0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
44 tayangan17 halaman
Dokumen tersebut membahas empat jenis kontrak kerja konstruksi, yaitu berdasarkan cara pembayaran (lump sum, harga satuan, gabungan lump sum dan harga satuan, persentase, turnkey), pembebanan tahun anggaran (tahun tunggal, tahun jamak), sumber pendanaan (tunggal, bersama, payung), dan jenis pekerjaan (tunggal, terintegrasi). Dijelaskan pula unsur-unsur penting setiap jenis kontrak.
Deskripsi Asli:
Judul Asli
PERT 4 - 20192020 - ASPEK HUKUM PEMBANGUNAN - JENIS KONTRAK KONSTRUKSI.pptx
Dokumen tersebut membahas empat jenis kontrak kerja konstruksi, yaitu berdasarkan cara pembayaran (lump sum, harga satuan, gabungan lump sum dan harga satuan, persentase, turnkey), pembebanan tahun anggaran (tahun tunggal, tahun jamak), sumber pendanaan (tunggal, bersama, payung), dan jenis pekerjaan (tunggal, terintegrasi). Dijelaskan pula unsur-unsur penting setiap jenis kontrak.
Dokumen tersebut membahas empat jenis kontrak kerja konstruksi, yaitu berdasarkan cara pembayaran (lump sum, harga satuan, gabungan lump sum dan harga satuan, persentase, turnkey), pembebanan tahun anggaran (tahun tunggal, tahun jamak), sumber pendanaan (tunggal, bersama, payung), dan jenis pekerjaan (tunggal, terintegrasi). Dijelaskan pula unsur-unsur penting setiap jenis kontrak.
By Dr. Taufik Dwi Laksono, S.T., M.T. JENIS KONTRAK KERJA KONSTRUKSI
Dalam Pasal 50 Peraturan Presiden RI No.
54 Tahun 2010, Kontrak Pengadaan Barang/Jasa meliputi : 1. Kontrak berdasarkan cara pembayaran, terdiri atas : a. Kontrak Lump Sum b. Kontrak Harga Satuan c. Kontrak gabungan Lump Sum dan Harga Satuan d. Kontrak Persentase, dan e. Kontrak Terima Jadi (Turnkey) 2. Kontrak berdasarkan pembebanan Tahun Anggaran, terdiri atas : a. Kontrak Tahun Tunggal, dan b. Kontrak Tahun Jamak 3. Kontrak berdasarkan sumber pendanaan, terdiri atas : a. Kontrak Pengadaan Tunggal b. Kontrak Pengadaan Bersama, c. Kontrak Payung (Framework Contract) 4. Kontrak berdasarkan jenis pekerjaan, terdiri atas : a. Kontrak Pengadaan Pekerjaan Tunggal, dan b. Kontrak Pengadaan Pekerjaan Terintegrasi Penjelasan dari masing-masing jenis kontrak diatas dijelaskan dalam Pasal 51 hingga Pasal 54 Peraturan Presiden RI No. 54 Tahun 2010, sebagai berikut : 1. Kontrak Lump Sum merupakan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu sebagaimana ditetapkan dalam Kontrak, dengan ketentuan sebagai berikut : a. Jumlah harga pasti dan tetap serta tidak dimungkinkan penyesuaian harga b. Semua resiko sepenuhnya ditanggung oleh Penyedia Barang/Jasa c. Pembayaran didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang dihasilkan sesuai dengan isi kontrak d. Sifat pekerjaan berorientasi kepada keluaran (output based) e. Total harga penawaran bersifat mengikat, dan f. Tidak diperbolehkan adanya pekerjaan tambah/kurang 2. Kontrak Harga Satuan merupakan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu yang telah ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut : a. Harga Satuan pasti dan tetap untuk setiap satuan atau unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu b. Volume atau kuantitas pekerjaannya masih bersifat perkiraan pada saat Kontrak ditandatangani c. Pembayarannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa, dan d. Dimungkinkan adanya pekerjaan tambah/kurang berdasarkan hasil pengukuran bersama atas pekerjaan yang diperlukan 3. Kontrak gabungan Lump Sum dan Harga Satuan adalah Kontrak yang merupakan gabungan Lump Sum dan Harga Satuan dalam 1 (satu) pekerjaan yang diperjanjikan. 4. Kontrak Persentase merupakan Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi/Jasa Lainnya, dengan ketentuan sebagai berikut : a. Penyedia Jasa Konsultansi/Jasa Lainnya menerima imbalan berdasarkan persentase dari nilai pekerjaan tertentu, dan b. Pembayarannya didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang dihasilkan sesuai dengan isi Kontrak 5. Kontrak Terima Jadi (Turnkey) merupakan Kontrak Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu dengan ketentuan sebagai berikut : a. Jumlah harga pasti dan tetap sampai seluruh pekerjaan selesai dilaksanakan, dan b. Pembayaran dilakukan berdasarkan hasil penilaian bersama yang menunjukkan bahwa pekerjaan telah dilaksanakan sesuai dengan kriteria kinerja yang telah ditetapkan 6. Kontrak Tahun Tunggal merupakan Kontrak yang pelaksanaan pekerjaannya mengikat dana anggaran selama masa 1(satu) tahun Anggaran 7. Kontrak Tahun Jamak merupakan Kontrak yang pelaksanaan pekerjaannya untuk masa lebih dari 1(satu) Tahun Anggaran atas beban Anggaran, yang dilakukan setelah mendapat persetujuan : a. Menteri Keuangan untuk kegiatan yang nilainya diatas Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) b. Menteri/Pimpinan Lembaga yang bersangkutan untuk kegiatan yang nilai kontraknya sampai dengan Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) bagi kegiatan : penanaman benih/bibit, penghijauan, pelayanan perintis laut/udara, makanan dan obat di rumah sakit, makanan untuk narapidana di Lembaga Pemasyarakatan, pengadaan pita cukai, layanan pembuangan sampah dan pengadaan jasa cleaning service. 8. Kontrak Tahun Jamak pada pemerintah daerah disetujui oleh Kepala Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan 9. Kontrak Pengadaan Bersama merupakan Kontrak antara beberapa PPK dengan 1(satu) Penyedia Barang/Jasa untuk menyelesaikan pekerjaan dalam waktu tertentu, sesuai dengan kebutuhan masing- masing PPK yang menandatangani Kontrak. Pembebanan Anggaran untuk Kontrak Pengadaan Bersama diatur dalam kesepakatan pendanaan bersama 10.Kontrak Payung (Framework Contract) merupakan Kontrak Harga Satuan antara Pemerintah dengan Penyedia Barang/Jasa yang dapat dimanfaatkan oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi Lainnya, dengan ketentuan sebagai berikut : a. Diadakan untuk menjamin harga Barang/Jasa yang lebih efisien, ketersediaan Barang/Jasa terjamin dan sifatnya dibutuhkan secara berulang dengan volume atau kuantitas pekerjaan yang belum dapat ditentukan pada saat Kontrak ditandatangani, dan b. Pembayarannya dilakukan oleh setiap PPK/Satuan Kerja yang didasarkan pada hasil penilaian/pengukuran bersama terhadap volume/kuantitas pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa secara nyata 11.Kontrak Pengadaan Pekerjaan Tunggal merupakan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang hanya terdiri dari 1(satu) pekerjaan perencanaan, pelaksanaan atau pengawasan 12.Kontrak Pengadaan Pekerjaan Terintegrasi merupakan Kontrak Pengadaan Pekerjaan Konstruksi yang bersifat kompleks dengan menggabungkan kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan/atau pengawasan Seng Hansen (2015) membagi kontrak menjadi beberapa bagian, yaitu : 1. Kontrak Ditinjau dari Aspek Perhitungan Biaya Kontrak jenis ini didasari pada letak harga yang diikat. Dibedakan menjadi 2(dua) bentuk kontrak, yaitu : a. Fixed Price Lump Sum Merupakan kontrak yang berdasarkan total harga pekerjaan yang diikat. Pada bentuk kontrak ini resiko terbesar terdapat pada pihak kontraktor. Untuk itu biasanya kontraktor akan menetapkan margin yang cukup besar agar dapat mengimbangi potensi resiko yang ditanggungnya. Pada kontrak fixed price lump sum, harga total pekerjaan dianggap pasti dan tetap sepanjang gambar dan spesifikasi yang diberikan kepada kontraktor tidak berubah. Apabila terjadi perubahan gambar dan spesifikasi, maka tim proyek diperkenankan mengurangi item volume pekerjaan lain sehingga harga total pekerjaan tidak berubah. b. Fixed Price Unit Rate Merupakan kontrak yang berdasarkan harga satuan item pekerjaan bersifat tetap. Dengan demikian, volume dan harga total pekerjaan masih dapat berubah secara fleksibel. Bentuk ini biasanya digunakan apabila kedua belah pihak telah setuju dan yakin atas analisis perhitungan harga satuan untuk setiap item pekerjaan, tetapi untuk volume pekerjaan masih bisa berubah tergantung kelengkapan dokumen dan gambar serta kondisi di Lapangan. Bentuk kontrak ini lebih adil karena resiko biaya terdistribusi lebih merata di antara kedua belah pihak.
2. Kontrak Ditinjau dari Aspek Perhitungan Jasa Kontrak ini dibedakan menjadi 3(tiga) yaitu : a. Biaya Tanpa Jasa (Cost without fee) Merupakan bentuk kontrak konstruksi di mana penyedia jasa (kontraktor) hanya dibayar sejumlah total biaya pekerjaan tanpa memperoleh imbalan jasa. Bentuk kontrak ini biasanya hanya diterapkan untuk pekerjaan-pekerjaan yang bersifat sosial. b. Biaya Ditambah Jasa (Cost plus fee) Merupakan bentuk kontrak konstruksi di mana kontraktor diberikan insentif untuk setiap biaya pekerjaan yang telah dilakukan. Bentuk kontrak ini dianggap tidak adil karena berpotensi besar merugikan pemilik proyek. Hal ini karena semakin besar biaya pekerjaan maka semakin tinggi pula insentif yang diperoleh kontraktor sehingga kecenderungan kontraktor akan memperbanyak pekerjaan yang akan dilakukannya. Besarnya insentif yang akan diperoleh oleh kontraktor tergantung negosiasi yang disepakati (misalnya 10%). c. Biaya Ditambah Jasa Pasti (Cost plus fixed fee) Merupakan kontrak konstruksi di mana kontraktor akan memperoleh biaya jasanya bersifat tetap meskipun biaya pekerjaan berubah (biaya jasa tidak berupa persentase). 3. Kontrak Ditinjau dari Aspek Cara Pembayaran Kontrak bentuk ini dibedakan menjadi 3(tiga) yaitu : a. Pembayaran Bulanan (monthly payment) Merupakan kontrak konstruksi di mana kontraktor mendapatkan pembayaran atas pekerjaan yang telah dilakukannya setiap bulan. Bentuk ini biasanya dipakai untuk proyek-proyek besar dan menuntut performa kontraktor yang baik sehingga jumlah pembayaran bulanan tidak terlalu kecil. b. Pembayaran Bertahap (stage payment) Merupakan kontrak konstruksi di mana kontraktor memperoleh pembayaran secara bertahap sesuai dengan prestasi pekerjaan yang telah disetujui bersama, c. Prapendanaan Penuh oleh Kontraktor (contractor’s full prefinance) Merupakan kontrak konstruksi di mana biaya pelaksanaan pekerjaan sepenuhnya ditanggung terlebih dahulu oleh kontraktor.Untuk hal ini maka pemilik proyek harus menyerahkan jaminan bank sebagai jaminan pembayaran. 4. Kontrak Ditinjau dari Aspek Pembagian Tugas Kontrak bentuk ini dibedakan menjadi 6(enam) yaitu : a. Kontrak Konvensional atau tradisional Merupakan kontrak yang paling umum digunakan dalam proyek- proyek konstruksi. Dalam bentuk ini terdapat pemisahan yang jelas antara pemilik proyek, kontraktor, dan konsultan. b. Kontrak Spesialis Merupakan perkembangan dari bentuk kontrak konvensional dimana dalam pelaksanaannya pemilik proyek menunjuk beberapa kontraktor utama dengan tujuan efisiensi waktu dan kepastian kualitas pekerjaan karena item pekerjaan diserahkan kepada kontraktor spesialis, penghematan biaya, dan kemudahan untuk mengganti kontraktor utama. Bentuk ini membutuhkan kemampuan pemilik proyek dalam menilai performa kontraktor dan biasanya hanya diterapkan oleh pemilik proyek yang telah berpengalaman dan memang bergerak di sector industri konstruksi. c. Kontrak Design-Build Bentuk kontrak ini merupakan kontrak di mana kontraktor tidak hanya bertanggungjawab atas pelaksanaan konstruksi tetapi juga terhadap desain konstruksi, sehingga kontraktor utama berfungsi juga sebagai konsultan perencana. Tujuan utama dari bentuk kontrak ini adalah agar waktu perencanaan dan perancangan desain dengan waktu pelaksanaan konstruksi dapat berjalan overlapping sehingga memperpendek durasi siklus hidup proyek konstruksi. d. Kontrak EPC (Engineering, Procurement and Construction) Merupakan bentuk kontrak di mana kontraktor memegang tanggungjawab terhadap jasa desain (engineering), pengadaan material (procurement) dan pelaksanaan konstruksi (construction). Bentuk kontrak ini lebih banyak digunakan untuk proyek-proyek infrastruktur yang lebih menekankan pada aspek operasional sistem infrastruktur.
e. Kontrak BOT/BLT Kontrak BOT (Build-Operate-Transfer) dan BLT (Build-Lease-Transfer) merupakan kontrak konstruksi di mana pemilik lahan mengajak kontraktor untuk berinverstasi dengan cara melaksanakan sebuah pembangunan di atas lahan miliknya. Dengan demikian kontraktor mendanai seluruh biaya pekerjaan dan ketika pekerjaan telah selesai, kontraktor diberi hak untuk mengelola (Operate) maupun menyewakan (Lease) bangunan tersebut kepada pemilik atau pihak lain. Setelah kurun waktu tertentu di mana pembiayaan telah dianggap lunas, barulah bangunan tersebut dikembalikan kepada pemilik proyek/lahan. f. Kontrak Swakelola/force account Merupakan bentuk kontrak konstruksi di mana seluruh tahapan proyek konstruksi dipegang hanya oleh salah satu pihak. Bentuk ini biasanya hanya mampu diterapkan oleh para pengembang besar atau kontraktor besar yang memiliki sumber daya dan teknologi yang memadai. Dalam bentuk ini seluruh tahapan proyek konstruksi, yaitu mulai dari desain, pengadaan hingga pelaksanaan proyek dilakukan oleh pemilik proyek dengan menggunakan personel dan peralatan sendiri. Berdasarkan bentuk/jenis kontrak yang diuraikan diatas, yang perlu dipahami adalah pembagian resiko yang harus ditanggung oleh masing-masing pihak sehingga masing-masing pihak dapat mengerti sampai sejauh mana pengaruh bentuk kontrak terhadap harga pekerjaan/nilai kontrak serta pengaruhnya dalam meminimalkan potensi terjadinya sengketa konstruksi.