Anda di halaman 1dari 12

TUGAS

ASPEK HUKUM PEMBANGUNAN

NAMA:

1. FRANSISKUS A.K. GATUS (211 18 003) 16. FREDY SAUNOAH (211 18 037)
2. OKTAVIA V.D.R. TAE (211 18 029) 17. NOVALINDA KLAU (211 18 60)
3. YUDITH M.E. ASE (211 18 122) 18. MARIA H. P. RAI (211 18 022)
4. MARIA INCE Y.A KUE( 211 18 165) 19. ALFIANA M.R. SIDE (21118115)
5. HANNA Z. HENRIQUE (211 18 028) 20. STEVANUS E. KLAU (21118085)
6. DAMIANUS R. WAIN (211 18 043) 21. EGNER J.H. TAEL (211 18 111)
7. FLORENTINA WATI (211 18 047) 22. VEKI A. E. KASE (211 18 013)
8. RICHARDUS A. OELEU (211 18 033) 23. GABRIEL E.K. EKO (21118081)
9. YUVENDA F. LABUT (211 19 006) 24. GEMMA G. WULANTY21119004
10. HERYBERTUS R. MALI(211 18126) 25. YOHANA F. BERE (211 18 083)
11. MARIA K. T. MILO (211 19 073) 26. JENFIANA MUTI (211 18 157)
12. PETRUS G.L.K LEBA (211 18 090)
13. DANIELA V. MARQUES (211 18 055)
14. AMANDUS S. SAUNOAH (211 18 019)
15. JUAN BATISTA A ATOK (211 19 128)

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA
KUPANG
2020
KONTRAK KERJA KONSTRUKSI

A. Kontrak Kerja Konstruksi.

1. Pengertian Kerja Konstruksi.


2. Dasar Kontrak Kerja Konstruksi.
3. Pelaksana Konstruksi.

B. Isi Kontrak dan Klausula Kontrak Kerja Konstruksi.

1. Isi Kontrak Kerja Konstruksi

2. Klausula (Ketentuan dalam suatu perjanjian) Lingkup Kerja dalam


Kontrak Kerja Konstruksi.

3. Klausula Hak dan Kewajiban dalam Kontrak Kerja Konstruksi.


A. Kontrak Kerja Konstruksi.

1. Pengertian Kerja Konstruksi.


Menurut Wikipedia bahasa Indonesia - ensiklopedia bebas, konstruksi
merupakan suatu kegiatan membangun sarana maupun prasarana. Dalam
sebuah bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah konstruksi juga dikenal
sebagai bangunan atau satuan infrastruktur pada sebuah area atau pada
beberapa area. Secara ringkas konstruksi didefinisikan sebagai objek
keseluruhan bangunan yang terdiri dari bagian-bagian struktur. Misalnya
konstruksi struktur bangunan adalah bentuk/bangun secara keseluruhan dari
struktur bangunan. Contoh lain adalah konstruksi jalan raya, konstruksi
jembatan, dan lain lain. Walaupun kegiatan konstruksi dikenal sebagai satu
pekerjaan, tetapi dalam kenyataannya konstruksi merupakan satuan kegiatan
yang terdiri dari beberapa pekerjaan lain yang berbeda. Pengertian lain dari
konstruksi yang umum digunakan adalah sebagai suatu kegiatan kerja
konstruksi. Istilah lain yang digunakan untuk pekerjaan konstruksi adalah
proyek konstruksi. Kerja konstruksi merupakan bagian dari jasa konstruksi
yang meliputi pelaku jasa konstruksi, usaha jasa konstruksi dan kerja
konstruksi. Kontrak kerja konstruksi adalah suatu dokumen kontrak yang
mengatur hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa
mengenai pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Kontrak kerja konstruksi yang
dilakukan oleh pihak pengguna jasa dan pihak penyedia jasa bisa dikatakan
sah karena adanya kesepakatan dari kedua belah pihak. Kesepakatan adalah
pernyataan yang dikatakan antara para pihak. Kesepakatan yang dibuat
dalam kontrak kerja konstruksi akan menimbulkan akibat hukum, akibat
hukumnya adalah timbulnya hak dan kewajiban masing-masing pihak.
Apabila didalam suatu pelaksanaan kontrak kerja konstruksi ada hak dan
kewajiban yang tidak bisa terpenuhi oleh salah satu pihak, maka bisa
dikatakan salah satu.

2. Dasar Kontrak Kerja Konstruksi.

kontrak kerja konstruksi ini memiliki hukum yang mengatur


jalannya suatu perkerjaan. Oleh karena itu di telah di jelaskan bahwa perlu
adanya perjanjian yang dilindungi atau dinaungi hukum yang berlaku.

Unsur-unsur yang harus ada dalam kontrak konstruksi adalah:

a. Adanya subjek, yaitu pengguna jasa dan penyedia jasa.

b. Adanya objek, yaitu konstruksi.

c. Adanya dokumen yang mengatur hubungan antara pengguna jasa


dan penyedia jasa.

Jenis Kontrak Kerja Konstruksi di Indonesia terdapat beberapa versi


yaitu:

1. Versi Pemerintah Standar yang biasanya dipakai adalah standar yang


dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum.
2. Versi Swasta Nasional Versi ini beraneka ragam sesuai dengan
keinginan Pengguna Jasa Pemilik Proyek. Kadang-kadang dibuat
dengan mengikuti standar Pemerintah atau mengikuti sistem kontrak
luar negeri seperti FIDIC (Federation Internationale des Ingenieurs
Counsels atau International Federation of Consulting Engineers), JCT
(Joint Contract Tribunals) atau AIA (American Institute of
Architects).
3. Versi/Standar Swasta/Asing

Berdasarkan prinsip hukum berupa sifat dan ruang lingkup


hukum, kontrak dapat berupa kontrak nasional maupun kontrak
internasional. Kontrak nasional adalah kontrak yang dibuat oleh dua
pihak dalam wilayah nasional Indonesia yang tidak ada unsur
asingnya baik objek kontrak maupun subjek kontraknya. Kontrak
internasional adalah suatu kontrak yang di dalamnya ada atau terdapat
unsur asing yang objek pekerjaannya berada di wilayah Indonesia
maupun di wilayah negara lain. Unsur asing dalam hal ini adalah
adanya keterkaitan sistim hukum dari negara salah satu pihak yang
terlibat dalam kegiatan kontrak tersebut sebagaimana pilihan hukum
atau choice of law yang disepakati diantara keduanya.

Secara teoretis, unsur yang dapat menjadi indikator suatu


kontrak internasional adalah

1. Kebangsaan berbeda

2. Domisili hukum berbeda dari para pihak

3. Hukum dipilih adalah hukum asing, termasuk aturan-aturan atau


prinsip-prinsip kontrak internasional terhadap kontrak tersebut

4. Penyelesaian sengketa kontrak dilangsungkan di luar negeri

5. Penandatangan kontrak dilakukan di luar negeri


6. Objek kontrak berada di luar negeri

7. Bahasa digunakan dalam kontrak adalah bahasa asing

8. Digunakannya mata uang asing dalam kontrak tersebut

3. Pelaksana Konstruksi.
Menurut Pasal 1 UUJK. Jasa Konstruksi adalah layanan jasa
konsultansi konstruksi dan/atau pekerjaan konstruksi. Dalam Pasal 1604
sampai dengan Pasal 1615 KUH Perdata Buku Ke Tiga Tentang Perikatan
pada Bagian Ke Enam Tentang Pemborongan Pekerjaan digunakan istilah
pemborong untuk pekerjaan.
Penggunaan istilah kontraktor lebih dikenal di masyarakat
dibandingkan dengan penggunaan istilah pelaksana konstruksi. Kerancuan
istilah ini terjadi karena kadang-kadang digunakan pula istilah kontraktor
pelaksana.Pengertian, uraian dan definisi tentang pelaksana konstruksi
dalam Pasal 12 UUJK. Isi Kontrak Kerja Konstruksi mengenai jenis usaha
jasa konstruksi terdiri dari usaha perencanaan konstruksi, usaha pelaksanaan
konstruksi, dan usaha pengawasan konstruksi yang masing-masing
dilaksanakan oleh perencana konstruksi, pelaksana konstruksi, dan
pengawas konstruksi. Usaha pelaksanaan konstruksi memberikan layanan
jasa pelaksanaan dalam pekerjaan konstruksi yang meliputi rangkaian
kegiatan atau bagian-bagian dari kegiatan mulai dari penyiapan lapangan
sampai dengan penyerahan akhir hasil kerja konstruksi.
B. Isi Kontrak Kerja dan Klausula Kontrak Kerja Konstruksi.

1. Isi Kontrak Kerja Konstruksi


Kontrak Kerja Konstruksi adalah dokumen atau produk hukum.
Semua pekerjaan atau usaha konstruksi yang diikat dengan kontrak
kerja akan ditentukan hak-hak dan kewajiban hukumnya, untuk itu
kontrak kerja harus dibuat dengan baik dan benar secara hukum.
kontrak kerja konstruksi sendiri memiliki syarat dan kewajiban
yang perlu di sepakati oleh kedua pihak seperti halnya di atas.
Dengan telah memenuhi unsur-unsur syarat sahnya kontrak
sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata, maka secara
hukum berlakulah asas Pacta Sunt Servanda, sesuai dengan Pasal
1338 KUH Perdata yang berarti bahwa atas segala kontrak yang telah
dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi pihak yang
membuatnya. Dengan demikian, para pihak yang membuat kontrak
tersebut harus tunduk dan patuh pada isi kontrak.

Adapun beberapa item yang perlu ada dalam kontrak kerja


konstruksi, yaitu ;

1. Identitas para pihak yang berkontrak.


Syarat ini lazim ditemukan dalam kontrak-kontrak lain karena
harus jelas siapa subjek yang melakukan hubungan hukum tersebut.
Identitas setidak-tidaknya memuat nama, alamat, kewarganegaraan,
domisili, dan kewenangan membubuhkan tanda tangan.
2. Rumusan pekerjaan.
Bagian ini harus merumuskan secara jelas dan rinci mengenai
apa yang akan dikerjakan, lingkup kerja, nilai pekerjaan, dan batasan
waktu proyek. Dalam praktik, penambahan waktu pekerjaan tetap
dimungkinkan asalkan disepakati lebih dahulu para pihak.

3. Masa pertanggungan dan / atau pemeliharaan,


yang memuat jangka waktu pertanggungan atau pemeliharaan
yang menjadi tanggung jawab penyedia jasa. Syarat ini berkaitan
dengan asuransi proyek konstruksi, dengan asumsi ada kemungkinan
kegagalan atau kejadian di luar perkiraan.

4. Gambaran tentang tenaga ahli,


baik mengenai jumlah, kualifikasi keahlian, dan klasifikasi
pekerjaan jasa kontruksi ini berupa ( tenaga kerja, alat berat ) yang
akan dilakukan.

5. Hak dan kewajiban para pihak.


Misalnya, di satu sisi pengguna jasa berhak untuk memperoleh
hasil konstruksi; di sisi lain berkewajiban memenuhi isi perjanjian
seperti membayar penyedia jasa konstruksi.

6. Cara pembayaran.
Dalam kontrak harus diatur bagaimana pembayaran proyek
dilakukan. Bisa jadi ada kemungkinan pembayaran di muka,
memakai cicilan, harus menggunakan bank, dan lain-lain. Klausula
ini memberikan kepastian kepada para pihak.
7. Aturan mengenai cedera janji (wanprestasi).
Kontrak harus memuat tanggung jawab salah satu pihak jika isi
perjanjian tidak dilaksanakan sesuai apa yang disepakati. Penting
juga memuat apa yang masuk lingkup cedera janji.

8. Klausula penyelesaian sengketa.


Kontrak harus memuat mekanisme penyelesaian sengketa yang
akan ditempuh para pihak jika terjadi sengketa. Penyelesaian
sengketa jasa konstruksi bisa lewat pengadilan atau penyelesaian di
luar pengadilan (out of court settlement).

9. Pemutusan kontrak kerja konstruksi.


Jika salah satu pihak tidak menyelesaikan kewajiban, terbuka
peluang pemutusan kontrak secara sepihak. Dalam konteks ini,
kontrak jasa konstruksi sebaiknya memuat ketentuan pemutusan
kontrak kerja.

10. Kondisi - kondisi yang dikualifikasi sebagai keadaan memaksa.


Ini adalah kejadian yang timbul di luar kehendak para pihak
dan menimbulkan implikasi pada pekerjaaan jasa konstruksi.
Misalnya, banjir atau gempa bumi.
11. Klausula mengenai kegagalan bangunan.
Isinya tentang kewajiban para pihak (penyedia jasa dan
pengguna jasa) jika terjadi kegagalan bangunan.
 
12. Klausula mengenai perlindungan pekerja.
Para pekerja yang mengerjakan jasa kontruksi seharusnya
dilindungi dalam rangka keselamatan dan kesehatan kerja. Klausula
ini bisa merujuk pada UU Ketenagakerjaan dan peraturan
keselamatan kerja.

13. Klausula mengenai pemenuhan kewajiban yang berkenaan dengan


lingkungan, seperti Amdal.

2. Klausula Lingkup Kerja dalam Kontrak Kerja Konstruksi.


Dalam kontrak kerja konstruksi ditetapkan klausula (ketentuan dalam
suatu perjanjian) tentang lingkup kerja yang meliputi uraian obyek kontrak,
kualitas dan kuantitas obyek kontrak, harga dan cara pembayaran, dan
lamanya waktu kerja. Menurut Nazarkhan Yasin suatu kontrak kerja
konstruksi meliputi Syarat-syarat Umum Kontrak, Lampiran-lampiran,
Syarat-syarat Khusus Kontrak, Spesifikasi Teknis, dan Gambar-gambar
Kontrak.
Selain itu ditetapkan pula uraian kelengkapannya yang terdiri dari
Lingkup Pekerjaan, Waktu Pelaksanaan, Metode Pelaksanaan, Jadwal
Pelaksanaan dan Cara/Metode Pengukuran. Pada Pasal 46 Ayat (1) UUJK
dinyatakan bahwa pengaturan hubungan kerja berdasarkan hukum harus
dituangkan dalam kontrak kerja konstruksi antara pengguna jasa dan
penyedia jasa yang memuat antara lain tentang lingkup pekerjaan. Pada
Pasal 47 Ayat (1) UUJK dinyatakan pula bahwa kontrak kerja konstruksi
sekurang-kurangnya harus mencakup uraian mengenai rumusan pekerjaan,
yang memuat uraian yang jelas dan rinci tentang lingkup kerja, nilai
pekerjaan, dan batasan waktu pelaksanaan. Yang dimaksud dengan lingkup
pekerjaan secara garis besar, misalnya membangun sebuah hotel mulai dari
pekerjaan fondasi, struktur, arsitektural, mekanikal, elektrikal, lingkungan
serta pekerjaan penyelesaian hingga siap beroperasi. Lingkup pekerjaan
secara rinci akan dijelaskan dalam dokumen kontrak seperti spesifikasi
teknis dan gambar rencana

3. Klausula Hak dan Kewajiban dalam Kontrak Kerja Konstruksi.

1. Klausula Hak dan Kewajiban dalam Kontrak Kerja Konstruksi.


Klausula tentang hak dan kewajiban dalam kontrak kerja
konstruksi antara pengguna jasa dan penyedia jasa diatur dengan
persetujuan kedua belah pihak. Hak dan kewajiban dalam satu kontrak
bisa berbeda-beda dengan kontrak yang lain tergantung ketentuan-
ketentuan kontrak yang bersangkutan. Pada Pasal 39 UUJK mengenai
Pengikatan Jasa Konstruksi Pengikatan Para Pihak dinyatakan bahwa
pengikatan hubungan kerja Jasa Konstruksi dilakukan berdasarkan
prinsip persaingan yang sehat dan dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam Penjelasan Pasal 23 Ayat (1) huruf e Peraturan Pemerintah
Nomor 29 tahun 2000. dinyatakan bahwa kontrak kerja konstruksi
harus mencantumkan kak dan kewajiban para pihak dalam kontrak
kerja konstruksi yang meliputi hak dan kewajiban pengguna jasa dan
hak dan kewajiban penyedia jasa. Hak pengguna jasa antara lain
meliputi mengubah sebagian isi kontrak kerja konstruksi tanpa
mengubah lingkup kerja yang telah diperjanjikan atas kesepakatan
dengan penyedia jasa, menghentikan pekerjaan sementara apabila
penyedia jasa bekerja tidak sesuai ketentuan kontrak kerja konstruksi,
menghentikan pekerjaan secara permanen dengan cara pemutusan
kontrak kerja konstruksi apabila penyedia jasa tidak mampu
memenuhi ketentuan kontrak kerja konstruksi, menolak usulan
perubahan isi sebagian kontrak kerja konstruksi yang diusulkan
penyedia jasa.
Kewajiban pengguna jasa antara lain meliputi menyerahkan
sarana kerja kepada penyedia jasa untuk pelaksanaan pekerjaan sesuai
kesepakatan kontrak kerja konstruksi, menerima bahan dan atau hasil
pekerjaan yang telah memenuhi persyaratan teknis dan administrasi,
dan memberikan imbalan atas prestasi lebih. Hak penyedia jasa antara
lain meliputi mengajukan usul perubahan atas sebagian isi kontrak
kerja konstruksi, mendapatkan imbalan atas prestasi lebih yang
dilakukannya, mendapatkan kompensasi atas kerugian yang timbul
akibat perubahan isi kontrak kerja konstruksi yang diperintahkan
pengguna jasa, menghentikan pekerjaan sementara apabila pengguna
jasa tidak memenuhi kewajibannya, menghentikan pekerjaan secara
permanen dengan cara pemutusan kontrak kerja konstruksi, apabila
pengguna jasa tidak mampu melanjutkan pekerjaan atau tidak mampu
memenuhi kewajibannya dan penyedia jasa berhak mendapat
kompensasi atas kerugian yang timbul akibat pemutusan kontrak kerja
konstruksi. Kewajiban penyedia jasa antara lain adalah memberikan
pendapat kepada pengguna jasa atas penugasannya, dokumen yang
menjadi acuan pelaksanaan pekerjaan, data pendukung, kualitas
sarana pekerjaan atau hal-hal lainnya yang dipersyaratkan pada
kontrak kerja konstruksi; memperhitungkan risiko pelaksanaan dan
hasil pekerjaan; memenuhi ketentuan pertanggungan, membayar
denda dan atau ganti rugi sesuai yang dipersyaratkan pada kontrak
kerja konstruksi.

Anda mungkin juga menyukai