Anda di halaman 1dari 62

HUKUM KONTRAK

& KONTRAK KERJA


KONSTRUKSI
I. ASPEK HUKUM
KONTRAK PEKERJAAN
KONSTRUKSI

32
BIDANG HUKUM YANG TERKAIT DENGAN
KONTRAK KERJA KONSTRUKSI

1. Hukum Administrasi Negara (HAN)/ Hukum Tata Usaha


Negara ( UU No. 5 Tahun 1986 dan perubahannya UU No. 9
Tahun 2004 ).
2. Hukum Perdata atau BW (Burgerlijke Wetbook) diumumkan
30 April 1847 Staadblad No. 32 berlaku 1948 ) disebut juga
Hukum Perdata tertulis atau Hukum Kontinental KUHAPerd :
Staadblad No.44 tahun 1941
3. Hukum Pidana (KUHP) (Wetbook van Strafrecht, UU No. 73
tahun 1958 menetapkan berlakunya UU No.1 tahun 1946)
KUHAP : UU No.8 tahun 1981
YURISDIKSI HUKUM
KONTRAK KERJA KONSTRUKSI

Persiapan Siap tandatangan Penandatanganan Berakhirnya


prakontrak Kontrak Kontrak Kontrak

HAN H. PERDATA

HUKUM PIDANA
KENAPA KITA PERLU MEMAHAMI
KONTRAK KERJA KONSTRUKSI ??
II. KONTRAK KERJA KONSTRUKSI

2
1. PENGERTIAN

Jasa Konstruksi adalah layanan


konsultansi konstruksi dan/atau pekerjaan
konstruksi ( pasal 1 angka 1 )

Kontrak Kerja Konstruksi adalah


keseluruhan dokumen kontrak yang
mengatur hubungan hukum antara
pengguna jasa dan penyedia jasa dalam
penyelenggaraan pekerjaan konstruksi
( pasal 1 angka 8 )
UU No. 2 Thn 2017 JASA KONSTRUKSI
3
2. PRINSIP HUKUM KONTRAK
Terhadap K3 berlaku prinsip hukum kontrak seperti
kontrak pada umumnya. Prinsip-prinsip tersebut
antara lain :
a. Prinsip Kebebasan Berkontrak
Para pihak mempunyai kebebasan dalam
menentukan bentuk dan isi kontrak (klausula
kontrak). Prinsip ini mengandung limitasi; tidak
boleh melanggar perundang-undangan.
b. Prinsip Konsensual (Kesepakatan)
K3 lahir karena adanya kesepakatan antara
pengguna jasa dengan penyedia jasa (perencana
konstruksi, pelaksana konstruksi, dan pengawas
konstruksi). Kesepakatan itu terbentuk dalam
proses pelelangan (tender).

4
Prinsip hukum kontrak (lanjutan)
c. Prinsip Itikad Baik
Para pihak wajib untuk bertindak secara jujur baik dalam tahap
pembentukan kontrak (tender) maupun dalam tahap pelaksanaan
kontrak.

d. Pacta Sunt Servanda


K3 yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi
pengguna dan penyedia jasa. Artinya para pihak wajib untuk mentaati
dan memenuhi kewajiban kontraktual masing-masing. Pelanggaran
terhadap kontrak (K3) membawa akibat hukum wanprestasi. Pihak yang
merasa dirugikan dapat mempertahankan haknya melalui gugatan
perdata (wanprestasi).

e. Privity of Contract
Kontrak hanya mengikat bagi para pihak yang membuatnya (Pasal 1340
KUH Perdata). Prinsip ini juga berlaku dalam hal terjadi subkontrak.

5
3. KEABSAHAN K3
• Secara umum keabsahan kontrak diatur dalam Pasal
1320 KUH Perdata yakni :
- Kesepakatan
- Kecakapan
- Obyek
- Sebab yang sah

• Dalam kaitan dengan K3 syarat kesepakatan terbentuk


dalam pelelangan hal mana diatur dalam Pasal 17 ayat
(1) UU No. 18 Tahun 1999.

6
keabsahan K3 (lanjutan)

 Tender adalah tahapan yang sangat penting dalam


pembentukan K3. Tahap ini menentukan sah tidaknya K3
yang terbentuk. Jika dalam proses tender terdapat
kesalahan prosedur maka kesepakatan yang terbentuk
cacat hukum.

7
4. DOKUMEN LELANG

 Dokumen lelang pada dasarnya adalah aturan main


dalam proses pelaksanaan lelang yang berlaku dan
mengikat baik terhadap panitia (pengguna jasa maupun
peserta tender (penyedia jasa))

 Salah satu substansi yang dimuat dalam dokumen lelang


adalah syarat-syarat kontrak yang pada akhirnya
dituangkan dalam K3. Dalam proses tender (aanwijzing)
peserta tender dapat mengajukan usulan perubahan
syarat-syarat kontrak. Jika tidak terdapat usulan maka
syarat-syarat kontrak yang ada dalam dokumen lelang
menjadi syarat-syarat kontrak dalam K3.

8
dokumen lelang (lanjutan)

 Aanwijzing menjadi momen yang cukup penting dalam


rangka terciptanya K3 yang seimbang. Namun demikian
khusus untuk K3 dimana pemerintah terlibat sebagai
pengguna jasa panitia, PPK, KPA, dan PA wajib
mematuhi aturan dalam Perpres No. 54 Tahun 2010.

9
5. ISI KONTRAK KERJA KONSTRUKSI

Kontrak kerja konstruksi sekurang-kurangnya harus


mencakup uraian mengenai :
o Para pihak, yang memuat secara jelas identitas para pihak;
o Rumusan pekerjaan, yang memuat uraian yang jelas dan
rinci tentang lingkup kerja, nilai pekerjaan dan batasan
waktu pelaksanaan;
o Masa pertanggungan dan atau pemeliharaan, yang memuat
tentang jangka waktu pertanggungan dan atau
pemeliharaan yang menjadi tanggungjawab penyedia jasa;
o Penggunaan Tenaga KERJA KONSTRUKSI, memuat
kewajiban mempekerjakan tenaga kerja konstruksi
bersertifikat

10
Isi kontrak kerja konstruksi (lanjutan)
o Hak dan kewajiban, yang memuat hak pengguna jasa untuk
memperoleh hasil pekerjaan konstruksi serta kewajibannya
untuk memenuhi ketentuan yang diperjanjikan serta hak
penyedia jasa untuk memperoleh informasi dan imbalan jasa
serta kewajibannya melaksanakan pekerjaan konstruksi;
o Cara pembayaran, yang memuat ketentuan tentang kewajiban
pengguna jasa dalam melaksanakan hasil pekerjaan
konstruksi;
o Wanprestasi, memuat ketentuan tentang tanggungjawab
dalam hal salah satu pihak tidak melaksanakan kewajiban
sebagaimana diperjanjikan;
o Penyelesaian perselisihan, yang memuat ketentuan tentang
tata cara penyelesaian perselisihan akibat ketidaksepakatan;
o Pemutusan kontrak kerja konstruksi, yang memuat ketentuan
tentang pemutusan kontrak kerja konstruksi yang timbul
akibat tidak dipenuhinya kewajiban salah satu pihak;

11
Isi kontrak kerja konstruksi (lanjutan)

o Keadaan memaksa (force majeour), yang memuat tentang


kejadian yang timbul di luar keamanan dan kemampuan para
pihak, yang menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak;
o Kegagalan bangunan, yang memuat tentang kewajiban
penyedia jasa dan/atau pengguna jasa atas kegagalan
bangunan dan jangka waktu pertanggungjawaban Kegagalan
Bangunan;
o Perlindungan pekerja, memuat ketentuan tentang kewajiban
para pihak dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan
kerja serta jaminan sosial;
o Perlindungan terhadap pihak ketiga selain para pihak dan
pekerja, memuat kewajiban para pihak dalam hal terjadi
suatu peristiwa yang menimbulkan kerugian atau
menyebabkan kecelakaan dan/atau kematian;
o Aspek lingkungan, yang memuat kewajiban para pihak dalam
pemenuhan ketentuan tentang lingkungan. 12
6. PENANDATANGANAN KONTRAK
 Untuk menghindari adanya dengan penyimpangan
dalam proses pembentukan kontrak (tender) ada
baiknya dimintakan pendapat hukum (legal opinion) atas
draft kontrak yang akan ditandatangani.

 Pendapat hukum itu pada intinya menganalisis


keabsahan 3 faktor yakni :
- Prosedur;
- Kewenangan;dan
- Substansi

13
7. PELAKSANAAN KONTRAK

 Masing-masing pihak wajib melaksanakan kontrak


dengan itikad baik (Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata).

 Dalam K3 dengan pemerintah, pengguna jasa (PPK)


wajib melakukan tindakan untuk mempertahankan
kepentingan Pemerintah jika penyedia jasa dinilai
melakukan penyimpangan kontrak. Hal ini perlu untuk
menghindari dugaan adanya persekongkolan dalam
pelaksanaan kontrak.

14
pelaksanaan kontrak (lanjutan)
 Pengguna jasa wajib melakukan pembayaran sesuai
dengan jumlah dan waktu sebagaimana diatur dalam K3.

 Kelalaian dalam pembayaran memberi hak bagi penyedia


jasa untuk mengajukan gugatan perdata melalui
Pengadilan Negeri.

15
8. PENGALIHAN KONTRAK

Sesuai dengan ketentuan Pasal 87 ayat (3) Perpres


54 Tahun 2010 Penyedia Barang/Jasa dilarang
mengalihkan pelaksanaan pekerjaan utama
berdasarkan kontrak, dengan melakukan subkontrak
kepada pihak lain, kecuali sebagian pekerjaan utama
kepada Penyedia Barang/Jasa spesialis.

16
9. PERUBAHAN KONTRAK

Sesuai dengan ketentuan Pasal 87 ayat (1) Perpres 54 Tahun


2010, dalam hal terdapat perbedaan antara kondisi lapangan
pada saat pelaksanaan, dengan gambar dan/atau spesifikasi
teknis yang ditentukan dalam Dokumen kontrak, PPK bersama
Penyedia Barang/Jasa dapat melakukan perubahan pada
kontrak yang meliputi:
a. Menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang
tercantum dalam kontrak;
b. Menambah dan/atau mengurangi jenis pekerjaan;
c. Mengubah spesifikasi teknis pekerjaan sesuai dengan
kebutuhan lapangan; atau
d. Mengubah jadwal pelaksanaan.

17
10. KEADAAN KAHAR

Keadaan kahar diatur dalam ketentuan Pasal 91 Perpres 54 Tahun


2010 jo. Perpres 4 Tahun 2015.
Ayat (1)
Keadaan kahar adalah suatu keadaan yang terjadi diluar kehendak
para pihak dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya, sehingga
kewajiban yang ditentukan dalam kontrak menjadi tidak dapat
dipenuhi.
Ayat (3)
Dalam hal terjadi keadaan kahar, Penyedia Barang/Jasa
memberitahukan tentang terjadinya keadaan kahar kepada PPK
secara tertulis dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari
kalender kerja sejak terjadinya keadaan kahar yang dikeluarkan oleh
pihak/instansi yang berwenang sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.

18
Keadaan kahar (lanjutan)

Ayat (4)
Tidak termasuk keadaan kahar adalah hal-hal yang
merugikan yang disebabkan oleh perbuatan atau
kelalaian para pihak.
Ayat (5)
Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang diakibatkan
oleh terjadinya keadaaan kahar tidak dikenakan sanksi.
Ayat (6)
Setelah terjadinya keadaan kahar, para pihak dapat
melakukan kesepakatan yang dituangkan dalam
perubahan kontrak.

19
11. PENYESUAIAN HARGA

Pasal 92 Perpres 54 Tahun 2010


Ayat (1)
Penyesuaian harga dilakukan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Penyesuaian harga diberlakukan terhadap kontrak
tahun jamak berbentuk kontrak harga satuan
berdasarkan ketentuan dan persyaratan yang telah
tercantum dalam dokumen pengadaan dan/atau
perubahan dokumen pengadaan;
b. Tata cara perhitungan penyesuaian harga harus
dicantumkan dengan jelas dalam dokumen
pengadaan;
c. Penyesuaian harga tidak diberlakukan terhadap
kontrak tahun tunggal dan kontrak Lump Sum serta
pekerjaan dengan harga satuan timpang.

20
Penyesuaian harga (lanjutan)
Ayat (2)
Persyaratan penggunaan rumusan penyesuaian harga adalah sebagai berikut:
a. Penyesuaian harga diberlakukan pada kontrak tahun jamak yang masa
pelaksanaannya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan diberlakukan mulai bulan
ke-13 (tiga belas) sejak pelaksanaan pekerjaan;
b. Penyesuaian harga satuan berlaku bagi seluruh kegiatan/mata pembayaran,
kecuali komponen keuntungan dan biaya overhead sebagaimana tercantum
dalam penawaran;
c. Penyesuaian harga satuan diberlakukan sesuai dengan jadwal pelaksanaan
yang tercantum dalam kontrak awal/adendum kontrak;
d. Penyesuain harga satuan bagi komponen pekerjaan yang berasal dari luar
negeri, menggunakan indeks penyesuaian harga dari negara asal barang
tersebut;
e. Jenis pekerjaan baru dengan harga satuan baru sebagai akibat adanya
adendum kontrak dapat diberikan penyesuain harga mulai bulan ke-13 sejak
adendum kontrak tersebut ditandatangani;dan
f. Kontrak yang terlambat pelaksanaannya disebabkan oleh kesalahan Penyedia
Barang/Jasa diberlakukan penyesuaian harga berdasarkan indeks harga
terendah antara jadwal awal dengan jadwal realisasi pekerjaan.

21
12. PEMUTUSAN KONTRAK

Pemutusan kontrak diatur dalam ketentuan Pasal 93 Perpres 54 Tahun


2010 jo. Perpres 70 Tahun 2012 jo. Perpres 4 Tahun 2015.
Ayat (1)
PPK dapat memutuskan Kontrak secara sepihak, apabila:
(1) kebutuhan barang/jasa tidak dapat ditunda melebihi batas
berakhirnya kontrak;
a. berdasarkan penelitian PPK, Penyedia Barang/Jasa tidak akan
mampu menyelesaikan keseluruhan pekerjaan walaupun
diberikan kesempatan sampai dengan 50 (lima puluh) hari
kalender sejak masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan untuk
menyelesaikan pekerjaan;
b. setelah diberikan kesempatan menyelesaikan pekerjaan sampai
dengan 50 (lima puluh) hari kalender sejak masa berakhirnya
pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Barang/Jasa tidak dapat
menyelesaikan pekerjaan;

22
Pemutusan kontrak (lanjutan)

(2)Penyedia Barang/Jasa lalai/cidera janji dalam melaksanakan


kewajibannya dan tidak memperbaiki kelalaiannya dalam jangka
waktu yang telah ditetapkan;
(3)Penyedia Barang/Jasa terbukti melakukan KKN, kecurangan
dan/atau pemalsuan dalam proses Pengadaan yang diputuskan
oleh instansi yang berwenang; dan/atau
(4)pengaduan tentang penyimpangan prosedur, dugaan KKN
dan/atau pelanggararan persaingan sehat dalam pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa dinyatakan benar oleh instansi yang
berwenang.
(1a) Pemberian kesempatan kepada Penyedia Barang/Jasa
menyelesaikan pekerjaan sampai dengan 50 (lima puluh) hari
kalender, sejak masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a.1. dan huruf a.2.,
dapat melampaui Tahun Anggaran.

23
Pemutusan kontrak (lanjutan)
Ayat (2)
Dalam hal pemutusan Kontrak dilakukan karena kesalahan Penyedia
Barang/Jasa:
◦ Jaminan Pelaksanaan dicairkan;
◦ sisa Uang Muka harus dilunasi oleh Penyedia Barang/Jasa atau
Jaminan Uang Muka dicairkan;
◦ Penyedia Barang/Jasa membayar denda keterlambatan; dan
◦ Penyedia Barang/Jasa dimasukkan dalam Daftar Hitam.
Ayat (3)
Dalam hal dilakukan pemutusan Kontrak secara sepihak oleh PPK
karena kesalahan Penyedia Barang/Jasa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Kelompok Kerja ULP dapat melakukan Penunjukan Langsung
kepada pemenang cadangan berikutnya pada paket pekerjaan yang
sama atau Penyedia Barang/Jasa yang mampu dan memenuhi syarat.

24
13. SERAH TERIMA PEKERJAAN
Serah terima pekerjaan diatur dalam Pasal 95 Perpres 54 Tahun 2010.
Ayat (1)
Setelah pekerjaan selesai 100% (seratus perseratus) sesuai dengan
ketentuan yang tertuang dalam Kontrak, Penyedia Barang/Jasa mengajukan
permintaan secara tertulis kepada PA/KPA melalui PPK untuk penyerahan
pekerjaan.
Ayat (2)
PA/KPA menunjuk Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan untuk
melakukan penilaian terhadap hasil pekerjaan yang telah diselesaikan.
Ayat (3)
Apabila terdapat kekurangan dalam hasil pekerjaaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan melalui PPK
memerintahkan Penyedia Barang/Jasa untuk memperbaiki dan/atau
melengkapi kekurangan pekerjaan sebagaimana yang disyaratkan dalam
Kontrak.
Ayat (4)
Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan menerima penyerahan pekerjaan
setelah seluruh hasil pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
Kontrak.
25
Serah terima pekerjaan (lanjutan)

Ayat (5)
 Khusus Pekerjaan Konstruksi/Jasa lainnya:
◦ Penyedia Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya melakukan
pemeliharaan atas hasil pekerjaan selama masa yang
ditetapkan dalam Kontrak, sehingga kondisinya tetap
seperti pada saat penyerahan pekerjaan;
◦ masa pemeliharaan paling singkat untuk pekerjaan
permanen selama 6 (enam) bulan, sedangkan untuk
pekerjaan semi permanen selama 3 (tiga) bulan; dan
◦ masa pemeliharaan dapat melampaui TahunAnggaran.
Ayat (6)
Setelah masa pemeliharaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (5) berakhir, PPK mengembalikan Jaminan
Pemeliharaan/uang retensi kepada Penyedia
Barang/Jasa.

26
Serah terima pekerjaan (lanjutan)

Ayat (7)
Khusus Pengadaan Barang, masa garansi diberlakukan sesuai
kesepakatan para pihak dalam Kontrak.
Ayat (8)
Penyedia Barang/Jasa menandatangani Berita Acara Serah
Terima Akhir Pekerjaan pada saat proses serah terima akhir
(Final Hand Over).
Ayat (9)
Penyedia Barang/Jasa yang tidak menandatangani Berita Acara
Serah Terima Akhir Pekerjaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (8) dimasukkan dalam Daftar Hitam.

27
14. KEGAGALAN BANGUNAN

- Pengguna jasa dan penyedia jasa dpt


menjadi pihak yang
bertanggjwb terhadap kegagalan bangunan.
- Penyedia jasa wajib bertanggungjawab
Kegagalan bangunan dalam jangka waktu yg
ditentukan sesuai dgn rencana umur konstruksi
( paling lama 10 tahun )
- Pengguna jasa bertanggung jawab atas
kegagalan bangunan yang terjadi stlh jangka
waktu penyerahan akhir layanan jasa
konstruksi
- Kegagalan bangunan ditetapkan oleh penilai
ahli.-

28
15. PENEGAKAN HUKUM

Terdapat 3 koridor dalam


penegakan hukum, yaitu :
 Administrasi
 Perdata
 Pidana

29
penegakan hukum (lanjutan)
 Administrasi
Sanksi administrasi sebagaimana yang dimuat pada Pasal
89 - 101 UU No. 2 Tahun 2017 yaitu :
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara pekerjaan konstruksi;
c. pembatasan kegiatan usaha dan/atau profesi;
d. pembekuan izin usaha dan/atau profesi;
e. pencabutan izin usaha dan/atau profesi;

 Perdata

30
penegakan hukum (lanjutan)
 Pidana
Sanksi pidana sebagaimana yang dimuat pada Pasal 86 UU
No. 2 Tahun 2017 yaitu :

1) Dalam hal adanya pengaduan masyarakat ttg dugaan


kejahatan dan/atau pelanggaran yang disengaja dlm
penyelenggaraan jakon, proses pemeriksaan hukum
trhdp Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa dilkkn
dgn tdk mengganggu atau menghentikan proses
penyelenggaraan jasa konstruksi
2) Apabila Dumas terkait KN, proses pemeriksaan hukum
hanya dpt dilkkn berdasarkan hasil pemeriksaan dari
lembaga negara yang berwenang utk memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
3) Pengecualian dlm hal : Terjadi kehilangan nyawa
seseorang ; dan/atau Tertangkap tangan melkkn Tipikor
( OTT )

31
MANAJEMEN PENGELOLAAN KONTRAK
PEKERJAAN KONSTRUKSI
Kontrak Pekerjaan Konstruksi

Pasal 1 Angka 8 Undang-undang 2 Tahun 2017 Tentang Jasa


Konstruksi
Kontrak Kerja Konstruksi adalah Keseluruhan Dokumen Yang Mengatur
Hubungan Hukum Antara Pengguna Jasa Dan Penyedia Jasa Dalam
Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi.
Kontrak Pekerjaan Konstruksi sebagaimana Perpres 70/2012
Kontrak Adalah Perjanjian Tertulis antara Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK) dengan Penyedia Barang/Jasa atau Pelaksana Swakelola.
Kontrak Pekerjaan Konstruksi sebagaimana dalam Hukum Perdata
Suatu tindakan Perjanjian atau persetujuan yang tertulis yang
dilakukan oleh dua atau lebih pihak dimana masing-masing pihak di
dalamnya dituntut untuk melakukan satu atau lebih prestasi.
REGULASI PENYELENGGARAAN 
JASA KONSTRUKSI

UU 2/2017 :
KUH. Perdata (BW) : AV – 41
Jasa Konstruksi
Perikatan Administrasi Kontrak

Kontrak
Privat to Privat
Government to Privat
PP 92/2010 perubahan atas
PP 28/2000 tentang
PP 59/2010 perubahan atas
PP 30/2000
Usaha & Peran Penyelenggara bidang
PP 29/2000 
masyarakat Jasa
Tentang Jasa Konstruksi
Konstruksi Jasa Konstruksi

Peraturan  Perpres No. 04/2015


perusahaan/direksi  Pengadaan Barang / Jasa Kontrak
PT. Persero,  Government to Privat
Pemerintah
BUMN, BUMD
Terakhir dengan Perpres No. 8/2006

•Permen PU •Perlem LPJK No.02 Thn 2011


No.14 Thn 2013 ttg SDP •Perpres PBJ 54 Thn 2010
Perka LKPP No.14 thn 2012  Ttg Sertifikasi Jasa konstruksi
•Permen PU No.21 Th. 2012 •Perpres PBJ 35 Th 2011(Perubahan I)
Ttg e-Proc
ttg Petunjuk Teknis PBJ •Perlem LPJK No.03 Thn 2011 •Perpres PBJ 70 Th 2012 (Perubahan II)
Ttg Sertifikasi Jasa konsultan
KONTRAK KERJA KONSTRUKSI
Ps 22 UUJK & Ps 20 PP 29/2000 dibuat secara TERTULIS dan sekurang-
kurangnya harus mencakup ketentuan ttg:
1. Identitas para pihak;
2. Rumusan pekerjaan;
3. Masa pemeliharaan dan atau pemeliharaan;
4. Tenaga Ahli;
5. Hak dan kewajiban;
6. Cara pembayaran;
7. Cidera janji;
8. Penyelesaian perselisihan;
9. Pemutusan kontrak kerja konstruksi;
10. Keadaan memaksa;
11. Kegagalan bangunan;
12. Perlindungan pekerja;
13. Aspek lingkungan;

39
SIKLUS PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
MASA PEMANFAATAN DAN
PERENCANAAN PELELANGAN / PELAKSANAAN DAN MASA PERTANGGUNGAN
TENDER PENGAWASAN
KEGAGALAN BANGUNAN

 Kontrak Prinsip Kontrak Kerja Sesuai dengan UU


Kerja Hukum antara No. 18 Tahun 1999
antara Kontrak pengguna dan masa pertanggungan
penyedia jasa
pengguna pada proses pelaksana
kegagalan bangunan
dan pelelangan konstruksi selama 10 tahun
penyedia
jasa Dokumen Kontrak Kerja
perencana Lelang antara
konstruksi antara pengguna dan
Panitia penyedia jasa
pengawas
Lelang dan konstruksi
Peserta
Lelang  Periodisasi
terjadinya
kegagalan
konstruksi
SIKLUS PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
MASA PEMANFAATAN DAN
PERENCANAAN PELELANGAN / PELAKSANAAN DAN MASA PERTANGGUNGAN
TENDER PENGAWASAN
KEGAGALAN BANGUNAN

SKA SKA
Evaluasi

Tanggungjawa
b Konsultan 
Pengawas

Tanggungjawab Konsultan 
Perencanaan
(Karya perencanaan, pendampingan 
lelang, pengawasan berkala)
Hubungan Hukum antara Pengguna Jasa dan
Penyedia Jasa
Hak & Kewajiban

Kontrak Kerja Konstruksi ( hubungan hukum)

Penyedia Jasa (subjek hukum) Pengguna Jasa (subjek hukum)

 Bangunan Fisik / Karya Konstruksi


 Karya Perencanaan
 Karya Pengawasan
( objek hukum )

Kegagalan Bangunan Kegagalan Konstruksi

Dokumen Kontrak

Perbuatan Melawan Hukum


Mengelola / temukenali proses
pemilihan penyedia
Temukenali dokumen standar yg digunakan
Temukenali dokumen pemilihannya
Temukenali proses pra/pasca kualifikasi
Temukenali syarat dan ketentuan teknis
pekerjaan
Temukenali proses sanggah
Temukenali proses pelaksanaan pengadaan
Mengelola /temukenali Risiko Kontrak

•Risiko sebelum kontrak


•Risiko saat penandatanganan kontrak
•Risiko pelaksanaan kontrak
•Risiko pemutusan dan pengakhiran kontrak
•Risiko setelah kontrak berakhir
TAHAPAN-TAHAPAN YANG HARUS
DIPERHATIKAN UNTUK MENINGKATKAN
KINERJA MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI

1. Perencanaan Proyek
2. Pelelangan dan Kontrak
3. Kegiatan Persiapan Pelaksanaan
4. Kegiatan Pelaksanaan Konstruksi
5. Metode Konstruksi
6. Pengendalian Proyek dan Pengendalian Mutu
7. Serah Terima Pekerjaan
8. Kegiatan Pemeliharaan
9. Kegiatan Operasional dan Pemanfaatan
10. Kegiatan Administrasi Kontrak
KEGAGALAN BANGUNAN
Pasal 1 angka 6 UU Nomor 18 Tahun 1999 :
“Keadaan bangunan, yang setelah
diserahterimakan oleh penyedia jasa kepada
pengguna jasa, menjadi tidak berfungsi baik
secara keseluruhan maupun sebagian dan/atau
tidak sesuai dengan ketentuan yang tercantum
dalam kontrak kerja konstruksi atau
pemanfaatannya yang menyimpang sebagai
akibat kesalahan penyedia jasa dan/atau
pengguna jasa”.
Dr. HERRY SINURAT, ST. MMT. SH. MH.
Pasal 34 Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun
2000 :

‘’Kegagalan Bangunan merupakan keadaan


bangunan yang tidak berfungsi, baik secara
keseluruhan maupun sebagian dari segi teknis,
manfaat, keselamatan dan kesehatan kerja, dan atau
keselamatan umum sebagai akibat kesalahan
Penyedia Jasa dan atau Pengguna Jasa setelah
penyerahan akhir pekerjaan konstruksi”.
IV. PERMASALAHAN
HUKUM
Konsekuensi Hukum Akibat Hubungan Hukum Antara
Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa

Uji Materiil (Pasal 31 UU No. 


14 Tahun 1985 Jo Pasal 31 A 
UU No. 5 Tahun 2004)
1. Sanggahan dan Sanggah 
TUN (Pasal 1 Butir 5 Jo Pasal
Banding
53 Ayat 1 UU No. 5 Tahun
(Pasal 81 Perpres 54
1986)
Tahun 2010)
Perdata
1. Hubungan hukum SOMASI
(Pasal 118 HIR Jo Pasal 1365 
antara pengguna jasa KUHPerdata Jis Wanprestasi)
dan penyedia jasa
2. Keputusan pejabat KPPU Pasal 38 Ayat 1 
TUN 2. PERMOHONAN (UU No 5 Tahun 1999)
3. Gugatan/sengketa
4. Judical review
Arbitrase
3. GUGATAN (Pasal…. UU No 30 Th 1999)

Pidana (Pasal 1 butir 24 Jo 


4. LAPORAN /PENGADUAN
Pasal 108 KUHAP)
BIDANG HUKUM DALAM
PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

a. Hk. Administrasi Negara (HAN) /


Hk. Tata Usaha Negara.

b. Hk. Perdata.

c. Hk. Pidana.

50
TINDAK PIDANA KORUPSI (TIPIKOR) DAPAT TERJADI 
PADA :

1. Proses proses pemilihan penyedia


barang/jasa ( pra kontrak );
2. Proses pelaksanaan kontrak ;
3. Periode berlangsungnya fase
kegagalan bangunan (utk. pekerjaan
konstruksi)

51
YURISDIKSI HUKUM PBJP

Persiapan Siap tandatangan Penandatanganan Berakhirnya


prakontrak Kontrak Kontrak
Kontrak

HAN H. PERDATA

HUKUM PIDANA
KERUGIAN AKIBAT TINDAK PIDANA KORUPSI

① Rusaknya reputasi (nama baik) perusahaan dan/atau 
pelaku.
② Kerugian fisik dan mental karena ditahan (apabila terbukti)
③ Kerugian finansial untuk membiayai pengacara dan adanya 
tuntutan ganti rugi.
PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI PADA 
PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH :

① Penyedia Barang/Jasa, dan
② Pengelola Kegiatan Pengadaan Barang/Jasa :
a) Pengguna Anggaran.
b) Kuasa Pengguna Anggaran.
c) Pejabat Pembuat Komitmen.
d) Kelompok Kerja ULP/Pejabat pengadaan
e) Panitia Penerima Hasil Pekerjaan.
f) PPTK (Pejabat Pelaksana Teknis Kegaiatan)
Praktik‐praktik yang mengakibatkan terjadinya 
tindak pidana pada pengadaan barang/jasa 
pemerintah  : 
‐ Mark‐up HPS : menentukan harga HPS terlalu tinggi/mahal
‐ Mensubkontrakkan  seluruh pekerjaan
‐ Pemborosan Keuangan Negara
‐ Pengadaan fiktif 
‐ Penunjukan Langsung yang tidak sesuai dengan 
peraturan
‐ Mengurangi kuantitas dan kualitas barang/jasa
‐ Barang/Jasa yang tidak dapat dimanfaatkan
KEGIATAN YANG SERING BERDAMPAK HUKUM
DALAM PROSES PENGADAAN
DALAM PROSES PRA KONTRAK :
1. Pengaturan pelelangan
2. Sanggahan / pengaduan sampai ke PTUN dan
lembaga penegak hukum lainnya
3. Dokumen lelang yang mengarah
4. Pekerjaan dikerjakan pada tahun anggaran
sebelumnya, dimana dana belum tersedia.
5. Intervensi Atasan
6. Rekayasa dalam proses penunjukan langsung
7. Menggugurkan penawaran terendah yang responsif
8. Keliru dalam melakukan penunjukan langsung, dan
mark up harga satuan.

56
Lanjutan
DALAM PELAKSANAAN KONTRAK :

1. Pengaturan CCO antara Konsultan Pengawas


dengan Kontraktor
2. Penerimaan cek pada pembayaran uang muka
3. Hasil pekerjaan buruk, Laporan LSM ke Penegak
Hukum
4. Penyesuaian Harga Satuan baru yang di mark up
5. Kelalaian dalam Kegagalan Konstruksi
6. Fiktif dalam pelaksanaan pekerjaan akibat bencana
alam
7. Kekeliruan dalam memenuhi klaim dari kontraktor
8. Mark up dalam perhitungan Eskalasi
9. Pemutusan kontrak secara sepihak

57
Kontrak Pengadaan
Pekerjaan Konstruksi
SEKIAN 
DAN 
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai