.
LATIHAN 1
Modul 4
12
Prinsip Dasar Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
RANGKUMAN
Pada dasarnya tidak seorang pun menghendaki terjadinya sengketa dengan orang lain.
Tetapi dalam hubungan antar manusia atau kegiatan bisnis, masing-masing pihak harus
selalu siap mengantisipasi kemungkinan timbulnya sengketa yang dapat terjadi setiap saat
di kemudian hari.
Sengketa kontrak konstruksi secara sederhana dapat dijelaskan sebagai sengketa yang
terjadi akibat hukum dari penyelenggaraan layanan jasa konstruksi antara pengguna
layanan jasa dan penyedia layanan jasa yang disebabkan karena tidak terpenuhinya
suatu prestasi oleh salah satu pihak kepada pihak lain seperti yang diperjanjikan dalam
dokumen kontrak kerja konstruksi.
Modul 4
20
Prinsip Dasar Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
EVALUASI MATERI 1
2. Klaim apabila tidak terselesaikan akan berkembang menjadi sengketa. Apakah yang
menjadi penyebab dari klaim ?
Jawab :
A. Klaim dapat terjadi akibat adanya pelanggaran dan/atau tidak dipenuhinya
kewajiban-kewajiban masing-masing pihak yang tercantum dalam kontrak.
B. Perbedaan pendapat
C. Pertikaian
D. Perselisihan
Modul 4
22
Prinsip Dasar Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
MATERI
PRINSIP DASAR
PENYELESAIAN
2 SENGKETA KONTRAK
KONSTRUKSI
MATERI 2 PRINSIP DASAR PENYELESAIAN SENGKETA
KONTRAK KONSTRUKSI
Indikator Keberhasilan
1. Peserta diklat dapat menjelaskan prinsip dasar penyelesaian sengketa
kontrak konstruksi.
2. Peserta diklat dapat menjelaskan pengertian tentang Alternatif
Penyelesaian Sengketa.
3. Peserta diklat dapat menyebutkan beberapa cara alternatif
penyelesaian sengketa.
4. Peserta diklat dapat menjelaskan pengertian mediasi, konsiliasi,
arbitrase dan dewan sengketa.
Dalam materi 2 ini, Anda akan dijelaskan tentang penyelesaian sengketa diluar pengadilan.
Tujuan umum diberikannya materi ini adalah agar Anda memiliki pemahaman dan
kemampuan untuk menjelaskan pengertian dari Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa (APS).
Sebagai catatan: hal-hal lain yang lebih mendalam mengenai arbitrase dapat Anda pelajari
pada modul 5,6, dan 7 yang secara khusus membahas materi tersebut. Materi 2 ini Anda
dapat mempelajari secara garis besar mengenai pengertian arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa (APS) khususnya yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 30
Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesian Sengketa (APS), tentang
pengaturan Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS), kelebihan dari Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa (APS), kekurangan dari Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa (APS).
1 Pasal 47 ayat (1) huruf h Kontrak kerja konstruksi paling sedikit harus mencakup
uraian mengenai “penyelesaian perselisihan, memuat
Modul 4
24
Prinsip Dasar Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
taat ketentuan tentang tata cara penyelisihan perselisihan
akibat ketidaksepakatan”.
2 Pasal 47 ayat (1) huruf p Kontrak kerja konstruksi paling sedikit harus mencakup
uraian mengenai pilihan penyelesaian sengketa
konstruksi
3 Pasal 60 ayat (1) Dalam hal penyelenggaraan Jasa Konstruksi tidak
memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan,
dan Keberlanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
59, Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa dapat
menjadi pihak yang bertanggung jawab terhadap
Kegagalan Bangunan.
4 Pasal 60 ayat (2) Kegagalan Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditetapkan oleh penilai ahli
5 Pasal 88 ayat (1) Sengketa yang terjadi dalam Kontrak Kerja Konstruksi
diselesaikan dengan prinsip dasar musyawarah untuk
mencapai kemufakatan.
6 Pasal 88 ayat (2) Dalam hal musyawarah para pihak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak dapat mencapai suatu
kemufakatan, para pihak menempuh tahapan upaya
penyelesaian sengketa yang tercantum dalam Kontrak
Kerja Konstruksi
7 Pasal 88 ayat (3) Dalam hal upaya penyelesaian sengketa tidak tercantum
dalam Kontrak Kerja Konstruksi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), para pihak yang bersengketa membuat
suatu persetujuan tertulis mengenai tata cara
penyelesaian sengketa yang akan dipilih
8 Pasal 88 ayat (4) Tahapan upaya penyelesaian sengketa sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) meliputi : (a) mediasi ; (b)
konsiliasi dan (c) arbitrase
9 Pasal 88 ayat (5) Selain upaya penyelesaian sengketa sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) huruf a dan huruf b, para pihak
dapat membentuk dewan sengketa.
10 Pasal 88 ayat (6) dalam hal upaya penyelesaian sengketa dilakukan
dengan membentuk dewan sengketa sebagaimana
dimaksud pada ayat (5), pemilihan keanggotaan dewan
sengketa dilaksanakan berdasarkan prinsip
profesionalitas dan tidak menjadi bagian dari salah satu
pihak
B Undang-Undang Nomer 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa Konstruksi
1 Pasal 1 ayat (10) Yang dimaksud dengan Alternatif Penyelesaian Sengketa
adalah lembaga penyelesaian sengketa melalui prosedur
Modul 4
25
Prinsip Dasar Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
yang disepakati para pihak yakni penyelesaian diluar
pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi,
konsiliasi atau penilaian ahli.
2 Pasal 52 Para pihak dalam suatu perjanjian berhak untuk
memohon pendapat yang mengikat dari lembaga
arbitrase atas hubungan hukum tertentu dari suatu
perjanjian. Pendapat Mengikat berarti sama dengan
binding opinion, selanjut nya disebut Opini Mengikat.
3 Pasal 53 Pasal 53 Terhadap pendapat yang mengikat
sebagaimana dimaksud dalam pasal 52 tidak dapat
dilakukan perlawanan
C Peraturan Pemerintah Nomer 29 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi
1 Pasal 47 Penyelenggaraan Jasa Konstruksi : “Penetapan besarnya
kerugian oleh Penilai Ahli (dalam penilaian kegagalan
bangunan) bersifat final dan mengikat”.
2 Pasal 49 Mengatur bahwa penyelesaian sengketa dalam
penyelenggaraan jasa konstruksi diluar pengadilan dapat
dilakukan dengan cara mediasi, konsiliasi atau arbitrase
(lembaga atau ad-hoc). Penyelesaian sengketa secara
mediasi atau konsiliasi dapat dibantu Penilai Ahli untuk
memberikan pertimbangan profesional aspek tertentu
sesuai kebutuhan
Prinsip musyawarah mufakat yang diatur dalam Pasal 88 ayat (1) Undang-Undang Nomor
2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi, merupakan prinsip dasar dalam penyelesaian
sengketa yang timbul dari Kontrak Kerja Konstruksi.
Sehingga hasil yang dicapai dari prinsip musyawarah untuk mufakat adalah :
1. Antara pengguna jasa konstruksi dan penyedia jasa konstruksi mencapai kata sepakat
dalam hal mengartikan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam kontrak konstruksi
2. Antara pengguna jasa konstruksi dan penyedia jasa konstruksi mencapai kata sepakat
dalam hal menafsirkan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam kontrak konstruksi
3. Antara pengguna jasa konstruksi dan penyedia jasa konstruksi mencapai kata sepakat
dalam hal pelaksanaan ketentuan-ketentuan yang mengatur dan mengikat penyusunan
kontrak konstruksi
Modul 4
26
Prinsip Dasar Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
sengketa ditempuh melalui tahapan sebagai berikut : mediasi, konsiliasi dan arbitrase.
4. Jika penyelesaian sengketa tidak tercantum dalam kontrak kerja konstruksi, maka para
pihak yang bersengketa membuat tata cara penyelesaian yang dipilih.
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 mengatur dua bentuk alternatif penyelesaian
sengketa yaitu:
1. Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS) adalah lembaga penyelesaian sengketa atau
beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di
luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian
ahli.
2. Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum
yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak
yang bersengketa
EVALUASI MATERI 2
UMPAN BALIK
Cocokan jawaban anda dengan Kunci Jawaban, untuk mengetahui tingkat penguasaan
anda terhadap materi Modul
Hitunglah jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk
mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi modul 4.
Untuk latihan soal, setiap soal memiliki bobot nilai yang sama, yaitu 20/soal.
Evaluasi :
Modul 4
33
Prinsip Dasar Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
TINDAK LANJUT
Bila anda dapat menjawab salah dua dari pertanyaan diatas, Anda dapat meneruskan ke
materi selanjutnya. Tetapi apabila belum bisa menjawab soal diatas, Anda harus
mengulangi materi modul 4, terutama bagian yang belum anda kuasai.
Modul 4
34
Prinsip Dasar Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
RANGKUMAN
Mitigasi sengketa kontrak konstruksi adalah upaya pencegahan diperlukan agar tidak
terjadi sengketa kontrak konstruksi. Mitigasi dapat dilakukan dengan : Pihak-pihak yang
terkait mempelajari kontrak dengan sebaik-baiknya, memeriksa program kerja yang telah
disusun untuk pelaksanaan konstruksi, sebelum masa penawaran dan memilih tim
konstruksi yang kompeten
Mempelajari kontrak dengan sebaik-baiknya dapat dilakukan dengan mempelajari objek
Kontrak, subyek kontrak dan klausula dalam kontrak. Dalam dokumen kontrak objeknya
harus tertentu atau dapat ditentukan, diperbolehkan menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku, dan tidak bertentangan dengan undang-undang dan tata susila
serta menunjuk prestasi yang harus benar-benar riil agar benar-benar dapat dilaksanakan.
Subjek yang dimaksud adalah bukan hanya orang perorangan yang membuat kontrak,
termasuk juga badan hukum yang merupakan subjek hukum. Sedangkan Prinsip dan
Klausula dalam Kontrak yaitu untuk mencegah para pihak pembuat suatu kontrak terhindar
dari unsur-unsur yang dapat merugikan mereka sendiri.
EVALUASI MATERI 3
UMPAN BALIK
Cocokan jawaban anda dengan Kunci Jawaban, untuk mengetahui tingkat penguasaan
anda terhadap materi Modul
Hitunglah jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk
mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi modul 3
Untuk latihan soal, setiap soal memiliki bobot nilai yang sama, yaitu 20/soal.
Evaluasi :
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai :
90 – 100 % = baik sekali
80 – 89 % = baik
70 – 79 % = cukup
< 70 % = kurang
Bila anda dapat menjawab salah dua dari pertanyaan diatas, Anda dapat meneruskan ke
materi selanjutnya. Tetapi apabila belum bisa menjawab soal diatas, Anda harus
mengulangi materi modul 4, terutama bagian yang belum anda kuasai.
Modul 4
42
Prinsip Dasar Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
Pekerjaan tambah kurang
Pada pelaksanaan proyek pekerjaan tambah kurang sering terjadi karena pekerjaan
tambah kurang melebihi standar.
EVALUASI MATERI 4
UMPAN BALIK
Cocokan jawaban anda dengan Kunci Jawaban, untuk mengetahui tingkat penguasaan
anda terhadap materi Modul
Hitunglah jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk
mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi modul 3
Untuk latihan soal, setiap soal memiliki bobot nilai yang sama, yaitu 20/soal.
Evaluasi :
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai :
90 – 100 % = baik sekali
80 – 89 % = baik
70 – 79 % = cukup
< 70 % = kurang
Bila anda dapat menjawab salah dua dari pertanyaan diatas, Anda dapat meneruskan ke
materi selanjutnya. Tetapi apabila belum bisa menjawab soal diatas, Anda harus
mengulangi materi modul 3, terutama bagian yang belum anda kuasai
Modul 4
49
Prinsip Dasar Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
KUNCI JAWABAN
KUNCI JAWABAN
EVALUASI 1
2. Klaim apabila tidak terselesaikan akan berkembang menjadi sengketa. Apakah yang
menjadi penyebab dari klaim ?
Jawab :
A. Klaim dapat terjadi akibat adanya pelanggaran dan/atau tidak dipenuhinya
kewajiban-kewajiban masing-masing pihak yang tercantum dalam kontrak.
EVALUASI 2
Modul 4
52
Prinsip Dasar Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
hukum.
c. Undang-Undang nomer 18 tahun 1999 tentang jasa Konstruksi belum dapat
memenuhi tuntutan kebutuhan tata kelola yang baik dan dinamika
perkembangan penyelenggaraan jasa konstruksi
Modul 4
54
Prinsip Dasar Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
EVALUASI 3
Modul 4
55
Prinsip Dasar Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
2) Mitigasi sengketa konstruksi dapat dilakukan dengan melihat objek kontrak dan
subjek kontrak. Jelaskan maksud dari hal tersebut !
1. Objek Kontrak.
Objek dalam suatu kontrak harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu objeknya
harus tertentu atau dapat ditentukan, diperbolehkan menurut peraturan perundang-
undangan yangberlaku, dan tidak bertentangan dengan undang-undang dan tata
susila. Sementara itu, prestasinya harus benar-benar riil agar benar-benar dapat
dilaksanakan.
2. Subjek Kontrak.
Pada praktek sehari-hari, dalam kontrak yang menjadi subjek adalah bukan hanya
orang perorangan yang membuat kontrak, termasuk juga badan hukum yang
merupakan subjek hukum. Hal ini ditegaskan oleh Salim HS, yang mendefinisikan
kontrak adalah : “Hubungan hukum antara subjek hukum yang satu dengan subjek
hukum yang lain dalam bidang harta kekayaan, di mana subjek hukum yang satu
berhak atas prestasi dan begitu juga subjek hukum yang lain berkewajiban untuk
melaksanakan prestasinya sesuai dengan yang telah disepakatinya. ” Dalam
mengadakan suatu kontrak, setiap subjek hukum harus memenuhi suatu kondisi
tertentu agar dapat mengikat para pihak yang membuatnya. Jika subjek hukumnya
adalah “orang”, maka orang tersebut harus sudah dewasa, namun jika subjeknya
“badan hukum” harus memenuhi syarat formal suatu badan hukum. Sehingga
kedua jenis subjek hukum tersebut memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam
melakukan kontrak
3) Dalam hukum kontrak dikenal beberapa asas yang berlaku. Sebutkan dua asas
hukum kontrak yang berlaku dan jelaskan !
a. Asas kebebasan berkontrak
Asas kebebasan berkontrak adalah, bahwa setiap orang bebas mengadakan suatu
kontrak apa saja, baik yang sudah diatur maupun yang belum diatur dalam
undang-undang. Asas kebebasan berkontrak di sini tidak berarti bahwa tidak ada
batasannya sama sekali, melainkan kebebasan seseorang dalam membuat kontrak
tersebut hanya sejauh kontrak yang dibuatnya itu tidak bertentangan dengan
kesusilaan, ketertiban umum dan undang-undang sebagaimana di sebut dalam
Pasal 1337 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Asas kebebasan berkontrak ini
di atur dalam Pasal 1338 KUHPerdata yang dirumuskan :
1. Semua persetujuan yang di buat secara sah berlaku sebagai undang-undang
bagi mereka yang membuatnya.
2. Persetujuan itu tidak dapat di tarik kembali selain dengan sepakat kedua belah
pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup
untuk itu.
3. Persetujuan- persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik.
b. Asas kekuatan mengikat (Pacta Sunt Servanda)
Sesuai dengan Pasal 1338 ayat (1) dan (2) KUHPerdata, pada dasarnya setiap
kontrak adalah mengikat sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya,
tidak boleh di ubah dengan jalan dan cara apapun, kecuali atas persetujuan kedua
belah pihak. Kekuatan mengikat kontrak ini dimulai sejak saat dipenuhinya syarat
sahnya kontrak berarti sejak saat itu pihak-pihak harus memenuhi apa yang
diperjanjikan. Mengikat sebagai undang-undang berarti pelanggaran terhadap
Modul 4
56
Prinsip Dasar Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
kontrak tersebut berakibat hukum sama dengan melanggar undang-undang. Demi
kepastian hukum, Pacta Sunt Servanda tidak dapat berubah kecuali kalau ada
resiko perdagangan yang merupakan “act of god” (keadaan memaksa) atau kalau
di tanggung oleh salah satu pihak.
c. Asas itikad baik
Setiap orang yang membuat suatu kontrak harus dilaksanakan dengan itikad baik.
Itikad baik dapat dibedakan antara itikad baik subjektif dengan itikad baik yang
objektif.
(i) Itikad baik subjektif adalah kejujuran seseorang yang terletak pada sikap
batin pada waktu mengadakan perbuatan hukum. sedangkan
(ii) itikad baik objektif adalah terletak pada norma atau kepatutan atau apa yang
dirasakan sesuai dan patut dalam masyarakat.
d. Asas konsensualitas (kesepakatan)
Suatu kontrak timbul apabila telah ada consensus atau persesuaian kehendak
antara para pihak, maksud dari asas ini adalah bahwa suatu kontrak hanya cukup
ada satu kata sepakat dari mereka yang membuat kontrak itu tanpa diikuti dengan
perbuatan hukum lain kecuali kontrak yang bersifat formil.
EVALUASI 4
3. Dalam Klaim dikenal ada tiga jenis kategori, Sebutkan ketiga jenis kategori klaim
tersebut dan jelaskan
Menurut N. H Yasin klaim dapat dikategorikan dalam 3 (tiga) hal, yaitu :
(1) dari pengguna jasa terhadap penyedia jasa, seperti pengurangan nilai kontrak,
percepatan waktu penyelesaian pekerjaan, dan kompensasi atas kelalaian
penyedia jasa,
(2) dari penyedia jasa terhadap pengguna jasa, seperti tambahan waktu pelaksanaan
pekerjaan, tambahan kompensasi, dan tambahan konsesi atas pengurangan
spesifikasi teknis atau bahan, dan
(3) dari sub penyedia jasa atau pemasok bahan terhadap penyedia jasa utama
4. Apakah yang dimaksud dengan klaim dapat terjadi karena pekerjaan yang cacat
?
Yang dimaksud dengan pekerjaan yang cacat adalah para pengguna jasa yang tidak
puas dengan apa yang dihasilkan penyedia jasa dapat mengajukan klaim atas
kerugian termasuk biaya perubahan, penggantian atau pembongkaran pekerjaan yang
cacat. Dalam banyak kejadian, pekerjaan yang tidak diselesaikan sesuai dengan
spesifikasi yang disebut dalam kontrak atau hal lain yang tidak cocok dengan maksud
yang ditetapkan. Kadang-kadang barang-barang atau jasa yang diminta tidak sesuai
dengan garansi/jaminan yang diberikan penyedia jasa atau pemasok bahan.
Modul 4
57
Prinsip Dasar Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
5. Jelaskan langkah-langkah persiapan dalam mengajukan klaim !
Persiapan pengajuan klaim yaitu : Klaim yang diajukan harus logis dan memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a. Pada bagian awal ditetapkan secara detail, pihak-pihak yang terkait, tanggal
terjadinya peristiwa dan informasi yang sesuai.
b. Penjelasan peristiwa penyebab klaim dan akibatnya
c. Analisa fakta-fakta yang terjadi di lapangan yang menjadi dasar klaim, disertai
dengan referensi dan pasal-pasal yang tercantum dalam kontrak
d. Perhitungan dampak biaya berdasarkan rincian biaya aktual langsung dan tidak
langsung
e. Penentuan klaim yang menuntut tambahan waktu berdasarkan analisis lintasan
waktu kritis dan non kritis
Modul 4
58
Prinsip Dasar Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi