DISUSUN OLEH:
PRESBITERIALAN CALVYN ROLOS
(2019 23 201 027)
DOSEN:
Ir. SALIKI, ST.,M.Ars
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Saya sangat berharap semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.Makalah ini di buat guna
menuntaskan matakuliah manajemen proyek.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
BAB I
Pendahuluan
Kontrak atau perjanjian adalah kesepakatan antara dua orang atau lebih mengenai hal tertentu
yang disetujui oleh mereka. Ketentuan umum mengenai kontrak diatur dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata Indonesia. Kesepakatan berarti adanya persesuaian kehendak dari para pihak yang
membuat perjanjian, sehingga dalam melakukan suatu perjanjian tidak boleh ada paksaan, kekhilapan
dan penipuan (dwang, dwaling, bedrog).
Kecakapan hukum sebagai salah satu syarat sahnya perjanjian maksudnya bahwa para pihak yang
melakukan perjanjian harus telah dewasa, sehat mentalnya serta diperkenankan oleh undang-undang.
Sementara itu seseorang dikatakan sehat mentalnya berarti orang tersebut tidak berada dibawah
pengampuan, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1330 juncto Pasal 433 BW.
Orang yang cacat mental dapat diwakili oleh pengampu atau kuratornya. Sedangkan orang yang
tidak dilarang oleh undang-undang maksudnya orang tersebut tidak dalam keadaan pailit sesuai isi Pasal
1330 BW juncto Undang-Undang Kepailitan. Suatu hal tertentu berhubungan dengan objek perjanjian,
maksudnya bahwa objek perjanjian itu harus jelas, dapat ditentukan dan diperhitungkan jenis dan
jumlahnya, diperkenankan oleh undang-undang serta mungkin untuk dilakukan para pihak. Suatu sebab
yang halal, berarti perjanjian termaksud harus dilakukan berdasarkan itikad baik.
Berdasarkan Pasal 1335 BW, suatu perjanjian tanpa sebab tidak mempunyai kekuatan. Sebab
dalam hal ini adalah tujuan dibuatnya sebuah perjanjian. Kesepakatan para pihak dan kecakapan para
pihak merupakan syarat sahnya perjanjian yang bersifat subjektif. Apabila tidak tepenuhi, maka
perjanjian dapat dibatalkan artinya selama dan sepanjang para pihak tidak membatalkan perjanjian,
maka perjanjian masih tetap berlaku. Sedangkan suatu hal tertentu dan suatu sebab yang halal
merupakan syarat sahnya perjanjian yang bersifat objektif. Apabila tidak terpenuhi, maka perjanjian
batal demi hukum artinya sejak semula dianggap tidak pernah ada perjanjian.
Jenis-Jenis Kontrak Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dalam Perpres Nomor 16 Tahun 2018
dan Aturan Turunannya.
Jenis-jenis kontrak dalam PBJ sesuai dengan Perpres No. 16 Tahun 2018 akan lebih
sederhana. Jenis kontrak akan disederhanakan menjadi tiga jenis pengaturan saja, yaitu sebagai
berikut.
a. Untuk pekerjaan barang/konstruksi/jasa lainnya hanya akan diatur kontrak lumpsum, harga
satuan, gabungan, terima jadi (turnkey) dan prosentase.
b. Untuk pekerjaan konsultansi terdiri dari kontrak keluaran (lumpsum), waktu penugasan (time
base) dan Kontrak Payung.
c. Kontrak tahun jamak
1.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui istilah yang perlu diketahui agar tidak menimbulkan kekeliruan.
2. Untuk mengetahui hal-hal yang menjadi perubahan tata &cara pengadaan barang dan jasa
pemerintah.
3. Untuk mengetahui pengertian jenis-jenis kontrak pengadaan barang/jasa.
BAB II
Pembahasan
Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disebut Kontrak adalah perjanjian tertulis
antara PA/ KPA/ PPK dengan Penyedia Barang/Jasa atau pelaksana Swakelola. Barang adalah setiap
benda baik berwujud maupun tidak berwujud, bergerak maupun tidak bergerak, yang dapat
diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan oleh Pengguna Barang.
Peraturan Presiden R.I nomor 70 tahun 2012 tentang Revisi Kedua Peraturan Presiden nomor 54
tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah pasal 50 menggolongkan jenis kontrak
pengadaan barang dan jasa pemerintah berdasarkan:
a) Cara pembayaran
b) Pembebanan tahun anggaran
c) Sumber pendanaan
d) Jenis pekerjaan
a. Kontrak Lumsum
Kontrak Lumsum merupakan Kontrak dengan ruang lingkup pekerjaan dan jumlah harga
yang pasti dan tetap dalam batas waktu tertentu dengan ketentuan: semua risiko sepenuhnya
ditanggung oleh Penyedia, berorientasi kepada keluaran, dan pembayaran didasarkan pada
tahapan produk/keluaran yang dihasilkan sesuai dengan Kontrak.Kontrak Lumsum digunakan
dalam hal ruang lingkup, waktu pelaksanaan, dan produk/keluaran dapat didefinisikan dengan
jelas.
Kontrak Harga Satuan digunakan dalam hal ruang lingkup, kuantitas/volume tidak dapat
ditetapkan secara tepat yang disebabkan oleh sifat/karakteristik, kesulitan dan resiko pekerjaan.
Dalam Kontrak Harga Satuan pembayaran dilakukan berdasarkan harga satuan yang tetap untuk
masing-masing volume pekerjaan dan total pembayaran (final price) tergantung kepada total
kuantitas/volume dari hasil pekerjaan. Pembayaran dilakukan berdasarkan pengukuran hasil pekerjaan
yang dituangkan dalam sertifikat hasil pengukuran (contoh monthly certificate).
Kontrak Harga Satuan digunakan misalnya untuk kegiatan pembangunan gedung atau
infrastruktur, pengadaan jasa boga pasien di rumah sakit. Kontrak Harga Satuan merupakan Kontrak
Pengadaan Barang/Jasa diuraikan dalam pasal 51 ayat (2) Perpres 70 atas penyelesaian seluruh
pekerjaan dalam batas waktu yang telah ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Harga Satuan pasti dan tetap untuk setiap satuan atau unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis
tertentu;
b) volume atau kuantitas pekerjaannya masih bersifat perkiraan pada saat Kontrak ditandatangani;
c) pembayarannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume pekerjaan yang benar-
benar telah dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa; dan
d) dimungkinkan adanya pekerjaan tambah/kurang berdasarkan hasil pengukuran bersama atas
pekerjaan yang diperlukan.
d. Kontrak Payung
Kontrak Payung dapat berupa kontrak harga satuan dalam periode waktu tertentu untuk
barang/jasa yang belum dapat ditentukan volume dan/atau waktu pengirimannya pada saat Kontrak
ditandatangani.
Kontrak Payung digunakan dalam hal pekerjaan yang akan dilaksanakan secara berulang dengan
spesifikasi yang pasti namun volume dan waktu pesanan belum dapat ditentukan.
Kontrak Payung digunakan misalnya pengadaan obat tertentu pada rumah sakit, jasa boga, jasa layanan
perjalanan (travel agent), atau pengadaan material.
Kontrak Terima Jadi biasa digunakan dalam Pekerjaan Konstruksi terintegrasi, misalnya
Engineering Procurement Construction (EPC) pembangunan pembangkit tenaga listrik, pabrik, dan
lain-lain.
Di sejumlah kota di Indonesia saat ini sedang gencar-gencarnya membangun fasilitas sarana dan
prasarana yang menunjang aktifitas masyarakat baik yang dilakukan oleh pemerintah setempat maupun
para kontraktor swasta. Tentunya dalam proses pembangunan tersebut melibatkan pihak
Pemilik/Pengguna Jasa dan kontraktor yang diikat dalam suatu perjanjian/kontrak. Dalam
pelaksanaannya, kontrak pengadaan barang/jasa dalam hal ini pekerjaan fisik seringkali mengalami
pekerjaan tambah/kurang yang akhirnya harus mengubah klausala atau pasal di dalam kontrak. Tujuan
dari perubahan kontrak tersebut, tak lain adalah agar bangunan bisa selesai sesuai dengan keinginan
dan kebutuhan Pemilik/Pengguna Jasa.
Perubahan Kontrak tersebut bisa dikarenakan perbedaan kondisi lapangan pada saat pelaksanaan
dengan gambar dan/atau spesifikasi teknis/KAK dalam dokumen kontrak. Perubahan kontrak tersebut
bisa diberlakukan untuk beberapa jenis kontrak, yaitu Kontrak Lumsum, Kontrak Harga Satuan,
Kontrak Gabungan Lumsum dan Harga Satuan, dan Kontrak Terima Jadi (Turnkey).
Dalam hal terdapat perbedaan antara kondisi lapangan pada saat pelaksanaan dengan gambar dan/atau
spesifikasi teknis/KAK yang ditentukan dalam dokumen Kontrak, Pejabat Penandatangan Kontrak
bersama Penyedia dapat melakukan perubahan kontrak, yang meliputi:
Perubahan Kontrak yang disebabkan masalah administrasi, dapat dilakukan sepanjang disepakati
kedua belah pihak. Masalah administrasi yang dimaksud antara lain pergantian PPK, perubahan
rekening penerima.
Pekerjaan tambah dilaksanakan dengan ketentuan:
a. tidak melebihi 10% (sepuluh persen) dari harga yang tercantum dalam perjanjian/Kontrak awal dan
b. tersedia anggaran untuk pekerjaan tambah.
Untuk pemeriksaan dalam rangka perubahan kontrak, Pejabat Penandatangan Kontrak dapat
menetapkan tim atau tenaga ahli. Perubahan Kontrak tidak dapat dilakukan pada masa tambahan
waktu penyelesaian pekerjaan (masa denda) akibat dari keterlambatan setelah waktu pelaksanaan
kontrak berakhir.
Daftar pustaka
id.wikipedia.org
www.pengadaanbarang.co.id