembayaran kepada kontraktor, termasuk
jadwal pembayaran, mekanisme penagihan, dan perincian
pembayaran yang harus dilakukan berdasarkan pencapaian
pekerjaan.
5. Perubahan kontrak: Kontrak konstruksi juga mengatur prosedur
perubahan kontrak jika terjadi perubahan lingkup pekerjaan,
spesifikasi, jadwal, atau biaya proyek. Perubahan kontrak
biasanya memerlukan persetujuan kedua belah pihak dan sering
kali melibatkan negosiasi.
6. Jaminan dan penyelesaian sengketa: Kontrak konstruksi dapat
mencakup ketentuan mengenai jaminan pelaksanaan, jaminan
kualitas pekerjaan, dan mekanisme penyelesaian sengketa antara
pemberi kontrak dan kontraktor.

3 Subekti, Hukum Perjanjian, Cetakan ke VIII, PT.Intermasa, Jakarta, hal.13


7
Tujuan kontrak konstruksi adalah untuk melindungi kepentingan kedua
belah pihak dan memastikan pelaksanaan proyek konstruksi dilakukan sesuai
dengan persyaratan yang telah disepakati. Kontrak konstruksi juga membantu
mengurangi risiko dan memperjelas hak dan kewajiban masing-masing pihak
yang terlibat dalam proyek konstruksi.

B. Kontrak Konstruksi sebagai Hukum Perdata


Di Indonesia, hukum yang mengatur mengenai perikatan terdapat dalam
Buku Ketiga Tentang Perikatan pada KUH Perdata (BW). Pengertian dasar
mengenai kontrak/perjanjian diberikan oleh KUH Perdata tersebut yaitu suatu
perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Berangkat dari
pehamanan tersebut, perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan diantara pihak
(minimal 2 pihak). Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian
perkataan yang mengandung hak dan kewajiban para pihak yang dibuat secara
tertulis untuk menjadi alat bukti bagi para pihak4.
Berikut ini adalah beberapa pengertian perikatan menurut para ahli:
1. Menurut Hofmann
Perikatan adalah suatu hubungan hukum antara sejumlah
terbatas subjek-subjek hukum sehubungan dengan itu seorang
atau beberapa orang daripadanya (debitur atau para debitur)
mengikatkan dirinya untuk bersikap menurut cara-cara tertentu
terhadap pihakn yang lain, yang berhak atas sikap yang demikian
itu.
2. Menurut Pitlo
Perikatan adalah suatu hubungan hukum yang bersifat harta
kekayaan antara dua orang atau lebih, atas dasar mana pihak
yang satu berhak (kreditur) dan pihak yang lain (debitur)
berkewajiban atas prestasi
3. Menurut Subekti
Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji
kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanjian
untuk melaksanakan suatu hal

Dari uraian tersebut diatas, maka dapat diketahui arti penting suatu
kontrak adalah5 :

4 Rosa Agustina, Pengantar Hukum Perikatan dan Perjanjian Perdata, Pelatihan Kontrak Konstruksi
untuk Departemen Pekerjaan Umum, 29 Mei 2007.
5 Hikmahanto Juwana, Kontrak Bisnis Yang Berdimensi Publik, Jurnal Magister Hukum, Vol.2 No.1,
Februari 2000

8
▪ Untuk mengetahui perikatan apa yang dilakukan dan kapan serta
dimana kontrak tersebut dilakukan;
▪ Untuk mengetahui secara jelas siapa yang saling mengikatkan diri
dalam kontrak tersebut;
▪ Untuk mengetahui hak dan kewajiban para pihak, apa yang harus, apa
yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh para pihak;
▪ Untuk mengetahui syarat-syarat berlakunya kontrak tersebut;

▪ Untuk mengetahui cara-cara yang dipilih untuk menyelesaikan


perselisihan dan pilihan domisili hukum yang dipilih bila terjadi
perselisihan antara pihak;
▪ Untuk mengetahui kapan berakhirnya kontrak, atau hal-hal apa saja
yang mengakibatkan berakhirnya kontrak tersebut;
▪ Sebagai alat untuk memantau bagi para pihak, apakah pihak lawan
masing-masing telah menunaikan prestasinya masing-masing atau
belum, atau bahkan malah telah melakukan suatu wanprestasi;
▪ Sebagai alat bukti bagi para pihak, apabila terjadi perselisihan
dikemudian hari, termasuk apabila terjadi wanprestasi oleh salah satu
pihak dalam kontrak tersebut.
Kontrak konstruksi sendiri merupakan salah satu bentuk perikatan perdata
yang dilakukan secara tertulis mengenai pekerjaan konstruksi. Secara lebih
khusus, kontrak konstruksi diatur dalam UU No.18 Tahun 1999 Tentang Jasa
Konstruksi. Didalam UU tersebut kontrak konstruksi dikenal dengan istilah
kontrak kerja konstruksi yang berarti keseluruhan dokumen yang mengatur
hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam
penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.
Dalam Kontrak Kerja Konstruksi, sekurang-kurangnya harus mencakup
uraian mengenai:
1. Para pihak, yang memuat secara jelas identitas para pihak;
2. Rumusan pekerjaan, yang memuat uraian yang jelas dan rinci tentang
lingkup kerja, nilai pekerjaan, dan batasan waktu pelaksanaan;
3. Masa pertanggungan dan/atau pemeliharaan, yang memuat tentang
jangka waktu pertanggungan dan/atau pemeliharaan yang menjadi
tanggung jawab penyedia jasa;
4. Tenaga ahli, yang memuat ketentuan tentang jumlah, klasifikasi dan
kualifikasi tenaga ahli untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi;
5. Hak dan kewajiban, yang memuat hak pengguna jasa untuk
memperoleh hasil pekerjaan konstruksi serta kewajibannya untuk
memenuhi ketentuan yang diperjanjikan serta hak penyedia jasa untuk
memperoleh informasi dan imbalan jasa serta kewajibannya
melaksanakan pekerjaan konstruksi;
6. Cara pembayaran, yang memuat ketentuan tentang kewajiban
pengguna jasa dalam melakukan pembayaran hasil pekerjaan
konstruksi;
9
7. Cedera janji, yang memuat ketentuan tentnag tanggung jawab dalam
hal salah satu pihak tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana
diperjanjikan;
8. Penyelesaian perselisihan, yang memuat ketentuan tentang tata cara
penyelesaian perselisihan akibat ketidak sepakatan;
9. Pemutusan kontrak kerja konstruksi, yang memuat ketentuan tentang
pemutusan kontrak kerja konstruksi yang timbul akibat tidak dapat
dipenuhinya kewajiban salah satu pihak;
10. Keadaan memaksa (force majeure), yang memuat ketentuan tentang
kejadian yang timbul diluar kemauan dan kemampuan para pihak yang
menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak;
11. Kegagalan bangunan, yang memuat ketentuan tentang kewajiban
penyedia jasa dan/atau pengguna jasa atas kegagalan bangunan;
12. Perlindungan pekerja, yang memuat ketentuan tentang kewajiban para
pihak dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja serta
jaminan sosial;
13. Aspek lingkungan, yang memuat kewajiban para pihak dalam
pemenuhan ketentuan tentang lingkungan

C. Sengketa atau Klaim pada Kontrak Konstruksi


Beberapa pengertian klaim menurut beberapa Kepustakaan Indonesia 6:

1. Kamus Besar Bahasa Indonesia, WJS Purwadarminta Edisi Kedua,


hlm.506: Klaim n.
2. Tuntutan pengakuan atas suatu fakta bahwa seorang berhak (untuk
memiliki atau mempunyai) atas sesuatu, “Pemerintah Indonesia akan
mengajukan klaim ganti rugi kepada pemilik kapal asing itu”
3. Pernyataan tentang sesuatu fakta atau kebenaran sesuatu: dia
mengajukan klaim bahwa barang-barang elektronik itu miliknya .

Mengklaim7

1. Meminta atau menuntut pengakuan atas sesuatu fakta bahwa


seseorang (suatu organisasi, perkumpulan, Negara, dsb) berhak
memiliki atau mempunyai atas sesuatu; ada negara lain yang klaim
kepulauan itu.

6 Tim Penyusun Hukum Kontrak Konstruksi dan Non Konstruksi, Hukum Kontrak Konstruksi dan
Non Konstruksi,Kerukunan Pensiunan Departemen Keuangan Bekerja sama dengan Badan Kajian dan
Pengembangan Pengadaan Jasa Konstruksi/Tanah, Pengadaan Barang, Jasa Pelelangan Serta Sistem
Pengelolaan Keuangan dan Investasi, hal.7
7 Nazarkhan Yasin, Mengenal Klaim Konstruksi dan Penyelesaian Sengketa Konstruksi, Cetakan
kedua, PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008, hal.16-18

10
Menyatakan suatu fakta atau kebenaran sesuatu. Pemerintah baru
klaim bahwa tokoh politik itu meninggal karena bunuh diri.
2. Kamus Umum Bahasa Indoensia, Badudu – Zain halaman 700:
“Klaim (Ing) Tuntutan atas sesuatu yang dianggap menjadi hak;
tuntutan atas sesuatu yang dianggap menyalahi perjanjian atau
kontrak: Filipina akhirnya melepaskan klaimnya atas Sabah.
Perusahaan itu mengadakan klaim atas pengiriman barang- barang
kiriman yang menyalahi kontrak kepada perusahaan pengirimannya.
3. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Drs. Peter Salim, Yenny
Salim – Edisi Pertama, hlm.747:
“Klaim n 1.tuntutan pengakuan bahwa seseorang berhak memiliki
atas sesuatu. Orang itu mengajukan klaim ganti rugi atas kecelakaan
yang dialami anaknya kepada supir yang menabraknya. 2.
pernyataan kebenaran atas sesuatu. Dia mengajukan klaim bahwa
mobil itu benar mobilnya yang hilang dicuri.{1} Mengklaim vt
menuntut pengakuan atas suatu kebenaran bahwa seseorang,
organisasi, perkumpulan, negara, dan sebagainya berhak atas
sesuatu. Polisi baru saja mengklaim bahwa kecelakaan itu disengaja.
Dari berbagai pengertian tersebut diatas, apabila dikaitkan dengan
bidang konstruksi, maka dapat kita pahami bahwa klaim konstruksi adalah
klaim yang timbul dari atau sehubungan dengan pelaksanaan suatu pekerjaan
jasa konstruksi antara pengguna jasa dan penyedia jasa atau antara penyedia
jasa utama dengan sub penyedia jasa atau pemasok bahan atau antara pihak luar
dan pengguna/penyedia jasa yang biasanya mengenai permintaan tambahan
waktu, biaya atau kompensasi lain8.
Klaim konstruksi merupakan hal yang wajar dalam pelaksanaan
pekerjaan konstruksi. Namun dalam perkembangannya, klaim konstruksi mulai
marak dilakukan semenjak krisis ekonomi 1997. Hal tersebut patut dimengerti
sebagai sebuah tuntutan agar para penyedia jasa konstruksi tetap dapat eksis
dalam badai krisis ekonomi.

D. Pemerintah Sebagai Badan Hukum Politik


Salah satu unsur penting dalam pembuatan kontrak konstruksi adalah subjek
hukum. Selama ini, lazim diterima bahwa yang termasuk kedalam subjek hukum
adalah orang (natural person) dan badan hukum (rechtsperson). Badan hukum yang
diakui oleh hukum Indonesia antara lain adalah Perseroan Terbatas (PT), Yayasan dan
Koperasi. Lalu kemudian timbul pertanyaan, dimana posisi Negara Indonesia?
Dapatkah Negara berkedudukan sebagai subjek hukum dan membuat perikatan
sebagaimana layaknya subjek hukum lain?

8 Hasanuddin Rahman, Legal Drafting, Cetakan ke I, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal 3

11
Menurut R.Wirjono Prodjodikoro, Negara termasuk ke dalam badan hukum
sama seperti daerah otonom, perkumpulan orang-orang (corporatie), perusahaan atau
harta benda yang tertentu (yayasan). Badan-badan hukum tersebut dapat turut serta
dalam pergaulan hidup di masyarakat, dapat menjual atau membeli barang, dapat sewa
atau menyewakan barang, dapat tukar menukar barang, dapat menjadi majikan dalam
persetujuan perburuhan, dan juga dapat dipertanggungjawabkan atastindakan
melanggar hukum yang merugikan orang lain9.

Secara hukum, menurut R.Wirjono Prodjodikoro, Negara-lah yang dapat


bertindak dalam pergaulan hidup dimasyarakat dan negara dalam hal tersebut
bertindak dalam 2 (dua) cara, yaitu:

▪ Pertama, secara sama dengan badan hukum partikelir (swasta) seperti jual beli
barang, sewa menyewa barang, dan lain-lain;

▪ Kedua, dalam kedudukannya sebagai pemerintah, yang bertugas untuk


menyelenggarakan kesejahteraan Indonesia.

Tindakan pemerintah/administrasi negara tersebut ada pembatasannya, yaitu


tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan atau kepentingan
umum, tidak boleh melawan hukum (onrechtmatig), baik formal maupun materiil
dalam arti luas, tidak boleh melampaui/menyelewengkan kewenangan menurut
undang-undang (kompetentie)10.

Tindakan administrasi negara dalam bidang hukum privat dapat terjadi dalam
arti administrasi negara mengadakan hubungan hukum (rechtsbetrekking) dengan
subyek hukum lain berdasarkan hukum privat. Misalnya, sewa menyewa tanah
eigendom (pasal 1457 BW), rumah atau ruangan (pasal 1548 BW) oleh penguasa dan
pihak lain.

Keikutsertaan badan administrasi negara dalam perbuatan hukum keperdataan


ikut mempengaruhi hubungan hukum keperdataan yang berlangsung dalam
masyarakat umum. Hal ini disebabkan perjanjian yang diadakan oleh badan
administrasi negara dilakukan dengan warga masyarakat dan badan hukum perdata.
Bukan tidak mungkin berbagai ketentuan hukum publik (terutama peraturan
perundang-undangan hukum tata usaha negara) akan menyusup dan mempengaruhi
peraturan hukum keperdataan.

E. Kontrak Kerja dalam Pelaksanaan Pembangunan


Kontrak kerja dalam pelaksanaan pembangunan adalah perjanjian tertulis
antara pemberi kerja (biasanya pemilik proyek) dan kontraktor (pihak yang
bertanggung jawab melaksanakan pekerjaan konstruksi) yang mengatur hak,

9 Pasal 22 ayat (2) UU No.18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi, Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 54

12
kewajiban, dan tanggung jawab masing-masing pihak dalam proyek
pembangunan
Berikut ini adalah beberapa poin penting yang biasanya diatur dalam
kontrak kerja dalam pelaksanaan pembangunan:
1. Identitas Pihak Terkait: Kontrak harus mencantumkan identitas
lengkap pemberi kerja dan kontraktor, termasuk alamat, nomor
kontak, dan informasi perusahaan terkait.
2. Ruang Lingkup Pekerjaan: Kontrak harus menjelaskan secara rinci
pekerjaan yang harus dilakukan oleh kontraktor. Ini mencakup
gambar teknis, spesifikasi, dan dokumen lain yang merinci pekerjaan
yang harus dilaksanakan.
3. Waktu Pelaksanaan: Kontrak harus mencantumkan waktu mulai dan
waktu selesai proyek, serta tenggat waktu untuk mencapai berbagai
tahapan pekerjaan. Ini membantu mengatur jadwal dan menghindari
penundaan yang tidak perlu.
4. Pembayaran: Kontrak harus mengatur besaran dan jadwal
pembayaran kepada kontraktor. Ini mencakup pembayaran awal,
pembayaran seiring kemajuan proyek, dan pembayaran akhir setelah
penyelesaian pekerjaan. Detail tentang metode pembayaran juga
harus disebutkan.
5. Persyaratan Hukum dan Peraturan: Kontrak harus mencakup
persyaratan hukum dan peraturan yang harus dipatuhi oleh kontraktor
dalam melaksanakan proyek, seperti perizinan, izin lingkungan, dan
peraturan keselamatan kerja.
6. Perubahan Lingkup Pekerjaan: Kontrak harus menjelaskan prosedur
untuk mengatasi perubahan lingkup pekerjaan jika terjadi perubahan
yang diperlukan selama proyek. Ini termasuk cara menangani
perubahan harga dan jadwal akibat perubahan tersebut.
7. Jaminan dan Penjaminan: Kontrak harus mencantumkan jaminan atau
penjaminan yang diberikan oleh kontraktor terkait dengan kualitas
pekerjaan, waktu penyelesaian, dan pemeliharaan pasca-konstruksi.
8. Sanksi dan Penalti: Kontrak dapat mencantumkan sanksi atau penalti
yang akan dikenakan jika salah satu pihak melanggar ketentuan
kontrak, seperti penundaan yang tidak dapat dijustifikasi atau
pelaksanaan pekerjaan yang tidak memenuhi standar yang ditetapkan.
9. Penyelesaian Sengketa: Kontrak dapat mencantumkan mekanisme
penyelesaian sengketa, seperti negosiasi, mediasi, atau arbitrase, jika
terjadi perselisihan antara pemberi kerja dan kontraktor.
10. Ketentuan Lainnya: Kontrak dapat mencakup ketentuan-ketentuan
lain yang dianggap perlu, seperti asuransi, perubahan harga material,
ganti rugi, dan pembebasan tanggung jawab.

13
Penting untuk dicatat bahwa kontrak kerja dalam pelaksanaan
pembangunan biasanya disusun oleh para ahli hukum yang berpengalaman
dalam bidang konstruksi. Kontrak yang jelas, komprehensif, dan saling
menguntungkan bagi kedua belah pihak penting untuk menjaga kelancaran dan
kesuksesan proyek pembangunan11.

11 Safri Nugraha, et.al.,Hukum Administrasi Negara, Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas
Indonesia, Jakarta, 2005, hal.60

14
BAB 3
PENUTUP
1. Kesimpulan & Saran
Kesimpulan kontrak konstruksi adalah dokumen yang menyimpulkan
dan mencantumkan kesepakatan antara pemberi kerja (pemilik proyek) dan
kontraktor (pihak yang melaksanakan pekerjaan konstruksi). Ini mengatur hak,
kewajiban, dan tanggung jawab masing-masing pihak dalam pelaksanaan
proyek pembangunan. Beberapa poin utama yang harus dicakup dalam
kesimpulan kontrak konstruksi meliputi:

Identitas Pihak Terkait: Menyebutkan identitas lengkap pemberi kerja


dan kontraktor yang terlibat dalam proyek, termasuk alamat, nomor kontak,
dan informasi perusahaan terkait.

Ruang Lingkup Pekerjaan: Menjelaskan secara rinci pekerjaan yang


harus dilakukan oleh kontraktor, termasuk gambar teknis, spesifikasi, dan
dokumen lain yang merinci pekerjaan yang harus dilaksanakan.

Waktu Pelaksanaan: Menyebutkan waktu mulai dan waktu selesai


proyek, serta tenggat waktu untuk mencapai berbagai tahapan pekerjaan.

Pembayaran: Menjelaskan besaran dan jadwal pembayaran kepada


kontraktor, termasuk pembayaran awal, pembayaran seiring kemajuan proyek,
dan pembayaran akhir setelah penyelesaian pekerjaan.

Persyaratan Hukum dan Peraturan: Menyebutkan persyaratan hukum


dan peraturan yang harus dipatuhi oleh kontraktor dalam melaksanakan
proyek, seperti perizinan, izin lingkungan, dan peraturan keselamatan kerja.

Perubahan Lingkup Pekerjaan: Menjelaskan prosedur untuk mengatasi


perubahan lingkup pekerjaan jika terjadi perubahan yang diperlukan selama
proyek, termasuk penanganan perubahan harga dan jadwal.

Jaminan dan Penjaminan: Menyebutkan jaminan atau penjaminan yang


diberikan oleh kontraktor terkait dengan kualitas pekerjaan, waktu
penyelesaian, dan pemeliharaan pasca-konstruksi.

Sanksi dan Penalti: Menyebutkan sanksi atau penalti yang akan


dikenakan jika salah satu pihak melanggar ketentuan kontrak, seperti
penundaan yang tidak dapat dijustifikasi atau pelaksanaan pekerjaan yang tidak
memenuhi standar yang ditetapkan.

15
Penyelesaian Sengketa: Menjelaskan mekanisme penyelesaian
sengketa yang akan digunakan jika terjadi perselisihan antara pemberi kerja
dan kontraktor, seperti negosiasi, mediasi, atau arbitrase.

Ketentuan Lainnya: Mencantumkan ketentuan-ketentuan lain yang


dianggap perlu, seperti asuransi, perubahan harga material, dan pembebasan
tanggung jawab.

Berikut adalah beberapa saran yang dapat membantu dalam menyusun


kontrak konstruksi yang efektif:
1. Gunakan Bahasa yang Jelas dan Tepat: Pastikan kontrak ditulis
dengan bahasa yang jelas, mudah dipahami, dan tidak ambigu.
Hindari penggunaan istilah teknis yang mungkin sulit dipahami oleh
pihak non-teknis.
2. Tetapkan Ruang Lingkup Pekerjaan dengan Rinci: Sertakan
deskripsi yang rinci tentang ruang lingkup pekerjaan yang harus
dilakukan oleh kontraktor. Gunakan gambar teknis, spesifikasi, dan
dokumen lain yang relevan untuk menghindari penafsiran yang
salah atau kebingungan.
3. Tentukan Waktu Pelaksanaan dan Tenggat Waktu: Tetapkan waktu
mulai dan waktu selesai proyek, serta tenggat waktu untuk
mencapai berbagai tahapan pekerjaan. Juga, sertakan mekanisme
untuk menangani perubahan waktu jika terjadi perubahan yang
diperlukan.
4. Perhatikan Pembayaran dan Fasilitas Keuangan: Tentukan dengan
jelas besaran dan jadwal pembayaran kepada kontraktor. Sertakan
ketentuan tentang pembayaran awal, pembayaran seiring kemajuan
proyek, dan pembayaran akhir setelah penyelesaian pekerjaan. Juga,
pertimbangkan pengaturan jaminan pembayaran atau garansi jika
diperlukan.
5. Sertakan Persyaratan Hukum dan Peraturan: Pastikan kontrak
mencakup persyaratan hukum dan peraturan yang harus dipatuhi
oleh kontraktor, seperti perizinan, izin lingkungan, dan peraturan
keselamatan kerja. Hal ini penting untuk memastikan kepatuhan
yang tepat dalam pelaksanaan proyek.
6. Pertimbangkan Ketentuan Perubahan Lingkup Pekerjaan: Sertakan
mekanisme yang jelas untuk mengatasi perubahan lingkup
pekerjaan jika terjadi perubahan yang diperlukan selama proyek.
Tetapkan prosedur untuk mengajukan, meninjau, dan menyetujui
perubahan, serta dampaknya terhadap harga dan jadwal.
7. Jaminan dan Penjaminan: Tentukan jaminan atau penjaminan yang
diberikan oleh kontraktor terkait dengan kualitas pekerjaan, waktu
penyelesaian, dan pemeliharaan pasca-konstruksi. Hal ini akan
memberikan perlindungan dan kepercayaan bagi pemberi kerja
16
terhadap kualitas pekerjaan yang dilakukan.
8. Sanksi dan Penalti: Sertakan ketentuan yang mengatur sanksi atau
penalti jika salah satu pihak melanggar ketentuan kontrak. Hal ini
dapat mencakup penalti untuk penundaan yang tidak dapat
dijustifikasi, pelaksanaan pekerjaan yang tidak memenuhi standar,
atau pelanggaran lainnya.
9. Penyelesaian Sengketa: Sertakan mekanisme penyelesaian sengketa
yang jelas dan adil jika terjadi perselisihan antara pemberi kerja dan
kontraktor. Ini dapat mencakup negosiasi, mediasi,

17
DAFTAR PUSTAKA
Nazarkhan Yasin, Mengenal Kontrak Konstruksi di Indonesia, PT.Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 2006
Penjelasan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi,
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3833
Subekti, Hukum Perjanjian, Cetakan ke VIII, PT.Intermasa, Jakarta
Rosa Agustina, Pengantar Hukum Perikatan dan Perjanjian Perdata,
Pelatihan Kontrak Konstruksi untuk Departemen Pekerjaan Umum, 29 Mei 2007.
Hikmahanto Juwana, Kontrak Bisnis Yang Berdimensi Publik, Jurnal
Magister Hukum, Vol.2 No.1, Februari 2000
Tim Penyusun Hukum Kontrak Konstruksi dan Non Konstruksi, Hukum
Kontrak Konstruksi dan Non Konstruksi,Kerukunan Pensiunan Departemen Keuangan
Bekerja sama dengan Badan Kajian dan Pengembangan Pengadaan Jasa
Konstruksi/Tanah, Pengadaan Barang, Jasa Pelelangan Serta Sistem Pengelolaan
Keuangan dan Investasi
Nazarkhan Yasin, Mengenal Klaim Konstruksi dan Penyelesaian Sengketa
Konstruksi, Cetakan kedua, PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008, hal.16-18
Hasanuddin Rahman, Legal Drafting, Cetakan ke I, PT.Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2000
Pasal 22 ayat (2) UU No.18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi, Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 54
Safri Nugraha, et.al.,Hukum Administrasi Negara, Badan Penerbit Fakultas
Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2005

18

Anda mungkin juga menyukai