Anda di halaman 1dari 10

Aspek Hukum Perjanjian Kerja Dalam Proyek Bangunan

Oleh: Arkam Laya

Abstract

Generally, implementation of a development project requires law


peripheral in theform of agreement. Agreement is important to give a legal
fundament in activity tofinalizing building project tillfinish.
Basically, every party involving in an implementation of construction
contrqct is main party that hove signing up construction, that is bath of
employer and developer ones.
To be able to the happening of contractual terms between construction
servicefeeders and construction service user hence they must bind itselfin an
agreement based on principle of agreement reached.

Kata Kunci: Hukum, Perjanjian, Proyek, Bangunan, Kesepakatan

Pendahuluan lembaga, tetapi juga aspek


Sesuai dengan tujuan Garis- kemasyarakatan seperti kepatuhan
Garis Besar Haluan Negara (GBHN) hukum dan kesadaran hukum dalam
yang digariskan, bahwa pembangunan masyarakat lebih dimantapkan melalui
nasional yang dilaksanakan oleh penyuluhan hukum agat tercapai l

bangsa Indonesia bertujuan untuk kesadaran hukum yang tinggi dalam


membangun manusia Indonesia masyarakat. Pembangunan hukum
seutuhnya dan kesejahteraan dalam masyarakat akan di hadapkan
masyarakat seluruhnya. Untuk itu pada norma yang sangat berbeda
dibutuhkan penataan dan pembaharuan dengan berbagai latar belakang
kembali pada berbagai asPek kehidupan masyarakat.
kehidupan masyarakat dalam bidang Pesan inti yang terkandung
sosial ekonomi umumnya dan dalam tujaun GBHN ini, pada dasamya
khususnya dalam bidang hubungan negara Indonesia merupakan negara
kerja. yang berusaha untuk melaksanakan
itu penegasan GBHN
Selain pembangunan di segala bidang.
menyatakan bahwa pembangunan Pembangunantidak lain merupakan
hukum bukan hanya pembangunan suatu usaha untuk menciptakan

42
dan kesejahteraan rakyat. proyek. Selain itu perkembangan
L:arena itu, hasil-hasil pelaksanaan pembangunan proyek-
idealnya harus dapat proyek yang dilaksanakan oleh
seluruh rakyat sebagai pemerintah berkembang sangat pesa!
kesejahteraan lahir dan dapat dikatakan bidang pembanguan
sGcara adil dan merata. Berhasil proyek-proyek. sangat. Sedemikian
rlhknya pembangunan tergantung kompleks, sehingga terasa sekali
partisipasi seluruh rakyat, yang bahwa sektor hukum di Indonesia tidak
pembangunan harus sanggup mengimbanginya, dan sangat
secara merata oleh tertinggal jauh di belakang. Bahkan
lapisan masyarakat. ironisnya sektor hukum sepertijalan di
Salah satu bentuk realisasi tempat, dengan masih memperlakukan
ilutumsunan yang dikembangkan oleh peraturan-peraturan di zaman Belanda.
rhg<l Indonesia yakni berupa Praktek hukum yang berkenaan
nan proyek-proyek sarana, dengan kontrak konstruksi penuh
yang berwujud dengan berbagai bidang. Banyak
dan rehabilitasi jalan- ketimpangan yang tidak dapat diajak
jembatan, pelabuhan, irigasi, kompromi dengan kemajuan teknologi
air, perumahan rakyat konstruksi dan finansial. Hal yang
perkantoran yang menyangkut dapat saja terjadi jika ada kontrak yang
hidup orang banyak. Realisasi benar atau berat sebelah, maka besar
proyek-proyek ini kemungkinan akan menimbulkan
berbagai pihak, seperti sengketa di kemudian hari.
arsitek, pemda dan lain Konsekuensinya agar para pihak tidak
Di samping itu dalam dirugikan, maka peranan hukum dalam
datsanaan pembangunan di hadapkan pelaksanaan jasa konstruksi semakin
pada peralatan-peralatan yang penting. Bahkan dapat dikatakan nasib
mkhir dan canggih yang perlu para pihak bergantung hukum yang
mengatur perjanj ian tersebut.
Konsekuensi sebagai negara Beranjak dari kenyataan
lBrm, maka Indonesia dalam permasalahan hukum seperti
' Lsanaan pembangunan tidak tersebutlah, maka di sini wajah hukum
Glepas dari peraturan-peraturan dalam lingkup penerapan hukum
hrm yang berkaitan dengan perjanjian yang menyangkut jasa
IdaLsanaan proyek-proyek. Namun konstruksi mengalami masalah.
fihrn kenyataannya peraturan hukum Banyak perkara dalam hukum
berkaitan dengan pembangunan perjanjian yang diakibatkan dari
p'qek-proyek kurang dapat dipahami kurangnya pemahaman terhadap aturan
-sma baik. Hal ini tidak menutup hukum yang menyangkut perjanjian
hmungkinan timbulnya kurang adanya jasa konstruksi bangunan.
hidakpastian hukum. Uraian di atas sungguh
Sesungguhnya banyak yan1 menarik untuk diteliti melalui
Lelum menyadari tentang aspek hukum pendekatan dua disiplin ilmu
;rhksanaan pembangunan proyek- pengetahuan yakni pendekatan ilmu

43
hukum dalam hal ini perjanjian dan yang diborong tersebut bukan hanya
pendekatan ilmu teknik sipil. konstruksinya atau pembangunannya,
Walaupun disadari bahwa tulisan ini melainkan dapat juga berupa
lebih banyak mendasarkan pada pengadaan barang saja.
penelusuran literatur atau pustaka, tapi Dalam Pasal r60lb
hal ini tidak mengurangi kualitas dari KUHPerdata memberikan arti kontrak
topik yang dipilih oleh penulis. pemborongan dengan istilah perjanjian
Berdasarkan alasan-alasan .
yang pemborongan kerja yang dapat berarti,
terdapat dalam pendahuluan di atas, suatu perjanjian dengan mana pihak
maka penulis tertarik melakukan kajian pertama, yaitu kontraktor mengikatkan
tulisan ini dengan formulasi judul dirinya untuk menyelesaikan suatu
penelitian yakni Aspek Hukum pekerjaan untuk pihak lain, yaitu
Perjanjian Kerja Dalam Proyek bouwheer, dengan harga yang telh
Bangunan. ditentukan.
Adapun yang menjadi masalah Batasan pengertian yang
dalam tulisan ini adalah bagaimana diberikan oleh Pasal 1601b
penerapan hukum perjanjian kerja KUHPerdata tersebut, terlihat bahwa
dalam proyek bangunan. Sementara undang-undang secara keliru
tujuan dari tulisan ini adalah untuk memandang kepada kontrak konstruksi
mengetahui dan menjelaskan serta sebagai suatu jenis kontrak unilateral,
memberi gambaran apa yang menjadi di mana seolah-olah hanya pihak
aspek hukum perjanjian kerja dari kontraktor yang mengikatkan diri dan
proyek bangunan. Selanjutnya manfaat harus berprestasi. Padahal dalam
tulisan ini adalah: Pertama, secara praktek sekarang ini, baik pihak
teoritis untuk mengembangkan ilmu kontraktor mupun pihak bouwheer
pengetahuan tentang proyek bagunan saling mengikat diri, dengan masing-
dan pengmbangan ilmu pengetahuan masing mempunyai hak dan kewajiban
hukum perjanjian. 'Kedua, secara sendiri-sendiri. Kewajiban utama dari
praktis untuk memberikan masukan pihak pernborong adalah melaksanakan
kepada pelaku atau kontraktor pekerjaan, sementara kewajiban utama
bangunan untuk memahami aspek dari pihak botrwheer adalah membayar
hukum perjanjian dalam proyek uang borongan, atau membiarkan pihak
bangunan. kontraktor memungut hasil ataupun
melakukan hal-hal lain dari tipetipe
Hakekat Pemborongan kontrak konstruksi yang lain lagi.
lKonstruksi Dalam Pasal 1604 sampai
Menurut Munir Fuady (1998: dengan 1617 KuHPerdata, mengatur
12), kedua istilah yakni pemborongan tentang perjanjian melakukan
dan konsrtuksi, dalam teori dan praktek pekerjaan. Perjanjian pekerjaan
hampir sama, walaupun begitu istilah tersebut, terbagi atas 3 (tiga) kategori
pemborongan mempunyai cakupan yakni: Pertama, perjanjian kerja
yang lebih luas dengan istilah (perburulian). Kedua, perjanjian
konstruksi. Hal ini disebabkan istilah menyelenggarakan jasa tertentu.
pemborongan dapat saja berarti bahwa Ke t iga, perj anj i an pemboron gan.

44
Selanjutnya di antara ketiga hasil tertentu yang lebih bersifat
kategori perjanjian tersebut dapat negosistif. Ketiga, beda antara kontrak
dibeda-bedakan sebagai berikut: konstruksi dengan perjanjian jual beli
Pertama, beda antara perjanjian terletak pada hal-hal sebaga berikut:
pemborongan dengan perjaqjian (l), proses pembuatan, yaitu dalam
perburuhan, yakni dalam hal ini kontrak konstruksi kedua belah pihak
perbedaannya adalah mengenai di samping perhatiannya terhadap hasil
interrelasi di antara para pihak. Dalam akhir dari suatu kontruksi, juga sangat
perjanjian perburuhan terdapat konsen dengan proses pembuatan suatu
hubungan vertikal antara buruh dan konstruksi tersebut, bahkan seringkali
majikan, di mana buruh sebagai pihak proses tersebut dinegosiasi secara
yang kedudukannya lebih rendah dari detail, sementara dalam perjanjian jual
kedudukan majikannya. Sebaliknya beli, pihak pembeli hanya konsen pada
dalam kontrak konstruksi, terdapat hasil akhirnya saja berupa barang yang
hubungan horisontal antara pihak dibelinya itu. (2) keterlibatan pihak lain
kontraktor dengan pihak bowheer, di yaitu dalam kontrak konstruksi, di
mana kedudukan kedua-duanya sama samping pihak kontraktor, banyak
tinggi. Dengan demikian ada hubungan pihak lain yang terlibat dan memegang
atasan dan bawahaan. Kedua, beda peranan penting dalam suatu konstruksi
antara perjanjian menyelenggarakan tetapi tidak terikat secara kontraktual
jasa dengan dengan perjanjian dengan pihak bomuheer, sernentara
konstruksi, yaitu terletak pada dua hal dalarn perjanjian jual beli hal-hal
sebagai berikut: Pertama, prestasi seperti itu umumnya tidak ada atau
yakni dalam kontrak penyelenggaraan kalaupun ada maka peranannya tidak
jasa prestasi dan penyelenggaraan jasa penting. (3) subkontraktor yaitu dalam
adalah memberikan jasa tertentu, tetapi hal kontrak konstruksi di sampingnya
dengan tidak membangun atau pihak kontraktor, ada pihak lain yang
melakukan sesuatu secara fisik. disebut subkontraktor, sementara
Misalnya pemberian jasa konsultasi, dalam perjanjian jual beli hanya ada
dan lain-lain. Sementara itu dalam pihak penjual, dus tidak ada yang
kontrak konstruksi prestasi yang disebut subpenjual.
diberikan oleh pihak kontraktor adalah Pada dasarnya pihak yang
melakukan atau membangun sesutu terlibat dalam suatu pelaksanaan
secara fisik. Misalnya membangun kontrak konstruksi adalah pihak utama
sebuah gedung. Kedua, fee yang yaitu pihak yang menandatangani
dibayar oleh pemberi kerja yakni dalam kontrak konstruksi adalah (l) pihak
suatu kontrak menyelenggarakan jasa pemberi kerja, yang disebut juga istilah
teftentu, maka fee yang diberikan bo*aheer, aanbesteder, owner,
kepada peyelenggara jasa tersebut employer, client, promoter, buyer,
dalam suatu tarif tertentu. Sementara pemberi tugas, yang membongkar,
dalam suatu kontrak konstruksi, fee prinsipal, pemimpin proyek, dan lain-
yang diberikan kepada pemborongnya Iain, dan (2) pihak pemborong yang
tidak dengan tarif tertentu, melainkan serirrg disebut juga dengan istilah
sejumlah uang tertentu atau sejumlah

45

b
annamar, kontraktor, rekanan, menaikan harga borongan. Keempat,
developer, dan lain. prinsip kebebasan pemutusan kontra
Selain pihak utama yakni secara sepihak oleh pihak bouwheer,
borwheer dan kontraktor tersebut, yaitu prinsip bahwa pihak bornuheer
maka dalam suatu kontrak konstruksi bebas memutuskan kontrak di tengah
sering terlibat juga pihak-phak lain jalan walau tanpa kesalahan dari pihak
yang biasanya tidak mendandatangani pemborong, asalkan bouwheer tersebut
kontrak konstruksi dengan pihak menggantikan kerugian dari pekerjaan
bouwheer. Sebagaimana merupakan tersebut. Kelima, prinsip kontrak yang
pihak yang tergolong profesional. Di melekat dengan pihak pemborong,
antara pihak lain selain pihak utama yaitu bahwa hak dan kewajiban yang
tersebut adalah antara lain: himpunan terbit dari suatu kontrak turun ke ahli
profesi, penasihat khusus, penasihat waris. Prinsip ini tidak berlaku
ahli, konsultan utama, perencana, dan terhadap kontrak-kontrak mana kepada
lain sebagainya. salah satu pihak untuk dapat
Pada dasarnya y ang merupakan melaksanakan prestasinya diperlukan
prinsip-prinsip yuridis mengenai suatu skill tertentu. Keenam, prinsip
kontrak pemborongan yang terdapat vicarious liability, yaitu prinsip
dalam KUHPerdata adalah sebagai tanggung jawab, yaitu suatu tanggung
berikul Pertama, prinsip korelasi jawab dari atasan atas tindakan-
antara tanggung jawab para pihak tindakan melarvan hukum yang
dengan kesalahan dan penyediaan dilakukan oleh ba*,ahannya terhadap
bahan bangunan, yaitu prinsip ini pihak ketiga ketika menjalankan tugas
menyatakan bahwa tanggung jawab yang dibebankan kepadanya oleh
masing-masing pihak disangkutkan atasanya itu. Ketujuh, prinsip eksistensi
dengan (a) kesalahan para pihak dan hubungan kontraktual, yaitu prinsip
(b) pihak mana yang menyediakan pemborong juga bertanggung jawab
bahan bangunan. Kedua, prinsip atas tindakan pekerja terhadap pihak
ketegasan tanggung jawab pemborong bouwheer (tidak hanya tindakan
jika bangunan musnah karena cacat pekerja terhadap pihak ketiga seperti
dalam penyusunan atau faktor tidak dalam hal vicarious liabilty\, sebab
ditopang oleh kesanggupan tanah, yaitu yang terikat secara kontrak dengan
prinsip terhadap suatu pembangunan bom.theer (yang menandatangani
gedung pihak pemborong mesti kontrak) adalah pihak pemborong
bertanggung jawab secara hukum atas sendiri, sehingga sudah sepantasnyalah
pekerjaan yang dibuatnnya, jika jika pihak pemborong yang mesti
kemudian bangunannya musnah asal bertanggung jawab kepada pihak
memenuhi syarat-syarat yang telah bouwheer, sungguhpun yang
ditentukan sebelumnya. Ketiga, prinsip menyangkut dengan pekerjaan yang
larangan perubahan harga kontrak yaitu dilakukan oleh pihak pekerja dari
prinsip larangan perubahan harga pemborong tersebut. Dalam hal ini
kontrak adalah bahwa pihak pihak bouwheer tidak punya hubungan
pemborong tidak boleh mengubah kontraktual dengan pihak pekerja
kontrak secara sepihak dengan tersebut, sehingga dalam baliasa litigasi

46
&trkan bahwa satu sama lain tidak mengetahuinya. Ketiga, pemilihan
Qr saling menggugat karena tidak langsung adalah pelaksanaan
Fryz causa of action. Kedelapan, pengadaan barang danjasa tanpa
Frrrp hak retensi, yaitu jika para melalui pelelangan umum atau
dnrja menguasasi sesuatu barang pelelangan terbatas, yang dilakukan
lqaan orang lain untuk membuat dengan membandingkan sekurang-
m&r pekerjaan atas barang tersebut, kurangnya tiga penawaran dan
-!&, kepada pekerja tersebut diberikan melakukan negosiasi, baik teknis
B, rcensi, maksudnya adalah bahwa maupun harg4 sehingga diperoleh
rc pekerja tersebut mempunyai hak harga yang wajar dan teknis yang dapat
d. menahan barang tersebut dipertanggungjawabkan dari rekan
qlmskipun milik orang lain) dalam yang tercatat dalam daftar rekanan
hasaannya, selama ongkos mampu (DRM) sesuai dengan usaha,
Faduatan pekerjaan atas barang ruang lingkupnya, atau kualifikasi
'rmebut belum dibayar lunas. kemampuannya. Keempat, pengadaan
langsung adalah pelaksanaan
fthlsanaan Jasa Konstruksi pengadaan barang dan jasa yang
Pada dasarnya, menurut dilakukan di antara rekanan golongan
Ur&ulzaman (1994: 68), pelaksanaan ekonomi lemah tanpa melalui
barang dan jasa dilakukan atau pelelangan
pelelangan umum
dalui bentuk-bentuk sebagai terbatas atau pemilihan langsung.
WkrttPertamq pelelangan umum Selanjutnya pada Bab I,
,it'teh pelelangan yang dilakukan ketentuan umum Pasal I point ke l0
Gcrrir terbuka dengan pengumuman Undang-Undang Nomor 18 tahun 1999
rr:'ra luas melalui media massa, dinyatakan bahwa pengertian pelaksana
dia cetak, dan papan pengumuman konstruksi adalah penyedia jas4 orang
tumi untuk penerangan umum perseorangan atau badan usaha yang
dingga masyarakat luas dunia usaha dinyatakan ahli yang professional di
:- berminat dan memenuhi bidang pelaksanaan jasa konstruksi
blifikasi dapat mengikutinya. Kedua, yang mampu menyelenggarakan
grlclangan terbatas adalah pelelangan kegiatannya untuk mewujudkan suatau
rrk psk6rjaan tertentu yang diikuti hasil perencanaan menjadi bentuk
& sekurang-kurangnya lima rekanan bangunan atau bentuk fisik lainnya.
lms tercantum dalam daftar rekanan Lebih jelas lagi mengenai
lmeleksi (DRT) yang di pilih di antara jenis, bentuk dan bidang usaha dari
denan yang tercatat dalam daftar layanan jasa konstruksi diatur dalam
;hn31 mampu (DRM) sesuai dengan Pasal 4 sampai dengan Pasal 13 terdiri
t*hng usaha atau runag lingkupnya dari usaha perencanaan konstruksi,
,ru kualifikasi kemampuannya, usaha pelaksanaan konstruksi dan
e"ngan pengumuman secara luas, usaha pengawasan konstruksi yang
elalui media massa, media cetak, dan masing-masing dilaksanakan oleh
;ryan pengumuman resmi untuk perencanaan konstruksi, pelaksana
lEnerangan umum sehingga konstruksi dan pengawas konstruksi.
rasvarakat luas dunia usaha dapat

47
1

Dapat dikatakan bahwa dalam harus disusun sesuai dengan ketentuan


satu paket pekerjaan pembangunan yang berlaku dan /atau ketentaun yang
fisik terdapat 3 (tiga) layanan usaha tercantum dalam perjanjian pinjaman
jasa konstruksi yang akan terpakai luar negeri yang bersangkutarr. Kedua,
sesuai dengan keahlian masing-masing Rekanan yang ditunjuk benar-benar
dan tahapan dari perencanaan mampu dan memiliki reputasi yang
pembangunan itu sendiri yaitu: baik. Ketiga, Harga yang disepakati
Pertama, Tahap perencaan konstruksi benar-benar telah memenuhi'
yang dikerjakan oleh perencanaan persyaratan menguntungkan negara dan
konstruksi dengan tanggung jawab dapat dipertanggungiawabkan dengan
mulai dari studi pengembangan sampai memperhatikan cara pembayaran.
dengan menyusun kontrak kerja Keempat, Kualitas pekerjaan dan'
konstruksi dalam bahasa dilingkungan waktu penyelesaian pekerjaan dijamin
pekerjaan konstruksi mereka disebut akan dapat dipenuhi oleh rekanan yang
sebagai konsultan perencanaan. Kedua, ditunjuk sesuai dengan ketentuan
Tahap pelaksanaan konstruksi dari apa kontrak.
yang telah direncanakan tersebut yang
kesemuanya telah dituangkan dalam Kedudukannya Hukum Para
kerja (termasuk gambar) biaya, bahan Pihak Dalam Kontrak Kerja
yang harus digunakan termasuk
Konstruksi
batasan waktudadwal waktu memulai Untuk dapat terjadinya
pekerjaan dan penyerahan akhir lrasil hubungan hukum antara penyedia jasa
pekerjaan, bahkan cara mengatasi konstruksi dan pengguna jasa
resiko yang mungkin telah ditentukan. konstruksi (pelaksanaan konstruksi dan
Ketiga, Tahap pengawasan konstruksi, pengguna jasa konstruksi/pernimpin
tanggung jawabnya memberikan proyek) maka mereka harus
layanan jasa mengawasi pekerjaan mengikatkan diri dalam suatu
yang dilakukan oleh pelaksana perjanjian yang dalam KUH Perdata
konstruksi. disebut persetujuan
sebagai
Ketiga macam tahap pekerjaan pemborongan pekerjaan Pasal 1601 b
tersebut dilaksanakan sendiri-sendiri bunyi lengkapnya sebagai berikut:
oleh masing-masing penyedia jasa Pemborongan pekerjaan adalah
konstruksi dan bertanggung jawab persetujuan, dengan yang mana pihak
sendiri-sendiri pula terhadap pengguna yang satu, si pemborong, mengikatkan
jasa mereka. Jelaslah bahwa pengertian
diri untuk menyelenggarakan suatu
dari pelaksanaan konstruksi sebagai pekerjaan bagi pihak yang lain, pihak
penyedia jasa adalah sebagaimana yang memborongkan, dengan
bunyi Pasal 4 ayat(3). menerima suatu harga yang ditentukan.
Menurut Badrulzaman (1994:. Sri Soedewi dan Sclielteme
69) bahwa hal-hal yang harus (1982: 2), menggolongkan ini sebagai
diperhatikan dalam pelaksanaan hukum bangunan seperti yang
pengadaan barang/jasa adalah sebagai dikatakan "menurut pendapat yang
berikut: Pertama, Keseluruhan Iazim dapat disimpulkan bahwa hukum
dokumen kontrak yang bersangkutan bangunan adalah keseluruhan peraturan

48
- menyangkut pembangunan dipersetujukan lebih dahulu antara para
- _ _:.:t.
pihak, melainkan ditentukan
\lengenai kedudukan berdasarkan tarif yang layak,
--- rontrak ini dalam hukum sedangkan pada perjanjian kerja dan
' .-.::n ini menurut Sri Soedewi pemborongan pembayaran
" r- ,.-+), adalah tergolong pada dipersetujukan sebelumnya antara para
".
-':in pemborongan bangunan pihak Sri Soedewi, (1982
'52).
-
: :,-rduk pada ketentuan BW dan
':-,.::r-peraturan umum (Algemene
Berakhirnya Perjanj ian
' -;":len atau Startdart Pemborongan / Konstruksi
* .,,'Jen) yang ditentukan oleh
' ' : -rsa secara khusus dan lengkap. Menurut Djumialdji (1996:
20), perjanjian pemborongan dapat
Perjanjian ini tergolong pada berakliir hal-hal sebagai berikut:
- ,-_":l untuk melakukan pekerjaan
Pertama,
"r::,:tana diatur dalam Pasal 160
r-' ::rdata ialah pihak yang 1. Pekerjaan telah diselesaikan oleh
satu (si pemborong setelah
". : ..:ng) mengikatkan diri masa
dengan pemeliharaan selesai atau dengan
kata lain pada penyerahan kedua
: *-:silkan pekerjaan tertentu dan harga borongan telah dibayar
-:- :larga tertentu kemudian diatur oleh pihak yang memborongkan.
':iut dalarn pasal 1604 - 1616
-: .";rdata. 2. Pembatalan perjanjian
Bila dilihat dari obyeknya pemborongan. Menurut Pasal 1611
' ,-..:n ini mirip dengan perjanjian KUH Perdata disebutkan: Pihak
' r aitu perjajian kerja dan yang memborongkan jika
- .-- iao melakukan jasa yaitu
,: sama- dikehendakinya demikian, boleh
--. :lenyebutkan bahwa pihak yang
*',envetujui untuk melaksanakan
menghentikan pemborongannya,
meskipun peke{aan telah dimulai.
: : r, f,3n bagi pihak yang lain dengan
::- r:\ &fatt tertentU. Perbedaannya 3. Kematian pemborong. Menurut
rengan yang lain adalah pada pasal 1612 KUH Perdata bahwa
: ' ::.-iian kerja terdapat hubungan pekerjaan berhenti dengan
: - r.lS&[ atau/kekuasaan antara buruh meninggalnya si pemborong. Di sini
majikan pada pemborongan pihak yang memborongkan harus
:. :r 32n dan perjanjian melakukan membayar pekerjaan yang telah
" : ridak ada hal semacam itu diselesaikan, juga bahan-bahan
: .-nkan pelaksanaan pekerjaan yang yang telah disediakan.
- tr:rva secara mandiri.
Sementara perbedaannya 4. Kepailitan
:- .:n perjanjian melaksanakan jasa 5. Pemutusan perjanjian pemborongan.
,:- bahwa pada perjanjian untuk
Pemutusan perjanj ian pemborongan
. ,iukan jasa pembayaran
irri karena adanya wanprestasi.
:r.-ienakan dengan imbalan
. -'ravaran upah yang tak 6. Persetujuan kedua pihak.

49

E
Sementara menurut Pasal 1381 pekerjaan atau bahan tersebut dapat
KUF{Perdata kontrak pemborongan mempunyai sesuatu manfaat
dapat berakhir apabila: baginya (Pasal 1612 KUH
1. Isi perjanjian telah selesai Perdata).
dilaksanakan (dalam hal ini
bangunan telah selesai). Kesimpulan
Dalam pelaksanaan jasa
2. Di sarnping itu, perjanjian konstruksi atau kontrak pemborongan
pemborongan bangunan juga dapat faktor sumber daya manusia (SDM),
berakhir rnelalui putusan hakim memegang peran yang tidak kalah
yaitu apabila apa yang telah penting dibanding juga dengan faktor
dikerjakan oleh si pemborong tidak yang lain. Pada dasarnya perjanjian
sesuai dengan isi perjanjian, pihak kontrak bangunan adalah suatu
yang memborongkan dapat perjanjian, antara dua pihak, di mana.
memintakan kepada hakim supaya pihak yang satu sebagai pemborong
hubungan kerja diputuskan (kontaraktor) mengikatkan diri untuk
meskipun pekerjaan sudah dimulai menyelenggarakan suatu pekerjaan
sepanjang yang memborongkan bagi pihak lain, pihak yang
memberikan ganti rugi sepenuhnya memborongkan (pemberi tugas).
kepada si pemborong untuk Dengan demikian antara kedua belah
mengganti biaya yang telah pihak ini dikatakan sebagai sumber
dikeluarkan oleh si pernborong daya manusia dalam pelakasanaan
guna pekerjaan tersebut. perj anj ian kontrak pemborongan.
Demi menjaga konsistensi
3. Pihak yang memborongkan hukum atau perjanjian kontrak yang
menghentikan pemborongannya telah dibuat, maka idealnya perjanjian
meskipun pekerjaannya telah tersebut harus mengandung kepastian
dimulai, asal ia memberikan ganti hukum. Kepastian ini terungkap dari
rugi sepenuhnya kepada kekuatan mengikat perjanjian itu, yaitu
pemborong untuk segala biaya sebagai undang-undang bagi kedua
yang telah dikeluarkannya guna belah pihak. Kepastian hukum pada
pekerjaannya, serta untuk dasarnya pelaksanaan hukum sesuai
keuntungan yang terhilang dengan bunyinya sehingga masyarakat
karenanya (Pasal 1611 KUH dapat memastikan bahwa hukum
Perdata). dilaksanakan. Kepastian hukum intinya
l
adalah hukum ditaati dan dilaksanakan.
4. Wafatnya sipemborong tetapi yang
Demikian juga dengan kepastian
memborongkan wajib membayar
hukum dalam suatu perjanjiair kontrak
kepada ahli warisnya pemborong
pemborongan. Untuk menghindari isi
harga pekerjaan yang telah perjanjian kontrak pemborongan dapat
dikerjakan menurut imbangannya
dihargai oleh pihak-pihak, maka
terhadap harga pekerjaan yang
kepastian hukum terhadap isi
telah dijanjikan dalam persetujuan,
perjanjian harus tetap terjaga.
serta harga bahan-bahan bangunan
yang telah disediakan, asal

50
hstaka

nan, Mariam Darus, 1994, Aneka


Hukum Bisnis, Cetakan pertama,
Alumni. Bandung.

Buku III Hukum perikatan dan penietasannya,


i?*"f#.::rY*
, 1996, Huhum Bangunan: Dasar_Dasar Hulrum Dalam proyek
Sumber Daya Manus7a, Dan
Cetakan-pe;*", ni,"L" C;ii".-i"lr
Munir, 1998, Kontrak mborongan Me ga p royek,Cetakan pertama,
e
"i
_p
Aditya Bakti. Bandung. Citra

1999, Hukum Kontrok Dari Sudur pandang Hukum Bisnis, pT


Aditya, Bandung. Ciha

Aspek Hukum Datam Bisnis,cetakan


ftr:#3:ir:urtonJ003 ' Kedua,

sri soedewi Asjchum-r9g2, Hukum Bangunan perjanjian


Bangunan, Liberty, yogyakarta 'v" ' e'Jurutun pemborongan
rem

R. I984, Pokok-pokok Hukum perdata,lntermasa,


Jakarta
1995, Aneko Hukum perjanjian,Citra
Aditya Bandung
R dan R' Tjitrosudibio, I9g5, Kitab
unda*g-(Jndang Hukum perdata,
Pradnya Paramita, Jakarta.

'iliil-#l; {^ff "** Provek Dari Konseptuat sampai operasionat,

Anda mungkin juga menyukai