32
BIDANG HUKUM YANG TERKAIT DENGAN
KONTRAK KERJA KONSTRUKSI
HAN H. PERDATA
HUKUM PIDANA
KENAPA KITA PERLU MEMAHAMI
KONTRAK KERJA KONSTRUKSI ??
II. KONTRAK KERJA KONSTRUKSI
2
1. PENGERTIAN
4
Prinsip hukum kontrak (lanjutan)
c. Prinsip Itikad Baik
Para pihak wajib untuk bertindak secara jujur baik dalam tahap
pembentukan kontrak (tender) maupun dalam tahap pelaksanaan
kontrak.
e. Privity of Contract
Kontrak hanya mengikat bagi para pihak yang membuatnya (Pasal 1340
KUH Perdata). Prinsip ini juga berlaku dalam hal terjadi subkontrak.
5
3. KEABSAHAN K3
• Secara umum keabsahan kontrak diatur dalam Pasal
1320 KUH Perdata yakni :
- Kesepakatan
- Kecakapan
- Obyek
- Sebab yang sah
6
keabsahan K3 (lanjutan)
7
4. DOKUMEN LELANG
8
dokumen lelang (lanjutan)
9
5. ISI KONTRAK KERJA KONSTRUKSI
10
Isi kontrak kerja konstruksi (lanjutan)
o Hak dan kewajiban, yang memuat hak pengguna jasa untuk
memperoleh hasil pekerjaan konstruksi serta kewajibannya
untuk memenuhi ketentuan yang diperjanjikan serta hak
penyedia jasa untuk memperoleh informasi dan imbalan jasa
serta kewajibannya melaksanakan pekerjaan konstruksi;
o Cara pembayaran, yang memuat ketentuan tentang kewajiban
pengguna jasa dalam melaksanakan hasil pekerjaan
konstruksi;
o Wanprestasi, memuat ketentuan tentang tanggungjawab
dalam hal salah satu pihak tidak melaksanakan kewajiban
sebagaimana diperjanjikan;
o Penyelesaian perselisihan, yang memuat ketentuan tentang
tata cara penyelesaian perselisihan akibat ketidaksepakatan;
o Pemutusan kontrak kerja konstruksi, yang memuat ketentuan
tentang pemutusan kontrak kerja konstruksi yang timbul
akibat tidak dipenuhinya kewajiban salah satu pihak;
11
Isi kontrak kerja konstruksi (lanjutan)
13
7. PELAKSANAAN KONTRAK
14
pelaksanaan kontrak (lanjutan)
Pengguna jasa wajib melakukan pembayaran sesuai
dengan jumlah dan waktu sebagaimana diatur dalam K3.
15
8. PENGALIHAN KONTRAK
16
9. PERUBAHAN KONTRAK
17
10. KEADAAN KAHAR
18
Keadaan kahar (lanjutan)
Ayat (4)
Tidak termasuk keadaan kahar adalah hal-hal yang
merugikan yang disebabkan oleh perbuatan atau
kelalaian para pihak.
Ayat (5)
Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang diakibatkan
oleh terjadinya keadaaan kahar tidak dikenakan sanksi.
Ayat (6)
Setelah terjadinya keadaan kahar, para pihak dapat
melakukan kesepakatan yang dituangkan dalam
perubahan kontrak.
19
11. PENYESUAIAN HARGA
20
Penyesuaian harga (lanjutan)
Ayat (2)
Persyaratan penggunaan rumusan penyesuaian harga adalah sebagai berikut:
a. Penyesuaian harga diberlakukan pada kontrak tahun jamak yang masa
pelaksanaannya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan diberlakukan mulai bulan
ke-13 (tiga belas) sejak pelaksanaan pekerjaan;
b. Penyesuaian harga satuan berlaku bagi seluruh kegiatan/mata pembayaran,
kecuali komponen keuntungan dan biaya overhead sebagaimana tercantum
dalam penawaran;
c. Penyesuaian harga satuan diberlakukan sesuai dengan jadwal pelaksanaan
yang tercantum dalam kontrak awal/adendum kontrak;
d. Penyesuain harga satuan bagi komponen pekerjaan yang berasal dari luar
negeri, menggunakan indeks penyesuaian harga dari negara asal barang
tersebut;
e. Jenis pekerjaan baru dengan harga satuan baru sebagai akibat adanya
adendum kontrak dapat diberikan penyesuain harga mulai bulan ke-13 sejak
adendum kontrak tersebut ditandatangani;dan
f. Kontrak yang terlambat pelaksanaannya disebabkan oleh kesalahan Penyedia
Barang/Jasa diberlakukan penyesuaian harga berdasarkan indeks harga
terendah antara jadwal awal dengan jadwal realisasi pekerjaan.
21
12. PEMUTUSAN KONTRAK
22
Pemutusan kontrak (lanjutan)
23
Pemutusan kontrak (lanjutan)
Ayat (2)
Dalam hal pemutusan Kontrak dilakukan karena kesalahan Penyedia
Barang/Jasa:
◦ Jaminan Pelaksanaan dicairkan;
◦ sisa Uang Muka harus dilunasi oleh Penyedia Barang/Jasa atau
Jaminan Uang Muka dicairkan;
◦ Penyedia Barang/Jasa membayar denda keterlambatan; dan
◦ Penyedia Barang/Jasa dimasukkan dalam Daftar Hitam.
Ayat (3)
Dalam hal dilakukan pemutusan Kontrak secara sepihak oleh PPK
karena kesalahan Penyedia Barang/Jasa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Kelompok Kerja ULP dapat melakukan Penunjukan Langsung
kepada pemenang cadangan berikutnya pada paket pekerjaan yang
sama atau Penyedia Barang/Jasa yang mampu dan memenuhi syarat.
24
13. SERAH TERIMA PEKERJAAN
Serah terima pekerjaan diatur dalam Pasal 95 Perpres 54 Tahun 2010.
Ayat (1)
Setelah pekerjaan selesai 100% (seratus perseratus) sesuai dengan
ketentuan yang tertuang dalam Kontrak, Penyedia Barang/Jasa mengajukan
permintaan secara tertulis kepada PA/KPA melalui PPK untuk penyerahan
pekerjaan.
Ayat (2)
PA/KPA menunjuk Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan untuk
melakukan penilaian terhadap hasil pekerjaan yang telah diselesaikan.
Ayat (3)
Apabila terdapat kekurangan dalam hasil pekerjaaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan melalui PPK
memerintahkan Penyedia Barang/Jasa untuk memperbaiki dan/atau
melengkapi kekurangan pekerjaan sebagaimana yang disyaratkan dalam
Kontrak.
Ayat (4)
Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan menerima penyerahan pekerjaan
setelah seluruh hasil pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
Kontrak.
25
Serah terima pekerjaan (lanjutan)
Ayat (5)
Khusus Pekerjaan Konstruksi/Jasa lainnya:
◦ Penyedia Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya melakukan
pemeliharaan atas hasil pekerjaan selama masa yang
ditetapkan dalam Kontrak, sehingga kondisinya tetap
seperti pada saat penyerahan pekerjaan;
◦ masa pemeliharaan paling singkat untuk pekerjaan
permanen selama 6 (enam) bulan, sedangkan untuk
pekerjaan semi permanen selama 3 (tiga) bulan; dan
◦ masa pemeliharaan dapat melampaui TahunAnggaran.
Ayat (6)
Setelah masa pemeliharaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (5) berakhir, PPK mengembalikan Jaminan
Pemeliharaan/uang retensi kepada Penyedia
Barang/Jasa.
26
Serah terima pekerjaan (lanjutan)
Ayat (7)
Khusus Pengadaan Barang, masa garansi diberlakukan sesuai
kesepakatan para pihak dalam Kontrak.
Ayat (8)
Penyedia Barang/Jasa menandatangani Berita Acara Serah
Terima Akhir Pekerjaan pada saat proses serah terima akhir
(Final Hand Over).
Ayat (9)
Penyedia Barang/Jasa yang tidak menandatangani Berita Acara
Serah Terima Akhir Pekerjaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (8) dimasukkan dalam Daftar Hitam.
27
14. KEGAGALAN BANGUNAN
28
15. PENEGAKAN HUKUM
29
penegakan hukum (lanjutan)
Administrasi
Sanksi administrasi sebagaimana yang dimuat pada Pasal
89 - 101 UU No. 2 Tahun 2017 yaitu :
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara pekerjaan konstruksi;
c. pembatasan kegiatan usaha dan/atau profesi;
d. pembekuan izin usaha dan/atau profesi;
e. pencabutan izin usaha dan/atau profesi;
Perdata
30
penegakan hukum (lanjutan)
Pidana
Sanksi pidana sebagaimana yang dimuat pada Pasal 86 UU
No. 2 Tahun 2017 yaitu :
31
MANAJEMEN PENGELOLAAN KONTRAK
PEKERJAAN KONSTRUKSI
Kontrak Pekerjaan Konstruksi
UU 2/2017 :
KUH. Perdata (BW) : AV – 41
Jasa Konstruksi
Perikatan Administrasi Kontrak
Kontrak
Privat to Privat
Government to Privat
PP 92/2010 perubahan atas
PP 28/2000 tentang
PP 59/2010 perubahan atas
PP 30/2000
Usaha & Peran Penyelenggara bidang
PP 29/2000
masyarakat Jasa
Tentang Jasa Konstruksi
Konstruksi Jasa Konstruksi
39
SIKLUS PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
MASA PEMANFAATAN DAN
PERENCANAAN PELELANGAN / PELAKSANAAN DAN MASA PERTANGGUNGAN
TENDER PENGAWASAN
KEGAGALAN BANGUNAN
SKA SKA
Evaluasi
Tanggungjawa
b Konsultan
Pengawas
Tanggungjawab Konsultan
Perencanaan
(Karya perencanaan, pendampingan
lelang, pengawasan berkala)
Hubungan Hukum antara Pengguna Jasa dan
Penyedia Jasa
Hak & Kewajiban
Dokumen Kontrak
1. Perencanaan Proyek
2. Pelelangan dan Kontrak
3. Kegiatan Persiapan Pelaksanaan
4. Kegiatan Pelaksanaan Konstruksi
5. Metode Konstruksi
6. Pengendalian Proyek dan Pengendalian Mutu
7. Serah Terima Pekerjaan
8. Kegiatan Pemeliharaan
9. Kegiatan Operasional dan Pemanfaatan
10. Kegiatan Administrasi Kontrak
KEGAGALAN BANGUNAN
Pasal 1 angka 6 UU Nomor 18 Tahun 1999 :
“Keadaan bangunan, yang setelah
diserahterimakan oleh penyedia jasa kepada
pengguna jasa, menjadi tidak berfungsi baik
secara keseluruhan maupun sebagian dan/atau
tidak sesuai dengan ketentuan yang tercantum
dalam kontrak kerja konstruksi atau
pemanfaatannya yang menyimpang sebagai
akibat kesalahan penyedia jasa dan/atau
pengguna jasa”.
Dr. HERRY SINURAT, ST. MMT. SH. MH.
Pasal 34 Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun
2000 :
b. Hk. Perdata.
c. Hk. Pidana.
50
TINDAK PIDANA KORUPSI (TIPIKOR) DAPAT TERJADI
PADA :
51
YURISDIKSI HUKUM PBJP
HAN H. PERDATA
HUKUM PIDANA
KERUGIAN AKIBAT TINDAK PIDANA KORUPSI
① Rusaknya reputasi (nama baik) perusahaan dan/atau
pelaku.
② Kerugian fisik dan mental karena ditahan (apabila terbukti)
③ Kerugian finansial untuk membiayai pengacara dan adanya
tuntutan ganti rugi.
PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI PADA
PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH :
① Penyedia Barang/Jasa, dan
② Pengelola Kegiatan Pengadaan Barang/Jasa :
a) Pengguna Anggaran.
b) Kuasa Pengguna Anggaran.
c) Pejabat Pembuat Komitmen.
d) Kelompok Kerja ULP/Pejabat pengadaan
e) Panitia Penerima Hasil Pekerjaan.
f) PPTK (Pejabat Pelaksana Teknis Kegaiatan)
Praktik‐praktik yang mengakibatkan terjadinya
tindak pidana pada pengadaan barang/jasa
pemerintah :
‐ Mark‐up HPS : menentukan harga HPS terlalu tinggi/mahal
‐ Mensubkontrakkan seluruh pekerjaan
‐ Pemborosan Keuangan Negara
‐ Pengadaan fiktif
‐ Penunjukan Langsung yang tidak sesuai dengan
peraturan
‐ Mengurangi kuantitas dan kualitas barang/jasa
‐ Barang/Jasa yang tidak dapat dimanfaatkan
KEGIATAN YANG SERING BERDAMPAK HUKUM
DALAM PROSES PENGADAAN
DALAM PROSES PRA KONTRAK :
1. Pengaturan pelelangan
2. Sanggahan / pengaduan sampai ke PTUN dan
lembaga penegak hukum lainnya
3. Dokumen lelang yang mengarah
4. Pekerjaan dikerjakan pada tahun anggaran
sebelumnya, dimana dana belum tersedia.
5. Intervensi Atasan
6. Rekayasa dalam proses penunjukan langsung
7. Menggugurkan penawaran terendah yang responsif
8. Keliru dalam melakukan penunjukan langsung, dan
mark up harga satuan.
56
Lanjutan
DALAM PELAKSANAAN KONTRAK :
57
Kontrak Pengadaan
Pekerjaan Konstruksi
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH