Kontrak pada proyek menentukan hak dan kewajiban antara dua belah pihak atau
lebih yang terlibat dalam kontrak, biasa dilakukan antara pemilik dengan
konsultan atau kontraktor, kontraktor dengan pemasok dan lain sebagainya.
Kontrak bersifat mempunyai aspek hukum yang kuat serta mengikat, sehingga
para pihak yang terlibat mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi,
ditulis dengan jelas dalam dokumen kontrak.
Kita ketahui bahwa variasi kedalaman tanah keras untuk tiap lokasi adalah
sangat spesifik dan tidak dapat digeneralisir. Jika suatu area proyek
memiliki variasi kedalaman tanah keras antara 6-18 m dengan rata-rata 10 m
dan kebetulan soil test menghasilkan data kedalaman tanah keras 12 m,
maka bisa jadi kontraktor akan menghitung kedalaman tanah keras dalam
bentuk rata2 sebesar 12+2 m = 14 m.
Semakin terbatas data maka akan semakin besar angka aman tersebut.
Angka aman akan dikonversi menjadi harga satuan. Sehingga harga
penawaran kontraktor untuk pekerjaan pemancangan akan menjadi lebih
mahal dari yang seharusnya yang akhirnya menjadi beban tambahan bagi
Owner. Pada contoh di atas dan digunakan kontrak lump sum, Owner akan
menanggung kelebihan bayar sebesar 14 – 10 m = 4 m dikali harga satuan.
Lain halnya jika menggunakan kontrak unit price, maka kontraktor tidak
akan menambahkan angka aman dalam menghitung harga satuan. Sehingga
Owner akan membayar sesuai dengan kondisi yang ada atau cukup sebesar
10 m.
Risiko atas ketidakpastian kedalaman tanah keras di atas, pada dasarnya
adalah risiko yang harus ditanggung oleh Owner. Jika dipindahkan kepada
kontraktor maka perpeluang besar menyebabkan biaya akan menjadi lebih
mahal dibandingkan jika risik tersebut tetap berada di Owner. Hal ini yang
menjadi prinsip penting dalam hal menentukan jenis kontrak untuk suatu
pekerjaan di proyek.
Kelemahan dari penggunaan kontrak jenis ini, yaitu pemilik tidak dapat
mengetahui secara pasti biaya aktual proyek hingga proyek itu selesai.
Sistem Design-Bid-Build
Ciri atau karakteristik dari Traditional Procurement (design-bid-build) adalah :
1) Proses atau tahapan desain dan konstruksi dilakukan terpisah dan berurutan
2) Owner menugaskan Konsultan Desain untuk menghasilkan desain dan
dokumen desain yang lengkap -- Owner mempunyai kontrol yang lebih
besar atas desain, spesifikasi standar dan mutu serta alternatif biaya/budget
yang diinginkan melalui apa yang didesain oleh Konsultan Desain
3) Sebelum dilakukan proses tender dan penetapan Kontraktor, seluruh desain
dan dokumen yang melengkapinya harus selesai secara lengkap, baik
planning, gambar, spesifikasi (umum, teknis, material) dan draft Bill of
Quantity (BOQ) termasuk untuk pekerjaan yang memerlukan sub-
Kontraktor Spesialis
4) Kerangka kontrak pada umumnya sudah ditetapkan di awal proses tender,
termasuk kerangka BOQ
5) Kebanyakan ketentuan dalam jenis procurement ini membuat Owner harus
menunjuk Konsultan yang profesional untuk bertindak sebagai Konsultan
Manajemen Konstruksi (MK) independen
6) Owner menugaskan Kontraktor untuk melaksanakan atau membangun
sesuai desain yang sudah ditetapkan, pada umumnya dengan nilai yang tetap
(fixed price -- dapat berupa lump sum fixed price ataupun fixed unit price)
7) Kewenangan administratif kontraktual terkait dengan perhitungan dan
pembayaran ada pada Konsultan MK
8) Jangka waktu penyelesaian pekerjaan terikat di dalam dokumen kontrak,
dengan kemungkinan revisi atau penyesuaian yang dapat dilakukan oleh
Konsultan MK
9) Relatif merupakan kontrak yang memberikan resiko yang kecil bagi Owner
namun jangka waktu keseluruhan proyek dari perencanaan sampai
penyelesaian yang lebih panjang
1) Owner mendapatkan desain dan masukan atas biaya yang diperlukan untuk
pembangunan, secara independen dari Konsultan
2) Owner mendapatkan kepastian desain dan perkiraan biaya yang lebih baik
sebelum penandatanganan kontrak
3) Owner mendapatkan mutu desain atau desain khusus yang lebih baik sesuai
dengan kebutuhan
4) Penunjukan Kontraktor dilakukan melalui proses tender yang kompetitif
5) Merupakan metoda pengadaan yang paling lama teruji dan dipahami oleh
banyak kalangan industri konstruksi
1) Jangka waktu yang relatif lama : tahapan atau proses desain dan konstruksi
harus berurutan dan tidak dapat berlangsung pararel atau bersamaan, satu
tahap harus selesai sebelum dapat melangkah ke tahap atau proses
berikutnya
2) Kontraktor tidak terlibat atau sangat kecil keterlibatannya dalam proses
desain, yang pada konstruksi yang kompleks akan beresiko menimbulkan
masalah desain yang tidak dapat dilaksanakan (dibangun) -- karena
ketidaksinkronan atau ketidaksesuaian antara teori desain dan teknologi
pelaksanaan konstruksi yang ada
3) Owner harus memahami dan memastikan kemampuan pembiayaan di awal,
karena kerangka BQ dan perkiraan besaran pembiayaan sudah distrukturkan
di awal pelaksanaan tender
4) Beresiko terjadi saling menyalahkan antara pihak yang mendesain dan yang
membangun apabila terjadi masalah konstruksi di kemudian hari, yang akan
menyulitkan pihak Owner untuk menentukan pihak mana yang harus
bertanggung jawab atas masalah konstruksi yang terjadi
Sistem Design-Build
Secara teknis istilah rancang bangun (design-build) adalah lebih jelas
menggambarkan pembagian tugas dalam kontrak tersebut. Kontraktor
melaksanakan perencanaan dan pembangunan. Perencanaan dapat dilakukan
melalui konsultan perencana tetapi kontrak perencanaan kepada kontraktor bukan
kepada pengguna jasa. Selain dapat keuntungan, kontraktor sekaligus juga
mendapat bayaran untuk jasa perencanaannya.
Manfaat PPP :
penghematan biaya
pembagian risiko (risk sharing)
perbaikan atau mempertahankan tingkat pelayanan
peningkatan pendapatan dari layanan
pelaksanaan yang lebih efisien
manfaat ekonomi yang lebih luas (efek pengganda, penciptaan lapangan
kerja)
Resiko PPP :
Setelah pembangunan fasilitas selesai, investor diberi hak untuk mengelola dan
memungut hasil dari fasilitas tersebut selama kurun waktu tertentu. Inilah yang
dimaksud istilah O (Operate). Setelah masa pengoperasian/konsesi selesai,
fasilitas tadi dikembalikan kepada pemilik lahan (pengguna jasa). Inilah yang
dimaksud dengan istilah T (Transfer), sehingga secara keseluruhan disebu
Kontrak Build, Operate and Transfer (BOT).
kerja sama ini dapat menguntungkan para pihak yang berjanji. Keuntungan dalam
BOT ini bagi pihak-pihak yang terkait, adalah sebagai berikut :
Bentuk kontrak Build, Lease, Transfer (BLT) sedikit berbeda dengan bentuk
BOT. Di sini setelah fasilitas selesai dibangun, pemilik fasilitas seolah-olah
menyewa fasilitas yang baru dibangun untuk suatu kurun waktu tertentu (Lease)
Sistem Owner/Agent
Keuntungan Sistem Owner/Agent :
https://titisari04.wordpress.com/2014/01/10/keuntungan-kerugian-skema-
kerjasama-pemerintah-swasta/
http://www.pengadaan.web.id/2016/10/kelebihan-dan-kekurangan-kontrak-
design-build-dalam-pekerjaan-konstruksi.html
http://manajemenproyekindonesia.com/?p=1513
http://myexperienceincivil.blogspot.co.id/2015/09/kontrak-penawaran-negosiasi-
biaya.html
https://vancivil.blogspot.co.id/2015/12/kontrak-pada-proyek.html
https://lauwtjunnji.weebly.com/jenis-jenis-procurement.html
http://www.ilmusipil.com/pengertian-sistem-kontrak-konstruksi
https://annisamuawanah.wordpress.com/2013/07/31/public-private-partnership-
kerjasama-pemerintah-swasta/