Anda di halaman 1dari 17

c) Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat;

d) Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.

Dengan demikian sesungguhnya sengketa kontrak konstruksi secara sederhana dapat


dijelaskan sebagai sengketa yang terjadi akibat hukum dari penyelenggaraan layanan
jasa konstruksi antara pengguna layanan jasa dan penyedia layanan jasa yang
disebabkan karena tidak terpenuhinya suatu prestasi oleh salah satu pihak kepada
pihak lain seperti yang diperjanjikan dalam dokumen kontrak kerja konstruksi.

.
LATIHAN 1

1. Jelaskan pengertian dari sengketa !


2. Jelaskan pengertian dan pengelompokkan sengketa berdasarkan pihak-pihak yang
bersengketa ?
3. Sebutkan tahapan dalam penyusunan kontrak konstruksi
4. Jelaskan menurut pemahaman Anda apakah yang dimaksud dengan sengketa
kontrak konstruksi ?

JENIS-JENIS SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI

Kompleksitas penyelenggaraan jasa konstruksi semakin besar, sehubungan dengan


standar-standar baru dan teknologi yang semakin canggih. Keberhasilan sebuah
penyelenggaraan konstruksi tentu terkait dengan kerja sama antara pihak-pihak yang terlibat
di dalamnya yaitu pengguna jasa dan penyedia jasa.
Dalam kegiatan layanan jasa konstruksi, hubungan kerja
antara pengguna jasa dan penyedia jasa biasanya selalu
diatur dalam kontrak kerja. Pemahaman yang sederhana
dari kontrak kerja adalah keseluruhan dokumen yang
mengatur hubungan hukum antara pengguna jasa dan
penyedia jasa.
Berdasarkan hasil kesepakatan dan penawaran dari kedua belah pihak maka keinginan
pengguna jasa dan penyedia jasa akan dituangkan dalam sebuah kontrak kerja, sehingga
penyedia jasa sebagai penyelenggara proyek memiliki keinginan dan tujuan untuk
memperoleh hasil sesuai yang diharapkan, yaitu memenuhi spesifikasi, aman, dan efisien
serta ekonomis, baik dari segi biaya maupun waktu. Kontrak kerja harus dibuat seakurat
mungkin, dengan memperhatikan detail-detail yang akan dikerjakan sehingga dikemudian
hari tidak terjadi kekeliruan dalam penafsiran isi kontrak.
Namun demikian, dalam tahap pelaksanaan pekerjaan saat di lapangan, masih saja sering
terjadi beberapa kendala seperti kesalahan dalam penerapan kontrak kerja yang
mengakibatkan proyek tidak berjalan sesuai ekpektasi awal, baik disebabkan karena
kelalaian pengguna jasa maupun penyedia jasa pada saat pemenuhan kewajiban dan
tanggung jawabnya. Sehingga, hal tersebut berdampak pada konsekuensi kerugian yang
dapat diterima oleh kedua belah pihak tersebut pengguna jasa ataupun penyedia jasa.

Modul 4
12
Prinsip Dasar Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
RANGKUMAN

Pada dasarnya tidak seorang pun menghendaki terjadinya sengketa dengan orang lain.
Tetapi dalam hubungan antar manusia atau kegiatan bisnis, masing-masing pihak harus
selalu siap mengantisipasi kemungkinan timbulnya sengketa yang dapat terjadi setiap saat
di kemudian hari.
Sengketa kontrak konstruksi secara sederhana dapat dijelaskan sebagai sengketa yang
terjadi akibat hukum dari penyelenggaraan layanan jasa konstruksi antara pengguna
layanan jasa dan penyedia layanan jasa yang disebabkan karena tidak terpenuhinya
suatu prestasi oleh salah satu pihak kepada pihak lain seperti yang diperjanjikan dalam
dokumen kontrak kerja konstruksi.

Jenis sengketa konstruksi antara lain, keterlambatan penyelesaian pekerjaan, perbedaan


penafsiran dokumen kontrak, ketidak mampuan baik teknis maupun manajerial dari para
pihak, karena klaim yang tidak dilayani, keterlambatan pembayaran, pengguna jasa tidak
melaksanakan tugas-tugas pengelolaan dengan baik, dan mungkin tidak memiliki
dukungan dana yang cukup, seperti perbedaan gambar rencana dengan Spesifikasi teknis
dan Bill of Quantity, lambatnya keputusan direksi pekerjaan dalam suatu usulan material
atau design dan bisa terjadi karena adanya force majeure. Jenis-jenis sengketa konstruksi
tersebut secara garis besar adalah bisa muncul akibat dari tindakan pemilik proyek,
tindakan konsultan perencana, konsutan pengawas dan faktor eksternal.
Sumber penyebab terjadinya sengketa terjadi karena beberapa kasus, yaitu :
 Rasa saling percaya yang begitu besar antara pengguna jasa dan penyedia jasa,
sehingga sering menimbulkan keinginan untuk segera memulai pekerjaan
pelaksanaan proyek, sebelum dokumen pelaksanaan (kontrak) selesai diproses.
 Perjanjian (kontrak) kerja dan dokumen konstruksi yang bersifat umumlah digunakan
pedoman/dasar memulai pekerjaan, padahal ada detail dokumen yang lain yang
seharusnya menjadi pedoman pelaksanaan, belum selesai dibuat.
 Proses pekerjaan pelaksanaan sudah dimulai tanpa pola urutan proses kerja,
program waktu serta garis kritis yang akan mempengaruhi target akhir (time
schedule).
 Di tengah perjalanan pekerjaan konstruksi, kadangkala pengguna jasa sebagai
pemilik proyek melakukan kebijaksanaan dengan alasan untuk menghemat biaya.
 Pengguna jasa terlalu banyak mencampuri koordinasi dan manajemen proyek
sehingga urutan pekerjaan danpola penanganan proyek menjadi kacau sehingga sulit
dipertanggungjawabkan dari kualitas, kuantitas, maupun target waktu dan biaya.
Padahal proses tender/penunjukan sudah dilaksanakan sesuai ketentuan.
 Ketidakjelasan mengenai tanda tangan dan tanda-tanda khusus yang menyangkut
keabsahan dokumen untuk dapat digunakan.
 Ketidakjelasan alur penyaluran dokumen.
 Sering terjadi di lapangan, petugas proyek tidak menjalankan prosedur atau tata tertib
yang telah disepakati kaitannya denganstruktur organisasi manajemen proyek.
 Timbulnya variation order sepanjang masa pelaksanaan konstruksi, dengan tidak
mencatat, melaporkan atau mengantisipasi terhadap pengaruh perubahan waktu dan
biaya.

Modul 4
20
Prinsip Dasar Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
EVALUASI MATERI 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat !

1. Perbedaaan pendapat; pertengkaran atau perbantahan bisa terjadi dalam setiap


kegiatan atau hubungan di antara para individu, antara individu dan lembaga (badan
hukum), maupun antar lembaga. Penyebab perbedaan pendapat antara lain yaitu,
kecuali :
Jawab :
A. Perbedaan pendapat
B. Pertikaian
C. Perebutan ;
D. Perselisihan .

2. Klaim apabila tidak terselesaikan akan berkembang menjadi sengketa. Apakah yang
menjadi penyebab dari klaim ?
Jawab :
A. Klaim dapat terjadi akibat adanya pelanggaran dan/atau tidak dipenuhinya
kewajiban-kewajiban masing-masing pihak yang tercantum dalam kontrak.
B. Perbedaan pendapat
C. Pertikaian
D. Perselisihan

3. Istilah wanprestasi atau tidak terpenuhinya suatu prestasi dapat dipersamakan


sebagai sebuah kondisi :
Jawab :
A. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya;
B. Melaksanakan apa yang dijanjikan, sesuai dengan yang diperjanjikan;
C. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat;
D. Tidak melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya

4. Menurut undang-undang nomer 2 tahun 2017 upaya penyeslesaian sengketa


konstruksi dpt dilakukan melalui tahapan :
Jawab :
A. Mediasi, Konsiliasi ;abitrase
B. Mediasi, konsiliasi, arbitrase dan peradilan
C. Mediasi, negoisasi, konsiliasi, arbitrase
D. Arbitrase, negoisasi dan APS

5. Yang dimaksud dengan Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah lembaga


penyelesaian sengketa melalui prosedur yang disepakati para pihak yakni
penyelesaian diluar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi
atau penilaian ahli diatur dalam pasal :
Jawab :
A. Pasal 1 ayat (10) Undang-Undang Nomer 2 tahun 2017
B. Pasal 1 ayat (10) Undang-Undang Nomer 2 tahun 1999
C. Pasal 1 ayat (10) Undang-Undang Nomer 30 Tahun 1999
D. Pasal 1 ayat (10) Peraturan Pemerintah nomer 29 tahun 2000

Modul 4
22
Prinsip Dasar Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
MATERI
PRINSIP DASAR
PENYELESAIAN
2 SENGKETA KONTRAK
KONSTRUKSI
MATERI 2 PRINSIP DASAR PENYELESAIAN SENGKETA
KONTRAK KONSTRUKSI

Indikator Keberhasilan
1. Peserta diklat dapat menjelaskan prinsip dasar penyelesaian sengketa
kontrak konstruksi.
2. Peserta diklat dapat menjelaskan pengertian tentang Alternatif
Penyelesaian Sengketa.
3. Peserta diklat dapat menyebutkan beberapa cara alternatif
penyelesaian sengketa.
4. Peserta diklat dapat menjelaskan pengertian mediasi, konsiliasi,
arbitrase dan dewan sengketa.

Dalam materi 2 ini, Anda akan dijelaskan tentang penyelesaian sengketa diluar pengadilan.
Tujuan umum diberikannya materi ini adalah agar Anda memiliki pemahaman dan
kemampuan untuk menjelaskan pengertian dari Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa (APS).

Sebagai catatan: hal-hal lain yang lebih mendalam mengenai arbitrase dapat Anda pelajari
pada modul 5,6, dan 7 yang secara khusus membahas materi tersebut. Materi 2 ini Anda
dapat mempelajari secara garis besar mengenai pengertian arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa (APS) khususnya yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 30
Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesian Sengketa (APS), tentang
pengaturan Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS), kelebihan dari Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa (APS), kekurangan dari Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa (APS).

Pembahasan berikutnya dalam modul ini terkait Ketentuan peraturan perundang-undangan


yang mengatur tentang penyelesaian sengketa konstruksi.
Beberapa peraturan yang mengatur tentang penyelesaian sengketa kontrak konstruksi
dijelaskan dalam tabel dibawah ini, silahkan Anda perhatikan dengan baik-baik
A Undang-Undang Nomer 2 tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi

1 Pasal 47 ayat (1) huruf h Kontrak kerja konstruksi paling sedikit harus mencakup
uraian mengenai “penyelesaian perselisihan, memuat

Modul 4
24
Prinsip Dasar Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
taat ketentuan tentang tata cara penyelisihan perselisihan
akibat ketidaksepakatan”.
2 Pasal 47 ayat (1) huruf p Kontrak kerja konstruksi paling sedikit harus mencakup
uraian mengenai pilihan penyelesaian sengketa
konstruksi
3 Pasal 60 ayat (1) Dalam hal penyelenggaraan Jasa Konstruksi tidak
memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan,
dan Keberlanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
59, Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa dapat
menjadi pihak yang bertanggung jawab terhadap
Kegagalan Bangunan.
4 Pasal 60 ayat (2) Kegagalan Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditetapkan oleh penilai ahli
5 Pasal 88 ayat (1) Sengketa yang terjadi dalam Kontrak Kerja Konstruksi
diselesaikan dengan prinsip dasar musyawarah untuk
mencapai kemufakatan.
6 Pasal 88 ayat (2) Dalam hal musyawarah para pihak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak dapat mencapai suatu
kemufakatan, para pihak menempuh tahapan upaya
penyelesaian sengketa yang tercantum dalam Kontrak
Kerja Konstruksi
7 Pasal 88 ayat (3) Dalam hal upaya penyelesaian sengketa tidak tercantum
dalam Kontrak Kerja Konstruksi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), para pihak yang bersengketa membuat
suatu persetujuan tertulis mengenai tata cara
penyelesaian sengketa yang akan dipilih
8 Pasal 88 ayat (4) Tahapan upaya penyelesaian sengketa sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) meliputi : (a) mediasi ; (b)
konsiliasi dan (c) arbitrase
9 Pasal 88 ayat (5) Selain upaya penyelesaian sengketa sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) huruf a dan huruf b, para pihak
dapat membentuk dewan sengketa.
10 Pasal 88 ayat (6) dalam hal upaya penyelesaian sengketa dilakukan
dengan membentuk dewan sengketa sebagaimana
dimaksud pada ayat (5), pemilihan keanggotaan dewan
sengketa dilaksanakan berdasarkan prinsip
profesionalitas dan tidak menjadi bagian dari salah satu
pihak
B Undang-Undang Nomer 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa Konstruksi
1 Pasal 1 ayat (10) Yang dimaksud dengan Alternatif Penyelesaian Sengketa
adalah lembaga penyelesaian sengketa melalui prosedur

Modul 4
25
Prinsip Dasar Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
yang disepakati para pihak yakni penyelesaian diluar
pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi,
konsiliasi atau penilaian ahli.
2 Pasal 52 Para pihak dalam suatu perjanjian berhak untuk
memohon pendapat yang mengikat dari lembaga
arbitrase atas hubungan hukum tertentu dari suatu
perjanjian. Pendapat Mengikat berarti sama dengan
binding opinion, selanjut nya disebut Opini Mengikat.
3 Pasal 53 Pasal 53 Terhadap pendapat yang mengikat
sebagaimana dimaksud dalam pasal 52 tidak dapat
dilakukan perlawanan
C Peraturan Pemerintah Nomer 29 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi
1 Pasal 47 Penyelenggaraan Jasa Konstruksi : “Penetapan besarnya
kerugian oleh Penilai Ahli (dalam penilaian kegagalan
bangunan) bersifat final dan mengikat”.
2 Pasal 49 Mengatur bahwa penyelesaian sengketa dalam
penyelenggaraan jasa konstruksi diluar pengadilan dapat
dilakukan dengan cara mediasi, konsiliasi atau arbitrase
(lembaga atau ad-hoc). Penyelesaian sengketa secara
mediasi atau konsiliasi dapat dibantu Penilai Ahli untuk
memberikan pertimbangan profesional aspek tertentu
sesuai kebutuhan

Prinsip musyawarah mufakat yang diatur dalam Pasal 88 ayat (1) Undang-Undang Nomor
2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi, merupakan prinsip dasar dalam penyelesaian
sengketa yang timbul dari Kontrak Kerja Konstruksi.

Frasa musyawarah untuk mufakat dapat diinterpretasikan sebagai langkah penanganan


perselisihan yang diakibatkan :

a. Ketidaksepakatan dalam hal pengertian ketentuan dalam kontrak kerja konstruksi


b. Ketidaksepakatan dalam hal penafsiran berbagai ketentuan dalam kontrak konstruksi
c. Ketidaksepakatan dalam hal pelaksanaan berbagai ketentuan dalam kontrak konstruksi
d. Ketidaksepakatan dalam hal ketentuan tentang tempat dan cara penyelesaian

Sehingga hasil yang dicapai dari prinsip musyawarah untuk mufakat adalah :

1. Antara pengguna jasa konstruksi dan penyedia jasa konstruksi mencapai kata sepakat
dalam hal mengartikan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam kontrak konstruksi
2. Antara pengguna jasa konstruksi dan penyedia jasa konstruksi mencapai kata sepakat
dalam hal menafsirkan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam kontrak konstruksi
3. Antara pengguna jasa konstruksi dan penyedia jasa konstruksi mencapai kata sepakat
dalam hal pelaksanaan ketentuan-ketentuan yang mengatur dan mengikat penyusunan
kontrak konstruksi

Modul 4
26
Prinsip Dasar Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
sengketa ditempuh melalui tahapan sebagai berikut : mediasi, konsiliasi dan arbitrase.

4. Jika penyelesaian sengketa tidak tercantum dalam kontrak kerja konstruksi, maka para
pihak yang bersengketa membuat tata cara penyelesaian yang dipilih.
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 mengatur dua bentuk alternatif penyelesaian
sengketa yaitu:
1. Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS) adalah lembaga penyelesaian sengketa atau
beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di
luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian
ahli.
2. Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum
yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak
yang bersengketa

EVALUASI MATERI 2

1. Sebutkan dasar pertimbangan dari pemerintah mengundangkan Undang-Undang


Nomer 2 Tahun 2017 ?
2. Apakah yang dimaksud dengan Alternatif Penyelesaian Sengketa menurut sesuai
Undang-Undang Nomer 30 tahun 1999 ?
3. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis Alternaif Penyelesaian Sengketa yang diatur dalam
Undang-Undang Nomer 30 tahun 1999 ?
4. Jelaskan pengertian di bawah ini !
a) Arbitrase
b) Dewan Sengketa

UMPAN BALIK
Cocokan jawaban anda dengan Kunci Jawaban, untuk mengetahui tingkat penguasaan
anda terhadap materi Modul

Hitunglah jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk
mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi modul 4.

Untuk latihan soal, setiap soal memiliki bobot nilai yang sama, yaitu 20/soal.

Evaluasi :

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:

90 – 100 % = baik sekali


80 – 89 % = baik
70 – 79 % = cukup
< 70 % = kurang
Bila anda dapat menjawab salah dua dari pertanyaan diatas, Anda dapat meneruskan ke
materi selanjutnya. Tetapi apabila belum bisa menjawab soal diatas, Anda harus
mengulangi materi modul 3, terutama bagian yang belum anda kuasai.

Modul 4
33
Prinsip Dasar Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
TINDAK LANJUT

Bila anda dapat menjawab salah dua dari pertanyaan diatas, Anda dapat meneruskan ke
materi selanjutnya. Tetapi apabila belum bisa menjawab soal diatas, Anda harus
mengulangi materi modul 4, terutama bagian yang belum anda kuasai.

Modul 4
34
Prinsip Dasar Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
RANGKUMAN

Mitigasi sengketa kontrak konstruksi adalah upaya pencegahan diperlukan agar tidak
terjadi sengketa kontrak konstruksi. Mitigasi dapat dilakukan dengan : Pihak-pihak yang
terkait mempelajari kontrak dengan sebaik-baiknya, memeriksa program kerja yang telah
disusun untuk pelaksanaan konstruksi, sebelum masa penawaran dan memilih tim
konstruksi yang kompeten
Mempelajari kontrak dengan sebaik-baiknya dapat dilakukan dengan mempelajari objek
Kontrak, subyek kontrak dan klausula dalam kontrak. Dalam dokumen kontrak objeknya
harus tertentu atau dapat ditentukan, diperbolehkan menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku, dan tidak bertentangan dengan undang-undang dan tata susila
serta menunjuk prestasi yang harus benar-benar riil agar benar-benar dapat dilaksanakan.
Subjek yang dimaksud adalah bukan hanya orang perorangan yang membuat kontrak,
termasuk juga badan hukum yang merupakan subjek hukum. Sedangkan Prinsip dan
Klausula dalam Kontrak yaitu untuk mencegah para pihak pembuat suatu kontrak terhindar
dari unsur-unsur yang dapat merugikan mereka sendiri.

EVALUASI MATERI 3

1) Pasal 47 Undang-Undang Nomer 2 Tahun 2017 mengatur tentang prasyarat


minimal yang harus diatur dalam dokumen kontrak konstruksi. Sebutkan syarat-
syarat minimal yang dimaksud!
2) Mitigasi sengketa konstruksi dapat dilakukan dengan melihat objek kontrak dan
subjek kontrak. Jelaskan maksud dari hal tersebut!
3) Dalam hukum kontrak dikenal beberapa asas yang berlaku. Sebutkan dua asas
hukum kontrak yang berlaku dan jelaskan !

UMPAN BALIK
Cocokan jawaban anda dengan Kunci Jawaban, untuk mengetahui tingkat penguasaan
anda terhadap materi Modul

Hitunglah jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk
mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi modul 3
Untuk latihan soal, setiap soal memiliki bobot nilai yang sama, yaitu 20/soal.
Evaluasi :
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai :
90 – 100 % = baik sekali
80 – 89 % = baik
70 – 79 % = cukup
< 70 % = kurang
Bila anda dapat menjawab salah dua dari pertanyaan diatas, Anda dapat meneruskan ke
materi selanjutnya. Tetapi apabila belum bisa menjawab soal diatas, Anda harus
mengulangi materi modul 4, terutama bagian yang belum anda kuasai.

Modul 4
42
Prinsip Dasar Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
Pekerjaan tambah kurang
Pada pelaksanaan proyek pekerjaan tambah kurang sering terjadi karena pekerjaan
tambah kurang melebihi standar.

EVALUASI MATERI 4

1. Apakah yang dimaksudkan dengan klaim


2. Dalam Klaim dikenal ada tiga jenis kategori, Sebutkan ketiga jenis kategori klaim
tersebut dan jelaskan
3. Apakah yang dimaksud dengan klaim dapat terjadi karena pekerjaan yang cacat ?
4. Jelaskan langkah-langkah persiapan dalam mengajukan klaim !

UMPAN BALIK
Cocokan jawaban anda dengan Kunci Jawaban, untuk mengetahui tingkat penguasaan
anda terhadap materi Modul
Hitunglah jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk
mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi modul 3
Untuk latihan soal, setiap soal memiliki bobot nilai yang sama, yaitu 20/soal.
Evaluasi :
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai :
90 – 100 % = baik sekali
80 – 89 % = baik
70 – 79 % = cukup
< 70 % = kurang
Bila anda dapat menjawab salah dua dari pertanyaan diatas, Anda dapat meneruskan ke
materi selanjutnya. Tetapi apabila belum bisa menjawab soal diatas, Anda harus
mengulangi materi modul 3, terutama bagian yang belum anda kuasai

Modul 4
49
Prinsip Dasar Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
KUNCI JAWABAN

KUNCI JAWABAN

EVALUASI 1

1. Perbedaaan pendapat; pertengkaran atau perbantahan bisa terjadi dalam setiap


kegiatan atau hubungan di antara para individu, antara individu dan lembaga (badan
hukum), maupun antar lembaga. Penyebab perbedaan pendapat antara lain yaitu,
kecuali :
Jawab :
C. Perebutan ;

2. Klaim apabila tidak terselesaikan akan berkembang menjadi sengketa. Apakah yang
menjadi penyebab dari klaim ?
Jawab :
A. Klaim dapat terjadi akibat adanya pelanggaran dan/atau tidak dipenuhinya
kewajiban-kewajiban masing-masing pihak yang tercantum dalam kontrak.

3. Istilah wanprestasi atau tidak terpenuhinya suatu prestasi dapat dipersamakan


sebagai sebuah kondisi :
Jawab :
A. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya;

4. Menurut undang-undang nomer 2 tahun 2017 upaya penyeslesaian sengketa


konstruksi dpt dilakukan melalui tahapan :
Jawab :
A. Mediasi, Konsiliasi ;abitrase

5. Yang dimaksud dengan Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah lembaga


penyelesaian sengketa melalui prosedur yang disepakati para pihak yakni
penyelesaian diluar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi
atau penilaian ahli diatur dalam pasal :
Jawab :
B. Pasal 1 ayat (10) Undang-Undang Nomer 2 tahun 1999

EVALUASI 2

1. Sebutkan dasar pertimbangan dari pemerintah mengundangkan Undang-


Undang Nomer 2 Tahun 2017 ?
a. Sektor jasa konstruksi merupakan kegiatan masyarakat yang berfungsi sebagai
pendukung atau prasarana aktivitas sosial ekonomi kemasyarakatan guna
mendukung terwujudnya pembangunan nasional.
b. Penyelenggaraan jasa konstruksi harus menjamin ketertiban dan kepastian

Modul 4
52
Prinsip Dasar Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
hukum.
c. Undang-Undang nomer 18 tahun 1999 tentang jasa Konstruksi belum dapat
memenuhi tuntutan kebutuhan tata kelola yang baik dan dinamika
perkembangan penyelenggaraan jasa konstruksi

2. Apakah yang dimaksud dengan Alternatif Penyelesaian Sengketa menurut


sesuai Undang-Undang Nomer 30 tahun 1999 ?
Alternatif penyelesaian sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda
pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar
pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli

3. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis Alternaif Penyelesaian Sengketa yang diatur


dalam Undang-Undang Nomer 30 tahun 1999 ?
Yang dimaksudkan dengan pengertian tersebut adalah :
1. Konsultasi
Cara untuk mencari penyelesaian masalah melalui diskusi (musyawarah)
secara langsung antara pihak-pihak yang bersengketa yang hasilnya diterima
oleh para pihak tersebut. Dari pengertian tersebut, Anda dapat merasakan
bahwa negosiasi tampak lebih sebagai suatu seni untuk mencapai
kesepakatan daripada ilmu pengetahuan yang dapat dipelajari.
Dalam praktik, negosiasi dilakukan karena 2 (dua) alasan, yaitu :
(a) untuk mencari sesuatu yang baru yang tidak dapat dilakukannya sendiri,
misalnya dalam transaksi jual beli, pihak penjual, dan pembeli saling
memerlukan untuk menentukan harga (di sini tidak terjadi sengketa); dan
(b) untuk memecahkan perselisihan atau sengketa yang timbul di antara par
pihak.
2. Negosiasi
Negosiasi adalah mirip dengan perdamaian sebagaimana diatur dalam Pasal
1851 s/d 1864 KUH Perdata, dimana perdamaian itu adalah suatu persetujuan
dengan mana kedua belah pihak, dengan menyerahkan, menjanjikan atau
menahan suatu barang, mengakhiri suatu perkara yang sedang bergantung
atau mencegah timbulnya suatu perkara. Persetujuan mana harus dibuat
secara tertulis dengan ancaman tidak sah. Namun ada beberapa hal yang
membedakan, yaitu: Pada negosiasi diberikan tenggang waktu penyelesaian
paling lama 14 hari, dan penyelesaian sengketa tersebut harus dilakukan
dalam bentuk pertemuan langsung oleh dan diantara para pihak yang
bersengketa. pertemuan langsung oleh dan diantara para pihak yang
bersengketa.
Perbedaan lain adalah bahwa negosiasi merupakan salah satu lembaga
alternatif penyelesaian sengketa yang dilaksanakan di luar pengadilan,
sedangkan perdamaian dapat dilakukan baik sebelum proses persidangan
pengadilan dilakukan maupun setelah sidang peradilan dilaksanakan, baik di
dalam maupun di luar pengadilan.
3. Mediasi
Mediasi merupakan cara penyelesaian masalah melalui seorang penengah
atau yang biasa disebut mediator, yang ditunjuk oleh para pihak. Mediator
tidak memutuskan sengketa tetapi membimbing para pihak dalam berunding
Modul 4
53
Prinsip Dasar Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
mencari suatu penyelesaian. Tidak ada aturan baku mengenai hal ini, tidak
ada pula peraturan perundang-undangan yang mengatur tata cara, batas
waktu, biaya dan sebagainya. Cara ini sesungguhnya sangat baik, cepat,
mudah tanpa diketahui oleh pihak lain asalkan dilandasi itikad baik.
4. Konsiliasi
Konsiliasi adalah suatu penyelesaian di mana para pihak berupaya aktif
mencari penyelesaian dengan bantuan pihak ke tiga. Konsiliasi diperlukan
apabila para pihak yang bersengketa tidak mampu menyelesaikan sendiri
perselisihannya. Hal ini menyebabkan istilah konsiliasi sering diartikan sama
dengan mediasi, padahal penyelesaian sengketa dengan konsiliasi lebih
mengacu kepada cara penyelesaian sengketa melalui konsensus di antara
para pihak, sedangkan pihak ke tiga hanya bertindak netral, berperan secara
aktif maupun tidak aktif.
5. Penilaian Ahli
Pasal 25 (3) Undang-Undang Nomer 18 tahun 1999 : Menetapkan bahwa
kegagalan bangunan ditetapkan oleh pihak ketiga selaku penilai ahli.
Penetapan kegagalan hasil pekerjaan konstruksi oleh pihak ketiga sebagai
penilai ahli dimaksudkan untuk menjaga objektifitas dalam penilaian/dan
penetapan suatu kegagalan hasil pekerjaan konstruksi.
Penilai ahli terdiri dari orang perseorangan, atau kelompok orang, atau
lembaga yang disepakati para pihak, yang bersifat independen dan mampu
memberika penilaian secara objektif dan profesional.

4. Jelaskan pengertian di bawah ini !


a) Arbitrase
Adapun yang dimaksud dengan arbitrase adalah suatu bentuk lain dari proses
ajudikasi privat. Penyelesaian melalui arbitrase umumnya dipilih untuk sengketa
kontraktual, baik yang bersifat sederhana maupun kompleks
b) Dewan Sengketa
Menurut Sarwono Hardjomuljadi dalam kontrak konstruksi seringkali terjadi
Perbedaan pendapat dari para pihak dalam menginterpretasikan dokumen
kontrak seringkali berkembang menjadi sengketa yang serius. Jika para pihak
gagal menyelesaikan sengketa melalui negosiasi, mereka dapat maju ke
arbitrase atau litigasi (pengadilan).

Modul 4
54
Prinsip Dasar Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
EVALUASI 3

1) Pasal 47 Undang-Undang Nomer 2 Tahun 2017 mengatur tentang prasyarat


minimal yang harus diatur dalam dokumen kontrak konstruksi. Sebutkan syarat-
syarat minimal yang dimaksud!
Dalam dokumen kontrak yang dipersyaratkan oleh pasal 47 ayat (1) Undang-Undang
Nomer 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi menyebutkan bahwa dokumen kontrak
konstruksi paling sedikit harus mencakup :
a. para pihak, memuat secara jelas identitas para pihak
b. para pihak, memuat secara jelas identitas para pihak harga satuan, lumsum, dan
batasan waktu pelaksanaan
c. masa pertanggungan, memuat tentang jangka waktu pelaksanaan dan
pemeliharaan yang menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa
d. hak dan kewajiban yang setara, memuat hak Pengguna Jasa untuk memperoleh
hasil Jasa Konstruksi dan kewajibannya untuk memenuhi ketentuan yang
diperjanjikan, serta hak Penyedia Jasa untuk memperoleh informasi dan imbalan
jasa serta kewajibannya melaksanakan layanan Jasa Konstruksi
e. penggunaan tenaga kerja konstruksi, memuat kewajiban mempekerjakan tenaga
kerja konstruksi bersertifikat
f. cara pembayaran, memuat ketentuan tentang kewajiban Pengguna Jasa dalam
melakukan pembayaran hasil layanan Jasa Konstruksi, termasuk di dalamnya
jaminan atas pembayaran
g. wanprestasi, memuat ketentuan tentang tanggung jawab dalam hal salah satu
pihak tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana diperjanjikan
h. penyelesaian perselisihan, memuat ketentuan tentang tata cara penyelesaian
perselisihan akibat ketidaksepakatan
i. pemutusan Kontrak Kerja Konstruksi, memuat ketentuan tentang pemutusan
Kontrak Kerja Konstruksi yang timbul akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban
salah satu pihak
j. keadaan memaksa, memuat ketentuan tentang kejadian yang timbul di luar
kemauan dan kemampuan para pihak yang menimbulkan kerugian bagi salah
satu pihak
k. Kegagalan Bangunan, memuat ketentuan tentang kewajiban Penyedia Jasa
dan/atau Pengguna Jasa atas Kegagalan Bangunan dan jangka waktu
pertanggungjawaban Kegagalan Bangunan
l. perlindungan terhadap pihak ketiga selain para pihak dan pekerja, memuat
kewajiban para pihak dalam hal terjadi suatu peristiwa yang menimbulkan
kerugian atau menyebabkan kecelakaan dan/atau kematian
m. aspek lingkungan, memuat kewajiban para pihak dalam pemenuhan ketentuan
tentang lingkungan
n. jaminan atas risiko yang timbul dan tanggung jawab hukum kepada pihak lain
dalam pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi atau akibat dari Kegagalan Bangunan;
dan
o. pilihan penyelesaian sengketa konstruksi

Modul 4
55
Prinsip Dasar Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
2) Mitigasi sengketa konstruksi dapat dilakukan dengan melihat objek kontrak dan
subjek kontrak. Jelaskan maksud dari hal tersebut !
1. Objek Kontrak.
Objek dalam suatu kontrak harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu objeknya
harus tertentu atau dapat ditentukan, diperbolehkan menurut peraturan perundang-
undangan yangberlaku, dan tidak bertentangan dengan undang-undang dan tata
susila. Sementara itu, prestasinya harus benar-benar riil agar benar-benar dapat
dilaksanakan.
2. Subjek Kontrak.
Pada praktek sehari-hari, dalam kontrak yang menjadi subjek adalah bukan hanya
orang perorangan yang membuat kontrak, termasuk juga badan hukum yang
merupakan subjek hukum. Hal ini ditegaskan oleh Salim HS, yang mendefinisikan
kontrak adalah : “Hubungan hukum antara subjek hukum yang satu dengan subjek
hukum yang lain dalam bidang harta kekayaan, di mana subjek hukum yang satu
berhak atas prestasi dan begitu juga subjek hukum yang lain berkewajiban untuk
melaksanakan prestasinya sesuai dengan yang telah disepakatinya. ” Dalam
mengadakan suatu kontrak, setiap subjek hukum harus memenuhi suatu kondisi
tertentu agar dapat mengikat para pihak yang membuatnya. Jika subjek hukumnya
adalah “orang”, maka orang tersebut harus sudah dewasa, namun jika subjeknya
“badan hukum” harus memenuhi syarat formal suatu badan hukum. Sehingga
kedua jenis subjek hukum tersebut memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam
melakukan kontrak

3) Dalam hukum kontrak dikenal beberapa asas yang berlaku. Sebutkan dua asas
hukum kontrak yang berlaku dan jelaskan !
a. Asas kebebasan berkontrak
Asas kebebasan berkontrak adalah, bahwa setiap orang bebas mengadakan suatu
kontrak apa saja, baik yang sudah diatur maupun yang belum diatur dalam
undang-undang. Asas kebebasan berkontrak di sini tidak berarti bahwa tidak ada
batasannya sama sekali, melainkan kebebasan seseorang dalam membuat kontrak
tersebut hanya sejauh kontrak yang dibuatnya itu tidak bertentangan dengan
kesusilaan, ketertiban umum dan undang-undang sebagaimana di sebut dalam
Pasal 1337 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Asas kebebasan berkontrak ini
di atur dalam Pasal 1338 KUHPerdata yang dirumuskan :
1. Semua persetujuan yang di buat secara sah berlaku sebagai undang-undang
bagi mereka yang membuatnya.
2. Persetujuan itu tidak dapat di tarik kembali selain dengan sepakat kedua belah
pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup
untuk itu.
3. Persetujuan- persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik.
b. Asas kekuatan mengikat (Pacta Sunt Servanda)
Sesuai dengan Pasal 1338 ayat (1) dan (2) KUHPerdata, pada dasarnya setiap
kontrak adalah mengikat sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya,
tidak boleh di ubah dengan jalan dan cara apapun, kecuali atas persetujuan kedua
belah pihak. Kekuatan mengikat kontrak ini dimulai sejak saat dipenuhinya syarat
sahnya kontrak berarti sejak saat itu pihak-pihak harus memenuhi apa yang
diperjanjikan. Mengikat sebagai undang-undang berarti pelanggaran terhadap

Modul 4
56
Prinsip Dasar Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
kontrak tersebut berakibat hukum sama dengan melanggar undang-undang. Demi
kepastian hukum, Pacta Sunt Servanda tidak dapat berubah kecuali kalau ada
resiko perdagangan yang merupakan “act of god” (keadaan memaksa) atau kalau
di tanggung oleh salah satu pihak.
c. Asas itikad baik
Setiap orang yang membuat suatu kontrak harus dilaksanakan dengan itikad baik.
Itikad baik dapat dibedakan antara itikad baik subjektif dengan itikad baik yang
objektif.
(i) Itikad baik subjektif adalah kejujuran seseorang yang terletak pada sikap
batin pada waktu mengadakan perbuatan hukum. sedangkan
(ii) itikad baik objektif adalah terletak pada norma atau kepatutan atau apa yang
dirasakan sesuai dan patut dalam masyarakat.
d. Asas konsensualitas (kesepakatan)
Suatu kontrak timbul apabila telah ada consensus atau persesuaian kehendak
antara para pihak, maksud dari asas ini adalah bahwa suatu kontrak hanya cukup
ada satu kata sepakat dari mereka yang membuat kontrak itu tanpa diikuti dengan
perbuatan hukum lain kecuali kontrak yang bersifat formil.

EVALUASI 4

2. Apakah yang dimaksudkan dengan klaim


Menurut Sarwono dirumuskan sebagai suatu keadaan yang menempatkan suatu
pihak yang ingin memaksakan kehendaknya kepada pihak yang lain yang
menentang kehendak tersebut dan mengadakan perlawanan. Jadi sebenarnya
sengketa dapat terjadi karena adanya perbedaan persepsi tentang sah atau tidaknya
suatu klaim konstruksi dan/atau jumlah klaim tersebut.

3. Dalam Klaim dikenal ada tiga jenis kategori, Sebutkan ketiga jenis kategori klaim
tersebut dan jelaskan
Menurut N. H Yasin klaim dapat dikategorikan dalam 3 (tiga) hal, yaitu :
(1) dari pengguna jasa terhadap penyedia jasa, seperti pengurangan nilai kontrak,
percepatan waktu penyelesaian pekerjaan, dan kompensasi atas kelalaian
penyedia jasa,
(2) dari penyedia jasa terhadap pengguna jasa, seperti tambahan waktu pelaksanaan
pekerjaan, tambahan kompensasi, dan tambahan konsesi atas pengurangan
spesifikasi teknis atau bahan, dan
(3) dari sub penyedia jasa atau pemasok bahan terhadap penyedia jasa utama

4. Apakah yang dimaksud dengan klaim dapat terjadi karena pekerjaan yang cacat
?
Yang dimaksud dengan pekerjaan yang cacat adalah para pengguna jasa yang tidak
puas dengan apa yang dihasilkan penyedia jasa dapat mengajukan klaim atas
kerugian termasuk biaya perubahan, penggantian atau pembongkaran pekerjaan yang
cacat. Dalam banyak kejadian, pekerjaan yang tidak diselesaikan sesuai dengan
spesifikasi yang disebut dalam kontrak atau hal lain yang tidak cocok dengan maksud
yang ditetapkan. Kadang-kadang barang-barang atau jasa yang diminta tidak sesuai
dengan garansi/jaminan yang diberikan penyedia jasa atau pemasok bahan.

Modul 4
57
Prinsip Dasar Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
5. Jelaskan langkah-langkah persiapan dalam mengajukan klaim !
Persiapan pengajuan klaim yaitu : Klaim yang diajukan harus logis dan memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a. Pada bagian awal ditetapkan secara detail, pihak-pihak yang terkait, tanggal
terjadinya peristiwa dan informasi yang sesuai.
b. Penjelasan peristiwa penyebab klaim dan akibatnya
c. Analisa fakta-fakta yang terjadi di lapangan yang menjadi dasar klaim, disertai
dengan referensi dan pasal-pasal yang tercantum dalam kontrak
d. Perhitungan dampak biaya berdasarkan rincian biaya aktual langsung dan tidak
langsung
e. Penentuan klaim yang menuntut tambahan waktu berdasarkan analisis lintasan
waktu kritis dan non kritis

Modul 4
58
Prinsip Dasar Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi

Anda mungkin juga menyukai