KAJIAN PUSTAKA
cara mencampurkan agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil), air dan semen
portland atau bahan pengikat hidrolis lain yang sejenis, dengan atau tanpa bahan
tambah lain dengan perbandingan tertentu. Hampir 60% material yang digunakan
dengan baja (composite) atau jenis lainnya (Mulyono, 2004). Beton merupakan
gedung. Karena perkembangannya cukup baik dalam hal peningkatan baku dan
yang dimiliki oleh beton (Nugraha & Antoni, 2007) diantaranya yaitu:
10
11
agregat ringan dan mempunyai berat jenis beton tidak melebihi 1900 kg/m3. Beton
ringan dapat dibuat dengan berbagai macam cara dan bermacam jenis agregat
ringan yang digunakan, antara lain fly ash, batu apung, kulit kerang, plastik,
adalah agregat yang digunakan untuk menghasilkan beton ringan, meliputi batu
apung, scoria, vulkanik cinder, tuff, expanded, atau hasil pembakaran lempung,
shale, shele, perlit, atau slag atau hasil batubara dan hasil residu pembakarannya
(Mulyono, 2005).
Beton ringan memiliki keuntungan yaitu nilai tahan panas (thermal insulator)
yang baik, tahanan suara (peredam) yang baik dan tahan api (fire resistant).
Sedangkan kelemahan beton ringan yaitu memiliki nilai kuat tekan yang cukup
berat jenis pada beton agar menjadikannya sebagai beton normal, antara lain
sehingga terbentuk banyak pori-pori udara di dalam beton. Salah satu cara
12
apung, atau agregat buatan sehingga beton yang dihasilkan akan lebih
1. Untuk non struktur dengan nilai massa jenis antara 240 - 800 kg/m3 dan
kuat tekan dengan nilai 0,35 – 7 MPa digunakan untuk dinding pemisah
2. Untuk struktur ringan dengan nilai massa jenis antara 800 – 1400 kg/m3
dan kuat tekan dengan nilai 7 – 17 MPa digunakan untuk dinding pemikul
beban.
3. Untuk struktur dengan nilai massa jenis antara 1400 – 1800 kg/m3 dan
portland merupakan semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling terak
semen portland terutama yang terdiri atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis dan
13
digiling bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal
senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lain.
rencanan kekuatan dan spesifikasi teknik yang diberikan, fungsi utama semen
adalah mengikat butir-butir agregat hingga membentuk suatu massa padat mengisi
dalam beton hanya 10%, namun karena fungsinya sebagai bahan pengikat maka
peranan semen menjadi penting (Mulyono, 2004). Dalam campuran beton, semen
bersama air sebagai kelompok aktif sedangkan pasir dan kerikil sebagai kelompok
syarat mutu yang sudah ditetapkan. Syarat mutu semen portland yang digunakan di
meliputi:
a. Hidrasi semen apabila air ditambahkan ke dalam semen portland maka akan
terjadi reaksi antara komponen semen dengan air yang dinamakan panas
yang terdiri dari gel (tobermorite) dan sisa semen yang tidak bereaksi.
c. Pengaruh kualitas semen terhadap kuat tekan beton sifat semen yang
2.1.3.2 Agregat
misalnya pasir, kerikil, batu pecah dan kerak tungku besi yang dipakai bersama-
sama dengan suatu media pengikat untuk membentuk suatu beton atau adukan
semen hidraulik. Komposisi agregat dalam campuran beton sekitar 60% – 75% dari
isi total beton, maka sifat-sifat agregat ini mempunyai pengaruh yang besar
terhadap perilaku dari beton yang sudah mengeras. Sifat agregat bukan hanya
1. Agregat Halus
Menurut SNI 03-2834-2002 Agregat halus adalah pasir alam sebagai hasil
disentegrasi secara alami dari batu atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah
batu dan mempunyai ukuran butir sebesar 5,0 mm. Sedangkan menurut ASTM C-
33, agregat halus adalah agregat yang semua butirnya lolos ayakan berlubang
4,75mm. Persyaratan gradasi agregat halus sesuai dengan American Society for
Testing and Material (ASTM) C-33 dapat dilihat pada tabel 2.2:
10 100
4.8 90-100
2.4 85-100
1.2 75-100
0.6 60-79
0.3 12-40
0.15 0-10
Adapun syarat agregat halus menurut ASTM C.33 yaitu:
b. Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0,074 mm
c. Kadar gumpalan tanah liat dan partikel yang mudah dirapikan maksimum
3%.
yang lebih tua dari pada warna standar. Jika warnanya lebih tua maka
ditolak kecuali:
Warna lebih tua timbul karena sedikit adanya arang lignit atau yang
sejenisnya.
Ketika diuji dengan uji perbandingan kuat tekan beton yang dibuat
dari 90%. Uji kuat tekan sesuai dengan cara ASTM C.87.
f. Tidak boleh bersifat reaktif terhadap alkali jika dipakai untuk beton yang
g. Kekekalan jika diuji dengan natrium sulfat bagian yang hancur maksimum
2. Agregat Ringan
(density) gumpalan (bulk) lepas sebesar 1120 kg/m3 atau kurang. Dengan
2.1.3.3 Air
bahan perekat. Peranan air sebagai bahan perekat terjadi melalui reaksi hidrasi yaitu
semen dan air akan membentuk pasta semen dan mengikat fragmen-fragmen
agregat.
gram/liter.
Kandungan klorida tidak lebih dari 0,5 gram/liter. Dan senyawa sulfat
5. Semua air yang mutunya meragukan harus dianalisa secara kimia dan
dievaluxasi.
Abu terbang atau fly ash adalah sisa-sisa pembakaran yang pada umumnya
dihasilkan oleh pabrik dan PLTU. Fly ash berbentuk bubuk yang halus. Fly ash
merupakan material dengan sifat pozzolanik yang baik. Kandungan fly ash sebagian
besar terdiri dari oksida-oksida silika (SiO2), alumunium (Al2O3), besi (Fe2O3), dan
kalsium (CaO), serta potassium, sodium, titanium, dan sulfur dalam jumlah sedikit
mengurangi kadar air beton dan juga meningkatkan kuat tekan beton. Fly ash tipe
C memiliki kadar kalsium lebih tinggi sehingga memiliki kekuatan awal yang lebih
tinggi bila dibandingkan dengan tipe F. Meningkatnya kadar fly ash dapat
mengurangi kebutuhan air, hal ini dikarenakan oleh bentuk partikel fly ash yang
bulat dan memiliki ukuran yang sangat kecil sehingga mengurangi void (Nagathan
et al, 2015).
19
Abu terbang atau fly ash dapat dibedakan menjadi 3 jenis (ACI Manual of
1. Kelas C
Fly ash yang mengandung CaO lebih dari 10% yang dihasilkan dari
20%), Fe2O3, MgO, Na2O, dan sedikit K2O. Mempunyai specific gravity
2. Kelas F
Fly ash yang mengandung CaO kurang dari 10% yang dihasilkan dari
kecil.
3. Kelas N
lain diatomic, opaline chertz dan shales, tuff dan abu vulkanik yang
2.1.3.5 Styrofoam
cincin karbon) yang tersusun secara tidak teratur sepanjang garis karbon dari
molekul. Polystyrene merupakan bahan yang baik ditinjau dari segi mekanis
maupun suhu, namun bersifat agak rapuh dan lunak pada suhu di bawah 100°C
(Bilmeyer, 1984).
Polystyrene memiliki berat jenis sampai 1050 kg/m3, kuat tarik sampai
40MN/m2, modulus lentur sampai 3 GN/m2, modulus geser sampai 0,99 GN/m2,
angka poisson 0,33 (Crawford, 1998). Dalam bentuknya yang granular, styrofoam
21
atau expanded polystyrene memiliki berat satuan yang sangat kecil yaitu berkisar
antara 13 – 22 kg/m3.
Styrofoam memiliki sifat kedap air atau memiliki kekuatan menyerap air
yang sangat kecil. Penggunaan styrofoam pada pembuatan beton dianggap sebagai
dibandingkan dengan rongga udara karena styrofoam memiliki kekuatan tarik dan
pada permukaan suatu benda atau substrat. Tujuan coating adalah untuk dapat
meningkatkan sifat permukaan dari benda yang dilapisi, seperti penampilan, tahan
air, tahan korosi, tahan aus, dan tahan gores. Pelapisan bisa diterapkan pada substrat
yang berbeda, seperti: besi, baja, kayu, alumunium, batu, dan bahan sintetis.
Coating bisa dilapiskan dalam bentuk cair, gas atau padat. Dengan tujuan tersebut,
dimaksudkan untuk mengurangi pori pada agregat batu apung dan juga
Perbandingan air dan semen untuk pelapisan agregat adalah 1:1 dan dikeringkan
selama 3 minggu dalam ruangan agar tidak berpengaruh pada faktor air semen.
22
Didapatkan hasil pengujian absorpsi sebelum coating sebesar 36,07% dan sesudah
coating 11,85%.
Bahan tambahan adalah suatu bahan berupa bubuk atau cairan, yang
mengubah sifat adukan atau betonnya (Spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton,
SK SNI S-18-1990-03).
keawetan, dan sebagainya (Tjokrodimuljo, 2007). Secara umum bahan tambah yang
digunakan dalam beton dapat dibedakan menjadi 2 yaitu bahan tambah yang
bersifat kimiawi (chemical admixture) dan bahan tambah yang bersifat mineral
beton. Bahan tambah admixture ditambahkan saat pengadukan dan atau saat
Berdasarkan ASTM C.494 (1995: 254) bahan tambah kimia dibagi dalam 7
tipe yaitu:
23
1. Tipe (A), bahan tambahan yang digunakan untuk mengurangi jumlah air
juga untuk memperlambat waktu pengikatan beton (Water reducing and set-
retarding),
accelerating),
6. Tipe (F), bahan tambahan yang digunakan untuk mengurangi jumlah air
campuran sebesar 12% atau lebih, untuk menghasilkan beton sesuai dengan
7. Tipe (G), bahan tambahan yang digunakan untuk mengurangi jumlah air
campuran sebesar 12% atau lebih, untuk menghasilkan beton sesuai dengan
1. Bahan tambah kimia untuk mengurangi jumlah air yang dipakai. Dengan
pemakaian bahan tambah ini diperoleh adukan dengan faktor air semen
lebih rendah pada nilai kekentalan yang sama atau diperoleh kekentalan
beton. Bahan ini digunakan misalnya pada suatu kasus dimana jarak antara
sehingga selisih waktu antara mulai pencampuran dan pemadatan lebih dari
1 jam,
4. Bahan tambah kimia berfungsi ganda, yaitu untuk mengurangi air dan
5. Bahan tambah kimia berfungsi ganda, yaitu untuk mengurangi air dan
Selain 5 jenis di atas, ada 2 jenis bahan tambah kimia lain yang lebih khusus,
yaitu:
25
adukan beton dengan kekentalan sama (air dikurangi sampai 12% lebih
2. Bahan tambah kimia tambahan dengan fungsi ganda, yaitu mengurangi air
2.1.4.1 Superplasticizer
kimia yang mampu mengurangi kebutuhan air hingga sekitar 20% dan juga
diperkenalkan di Jepang pada tahun 1964 dan kemudian di Jerman pada tahun 1972.
Menurut Celik dan Marar (1996), Superplasticizer adalah chemical admixture beton
yang tergolong pada High Range Water Reducing Admixture (tipe F atau tipe G
ASTM). Menurut ASTM C494 dan British Standard 5075, Superplasticizer adalah
bahan kimia tambahan pengurangan air yang sangat efektif. Dengan pemakaian
bahan tambahan ini diperoleh adukan dengan faktor air semen yang lebih rendah
pada nilai kekentalan adukan yang sama atau diperoleh adukan dengan kekentalan
yang lebih encer dengan faktor air semen yang sama, sehingga kuat tekan beton
mengalir tanpa terjadi pemisahan (bleeding) yang umumnya terjadi pada beton
1. Kelebihan Superplasticizer
2. Kekurangan Superplasticizer
Superplasticizer.
c. Ada resiko pemisahan (segregasi) dan bleeding jika mix design tidak
d. Harga Mahal.
diantaranya adalah:
Ketiga jenis bahan tambahan tersebut terbuat dari sulfonat organik. Dosis
yang disarankan adalah 1-2% dari berat semen. Kontrol dari dosis juga penting
karena kelebihan dosis akan menjadikan beton terlalu encer sehingga terjadi
2.1.4.2 Sikament LN
produk yang dikeluarkan oleh PT. Sika Indonesia. Sikament LN adalah aditif
pengerasan awal beton atau beton yang dipercepat dengan kemampuan kerja yang
tinggi. Bahan tambah jenis ini dapat diaplikasikan pada pekerjaan beton secara
umum, maupun beton mutu tinggi. Kegunaan dari Sikament LN sebagai campuran
hingga 20% yang akan menghasilkan peningkatan kekuatan tekan beton pada umur
sebesar 1,22 + 0,01 kg/L (Sika Indonesia, 2016). Proporsi campuran yang
direkomendasikan sekitar 0,30% – 2,0% dari berat total semen dalam campuran
tua (dark brown). Adapun cara penggunaan dari Sikament LN adalah sebagai
berikut:
1. Dosis Sikament LN: 250 – 300 ml per zak semen, dengan syarat
mengurangi pemakaian air hingga 15% dari penggunaan air pada beton
normal;
Kuat tekan merupakan salah satu kinerja utama pada beton (Mulyono,
2005). Menurut SNI 03-1974-1990 kuat tekan beton adalah besarnya beban
persatuan luas, yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan
gaya tekan tertentu, yang dihasilkan oleh mesin tekan. Kuat tekan beton normal
antara 20 – 40 MPa. Kuat tekan beton dipengaruhi oleh: faktor air semen (water
cement ratio=w/c), sifat dan jenis agregat, jenis campuran kelecakan (workability),
bertambahnya usia beton sampai pada umur 28 hari dan pada umur 28 hari pula
kuat tekan beton telah dianggap 100%. Mengacu pada SNI 1974:2011, untuk
menghitung kuat tekan benda uji dengan membagi beban maksimum yang diterima
29
oleh benda uji selama pengujian dengan luas penampang melintang rata yang
ditentukan, yaitu:
𝑃
𝑓′𝑐 = 𝐴
Keterangan:
f’c : Kuat tekan beton dengan benda uji silinder (MPa atau N/mm2)
P : Gaya tekan aksial (N)
A : Luas penampang melintang benda uji (mm2)
Lentur pada balok disebabkan oleh regangan yang timbul karena adanya
beban luar (Nawy, 1990). Apabila beban bertambah, maka pada balok akan terjadi
bentang balok. Kemampuan lentur perlu diketahui pada bahan yang akan dipakai
Kuat lentur merupakan besaran nilai kuat tarik tidak langsung dari benda uji
beton berbentuk balok yang diperoleh dari hasil pembebanan uji tersebut, yang
diletakkan mendatar di atas permukaan meja mesin uji lentur, atau hasil bagi antara
Keterangan:
Selain itu kuat lentur juga dapat dihitung berdasarkan nilai kuat tekan
ditetapkan secara empiris besarnya modulus runtuh (fr) beton ringan yaitu
fr=0,75(0.70√𝑓′𝑐).
diantaranya:
2. Pada Penelitian Kastubi Rochmat, dkk (2015) dihasilkan data kuat lentur
yaitu, pada komposisi 20% styrofoam dan 0% fly ash diperoleh kuat
lentur sebesar 2,207 MPa, pada komposisi 30% styrofoam dan 0% fly
ash diperoleh kuat lentur sebesar 1,869 MPa, dan pada komposisi 40%
styrofoam dan 0% fly ash diperoleh kuat lentur sebesar 1,842 MPa.
Pada kode campuran S0,8 menghasilkan berat isi beton 1697,78 kg/m3
dan kuat tekan sebesar 10,67 MPa, kode campuran S0,7 menghasilkan
berat isi beton 1712,74 kg/m3 dan kuat tekan sebesar 10,94 MPa, kode
campuran S0,6 menghasilkan berat isi beton 1670,18 kg/m3 dan kuat
tekan sebesar 12,05 MPa, dan kode campuran S0,5 menghasilkan berat
isi beton 1658,86 kg/m3 dan kuat tekan sebesar 14,62 MPa. Dan
4. Pada penelitian Hadidi, Mungok, dan Budi, 2015 dengan judul “Studi
29,52 MPa, 30,91 MPa, dan 28,08 MPa, serta kuat tekan beton tanpa
sebesar 13,12 MPa, dan pada campuran 50% styrofoam sebesar 5,26
4,98 MPa, pada campuran 30% styrofoam sebesar 4,24 MPa, pada
berupa batu kerikil/batu split semakin meningkat. Bahan material yang berasal dari
alam ini lambat laun akan berkurang ketersediaannya, terlebih di Indonesia sedang
infrastruktur gedung. Tentu saja, untuk dapat mengatasi hal itu diperlukan upaya
Karakteristik beton yang ada pada saat ini menghadirkan tantangan akan
sebuah inovasi akan kebutuhan beton, diantaranya bersifat ramah lingkungan serta
33
memiliki berat jenis yang rendah (beton ringan). Beton ringan merupakan beton
yang memiliki berat jenis beton lebih kecil dari beton normal. Menurut SNI 03 –
2847 – 2002, beton ringan adalah beton yang mengandung agregat ringan dan
mempunyai berat jenis beton tidak melebihi 1900 kg/m3. Salah satu inovasi saat ini
pada beton ringan yaitu “Beton Ringan Styrofoam”, bahan pengganti atau variasi
dari bahan styrofoam digunakan karena memiliki berat jenis yang cukup ringan
Pada pembuatan beton ringan terdapat salah satu kendala jika menggunakan
Styrofoam, yaitu rendahnya nilai keenceran beton atau biasa disebut slump.
pula faktor air semennya dan berdampak pada penurunan kekuatan beton ringan.
Maka dari itu dibutuhkan Superplasticizer pada pembuatan beton ringan styrofoam
volume sebesar 1554 kg/m3 dan kuat tekan sebesar 8,389 MPa, campuran sebesar
30% menghasilkan berat volume sebesar 1436 kg/m3 dan kuat tekan sebesar 7.658
MPa, campuran sebesar 40% menghasilkan berat volume sebesar 1279 kg/m3 dan
kuat tekan sebesar 7.455 MPa, campuran sebesar 50% menghasilkan berat volume
34
sebesar 1031 kg/m3 dan kuat tekan sebesar 4,521 MPa, campuran sebesar 60%
menghasilkan berat volume sebesar 919 kg/m3 dan kuat tekan sebesar 3,126 MPa.
Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti sebelumnya terhadap
beton ringan beragregat Styrofoam, diketahui bahwa mutu beton turun seiring
lemah, sehingga dalam penelitian ini agregat kasar Styrofoam dilakukan perkuatan
pada campuran beton akan membuat kuat tekan semakin menurun dan terdapat
kendala yaitu berupa rendahnya nilai keenceran beton atau biasa disebut slump.
yang dilakukan treatment coating dengan pasta semen sebagai variasi agregat kasar
dengan persentase 10%, 20% 30% dan 40% terhadap volume agregat kasar dan
semen.
styrofoam yang dilakukan treatment dengan coating pasta semen dengan persentase
10%, 20%, 30%, dan 40% dengan bahan tambah Superplasticizer Sikament LN 1%
35
terhadap berat semen dapat mempengaruhi nilai kuat tekan dan kuat lentur beton
ringan.