KETIDAKRATAAN JALAN
Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan ikat yang digunakan
untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai antara lain adalah batu pecah, batu
belah, batu kali dan hasil samping peleburan baja. Sedangkan bahan ikat yang dipakai antara
beton dengan atau tanpa tulangan diletakkan diatas tanah dasat dengan atau
tanpa lapis pondasi bawah. Beban lalu lintas sebagian besar dipikul oleh pelat
beton.
Konstruksi perkerasan lentur terdiri atas lapisan-lapisan yang diletakkan diatas tanah
dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk menerima beban lalu
lintas dan menyebarkan ke lapisan yang ada dibawahnya, sehingga beban yang diterima oleh
tanah dasar lebih kecil dari beban yang diterima oleh lapisan permukaan dan lebih kecil dari
Lapis permukaan struktur pekerasan lentur terdiri atas campuran mineral agregat dan
bahan pengikat yang ditempatkan sebagai lapisan paling atas dan biasanya terletak di atas
lapis pondasi.
b. Sebagai lapisan tidak tembus air untuk melindungi badan jalan dari kerusakan akibat
cuaca.
Bahan untuk lapis permukaan umumnya sama dengan bahan untuk lapis pondasi
dengan persyaratan yang lebih tinggi. Penggunaan bahan aspal diperlukan agar lapisan dapat
bersifat kedap air, disamping itu bahan aspal sendiri memberikan bantuan tegangan tarik,
yang berarti mempertinggi daya dukung lapisan terhadap beban roda. Pemilihan bahan untuk
Lapis pondasi adalah bagian dari struktur perkerasan lentur yang terletak langsung di
bawah lapis permukaan. Lapis pondasi dibangun di atas lapis pondasi bawah atau, jika tidak
Lapis pondasi bawah adalah bagian dari struktur perkerasan lentur yang terletak
antara tanah dasar dan lapis pondasi. Biasanya terdiri atas lapisan dari material berbutir
(granular material) yang dipadatkan, distabilisasi ataupun tidak, atau lapisan tanah yang
a. Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan untuk mendukung dan menyebar beban roda.
Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung pada sifat-sifat
dan daya dukung tanah dasar. Dalam pedoman ini diperkenalkan modulus resilien (MR)
sebagai parameter tanah dasar yang digunakan dalam perencanaan Modulus resilien (MR)
tanah dasar juga dapat diperkirakan dari CBR standar dan hasil atau nilai tes soil index.
Korelasi Modulus Resilien dengan nilai CBR berikut ini dapat digunakan untuk tanah
berbutir halus (fine-grained soil) dengan nilai CBR terendam 10 atau lebih kecil.
a. Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) dari jenis tanah tertentu sebagai akibat
beban lalu-lintas.
b. Sifat mengembang dan menyusut dari tanah tertentu akibat perubahan kadar air.
jenis tanah yang sangat berbeda sifat dan kedudukannya, atau akibat pelaksanaan
konstruksi.
d. Lendutan dan lendutan balik selama dan sesudah pembebanan lalu-lintas untuk jenis
tanah tertentu.
diakibatkannya, yaitu pada tanah berbutir (granular soil) yang tidak dipadatkan secara
kepada penguna jalan, dan memiliki kapasitas struktural yang mampu mendukung berbagai
beban lalu lintas dan tahan terhadap dampak dari kondisi lingkungan (Christopher Bennett,
2007).
Evaluasi perkerasan jalan harus dilakukan secara teratur untuk megetahui kinerja
sebuah perkerasan pada titik tertentu dan pada masa yang akan datang. Evaluasi ini akan
menentukan kemampuan sebuah perkerasan jalan dalam memenuhi tiga fungsi dasar
perkerasan jala ( kenyamanan, keamanan, dan efisiensi pelayanan). Pada gambar 2.2, skema
Tabel 2.2. : Fungsi perkerasan dan Karakteristik perkerasan berdasarkan jenis evaluasi
IRI
Texture Makrotekstur
Evaluasi
Fungsional Mikroteksture
IFI
Cracking
Kapasitas
Surface Defects
Evaluasi Structural Kerusakan Jalan
Struktural Profile
Deformations
(Location of Pavement
Referencing Characteristic Data)
System
Sumber: Christopher Bennett, (2007) Data Collection Technologies for Road Management, Washington, D.C.
yang disurvei, evaluasi perkerasan dapat diklasifikasikan menjadi evalusi fungsional dan
jalan serta pelayanan jalan. Karakteristik utama yang disurvei pada evaluasi
fungsional ini adalah, dalam hal keamanan berupa kekesatan permukaan jalan (skid
resistance) dan tekstur permukaan jalan (surface texture), serta ketidakrataan jalan (
perkerasan terhadap beban lalu lintas dan kondisi lingkungan. Dalam hal ini, survei
kekesatan permukaan jalan (skid resistance), dan retak pada sambungan jalan yang
3.
Karakteristik- karakteristik perkerasan jalan ini akan dievaluasi secara manual atau
dengan mengunakan peralatan khusus dan dihitung dengan mengunakan indikator atau
kondisi indeks. Oleh karena penggunaan alat yang berbeda- beda, dibutuhkan korelasi
persamaan sehingga membuat pengukuran dari peralatan yang berbeda menjadi sebanding.
Karakteristik ini menentukan keamanan dan kenyamanan penguna jalan. Dalam hal
permukaan jalan dalam kondisi basah. Tekstur perkerasan jalan juga berpengaruh terhadap
a. Microtekstur, yaitu tekstur yang memungkinkan adhesi antara ban karet dan
b. Makrotekstur, yiatu tekstur yang dapat menyalurkan sebagian besar air dari bagian
bawah roda kendaraan. Tekstur ini berkisar antara 0,5 mm samapi 0,5 cm.
jalan . Hal ini menyebabkan roda kendaraan “terpental” dari bagian megatekstur
tersebut, yang berarti adhesi yang sesaat hilang antara bagian permukaan roda dengan
permukaan jalan.
Megatekstur adalah jenis karakteristik jalan yang harus dihindari, sementara mikrotekstur dan
permukaan jalan dan hubungannya antara tekstur permukaan jalan dan kekesatan jalan , yaitu
kendaraan akan mengalami selip ketika proses pengereman, percepatan serta manuver karena
gesekan yang terjadi melebihi batas kekuatan gesekan yang dihasilkan oleh roda kendaraan
dan permukaan jalan. Oleh karena itu, kekesatan permukaan jalan dapat didefenisikan
sebagai batas koefisien gesekan antara roda kendaraan terhadap permukaan jalan dan rasio
terhadap gaya vertikal yang terjadi pada roda kendaraan akibat dari beban kendaraan .
Kekesatan permukaan jalan dihasilkan dari fungsi utama tekstur permukaan jalan.
Ketika tekstur permukaan jalan bersentuhan dengan roda kendaraan, gaya gesekan dapt
dihasilkan. Dalam kondisi basah dan kecepatan rendah ( kurang dari 70 km/ jam),
mikrotekstur lebih berperan dalam menghasilkan gaya gesekan antara roda kendaraan dan
permukaan jalan. Namun, dalam kecepatan tinggi ( lebih besar dari 70 km/jam), mikroteksure
dan makrotekstur diperlukan untuk menghasilkan gesekan yang tinggi. Kekesatan permukaan
jalan diukur dengan membandingkan antara tekstur permukaan dan korelasi gesekan
perlawanan. International Friction Index (IFI) adalah salah satu metode penyajian data dari
mendukung beban lalu lintas. Kapasitas struktural perkerasan biasanya ditentukan melalui
evaluasi sifat mekanik dari setiap lapisan struktur perkerasan, seperti: modulus elastisitas,
sifat kelelahan (fatigue properties) , penurunan kondisi (deflection conditions), dan tegangan
sisa tarik (residual tensile stresses). Sifat sifat ini dapat diukur dengan penelitian di
Gambar 2.3: non destruktif test mengunakan falling Gambar 2.4: resilient modulus test
weight deflectometer laboratorium
Sumber: WASHINGTON STATE HIGHWAY PAVEMENTS (1999)
Kerusakan Jalan disebabkan oleh beban lalu lintas, kondisi lingkungan dan umur dari
perkerasan. Jenis kerusakan, luas kerusakan, dan tingkat kerusakan adalah indikator kinerja
perkerasan yang berkaitan langsung dengan kapasitas struktural. Evaluasi kerusakan jalan
biasanya dilakukan secara manual, seperti retak yang merupakan indikasi paling umum yang
sering digunakan. Pengumpulan data kerusakan jalan memiliki banyak metoda yang sehingga
kerusakan berbanding angka). Oleh karena itu diperlukan suatu pembakuan dalam penyajian
data. IRI merupakan pendekatan standar untuk pengumpulan data kerusakan yang umum
digunakan.
Ketidakrataan jalan memiliki pengaruh yang berar terhadap biaya operasional kendaraan,
keamanan, kenyamanan dan kecepatan perjalanan. Ketidakrataan jalan merupakan hal utama
banyak digunakan dalam mengevaluasi perkerasan jalan karena data ketidakrataan jalan
relatif mudah untuk diperoleh, obyektif, dan berkorelasi baik dengan biaya operasional
kendaraan serta parameter kondisi yang paling relevan dalam pengukuran perilaku
Ada beberapa penyebab ketidakrataan jalan, yaitu: beban lalu lintas, efek dari lingkungan,
bahan dari pembuatan jalan serta penyimpangan pada proses konstruksi jalan. Pada proses
konstruksi jalan, semua perkerasan jala raya memiliki penyimpangan pengerjaan sehingga
pengawasan dan evaluasi terhadap konstruksi jalan yang ada tidak dapat dilakukan secara
baik menurut standar nasional bidang jalan. Untuk mengetahui tingkat kerataan permukaan
Alat ukur roughometer NAASRA adalah alat pengukur ketidakrataan permukaan jalan
yang dibuat oleh NAASRA (SNI 03-3426-1994). Alat ini dipasangkan pada kendaraan jenis
station wagon, apabila tidak tersedia jenis kendaraan tersebut maka dapat diganti dengan
kendaraan Jeep 4 wheel drive, atau pick up dengan penutup pada baknya (Suwardo &
Sugiharto, 2004).
Dalam survai ketidakrataan permukaan jalan dengan alat ukur roughometer NASSRA
diperlukan beberapa alat bantu lainnya, yaitu: Dipstick Floor Profiler yang digunakan sebagai
alat pengukur perbedaan elevasi, Odometer sebagai alat pengukur jarak tempuh, dua buah
persamaan korelasi antara Dipstick Floor Profiler dengan alat ukur NAASRA terhadap nilai
IRI. Persamaan korelasi ini didapatkan dengan membuat Seksi Percobaan (SP), paling sedikit
dilakukan 8 SP yang dipilih dari jalan yang permukaannya sangat rata sampai yang sangat
2. Rolling-straight edges
Tujuan pengukuran dan analisis kerataan jalan menggunakan Rolling Straight Edge
adalah : (1) untuk menganalisis tingkat kerataan permukaan (profil memanjang) jalan dari
hasil pengukuran dengan alat Rolling Straight Edge, (2) menganalisis dan mengevaluasi
3. MERLIN
merupakan instrument yang dioperasikan secara manual yang sering digunakan untuk
roda tunggal pada frame yang dapat bergerak bergerak sepanjang jalan, dan probe melekat
pada lengan digunakan untuk merekam variabilitas dari kekasaran sepanjang jalan.
negara berkembang.
aman dan nyaman selama umur rencana. Secara umum kinerja perkerasan dapat ditentukan
dengan dua cara yaitu cara objektif dan cara subjektif. Dengan cara objektif, parameter
kinerja perkerasan diperoleh dari suatu pengukuran, seperti dengan menggunakan alat
didasarkan kepada hasil pengamatan beberapa orang ahli. Suwardo (2004), salah satu
parameter kinerja perkerasan yang dapat ditentukan dengan cara objektif adalah International
Roughness Index (IRI), disebut juga dengan ketidakrataan permukaan jalan, sedangkan Road
Condition Index (RCI), disebut juga dengan indeks kondisi jalan, dapat dikatagorikan
kedalam penentuan parameter kinerja perkerasan secara subjektif. Kedua parameter kinerja
pemakai jalan yaitu berupa kenyamanan mengemudi. Selain kinerja fungsional tedapat juga
kinerja struktural yang dipengaruhi oleh beban lalu lintas dan lingkungan yang dapat
International Roughness Index ( IRI ) dikembangkan oleh Bank Dunia pada tahun
1980. IRI digunakan untuk menentukan karakteristik profil memanjang dari jalur yang
dilewati roda kendaraan untuk menentukan suatu pengukuran tingkat kekasaran permukaan
yang standar. Satuan yang biasanya digunakan adalah meter per kilometer (m/km ) atau
millimeter per meter (mm/m). Pengukuran IRI didasarkan pada perbandingan akumulasi
pergerakan suspensi kendaraan standar ( dalam mm, inchi, dll ) dengan jarak yang ditempuh
IRI adalah parameter ketidakrataan yang dihitung dari jumlah kumulatif naik turunnya
permukaan arah profil memanjang dibagi dengan jarak/ panjang permukaan yang diukur.
Sayer et al (1986) telah mengembangkan nilai IRI untuk berbagai umur perkerasan dan
kecepatan. Untuk ketidakrataan permukaan jalan baru nilai IRI < 4 m/km yang dapat
ditempuh pada kecepatan 100 km/jam dan untuk jalan lama nilai IRI < 6 m/km dengan
Road Condition Index (RCI) atau Indeks kondisi jalan adalah salah satu kinerja
Officials (AASHO) pada tahun 1960an. Indeks kondisi jalan dapat digunakan sebagai
indikator tingkat kenyamanan dari suatu ruas jalan yang dapat diestimasi dari ketidakrataan
perumkaan jalan. Indeks kondisi jalan dapat juga ditentukan dengan pengamatan langsung
secara visual di lapangan oleh beberapa orang ahli. Indeks Kondisi Jalan (Road Condition
Index = RCI) adalah skala dari tingkat kenyamanan atau kinerja dari jalan, dapat diperoleh
dari nilai 2 – 10, yang dapat dilihat pada tabel 3.1 dibawah ini :
Tabel 2.3. Kondisi Permukaan Jalan secara Visual Berdasarkan Nilai RCI
Dalam penentuan jenis pemeliharaan, maka pada tahap awal yang dilakukan adalah
mengidentifikasi jenis kerusakan yang akan ditinjau dan juga besar atau luasan kerusakan
yang terjadi, sehingga didapat angka kerusakan dari tiap kerusakan yang terjadi. Adapun
skala kerusakan dari tiap kategori kerusakan yang ditinjau berdasarkan metode bina marga
adalah :
1. Keretakan (Cracking), jenis keretakan yang di tinjau adalah retak kulit buaya, acak,
retakan 2 mm, 1 – 2 mm, < 1 mm (dengan skala kerusakan 3, 2, 1), serta luasan
masing keadaan skala menunjukkan kondisi mulai dari rusak berat sampai ringan.
mm,
masing keadaan skala menunjukkan kondisi mulai dari rusak berat sampai ringan.
2, 1, 0.
dimulai dari skala > 5/100 m, 2 – 5 /100 m, 0 – 2 /100 m (dengan skala kerusakan
4, 2, 1). Masing-masing keadaan skala menunjukkan kondisi mulai dari rusak berat
sampai ringan.
Dari hasil pengamatan tersebut, maka di dapat nilai dari tiap jenis kerusakan
dengan cara menjumlahkan seluruh nilai kerusakan perkerasan yang terjadi, dapat
diketahui bahwa semakin besar angka kerusakan kumulatif maka akan semakin besar
pula nilai kondisi jalan, yang berarti bahwa jalan tersebut memiliki kondisi yang
kerusakan seperti retak-retak, alur, lubang, lendutan pada lajur roda, ketidakrataan
permukaan dan sebagainya yang terjadi selama umur pelayanan. Tabel di bawah ini
jalan.
PSI ) yang merupakan fungsi kerusakan perkerasan antara lain : ketidakrataan, retak, alur,
Dimana :
C = Cracking ( Retak )
P = Patching ( Tambalan )
Dari ketiga macam konsep tingkat pelayanan jalan ini memiliki hubungan satu sama
lainnya, yaitu :
Sukirman (1999) menyarankan korelasi kedua parameter yaity RCI dan IRI untuk
(
RCI = 10 × EXP − 0,0501× IRI 1, 220920 ) (2.3)
Sumber : Sukirman, S., (1992), Perkerasan Lentur Jalan Raya, Penerbit Nova, Bandung
Hubungan korelasi antara IRI dan RCI dapat dinyatakan dalam beberapa korelasi.
Indeks Permukaan mempunyai hubungan dengan International Roughness Index (IRI, dalam
Di mana :
2
X = Log (1 + SV) ; SV = 2,2704 IRI (2.5)