Anda di halaman 1dari 16

Aspek Hukum dan

Administrasi Proyek
Konstruksi

Rouzah Mutiara Silvia


NIM : 1904101010104
Bidang jasa kontruksi merupakan bidang yang utama dalam melaksanakan
pembangunan disetiap Negara. Jasa kontruksi adalah layanan jasa kontruksi
perencanaan pekerjaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan
pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultasi pengawasan pekerjaan
konstruksi. Para pihak dalam suatu pekerjaan konstruksi terdiri dari pengguna
jasa dan penyedia jasa.

Pengguna jasa dan penyedia jasa dapat merupakan orang perseorangan atau
badan usaha baik yang berbentuk badan hukum maupun yang bukan
berbentuk badan hukum. Penyedia jasa konstruksi yang merupakan
perseorangan hanya dapat melaksanakan pekerjaan konstruksi yang berisiko
kecil, yang berteknologi sederhana, dan yang berbiaya kecil.
Sedangkan pekerjaan konstruksi yang berisiko besar dan/atau yang
berteknologi tinggi dan/atau yang berbiaya besar hanya dapat dilakukan oleh
badan usaha yang berbentuk perseroan terbatas atau badan usaha asing yang
dipersamakan.
Pengertian Hukum Konstruksi
Hingga saat ini Construction and engineering law masih
diterjemahkan dalam beberapa versi, seperti hukum bangunan,
hukum konstruksi, aspek hukum dalam administrasi proyek,
administrasi kontrak konstruksi, atau aspek hukum dalam bidang
konstruksi. Walaupun demikian apapun istilah atau sebutannya,
semua merujuk pada suatu makna yang sama, yaitu

“ keseluruhan peraturan yang mengatur kegiatan dalam proyek


konstruksi, mulai dari tahap perencanaan hingga sampai
dengan tahap penyelesaian dan di manfaatkan oleh pengguna
atau pemakai”
Aspek Hukum Dalam
Bidang Konstruksi
Bidang konstruksi terkait dengan semua cabang ilmu
hukum. Hanya saja secara pokok dapat dikatakan ada
beberapa hukum yang bersifat sektoral, yang berkaitan erat
dengan bidang konstruksi, yaitu :
1) Hukum Perjanjian
2) Hukum Perijinan
3) Hukum pertanahan
4) Hukum lingkungan
5) Hukum jaminan
6) Hukum pertanggungan
7) Hukum ketenagakerjan
Dari beberapa bidang hukum tersebut, dapat dikatakan
bahwa proporsi keterkaitan yang terbesar adalah dengan
hukum perjanjian
Undang-Undang Mengenai Jasa
Konstruksi
Jasa Konstruksi diatur dengan UU tersendiri dan harus
menyesuaikan dengan perkembangan zaman. UU Jasa Konstruksi
terbaru saat ini adalah Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017
tentang Jasa Konstruksi.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi
mencabut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa
Konstruksi, karena belum dapat memenuhi tuntutan kebutuhan
tata kelola yang baik dan dinamika perkembangan
penyelenggaraan jasa konstruksi.
Landasan hukum Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang
Jasa Konstruksi adalah Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang ini mengatur penyelenggaraan Jasa Konstruksi dengan tujuan


untuk
memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan Jasa Konstruksi untuk
mewujudkan struktur usaha yang kukuh, andal, berdaya saing tinggi, dan hasil
Jasa Konstruksi yang berkualitas
mewujudkan tertib penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang menjamin
kesetaraan kedudukan antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dalam
menjalankan hak dan kewajiban, serta
meningkatkan kepatuhan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
mewujudkan peningkatan partisipasi masyarakat di bidang Jasa Konstruksi
menata sistem Jasa Konstruksi yang mampu mewujudkan keselamatan publik
dan menciptakan kenyamanan lingkungan terbangun
menjamin tata kelola penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang baik dan
menciptakan integrasi nilai tambah dari seluruh tahapan penyelenggaraan
Jasa Konstruksi

ADMINISTRASI KONTRAK
Administrasi kontrak dapat didefinisikan sebagai
penanganan kontrak secara komersial, dari sejak
dimulainya kontrak dan tandatangan kontrak sampai
dengan kontrak tersebut berakhir. Dalam menjalankan
suatu pekerjaan / bisnis, suatu kontrak dibuat sebagai
bentuk penuangan kerjasama antar organisasi /
perusahaan yang terlibat didalamnya
Isi kontrak adalah berupa perjanjian kerjasama yang melibatkan beberapa pihak
dalam pencapaian tujuan / kesuksesan proyek yang dijalankan, hal ini diadakan
sebagai bentuk pertahanan dan pengembangan bisnis yang akan dilakukan
ditengah maraknya persaingan bisnis dan perkembangan zaman saat ini. Dalam
menjalankan suatu kontrak, tidak semuanya dapat berjalan dengan mulus,
perselisihan / konflik dapat timbul sewaktu-waktu.

Perselisihan atau konflik dapat didefinisikan sebagai ketidaksesuaian antara para


pihak yang sedang mengadakan hubungan / kerja sama. Pereilisihan tentunya
dapat terjadi dalam kehidupan manusia sehari-hari, tidak terkecuali dalam proyek
konstruksi yang tentunya melibatkan banyak pihak didalamnya.

Oleh karenanya, dalam menjalankan suatu proyek konstruksi diperlukan


pengetahuan aspek hukum dan administrasi proyek konstruksi yang mendalam
guna menghindari sengketa / konflik yang mungkin terjadi..
Sengketa Konstruksi
Sengketa konstruksi adalah sengketa yang terjadi sehubungan dengan pelaksanaan suatu
usaha jasa konstruksi antara para pihak tersebut dalam suatu kontrak konstruksi
Disebut juga Construction Dispute
Sengketa di bidang perdata sesuai UU No. 30/1999 Pasal 5 diijinkan penyelesaian melalui
arbitrase

Mekanisme penyelesaian perselisihan dengan melibatkan badan arbitrase :


Badan arbitrase terdiri dari arbitrator:


pengacara, kontraktor, konsultan (engineer), dan konsultan klaim.
Arbitrator harus memiliki pengetahuan bidang konstruksi dan memahami permasalahan
sengketa yang dihadapinya.
Apabila tidak mencapai penyelesaian maka kedua belah pihak dapat menempuh jalur
hukum melalui proses pengadilan (litigasi)
Alternatif penyelesaian
sengketa
Meliputi :
Negosiasi
Mediasi
Arbitrase
Litigasi
Makin kompleks, butuh waktu dan biaya, substansi makin kecil

" Dispute are costly, but resolving disputes may even be costlier"
Jenis-jenis Kontrak Konstruksi

Dalam Peraturan Presiden nomor 12 tahun 2021 tentang Perubahan atas


Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah, telah diatur bahwa jenis kontrak untuk pengadaan
barang/jasa harus menggunakan jenis kontrak yang sesuai dengan jenis
pekerjaan yang dilaksanakan. Salah satu jenis pekerjaan dimaksud adalah
pengadaan jasa konstruksi. Jenis kontrak yang ditetapkan untuk
pengadaan jasa konstruksi adalah Kontrak Lump Sum, Kontrak Harga
Satuan, Kontrak Gabungan, Kontrak Payung, dan Kontrak Biaya Plus
Imbalan. Para KPA dan PPK harus memahami jenis-jenis kontrak tersebut.
Kontrak Harga Kontrak
Satuan Lumpsum
Kontrak Harga Satuan adalah Lump sum adalah perjanjian
kontrak yang menyepakati bersifat tetap pada nilai
volume atau kuantitas keseluruhan kontrak yang akan
pekerjaan dengan spesifikasi dibayarkan oleh pihak pemberi
teknis tertentu masih bersifat kerja kepada pihak penerima
perkiraan. Sistem pembayaran kerja atau kontraktor.
anggaran didasarkan pada Dalam kontrak lump sum,
hasil pengukuran bersama semua risiko pekerjaan yang
atas pekerjaan yang telah terjadi selama proyek
benar-benar selesai dikerjakan berlangsung dianggap
kontraktor. Karena itu, sistem sebagai tanggung jawab
kontrak ini memungkinkan kontraktor. Termasuk jika
adanya penambahan atau selama proyek terjadi
pengurangan pekerjaan. Hal penyesuaian harga bahan
ini didasari oleh hasil baku dan sumber daya
pengukuran bersama atas lainnya, maka itu akan menjadi
pekerjaan yang memang tanggung jawab pihak
diperlukan di lapangan. kontraktor.

Kontrak Kontrak Payung


Secara garis besar, pengertian
Gabungan kontrak payung adalah sebuah
perjanjian atau persetujuan atas
pengadaan barang atau jasa
dalam jumlah tertentu. Kontrak
Seperti namanya, jenis ini dilakukan dalam waktu dan
kontrak ini merupakan atas tarif per barang yang telah
penggabungan karakteristik disepakati.
kontrak lump sum dan Pada umumnya, kontrak ini
harga satuan. Di mana, muncul saat ada transaksi yang
poin-poin yang disepakati pasti dan berulang. Meskipun
sebenarnya volume barang atau
dalam kontrak dibuat jasa yang diadakan belum tentu
berdasarkan kesepakatan sama dan dapat berubah.
bersama antara pemilik Kontrak ini diadakan untuk
proyek dan kontraktor. menjamin harga barang atau
jasa (BJ) yang lebih efisien,
kesediaan BJ terjamin dan
sifatnya dibutuhkan secara
berulang dengan volume atau
kuantitas pekerjaan yang belum
dapat ditentukan.
Kontrak Biaya
Plus Imbalan
adalah kontrak pengadaan
barang/jasa konstruksi dimana
kontraktor menerima imbalan
jasa yang nilainya disepakati oleh
kedua belah pihak.
Kontrak ini memberikan
kewenangan kepada kontraktor
sampai pada plafon biaya
tertentu, setelah batas plafon
terlampaui maka segala biaya
dan resiko menjadi tanggung
jawab kontraktor (kontraktor
terjamin biaya dan fee
didapatkan selama pengeluaran
dibawah plafon ditetapkan dalam
kontrak).
Suatu kontrak kerja konstruksi
sekurang-lurangnya harus
mencakup mengenai:
1. para pihak, memuat secara jelas identitas para pihak;
2. rumusan pekerjaan, memuat uraian yang jelas dan rinci tentang lingkup kerja, nilai
pekerjaan, dan batasan waktu pelaksanaan;
3. masa pertanggungan dan/atau pemeliharaan, memuat jangka waktu
pertanggungan dan/atau pemeliharaan yang menjadi tanggung jawab penyedia
jasa;
4. tenaga ahli, memuat ketentuan jumlah, klasifikasi dan kualifikasi tenaga ahli untuk
melaksanakan pekerjaan konstruksi;
5. hak dan kewajiban, memuat hak pengguna jasa untuk memperoleh hasil pekerjaan
konstruksi serta kewajibannya untuk memenuhi ketentuan yang diperjanjikan serta
hak penyedia jasa untuk memperoleh informasi dan imbalan jasa serta kewajibannya
melaksanakan pekerjaan konstruksi;
6. cara pembayaran, memuat ketentuan tentang kewajiban pengguna jasa dalam
melakukan pembayaran hasil pekerjaan konstruksi;
7. cidera janji, memuat ketentuan tentang tanggung jawab dalam hal salah satu pihak
tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana diperjanjikan;

Suatu kontrak kerja konstruksi


sekurang-lurangnya harus
mencakup mengenai:
8. penyelesaian perselisihan, memuat ketentuan tentang tata cara penyelesaian
perselisihan akibat ketidaksepakatan;
9. pemutusan kontrak kerja konstruksi, memuat ketentuan tentang pemutusan
kontrak kerja konstruksi yang timbul akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban
salah satu pihak;
10. keadaan memaksa (force majeure), memuat ketentuan tentang kejadian
yang timbul di luar kemauan dan kemampuan para pihak, yang menimbulkan
kerugian bagi salah satu pihak;
11. kegagalan bangunan, memuat ketentuan tentang kewajiban penyedia jasa
dan/atau pengguna jasa atas kegagalan bangunan;
12. perlindungan pekerja, memuat ketentuan tentang kewajiban para pihak
dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja serta jaminan sosial; dan
13. aspek lingkungan, memuat kewajiban para pihak dalam pemenuhan
ketentuan tentang lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai