Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ARIEL SAURAN PATIUNG

(6160505190094)

MANAJEMENT PROYEK DAN REKAYASA


KONSTRUKSI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha ESA, yang
telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun, selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih
luas kepada pembaca.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal
sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha ESA, senantiasa
memberkati segala usaha kita. Amin.
 
Makassar, 14 Juni 2023

ii
Daftar Isi

HALAMAN JUDUL ………………………...............................................…… i

KATA PENGANTAR ………………………...............................................… ii

DAFTAR ISI ………………………………...............................................… iii

BAB I PENDAHULUAN …………………….............................................…1

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ………………………….......................................... 2

2.1 pengertian kontrak kerja konstruksi ................................................. 2

2.2 Sumber Hukum dan Ruang Lingkup Kontrak Kerja Konstruksi ............ 3

2.3 Para Pihak dalam Kontrak Kerja Konstruksi ...................................... 8

2.4 Jenis-jenis Kontrak Kerja Konstruksi .............................................. 12

2.5 PROSES TAHAPAN TENDER .......................................................... 15

BAB III PENUTUP …………………………………….................................. 19

3.1 Simpulan ................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ……………………………….....................................… 20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Manajemen proyek ialah salah satu manajemen atau tata cara


dalam mengelola sumber penghasilan yang penting untuk
menyelesaikan proyek dari awal sampai selesainya proyek tersebut.
Manajemen proyek dapat dipakai pada jenis proyek apapun, dan dipakai
secara luas untuk menyelesaikan proyek yang besar dan kompleks.

Manajemen proyek merupakan kunci keberhasilan dalam


melaksanakan dan menyelesaikan suatu proyek yang telah ditugaskan.

Fokus utama manajemen proyek adalah pencapaian semua tujuan


akhir proyek dengan segala batasan yang ada, waktu dan dana yang
tersedia. Pada perencanaan pembuatan proyek sebuah sistem,
diperlukan berbagai macam komponen yang terlibat di dalamnya.

Satu hal yang harus diperhatikan/diutamakan oleh seorang


manajer proyek dalam melakukan perencanaan adalah menghitung,
baik secara kualitatif maupun kuantitatif, dan resiko yang akan terjadi
dalam proses pengerjaan proyek tersebut.

1.2 Rumusan masalah

Rumusan masalah yang akan kita bahas dalam makalah ini ialah :

A. jelaskan kontrak pekerjaan proyek


B. jelaskan tentang proses tender proyek

iv
BAB II

ISI

2.1 Pengertian Kontrak Kerja Konstruksi

Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris yaitu contract sedangkan dalam
bahasa belanda kontrak disebut dengan overeenkomst.Dalam beberapa
literatur ada yang membedakan antara istilah perjanjian dengan kontrak
namun ada juga yang menyebutkan bahwa perjanjian memiliki pengertian
yang sama dengan kontrak. Salah satu ahli yang memberikan pengertian
berbeda antara perjanjian dengan kontrak yaitu R. Subekti, menurut beliau
ruang lingkup suatu kontrak lebih sempit karena ditujukan pada suatu
persetujuan yang tertulis.Sedangkan menurut beberapa ahli lain seperti Jacob
Hans Niewenhuis, Mariam Darus Badrulzaman dan Purwahid Patrik
memberikan pengertian yang sama tentang perjanjian dan kontrak.

Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa


Konstruksi menyebutkan yang dimaksud dengan kontrak kerja konstruksi
adalah keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hukum antara
pengguna jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan
konstruksi. Berdasarkan pengertian ini maka unsur-unsur yang terdapat
didalam suatu kontrak konstruksi yaitu;

1. Adanya para pihak yaitu pengguna jasa dan penyedia jasa;

2. adanya obyek yang diperjanjikan yaitu konstruksi;

3. adanya dokumen yang mengatur hubungan hukum antara pengguna


jasa dan penyedia jasa.

Pasal angka 22 Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang


Pengadaan/Jasa Pemerintah menyebutkan kontrak pengadaan barang/jasa
yang selanjutnya disebut kontrak adalah perjanjian tertulis antara PPK
dengan Penyedia Barang/Jasa atau Pelaksana Swakelola. Selanjutnya
menurut Pasal 1 angka 17 Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2006 tentang
Perubahan Keempat atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah menyebutkan
bahwa kontrak adalah perikatan antara Pejabat Pembuat Komitmen dengan
penyedia barang/jasa dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa.

v
Menurut R. Subekti yang dimaksud dengan perjanjian jasa konstruksi
yaitu suatu perjanjian antara seseorang yaitu pihak yang memborongkan
pekerjaan dengan seseorang yang lain sebagai pihak pemborong pekerjaan,
dimana pihak pertama menghendaki suatu hasil yang disanggupi oleh pihak
lawan atas pembayaran sejumlah uang sebagai harga jasa konstruksi. Hal
yang terpenting bukanlah cara pemborong mengerjakan pekerjaan tersebut
melainkan hasil yang akan diserahkan dalam keadaan baik dalam suatu
jangka waktu yang telah diterapkan dalam perjanjian.

Menurut Black’s Law Dictionaryyang dikutip dari buku karya Salim H.S.
pengertian kontrak konstruksi atau contract contruction istype of contract in
which plans and specification for construction are made a part of contract
itself and commonly it secured by performance and payment bonds to
protect both subcontractor and party for whom building is being
constructed.Artinya kontrak konstruksi adalah suatu kontrak yang memuat
perencanaan dan spesifikasi untuk suatu konstruksi sebagai bagian dari
perjanjian tersebut dan pada umumnya kontrak tersebut untuk melindungi
subkontraktor dan para pihak pemilik bangunan.

2.2 Sumber Hukum dan Ruang Lingkup Kontrak Kerja Konstruksi

Suatu kontrak kerja konstruksi merupakan suatu perikatan yang lahir dari
perjanjian oleh sebab itu kontrak kerja konstruksi tunduk pada ketentuan
Buku III KUH Perdata tentang perikatan. Selain KUH Perdata, sumber
hukum kontrak kerja konstruksi antara lain;

a. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)

b. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi

c. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 Tentang Usaha dan Peran


Masyarakat Jasa Konstruksi

f. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan


Jasa Konstruksi

g. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan


Pembinaan Jasa Konstruksi

h. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan


Barang/Jasa Pemerintah

vi
i. Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah

j. Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua


Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah

k. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2014 Tentang Perubahan Ketiga


Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah

Secara umum ruang lingkup diartikan sebagai suatu batasan atas suatu hal
tertentu. Menurut Pasal 23 Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2009
tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi menyebutkan bahwa kontrak kerja
konstruksi sekurang-kurangnya harus memuat uraian mengenai:

a. ketentuan tentang para pihak yang meliputi;

1. akta badan usaha/ akta perseorangan;

2. nama wakil/ kuasa badan usaha sesuai kewenangan pada akta badan
usaha atau sertifikat keahlian kerja dan sertifikat keterampilan kerja bagi
usaha orang perseorangan; dan

3. tempat kedudukan dan alamat badan usaha atau usaha perseorangan.

b. rumusan pekerjaan yang meliputi:

1. Pokok-pokok pekerjaan yang diperjanjikan;

2. volume atau besaran pekerjaan yang harus dilaksanakan;

3. nilai pekerjaan dan ketentuan mengenai penyesuaian nilai pekerjaan


akibat fluktuasi harga untuk kontrak kerja konstruksi bertahun jamak;

4. tata cara penilaian hasil pekerjaan dan pembayaran; dan

5. jangka waktu pelaksanaan.

c. pertanggungan dalam kontrak kerja konstruksi meliputi:

1. jenis pertanggungan yang menjadi kewajiban penyedia jasa yang


berkaitan dengan pembayaran uang muka, pelaksanaan pekerjaan, hasil
pekerjaan, tenaga kerja, tuntutan pihak ketiga dan kegagalan bangunan;

vii
2. pertanggungan sebagaimana yang dimaksud dalam angka 1, meliputi:

a. nilai jaminan;

b. jangka waktu pertanggungan;

c. prosedur pencairan; dan

d. hak dan kewajiban masing-masing pihak.

3. dalam hal penyedia jasa tidak memenuhi kewajiban sesuai dengan


kontrak kerja konstruksi, pengguna jasa dapat mencairkan dan
selanjutnya menggunakan jaminan dari penyedia jasa sebagai kompensasi
pemenuhan kewajiban dari penyedia jasa;

d. tenaga ahli yang meliputi:

1. persyaratan klasifikasi dan kualifikasi tenaga ahli;

2. prosedur penerimaan dan atau pemberhentian tenaga ahli yang


dipekerjakan;

3. jumlah tenaga ahli sesuai dengan jenis pekerjaan;

e. hak dan kewajiban para pihak dalam kontrak kerja konstruksi meliputi:

1. hak dan kewajiban pengguna jasa; dan

2. hak dan kewajiban penyedia jasa;

f. cara pembayaran yang memuat;

1. volume/besaran fisik;

2. cara pembayaran hasil pekerjaan;

3. jangka waktu pembayaran;

4. denda keterlambatan pembayaran;

5. jaminan pembayaran;

viii
g. ketentuan mengenai cidera janji yang meliputi;

1. bentuk cidera janji, meliputi:

a. oleh penyedia jasa yang meliputi;

- tidak menyelesaikan tugas;

- tidak memenuhi mutu;

- tidak memenuhi kuantitas;

- tidak menyerahkan hasil pekerjaan.

b. oleh pengguna jasa yang meliputi;

- terlambat membayar;

- tidak membayar; dan

- terlambat menyerahkan sarana pelaksanaan pekerjaan

2. dalam hal terjadi cidera janji yang dilakukan oleh penyedia jasa atau
pengguna jasa, pihak yang dirugikan berhak untuk memperoleh
kompensasi, penggantian biaya dan atau perpanjangan waktu, perbaikan
atau pelaksanaan ulang hasil pekerjaan yang tidak sesuai dengan yang
diperjanjikan atau pemberian ganti rugi;

h. penyelesaian perselisihan memuat:

1. penyelesaian diluar pengadilan melalui alternatif penyelesaian


sengketa, atau arbitrase; dan

2. penyelesaian sengketa melalui pengadilan sesuai dengan hukum acara


perdata yang berlaku;

i. ketentuan pemutusan kontrak kerja konstruksi yang memuat:

1. bentuk pemutusan yang meliputi pemutusan yang disepakati para pihak


atau pemutusan secara sepihak; dan

2. hak dan kewajiban pengguna jasa dan penyedia jasa sebagai


konsekuensi dari pemutusan kontrak kerja konstruksi;

ix
j. keadaan memaksa mencakup kesepakatan mengenai:

1. risiko khusus;

2. macam keadaan memaksa lainnya;

3. hak dan kewajiban pengguna jasa dan penyedia jasa pada keadaan
memaksa;

k. kewajiban para pihak dalam kegagalan bangunan meliputi:

1. jangka waktu pertanggungjawaban kegagalan bangunan;

2. bentuk tanggung jawab terhadap kegagalan bangunan;

l. perlindungan pekerja yang memuat:

1. kewajiban terhadap pemenuhan ketentuan peraturan perundang-undangan


yang berlaku; dan

2. bentuk tanggung jawab dalam perlindungan pekerja; dan

M. aspek lingkungan yang memuat:

1. kewajiban terhadap pemenuhan ketentuan undang-undang yang


berlaku; dan

2. bentuk tanggung jawab mengenai gangguan terhadap lingkungan dan


manusia.

Selain itu, ruang lingkup jasa konstruksi dapat dibagi menjadi tiga taha yaitu;

1. Tahap Perencanaan Konstruksi

Menurut Pasal 5 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000


tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi menyebutkan bahwa
ruang lingkup pekerjaan dalam perencanaan konstruksi meliputi;

a. Survei;

b. Perencanaan umum, studi makro, dan studi mikro;

c. Studi kelayakan proyek, industri dan produksi;

d. Perencanaan teknik, operasi, dan kepemeliharaan; dan

x
e. Penelitian.

2. Tahap pelaksana konstruksi

Menurut Pasal 4 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000


tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi, ruang lingkup
pekerjaan dalam tahap pelaksanaan konstruksi meliputi;

a. Arsitektural;

b. Sipil;

c. Mekanikal;

d. Elektrikal; dan

e. Tata Lingkungan.

3. Tahap Pengawasan Konstruksi

Menurut Pasal 5 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000


tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi, ruang lingkup
pekerjaan dalam tahap pengawasan konstruksi meliputi;

a. pengawasan pelaksanaan pekerjaan konstruksi;

b. pengawasan keyakinan mutu dan ketepatan waktu dalam proses


pekerjaan dan hasil pekerjaan konstruksi.

2.3. Para Pihak dalam Kontrak Kerja Konstruksi

Suatu kontrak kerja konstruksi pada dasarnya harus memuat tiga unsur
yaitu adanya para pihak yaitu pengguna jasa dan penyedia jasa, adanya
obyek yang diperjanjikan yaitu konstruksi dan adanya dokumen yang
mengatur hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa.Salah
satu unsur yang mutlak harus ada didalam suatu kontrak kerja konstruksi
yaitu para pihak yang ada didalam suatu kontrak kerja konstruksi baik pihak
yang terikat secara langsung maupun pihak yang terikat secara tidak
langsung.Kontrak kerja konstruksi meliputi tiga bidang pekerjaan yaitu
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.Pada prinsipnya pelaksanaan
pekerjaan ini harus dilaksanakan secara terpisah dalam suatu pekerjaan
konstruksi dengan tujuan untuk menghindari konflik kepentingan.Dengan
demikian tidak dibenarkan ada perangkapan fungsi pekerjaan misalnya
pelaksana konstruksi merangkap konsultan pengawas.

xi
Pihak-pihak dalam kontrak kerja konstruksi baik yang terikat secara
langsung maupun terikat secara tidak langsung disebut sebagai peserta dalam
kontrak kerja konstruksi. Peserta dalam kontrak kerja konstruksi terdiri dari;

a. pihak yang memborongkan pekerjaan atau pemberi tugas atau


prinsipil atau bouwheer atau aanbesteder dan sebagainya

Pihak yang memborongkan pekerjaan dapat berupa perseorangan maupun


badan hukum baik itu Pemerintah maupun swasta. Hubungan hukum antara
pihak yang memborongkan pekerjaan dengan pihak pemborong pekerjaan
yaitu;

1. Hubungan hukum kedinasan yaitu apabila pihak yang memborongkan


dan pihak pemborong pekerjaan adalah Pemerintah;

2. Apabila pihak yang memborongkan pekerjaan adalah Pemerintah dan


pihak pemborong pekerjaan adalah Swasta maka hubungan hukumnya
disebut perjanjian jasa konstruksi yang dapat berupa akta di bawah
tangan, Surat Perintah Kerja (SPK), Surat Perjanjian Kerja/Kontrak;

3. Apabila pihak yang memborongkan pekerjaan dan pihak pemborong


pekerjaan adalah pihak swasta maka hubungan hukumnya disebut
perjanjian jasa konstruksi yang dapat berupa akta di bawah tangan, Surat
Perintah Kerja (SPK), Surat Perjanjian Jasa Konstruksi/Kontrak.

b. Pihak Pemborong

Pihak pemborong pekerjaan dapat berupa perorangan maupun badan


hukum.Ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan apabila si pemborong
pekerjaan atau penyedia barang/jasa bekerja mengadakan kontrak kerja
konstruksi dengan Pemerintah sebagai pihak yang memborongkan pekerjaan
atau sebagai pengguna jasa. Hal ini diatur dalam Pasal 19 ayat (1) Peraturan
Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
yaitu Penyedia barang/jasa dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa wajib
memenuhi persyaratan sebagai berikut;

a. memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan untuk


menjalankan kegiatan/usaha;

b. memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan teknis dan manajerial


untuk menyediakan Barang/Jasa;

xii
c. memperoleh paling kurang 1 (satu) pekerjaan sebagai Penyedia
Barang/Jasa dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir, baik di
lingkungan pemerintah maupun swasta, termasuk pengalaman
subkontrak;

d. ketentuan sebagaimana dimaksud huruf c dikecualikan bagi Penyedia


Barang/Jasa yang baru berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun;

e. memiliki sumber daya manusia, modal, peralatan dan fasilitas lain yang
diperlukan dalam Pengadaan Barang/Jasa;

f. dalam hal Penyedia Barang/Jasa akan melakukan kemitraan, Penyedia


Barang/Jasa harus mempunyai perjanjian kerja sama operasi/kemitraan
yang memuat persentase kemitraan dan perusahaan yang mewakili
kemitraan tersebut;

g. memiliki kemampuan untuk bidang pekerjaan yang sesuai untuk Usaha


Mikro, Usaha Kecil, dan koperasi serta kemampuan pada subbidang
pekerjaan yang sesuai untuk usaha non-kecil;

h. memiliki Kemampuan Dasar (KD) untuk usaha non-kecil kecuali untuk


Pengadaan Barang dan Jasa Konsultansi;

i. khusus untuk Pelelangan dan Pemilihan Langsung Pengadaan


Pekerjaan Konstruksi memiliki dukungan keuangan dari bank;

j. khusus untuk Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan jasa lainnya, harus


memperhitungkan Sisa Kemampuan Paket (SKP) sebagai berikut:

SKP = KP – P

KP = Kemampuan Paket, dengan ketentuan:

a) untuk Usaha Kecil, nilai Kemampuan Paket (KP) ditentukan


sebanyak 5 (lima) paket pekerjaan; dan
b) untuk Usaha Non kecil, nilai Kemampuan Paket (KP)
ditentukan
sebanyak 6 (enam) atau 1,2 (satu koma dua) N.

P = Jumlah Paket yang dikerjakan.

N = jumlah paket pekerjaan terbanyak yang dapat ditangani pada saat


bersamaan selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir.

xiii
k. tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan usahanya
tidak sedang dihentikan dan/atau direksi yang bertindak untuk dan atas
nama perusahaan tidak sedang dalam menjalani sanksi pidan, yang
dibuktikan dengan surat pernyataan yang ditandatangani oleh Penyedia
Barang/Jasa;

l. Sebagai wajib pajak sudah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak


(NPWP) dan telah memenuhi kewajiban perpajakan tahun terakhir (PPTK
Tahunan) serta memiliki laporan bulanan PPh Pasal 21, PPh Pasal 23
(bila ada transaksi), PPh Pasal 25/Pasal 29 dan PPN (bagi Pengusaha
Kena Pajak) paling kurang 3 (tiga) bulan terakhir dalam tahun berjalan;

m. secara hukum mempunyai kapasitas untuk mengikatkan diri pada


kontrak;

n. tidak masuk dalam Daftar Hitam;

o. memiliki alamat tetap dan jelas serta dapat dijangkau dengan jasa
pengiriman; dan

p. menandatangani pakta integritas.

c. Pihak Perencana

Dalam pelaksanaan perencanaan konstruksi ada dua pihak yang berperan


yaitu pihak pengguna jasa dan pihak perencana konstruksi.Pengguna jasa
adalah perseorangan atau badan usaha baik berbadan hukum maupun tidak
berbadan hukum yang berperan sebagai pemberi proyek yang memerlukan
layanan jasa perencanaan.Pihak Perencana Konstruksi adalah penyedia jasa
perseorangan maupun badan usaha yang dinyatakan ahli dalam bidang
perencanaan jasa konstruksi. Adapun tugas dari perencana konstruksi
diantaranya;

1. sebagai penasihat dalam hal ini membuat rencana biaya dan gambar
bangunan sesuai dengan pesanan dari pihak yang memborongkan; dan

2. sebagai wakil, dalam hal ini perencana sebagai pengawas yang


bertugas untuk mengawasi jalannya pekerjaan.

d. Pihak Pengawas atau Direksi

Pihak pengawas atau direksi bertugas dalam melakukan pengawasan


terhadap pelaksanaan jasa konstruksi. Hal-hal yang dilakukan oleh pihak
pengawas atau direksi antara lain memberikan petunjuk-petunjuk,

xiv
memborongkan pekerjaan, memeriksa ketersediaan bahan, memeriksa
lamanya waktu pembangunan berlangsung dan terakhir memberikan
penilaian terhadap pelaksanaan pekerjaan.

2.4. Jenis-jenis Kontrak Kerja Konstruksi

Kontrak kerja konstruksi yang ada di Indonesia terdiri dari berbagai


macam. Jenis-jenis kontrak kerja konstruksi dapat dilihat menurut ruang
lingkup pekerjaan atau usahanya, dilihat menurut imbalan pekerjaan, dilihat
menurut jangka waktu pekerjaan dan dilihat menurut cara pembayaran hasil
pekerjaan.

a. Jenis kontrak kerja konstruksi yang dilihat berdasarkan ruang lingkup


pekerjaan atau usahanya telah diatur dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor
18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi. Kontrak kerja konstruksi apabila
dilihat menurut ruang lingkup pekerjaan atau usahanya terdiri dari tiga jenis
yaitu:

1. Kontrak perencanaan konstruksi

Kontrak perencanaan konstruksi yaitu suatu kontrak yang dibuat


oleh masingmasing pihak dalam kontrak salah satunya pihak
perencana.Pihak perencana memberikan layanan jasa perencanaan
pekerjaan yang meliputi rangkaian kegiatan mulai dari studi
pengembangan sampai dengan penyusunan kontrak kerja
konstruksi.Berdasarkan penjelasan Pasal 4 ayat (2) studi
pengembangan meliputi studi insepsion, studi fisibilitas dan
penyusunan kerangka usulan.

2. Kontrak pelaksanaan konstruksi

Kontrak pelaksanaan konstruksi merupakan suatu kontrak yang


terjadi antara orang perorangan atau badan usaha dengan pihak lain
dalam pelaksanaan konstruksi. Berdasarkan penjelasan Pasal 4 ayat (3)
pekerjaan pelaksanaan konstruksi dilakukan mulai dari penyiapan
lapangan sampai dengan hasil akhir pekerjaan atau per bagian kegiatan.

3. Kontrak pengawasan konstruksi

Kontrak pengawasan konstruksi merupakan kontrak antara orang


perorangan atau badan usaha dengan pihak lainnya dalam pengawasan
konstruksi. Menurut Pasal 4 ayat (4) usaha pengawasan konstruksi
memberikan layanan jasa pengawasan mulai baik keseluruhan maupun
sebagian pelaksanaan konstruksi.

xv
b. Jenis kontrak kerja konstruksi yang dilihat menurut imbalannya. Kontrak
kerja konstruksi yang dilihat menurut imbalannya diatur dalam Pasal 20
ayat (3) dan Pasal 21 Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000
tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi. Jenis-jenis kontrak kerja
konstruksi yang dilihat menurut imbalannya yaitu:

1. Kontrak kerja konstruksi dengan imbalan lump sum

Kontrak kerja konstruksi dengan imbalan lump sum yaitu kontrak


antara pengguna jasa dan penyedia jasa konstruksi atas penyelesaian
seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu serta jumlah harga yang
sudah pasti dan tetap. Dengan demikian seluruh risiko yang
kemungkinan terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan menjadi
tanggung jawab penyedia jasa sepanjang gambar dan spesifikasi yang
telah ditentukan tidak berubah.

2. Kontrak kerja konstruksi dalam bentuk imbalan harga satuan

Kontrak kerja konstruksi dengan harga satuan yaitu kontrak jasa


penyelesaian seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu
berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap untuk setiap satuan atau
unsure pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu.Volume
pekerjaannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama yang telah
dilakukan oleh penyedia jasa.

3. Kontrak kerja konstruksi dalam bentuk biaya tambahan imbalan jasa

Kontrak kerja konstruksi dalam bentuk biaya tambahan imbalan


jasa yaitu kontrak jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam
jangka waktu tertentu namun jenis pekerjaan dan volume pekerjaannya
belum diketahui secara pasti sehingga pembayaran pekerjaan dilakukan
sesuai dengan pengeluaran biaya ditambah dengan imbalan jasa yang
telah disepakati oleh kedua belah pihak.

4. Kontrak kerja konstruksi dalam bentuk imbalan gabungan antara lump


sumdan

harga satuan Kontrak kerja jenis ini merupakan gabungan antara


kontrak kerja konstruksi dalam bentuk imbalan lump sum dan atau
harga satuan dan atau tambah imbalan jasa dalam satu pekerjaan sesuai
dengan yang telah disepakati oleh para pihak atas suatu pekerjaan.

xvi
5. Kontrak kerja konstruksi dalam bentuk imbalan aliansi

Kontrak kerja konstruksi dalam bentuk imbalan aliansi merupakan


kontrak pengadaan jasa yang mana ruang lingkup harga kontrak
refrensi telah ditetapkan namun volume pekerjaan belum diketahui atau
dirinci secara pasti. Selanjutnya pembayaran atas pekerjaannya
dilakukan dengan cara biaya tambah imbal jasa dengan suatu
pembagian tertentu yang telah disepakati atas penghematan atau pun
biaya lebih yang timbul karena adanya perbedaan antara biaya
sebenarnya dengan harga kontrak refrensi.

c. Jenis kontrak kerja konstruksi yang dilihat berdasarkan jangka waktu


penyelesaian pekerjaan sesuai dengan yang telah disepakati oleh kedua belah
pihak. Kontrak kerja konstruksi jenis ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu;

1. Tahun tunggal

yaitu suatu pekerjaan yang pendanaan dan pelaksanaannya


direncanakan selesai dalam waktu satu tahun;

2. Tahun jamak

yaitu suatu pekerjaan yang pendanaan dan pelaksanaannya


direncanakan selesai dalam waktu lebih dari satu tahun.

d. Jenis kontrak kerja konstruksi yang dilihat menurut cara pembayaran hasil
pekerjaan. Kontrak jenis ini dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu;

1. Cara pembayaran hasil pembayaran sesuai dengan kemajuan pekerjaan

yaitu kontrak yang pembayaran hasil pekerjaannya dilakukan dalam


beberapa tahapan atau bisa juga dilakukan sekaligus setelah pekerjaan
fisik selesai seratus persen;

2. Cara pembayaran hasil pekerjaan secara berkala

yaitu kontrak yang pembayaran hasil pekerjaannya dilakukan secara


bulanan pada saat akhir bulan.

e. Jenis kontrak kerja konstruksi dalam pelaksanaan proyek Pemerintah.


Kontrak jenis ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu;

xvii
1. Kontrak pengadaan barang
yaitu suatu kontrak kerja konstruksi yang objeknya berupa barang
yang akan dipergunakan untuk kepentingan Pemerintah;

2. Kontrak konsultansi
yaitu kontrak kerja konstruksi yang dibuat oleh para pihak yang
mana pihak penyedia jasa memberikan layanan jasa professional
dalam berbagai bidang untuk mencapai sasaran tertentu yang hasilnya
berbentuk piranti lunak

2.5 PROSES TAHAPAN TENDER


Secara umum tahapan proses tender proyek konstruksi dalam
memilih kontraktor dapat diuraikan seperti di bawah ini.
1. Tahap Prakualifikasi Tender
Peserta tender yang ikut ambil bagian dalam proses tender adalah
kontraktor-kontraktor yang telah lulus penilaian secara umum dan diundang
secara resmi oleh Owner.
Pada tahapan ini biasa Owner akan meminta kontraktor untuk
menyerahkan dokumen prakualifikasi antara lain :
a. Data umum perusahaan (Company Profile)
b. Akta perusahaan.
c. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
d. Surat Ijin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK).
e. Surat Ijin Usaha Perusahaan (SIUP).
f. Surat Tanda Daftar Rekanan (TDR).
g. Surat Pengukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP).
Jika kontraktor mendapat penilaian baik dari pihak Owner dan lulus tahap
prakualifikasi maka kontraktor dapat maju ke tahapan selanjutnya.
2. Tahap Pengambilan Dokumen Tender
Dokumen tender akan diberikan oleh Owner kepada kontraktor-
kontraktor yang ikut dalam tender tersebut. Dokumen tender digunakan
sebagai pedoman bagi para peserta tender untuk mengajukan penawaran atau
harga tender.
Umumnya dokumen tender terdiri dari Rencana Kerja dan Syarat-Syarat
(RKS) administrasi, RKS teknis, gambar-gambar, dan Bill of Quantity (BQ)
xviii
3. Tahap Rapat Pemberian Penjelasan (Aanwijzing)
Rapat pemberian penjelasan atau Aanwijzing adalah
pertemuan antara peserta tender dengan Owner dan Konsultan
Perencana. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan aanwijzing
adalah sebagai berikut :
1. Aanwijzing sebaiknya dihadiri oleh semua kontraktor peserta tender,
konsultan perencana, dan pihak Owner.
2. Dalam pertemuan ini Konsultan Perencana memberikan penjelasan
secara terperinci mengenai isi dari dokumen tender. Kemudian para
peserta tender dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan maupun
usulan-usulan mengenai berbagai hal yang dianggap kurang jelas.
3. Setelah pertemuan selesai, Owner membuat berita acara penjelasan
pekerjaan. Berita acara ini berisikan catatan dan hal-hal yang
dibicarakan dalam rapat, baik itu penjelasan maupun perubahan-
perubahan yang telah disetujui.
4. Tahap Pemasukan Penawaran
Setelah mengikuti aanwijzing maka para peserta tender akan mulai
menghitung anggaran biaya proyek ini yang akan diajukan sebagai harga
penawaran.
Anggaran biaya tersebut disampaikan dalam Surat Penawaran Harga
(SPH) yang harus diserahkan sesuai dengan waktu dan tempat yang telah
ditentukan oleh owner.
Berkas-berkas yang harus dilampirkan oleh kontraktor dalam pemasukan
penawaran umumnya adalah sebagai berikut :
Dokumen Administrasi :
1. Copy jaminan penawaran / tender bond (asli diserahkan kepada
pemilik proyek) jika dipersyaratkan.

Dokumen Teknis :
1. Surat pernyataan kesanggupan menyelesaikan
pekerjaan apabila ditunjuk sebagai pemenang dan
mengasuransikan tenaga kerja ( Jamsostek ).

xix
2. Surat penawaran (bermeterai, dibuat di kop perusahaan,
dicap, dan ditandatangani )..
3. Struktur organisasi dan personalia pelaksana proyek.
4. Daftar peralatan yang dimiliki dan akan digunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan.
5. Time Schedule berupa barchart dan kurva S.
6. Metode pelaksanaan pekerjaan.
7. Spesifikasi teknis dan brosur material yang ditawarkan.

Dokumen Biaya / Harga :


1. Surat penawaran harga (bermeterai, dibuat di kop
perusahaan, dicap, dan ditandatangani).
2. Daftar uraian volume pekerjaan / Bill Of Quantity (BQ)
dan harga satuan yang diisi.
3. Analisa harga satuan bahan dan upah kerja.
Dokumen administrasi, teknis, dan biaya/ harga umumnya dibuat dalam
2 rangkap yaitu 1 dokumen asli dan 1 dokumen copy.

5. Tahap Evaluasi Tender


Di sini Owner mengadakan evaluasi terhadap Surat Penawaran Harga
(SPH) yang masuk dan memenuhi persyaratan yang ada. Evaluasi meliputi
evaluasi dokumen administrasi, teknis, dan harga penawaran.
Owner akan membandingkan SPH tersebut dengan konsep awal dan
dengan para peserta tender lainnya, sehingga bila ada kejanggalan dapat
diketahui.
6. Tahap Klarifikasi
Klarifikasi dilakukan untuk memperoleh penjelasan mengenai hal-hal
yang ada dalam penawaran. Dalam klarifikasi ini juga Owner dapat meminta
pertanggungjawaban atas harga penawaran dan kejanggalan-kejanggalan yang
ditemukan dalam SPH yang dibuat.

xx
7. Tahap Pengumuman Pemenang Tender
Dari hasil evaluasi dan klarifikasi maka pihak Owner akan memutuskan
siapa kontraktor yang menjadi pemenang tender. Umumnya sistem dalam
menentukan pemenang tender adalah The Lowest Responsible Bid (harga
terendah yang dapat dipertanggung jawabkan).
Pemenang akan mendapatkan Surat Keputusan Penunjukan Pemenang
dari Owner dan dilakukan penandatanganan kontrak dari kedua belah pihak.
Pelaksanaan pekerjaan harus sudah dimulai selambatlambatnya 7 hari
kalender setelah diterbitkannya Surat Perintah Kerja (SPK).

xxi
BAB III
PENJTUP
3.1 kesimpulan
Dari pembuatan makalah ini kita bisa mengetahui bagaimana
kontrak pekerjaan proyek mulai dari pengertian kontrak pekerjaan
proyek, tahapan-tahapan kontrak pekerjaan proyek, hingga jenis-jenis
kontrak kerja konstruksi
Dan juga kita bisa memahami berbagai proses dalam tender suatu
proyek.

xxii
DAFTAR PUSTAKA
https://www.teknikarea.com/proses-tender-dari-awal-sampai-akhir/
https://www.rumahmaterial.com/2020/10/7-tahapan-proses-tender
proyek.html

xxiii

Anda mungkin juga menyukai