Anda di halaman 1dari 10

Halaman 1

Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol. 17, No. 1 (Maret 2018)

ANALISIS PENGENDALIAN BIAYA, WAKTU, DAN KUALITAS PADA


PROYEK KONSTRUKSI

Dewi Nusraningrum
Fakultas Ekonomi & Bisnis, Universitas mercu Buana
dewinusraningrum@mercubuana.ac.id

Joko Priyono
Fakultas Ekonomi & Bisnis, Universitas mercu Buana
jokopriyono47@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan waktu tunda dan biaya dengan estimasi
menyebabkan peningkatan biaya dari perspektif proyek biaya manajemen dengan metode nilai yang diperoleh
dan untuk menganalisis pengaruh variabel-variabel yang terkait dengan pengendalian kualitas pada setiap tahap
pekerjaan beton. Pengumpulan data sekunder yaitu RAPBN, kurva S, pembiayaan dan
mingguan melaporkan kemajuan proyek. Data primer yaitu kuesioner kepada 30 responden.
Kontrol biaya dan waktu menggunakan metode nilai yang diperoleh, dan kontrol kualitas dengan linier berganda
regresi. Hasil kinerja proyek penelitian sampai minggu ke-27 aspek
biaya dan waktu pelaksanaan proyek tidak mengalami kelebihan biaya, tetapi mengalami keterlambatan.
Analisis regresi merupakan variabel determinan yang sangat berpengaruh dari setiap pekerjaan pembuatan beton terhadap
pasang bekisting: penandaan level beton dan dimensi untuk bekisting, menyetrika: sambungan
besi tulangan dan besi beton yang bersih bebas karat, oli, dan beton kering, untuk beton :
pemeriksaan slump test dan jumlah tenaga kerja, serta pembongkaran bekisting: umur beton
dan tingkat beton sesuai rencana.

Kata kunci : pengendalian biaya; kontrol waktu; nilai yang diperoleh; kualitas.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mengetahui keterlambatan waktu dan biaya dengan estimasi
yang menyebabkan peningkatan biaya dilihat dari manajemen biaya dengan metode
nilai yang diperoleh dan pengetahuan variabel-variabel yang terkait dengan pengendalian
mutu pada setiap tahap pekerjaan pembetonan. Pengumpulan data sekunder yaitu RAB, kurva
S, laporan keuangan dan kemajuan proyek. Data primer yaitu kuesioner kepada
30 responden. Metode yang digunakan pengendalian biaya dan waktu dengan nilai yang diperoleh
dan pengendalian mutu dengan regresi linier berganda. Hasil penelitian kinerja proyek sampai
minggu ke-27 dari aspek biaya dan waktu pelaksanaan proyek tidak mengalami kelebihan
biaya, tetapi keterlambatan keterlambatan. Analisis regresi variabel penentu yang sangat
berpengaruh dari masing-masing pekerjaan pembetonan yakni untuk memasang bekisting:
marking level cor dan dimensi bekisting, untuk pembesian: sambungan besi tulangan dan besi
bersih dari karat, oli, dan beton kering, untuk pemberian: pengecekan slump test dan
jumlah tenaga kerja, dan untuk membongkar bekisting: umur beton dan tingkat sesuai rencana.

Kata Kunci : pengendalian biaya; pengendalian waktu; nilai yang diperoleh; bersama
JEL: C3

hal-1412-3789 www.journalmabis.org
e-2477-1783 19

Halaman 2
Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol. 17, No. 1 (Maret 2018)

1. Latar Belakang Penelitian


Pelaksanaan proyek konstruksi sering terjadi ketidaksesuaian antara
jadwal rencana dan realisasi di lapangan yang dapat mengakibatkan waktu pelaksanaan, membengkak
biaya menurun, dan itu adalah kualitas bangunan yang dihasilkan. Penyebab dari masalah tersebut adalah
perubahan desain, faktor cuaca, kurang kebutuhan tenaga kerja, material atau peralatan, dan lain-lain.
Sistem kontrol proyek diperlukan untuk menjaga keselarasan antara perencanaan dan pelaksanaan.
Perencanaan pada prinsipnya dibuat sebagai dasar acuan pelaksanaan. Referensi
materi tersebut selanjutnya menjadi standar pelaksanaan proyek yang meliputi jadwal,
anggaran, dan spesifikasi teknis. Selama proses pengendalian, pemantauan harus
dilakukan selama pelaksanaan proyek sehingga dapat diketahui pencapaian dan
kemajuan proyek yang telah dicapai. Hasil dari informasi pemantauan ini adalah
berguna untuk evaluasi hasil yang telah dicapai pada saat pelaporan (Dimyati
dan Nurjaman 2016).
Keterlambatan penyelesaian proyek dapat merugikan perusahaan
kontraktor dalam proyek pembangunan Terminal Intermoda di Kawasan BSD City. antar moda
Proyek terminal dengan nilai biaya proyek Rp 86.460.650.000, dengan pelaksanaan
awal 31 Oktober 2016, dan selesai pada 30 November 2017. Untuk mengetahui
kinerja proyek pengendalian dalam penelitian dilihat dari laporan proyek, salah satunya adalah
kemajuan mingguan. Dalam peninjauan proyek pengembangan berdasarkan laporan kemajuan mingguan
dari minggu 1 hingga minggu 27 (01 Mei-07 Mei 2017) dan nilai kumulatif rencana 52,20%
dan nilai realisasi kumulatif 47,27% dengan deviasi-4,93%. Nilai itu adalah
lebih besar dari rencana kumulatif realisasi kumulatif, sehingga proyek mengalami
keterlambatan penyelesaian proyek. Hal ini dapat mengakibatkan peningkatan biaya, waktu implementasi
dan akan mempengaruhi kualitas pekerjaan bangunan yang dihasilkan.
Proyek dengan anggaran yang cukup besar namun dengan waktu yang relatif singkat dibuat proyek dengan
tingkat risiko yang tinggi. Oleh karena itu, pengendalian biaya, waktu, dan kualitas merupakan bagian dari keseluruhan
manajemen proyek. Pengendalian biaya dan waktu dilakukan untuk meminimalkan kesalahan proyek
upaya pelaksanaan, mencegah faktor-faktor yang memperlambat tercapainya tujuan dalam
proyek, dan mengambil keputusan atau tindakan yang diperlukan untuk mengendalikan masalah yang dihadapi, seperti:
serta mampu mendemonstrasikan hasil kinerja dan produktivitas kegiatan menggunakan
nilai yang diperoleh. Sedangkan untuk pengendalian mutu dilakukan pengendalian pada setiap tahapan pekerjaan di
untuk meminimalkan kegagalan kualitas pekerjaan dan memastikan bahwa pekerjaan telah
dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi teknis. Kualitas memiliki korelasi dengan
kepuasan pelanggan dan bagaimana perusahaan memahami harapan pelanggan (Maulana et al.
2019)
Kontrol waktu adalah mengontrol waktu pelaksanaan proyek agar sesuai dengan jadwal
(Pinontoan dkk. 2015). Jadwal proyek adalah alat yang dapat menunjukkan kapan selama kegiatan apa pun,
sehingga dapat digunakan untuk mengontrol pelaksanaan proyek secara keseluruhan. Penjadwalan menyediakan
informasi tentang kemajuan proyek dalam hal sumber daya kinerja dalam bentuk biaya, tenaga kerja,
peralatan dan material serta durasi rencana proyek dan kemajuan waktu untuk
penyelesaian proyek (Aulady dan Orleans 2016). Penjadwalan mengalokasikan waktu yang tersedia untuk
melaksanakan setiap pekerjaan untuk menyelesaikan suatu proyek sampai tercapai hasil yang optimal dengan
mengingat keterbatasan yang ada. Selama proses pengendalian proyek, penjadwalan mengikuti
pengembangan proyek dengan berbagai masalah. Proses pemantauan dan
pemutakhiran selalu dilakukan untuk mendapatkan penjadwalan yang paling realistis sehingga alokasi sumber daya
dan penentuan durasinya sesuai dengan tujuan dan sasaran proyek
(Simanjuntak dan Firmansyah 2014). Penjadwalan dibuat untuk menggambarkan perencanaan dalam waktu
skala. Penjadwalan menentukan kapan aktivitas dimulai, ditunda, dan diselesaikan, sehingga:
pembiayaan dan penggunaan sumber daya akan disesuaikan dengan kebutuhan waktu yang akan
ditentukan (Daulasi et al. 2016:76). Kontrol jadwal mencakup proses yang diperlukan untuk memastikan
penyelesaian proyek tepat waktu. Mengatur proyek pengembangan dengan waktu yang tepat, dalam

hal-1412-3789 www.journalmabis.org
e-2477-1783 20

halaman 3
Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol. 17, No. 1 (Maret 2018)

sesuai dengan biaya yang disetujui serta kinerja yang baik sangat sulit dilakukan (Dimyati
dan Nurjaman 2016).
Kurva S merupakan gambaran hubungan antara waktu pelaksanaan proyek
dengan nilai akumulasi proses pelaksanaan proyek dimulai dari
dimulai sampai proyek selesai. Umumnya proyek menggunakan kurva S dalam perencanaannya
dan pengendalian jadwal pelaksanaan proyek. Kurva kemajuan secara grafis dapat memberikan
berbagai ukuran kemajuan pada sumbu tegak dikaitkan dengan satuan waktu secara horizontal. Itu
persentase kumulatif dibuat membentuk kurva persentase kumulatif S, realisasinya adalah
hasil nyata di lapangan. Hasil realisasi pekerjaan sewaktu-waktu dapat
dibandingkan dengan rencana, jika hasil realisasi berada di atas kurva S maka terjadi
pencapaian tetapi jika di bawah kurva S perlu mengevaluasi secara menyeluruh atau perlu penjadwalan ulang
(Efendi dan Sumarsiddin 2015).
Biaya proyek atau rencana anggaran biaya suatu bangunan atau proyek merupakan perhitungan dari
jumlah biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah, serta biaya lain yang terkait dengan
pelaksanaan bangunan atau proyek. Anggaran biaya adalah harga bahan bangunan yang dihitung
cermat,
wilayah,cermat,
karena dan berkualitas.
perbedaan hargaAnggaran
bahan danbiaya ditenaga
upah gedungkerja.
yang Diperlukan
sama akan bervariasi di masing-masing
pengendalian biaya proyek
sehingga proyek dapat dilaksanakan sesuai dengan biaya awal yang direncanakan (Daulasi et al.
2016). Pengendalian biaya adalah pengendalian biaya proyek agar tidak melebihi anggaran. Itu
penyusunan anggaran biaya proyek dimaksudkan untuk memantau dan menganalisis apakah
total biaya rencana sesuai dengan biaya pelaksanaannya. Dengan cara ini kita dapat
mengetahui kapan pelaksanaan proyek dalam hal ini kontraktor memperoleh untung atau rugi
(Pinontoan dkk. 2015). Pengendalian biaya mencakup proses yang diperlukan untuk memastikan bahwa
proyek selesai dengan dana yang telah disepakati. Pengendalian biaya tidak hanya
biaya pemantauan dan pencatatan jumlah data, tetapi juga analisis data sehingga UU
koreksi bisa dilakukan sebelum terlambat. Pengendalian biaya dilakukan oleh seluruh personel, baik dalam
struktur organisasi manajemen proyek pemilik proyek dan kontraktor utama.
Meskipun demikian, pemilik manajemen proyek harus bertanggung jawab atas:
pengendalian biaya proyek, termasuk pengelolaan pendanaan, persetujuan, dan pembayaran
tagihan dari kontraktor utama serta pengendalian dana/anggaran (Dimyati dan Nurjaman
2016). Pengendalian biaya proyek dibedakan menjadi dua jenis, yaitu Biaya Langsung dan
Biaya Tidak Langsung. Teknik pengendalian langkah adalah menetapkan target atau waktu standar untuk suatu pekerjaan yang
dilengkapi dengan kontrol tertentu. Jika bagian dari pekerjaan lengkap yang ditargetkan telah
dilaksanakan, dibandingkan dengan pencapaian target yang sebenarnya. Setelah itu berikan penilaian,
melakukan evaluasi dan menetapkan pengaruh pencapaian sekarang terhadap prospek pendapatan masa depan.
Jika perlu, rencanakan ulang yang semula agar target bisa tercapai atau bisa didekati
(Efendi dan Sumarsiddin 2015:35). Pengendalian biaya adalah langkah terakhir dari manajemen proses
biaya proyek yaitu biaya pengeluaran dalam rangka memulai perencanaan proyek yang tepat, dalam
bentuk anggaran yang telah ditentukan. Dengan demikian, aspek dan objek pengendalian biaya akan identik dengan
perencanaan biaya, sehingga berbagai jenis kegiatan di Kantor Pusat maupun di lapangan harus selalu
dipantau dan dikendalikan agar pelaksanaannya sesuai dengan yang telah ditentukan
anggaran (Rantung et al. 2014).
Anggaran biaya adalah harga suatu bangunan yang dihitung dengan detail, teliti, dan
memenuhi syarat. Anggaran biaya di gedung yang sama akan berbeda di setiap daerah karena perbedaan
harga bahan bangunan dan upah tenaga kerja (Dimyati dan Nurjaman 2016). Dengan demikian, pengendalian biaya
adalah proses pemantauan biaya proyek melalui rencana anggaran biaya (RAB) yang terukur
melalui perhitungan volume, analisis harga satuan, dan penetapan biaya. Kualitas
kontrol, bagian dari manajemen mutu yang berfokus pada pemenuhan persyaratan seperti:
pemantauan, pengurangan masalah, dan penyimpangan yang teridentifikasi (salah satunya oleh Rivelino, 2016:5). Kualitas
Kontrol memantau hasil proyek tertentu untuk menentukan apakah mereka sesuai dengan yang relevan
standar kualitas dan mengidentifikasi cara untuk menghilangkan penyebab kinerja yang tidak memuaskan

hal-1412-3789 www.journalmabis.org
e-2477-1783 21

halaman 4
Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol. 17, No. 1 (Maret 2018)

(Ashokkumar 2014). Kegiatan pengendalian mutu dan rekayasa merupakan kegiatan memantau, mengevaluasi
dan menindaklanjuti agar persyaratan yang telah ditetapkan tercapai (Santosa, 2013),
(Dimyati dan Nurjaman 2016). Pengendalian mutu adalah suatu teknik dan tindakan/kegiatan yang direncanakan
yang dilakukan untuk mencapai, mempertahankan, dan meningkatkan kualitas suatu produk dan jasa agar sesuai dengan
standar yang telah ditentukan dan dapat memuaskan kepuasan konsumen (Rustendi 2012). Temui
kualitas adalah proyek manajemen target, dengan kualitas produk konstruksi memenuhi
persyaratan yang dihasilkan akan memenuhi standar kualitas yang diharapkan dapat berfungsi
memuaskan dalam waktu tertentu atau siap pakai (Hadiono 2010).
Spesifikasi teknis berisi uraian tentang aturan yang akan digunakan, ruang lingkup
pekerjaan, persyaratan material, persyaratan pelaksanaan pekerjaan, persyaratan peralatan, dan
persyaratan khusus lainnya dari pekerjaan-pekerjaan yang ditentukan. Spesifikasi teknis memiliki lebih tinggi
tingkat hierarki dibandingkan dengan gambar karena jika dilihat dari kronologis penulis,
spesifikasi teknis dibuat untuk menjelaskan, menegaskan, dan menetapkan hal-hal yang belum
tercantum dalam gambar (Dimyati dan Nurjaman 2016). Spesifikasi teknis diukur
melalui ruang lingkup pekerjaan, kebutuhan material, syarat-syarat pelaksanaan pekerjaan,
persyaratan peralatan, dan persyaratan khusus lainnya dari pekerjaan. Melaporkan adalah kegiatan
yang telah dilakukan yang meliputi jenis pekerjaan yang dilakukan, jumlah atau volume
pekerjaan, serta hal-hal yang bersifat non teknis, seperti keadaan cuaca pada saat
pelaksanaan pekerjaan. (Dimyati dan Nurjaman 2016).
Gambar 1. Kerangka pemikiran

hal-1412-3789 www.journalmabis.org
e-2477-1783 22

halaman 5
Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol. 17, No. 1 (Maret 2018)

2. Metode Penelitian
Populasi pengendalian biaya dan waktu adalah 3 (tiga) area proyek Intermodal BSD City,
yaitu Terminal Intermoda, Pasar Modern 2, dan Stasiun Intermoda BSD City. Sampel
pengendalian biaya dan waktu menggunakan purposive sampling (teknik pengambilan data dengan
pertimbangan) yaitu Terminal Intermoda BSD City. Pengendalian kualitas penduduk adalah pihak
terlibat langsung dalam pelaksanaan proyek (pemilik proyek, kontraktor, dan
konsultan). Kontrol kualitas sampel menggunakan probability sampling dengan cara acak sederhana
pengambilan sampel, yaitu pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan
strata (tingkatan) dalam populasi anggota, yaitu dengan sampel 30 responden. Kualitas
kuesioner kontrol dikembangkan dari spesifikasi teknis dan SOP (standar
Prosedur Operasional).
Data untuk menganalisis pengendalian biaya dan waktu; rencana anggaran, Jadwal waktu/kurva S, mingguan
melaporkan kemajuan proyek, membiayai laporan mingguan proyek.
Analisis pengendalian biaya dan waktu penggunaan metode nilai yang diperoleh dengan menghitung; a) ACWP
(Biaya Aktual dari Pekerjaan yang Dilakukan), b) BCWP (Biaya yang Dianggarkan untuk Pekerjaan yang Dilakukan), c) BCWS
(Budget Cost of Work Schedule), d) BAC (Anggaran Pada Penyelesaian). Analisis kontrol kualitas
menggunakan analisis regresi.

3. Hasil dan Pembahasan


Konsep analisis nilai yang diperoleh dalam data kinerja pelaksanaan proyek menggunakan
Anggaran Biaya Pekerjaan Jadwal (BCWS), Anggaran Biaya Pekerjaan yang Dilakukan (BCWP), Aktual
Biaya Pekerjaan yang Dilakukan (ACWP).
Indikator ketiga dianalisis sampai minggu ke-27 dengan nilai sebagai berikut: pertama adalah Rp
45.129.865.481, kedua Rp 41.104.257.617, dan ketiga Rp 35.546.498.296.
Indikator BCWS, BCWP, ACWP memberikan gambaran tentang pencapaian
jadwal dan anggaran.

BCWS

BCWP

ACWP
P)

iaya (R
B

.
Gambar 2. Kurva S Earned Value
st rd
Kurva S memperoleh nilai padaminggu
1 sampai 23 minggu BCWP > BCWS menunjukkan di bawah
th th
menjalankan jadwal dan ACWP < BCWP di bawah biaya berjalan minggu . Pada tanggal
sampai24
nilai
27 minggu
BCWP < BCWS over run schedule dan ACWP < BCWP under run cost . Varians Biaya (CV)
adalah selisih antara nilai yang diperoleh setelah selesainya pekerjaaan dengan yang sebenarnya
biaya yang terjadi selama pelaksanaan proyek. Pada nilai negatif nilai nomor CV
yang menunjukkan bahwa biaya lebih tinggi dari anggaran (over run cost), nilai nol menunjukkan
pekerjaan selesai sesuai biaya, dan nilai positif berarti pekerjaan selesai dan biaya lebih murah dari anggaran
th
(di bawah biaya operasional). Analisis Varians Biayapekan:
(CV) 27

hal-1412-3789 www.journalmabis.org
e-2477-1783 23

halaman 6
Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol. 17, No. 1 (Maret 2018)

ACWP = Rp 1.124.504.307
BCWP = Rp 1.357.432.205
CV = BCWP – ACWP
= Rp 1.357.432.205 - Rp 1.124.504.307
= Rp 232.927.898 ( di bawah biaya )

Schedule Variance (SV) adalah perhitungan simpangan antara BCWP dengan


BCWS. Pada nilai numerik untuk nilai SV positif menunjukkan bahwa proyek bekerja
menyimpulkan lebih dari rencana, nilai nol menunjukkan pekerjaan yang dilakukan tepat pada jadwal, dan a
nilai negatif menunjukkan kinerja pekerjaan yang buruk karena pekerjaan yang diselesaikan lebih sedikit daripada
th
jadwal yang direncanakan. Analisis Jadwal Varians (SV) pekan:
27
BCWS = Rp 1.414.496.234
BCWP = Rp 1.357.432.205
SV = BCWP – BCWS
= Rp 1.357.432.205 - Rp 1.414.496.234
= Rp -57.064.029 ( terlambat dari jadwal )

Gambar 3. Grafik Identifikasi Varian SV dan CV

Pada Gambar 3 grafik identifikasi varian SV dan CV minggu ke 27 didapatkan hasil


SV = -57.064.029 dan nilai CV = + 232.927.898. Ini berarti bahwa kemajuan
pekerjaan yang dilakukan lebih lama dari jadwal rencana. Sementara biayanya kurang dari
biaya rencana sebelumnya.
Cost Performed Index (CPI) menjadi faktor efisiensi biaya yang telah dikeluarkan dapat
ditunjukkan dengan membandingkan nilai pekerjaan, telah selesai (BCWP) dengan aktual
biaya yang telah dikeluarkan pada periode yang sama (ACWP). Analisis Biaya yang Dilakukan Indeks
th
(IHK) 27 pekan.
ACWP = Rp 1.124.504.307
BCWP = Rp 1.357.432.205
CPI = BCWP : ACWP
= Rp 1.357.432.205 : Rp 1.124.504.307
= 1,21 > 1 di bawah biaya
Faktor efisiensi Schedule Performed Index (SPI) adalah waktu pekerjaan telah selesai
dilaksanakan dapat ditunjukkan dengan membandingkan waktu pekerjaan telah selesai (BCWP)
dengan waktu yang direncanakan (BCWS) pada periode yang sama. Nilai SPI menunjukkan seberapa besar pekerjaan
th
dapat diselesaikan terhadap suatu unit kerja yang direncanakan. Jadwal yang Dilakukan Indeks (SPI) 27
pekan:
BCWS = Rp 1.414.496.234
BCWP = Rp 1.357.432.205
SPI = BCWP : BCWS

hal-1412-3789 www.journalmabis.org
e-2477-1783 24

halaman 7
Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol. 17, No. 1 (Maret 2018)
= Rp 1.357.432.205 : Rp 1.414.496.234
= 0,98 < 1 ( terlambat dari jadwal )
th
Rasio Kritis (CR) 27 pekan.
SPI = 0,98
CPI = 1,21
CR = SPI x CPI
= 0, 98 x 1, 21
= 1,16 > 1 perbandingan kritis Organisasi proyek lebih cepat

CPI

SPI

CR

Gambar 4. Grafik Identifikasi nilai CPI, SPI, dan CR

Angka SPI < 1 ini menunjukkan kinerja proyek-proyek yang mengalami keterlambatan
Jadwal. Sedangkan nilai CPI > 1 menunjukkan biaya pengeluaran lebih rendah dari anggaran untuk
pekerjaan yang telah dilaksanakan. Dalam hal CR > 1 perbandingan kritis Organisasi
proyek lebih cepat.
th
Perkiraan Jadwal Sementara (ETS) 27 pekan.
Sisa waktu = 55 – 27 = 28 minggu
SPI =1
ETS = (sisa waktu)/ SPI + total waktu
= 28 / 1 = 28 minggu
th
Perkirakan Semua Jadwal (EAS) 27 pekan.
Waktu penyelesaian proyek = 55 minggu
ETS = 28 minggu
EA = waktu berakhir + ETS
= 55 + 28 = 83 minggu
Dari hasil perhitungan total waktu proyek prabeton diketahui perkiraan
waktu penyelesaian proyek selama 83 minggu.
D = EAS – waktu berakhir
= 83 – 55 = 28 (tambahan waktu ± 28 minggu)
Jika pertunjukan seperti ini akan mengalami keterlambatan dari perencanaan jadwal awal.
th
Perkiraan untuk Menyelesaikan (ETC)
pekan.27
BACA = Rp 86.460.650.000
BCWP = Rp 41.104.257.617
CPI = 1,22
DLL = (BAC - BCWP) / CPI
= (Rp 86.460.650.000 - 41.104.257.617) / 1,22
= Rp 37.177.370.806
th
Nilai untuk biaya pekerjaan meramalkan DLL yang tersisa hingga minggu
27 sebesar Rp 37.177.370.806.

hal-1412-3789 www.journalmabis.org
e-2477-1783 25

halaman 8
Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol. 17, No. 1 (Maret 2018)

Estimate at Complete (EAC) adalah besarnya biaya yang akan diserap oleh
keseluruhan proyek berdasarkan data produktivitas yang dicapai terakhir. Analisis Perkiraan
th
di Lengkap (EAC) 27 pekan.
ACWP = Rp 35.546.498.296
DLL = Rp 37.177.370.806
EAC = ACWP + DLL
= Rp 35.546.498.296 + Rp 37.177.370.806
= Rp 72.723.869.102
Dari hasil perhitungan biaya keseluruhan besarnya untuk beton diperoleh
proyek sebesar Rp 72.723.869.102. Nilai biaya telah menurun dari yang dianggarkan
biaya untuk pekerjaan yang dilakukan.
Variance at Completion (VAC) yang diharapkan terjadi pada saat proyek telah selesai
telah selesai berdasarkan produktivitas terakhir jika kinerja pelaksanan proyek tetap
th
sama sampai proyek selesai. Analisis Varians pada Penyelesaian (VAC) 27 pekan.
BACA = Rp 86.460.650.000
EAC = Rp 72.723.869.102
VAC = BAC – EAC
= Rp 86.460.650.000 - Rp 72.723.869.102
= Rp 13.736.780.898
Hasil sisa anggaran proyek Rp 13.340.666.700 (15,89%)
Analisis Regresi Berganda Pemasangan Bekisting.
Y_BK = 4.052 + 1.757 BKBP8 + 0.476 BKK3
Catatan:
Y_BK = pekerjaan bekisting
BKBP8 = menandai beton level di bekisting
BKK3 = dimensi dalam bekisting

Persamaan tersebut dinyatakan sebagai berikut. Pertama, konstanta 4.052 menyatakan bahwa jika tidak ada variabel
BKBP8 dan BKK3, maka tingkat kualitas bekisting adalah 4.052. Kedua, regresi
koefisien BKBP8 sebesar 1,757 menyatakan bahwa setiap kenaikan (karena tanda (+)) 1 satuan BKBP8
akan meningkatkan tingkat kualitas bekisting sebesar 1,757. Ketiga, koefisien regresi BKK3 sebesar
0,476 menyatakan bahwa setiap kenaikan (karena tanda (+)) 1 unit BKK3 akan meningkatkan kualitas
tingkat bekisting sebesar 0,476.
Analisis Regresi Berganda Setrika.
Y_BS = -0,499 + (-0,214) BSBP3 + (-0,300) BSK7
Catatan:
Y_BS = menyetrika
BSBP3 = Sambungan/overlay/stek tulangan besi
BSK7 = Besi bersih, bebas karat, oli, dan beton kering
Persamaan tersebut dinyatakan sebagai berikut. Pertama, konstanta sebesar -0,499 menyatakan bahwa jika tidak ada variabel B
dan BSK7, lalu kualitas setrika evel-0.499. Kedua, koefisien regresi 0,214-BSBP3
Menyatakan bahwa setiap penurunan (tanda (-)) 1 unit BSBP3 akan menurunkan tingkat kualitas setrika-
0.214. Ketiga, koefisien regresi BSK7-0,300 menyatakan bahwa setiap penurunan (karena
tanda (-)) 1 unit BSK7 akan menurunkan tingkat kualitas setrika -0,300.

hal-1412-3789 www.journalmabis.org
e-2477-1783 26

halaman 9
Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol. 17, No. 1 (Maret 2018)

Analisis Regresi Berganda Beton.


Y_CR = 8.387 + 0,337 CRBP7 + 1.871 CRK2
Catatan:
Y_CR = beton
CRBP7 = pemeriksaan uji kemerosotan
CRK2 = jumlah tenaga kerja
Persamaan tersebut dinyatakan sebagai berikut. Pertama, konstanta 8.387 menyatakan bahwa jika tidak ada variabel CRBP7
dan CRK2, maka tingkat mutu pembetonan 8.387. Kedua, koefisien regresi CRBP7
sebesar 0,337 menyatakan bahwa setiap kenaikan (karena tanda (+)) 1 unit CRBP7 akan meningkatkan tingkat
kualitas beton 0.337. Ketiga, koefisien regresi CRK2 sebesar 1,871 menyatakan bahwa setiap
peningkatan (karena tanda (+)) 1 unit CRK2 akan meningkatkan tingkat kualitas beton
1.871.
Analisis Regresi Berganda dari Uninstall Formwork.
Y_BKK = 0,893 + 1.149 BBKBP3 + 0,954 BBKK4
Catatan:
Y_BBK = copot bekisting
BBKBP3 = umur beton
BBKK4 = tingkat beton sesuai rencana
Persamaan tersebut dinyatakan sebagai berikut. Pertama, konstanta 0,893 menyatakan bahwa jika tidak ada variabel BBKBP3
dan BBKK4, maka tingkat kualitas pekerjaan bongkar bekisting adalah 0,893. Kedua,
koefisien regresi BBKBP3 sebesar 1,149 menyatakan bahwa setiap kenaikan (karena tanda (+)) 1 satuan
BBKBP3 akan meningkatkan tingkat kualitas pekerjaan uninstall bekisting sebesar 1.149. Ketiga,
koefisien regresi BBKK4 sebesar 0,954 menyatakan bahwa setiap kenaikan (karena tanda (+)) 1 satuan
BBKK4 akan meningkatkan tingkat kualitas pekerjaan uninstall bekisting sebesar 0,954.

Tabel 1. Rangkuman Hasil Pengujian


Tidak Kontrol kualitas uji-F uji-t Uji R kuadrat Durbin Watson
1 Pasang bekisting 28,671 2,954 (sig. 0,039) 0,680 1.947
• BKBP8 2,395 (sig. 0,024)
• BKK3
2 Menyetrika 17,142 0,559 1,728
• BSBP3 2.508 (sig. 0,014)
• BSK7 2.275 (sig. 0,003)
3 Beton 5.181 0,622 2.365
• CRBP7 2,332 (sig. 0,043)
• CRK2 2,326 (sig. 0,047)
4 Copot pemasangan bekisting 4.755 0,763 1.989
• BBKBP3 2,740 (sig 0,011)
• BBKK4 2.257 (sig .047)
Sumber: data diproses

3.1. Pasang bekisting


Uji pengaruh simultan (uji F) memasang bekisting menggunakan uji ANOVA
(Analysis of Variance) atau F-statistik, diperoleh F hitung sebesar 28,671 terdapat
pengaruh signifikan secara simultan variabel BKBP8 dan BKK3 terhadap kualitas
tingkat bekisting.
Uji pengaruh parsial (uji-t) bekisting menggunakan model regresi menghasilkan uji-t
sebesar 0,039 dan 0,024 untuk BKBP8 hingga BKK3, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel BKBP8
dan BKK3 berpengaruh nyata terhadap kualitas bekisting. t -hitung untuk model regresi
2.954 ke BKBP8 dan BKK3 ke 2.395, dimana = 0,05, (n-1) = 30-1 t = 29) tabel

hal-1412-3789 www.journalmabis.org
e-2477-1783 27

halaman 10
Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol. 17, No. 1 (Maret 2018)

2.045. Dapat disimpulkan bahwa variabel bebas penentu (BKBP8 dan BKK3) berpengaruh
signifikan terhadap tingkat kualitas bekisting.
R Square memasang bekisting 0,680 menjelaskan bahwa kontribusi variabel yang diberikan
pekerjaan pemasangan bekisting terhadap tingkat kualitas sebesar 68,00% sedangkan sisanya sebesar 32,00% dipengaruhi
oleh faktor-faktor lain tidak diperiksa.
Hitungan nilai Durbin-Watson berada pada interval antara du < 4-DW < du, atau 1,567
< 1,947 < 2,433. Berdasarkan dasar pengambilan keputusan di atas, maka Ho diterima atau tidak ada
korelasi, sehingga model regresi untuk memprediksi tingkat kualitas bekisting.

3.2. Menyetrika
Uji pengaruh simultan (uji F) pemasangan bekisting menggunakan uji ANOVA (Analisis
of Variance) atau F-statistik, diperoleh F hitung sebesar 17,142 terdapat pengaruh yang signifikan
secara simultan variabel BSBP3 dan BSK7 terhadap tingkat kualitas setrika.
Nilai t hitung 2.508 sampai BSBP3 dan BSK7 sampai 2.275, dimana = 0,05, (n-1) = 30-1, t = 29)
tabel 2.257. Sesuai dengan ketentuan jika t hitung > t tabel (n-1) maka Ho adalah
ditolak dan Ha, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel bebas penentu (BSBP3 dan
BSK7) berpengaruh nyata terhadap tingkat kualitas penyetrikaan.
R square yang diperoleh 0,559 hal ini menjelaskan bahwa kontribusi variabel yang diberikan menyetrika
terhadap tingkat kualitas sebesar 55,90% sedangkan sisanya sebesar 44,10% dipengaruhi oleh faktor lain
faktor yang tidak diperiksa.
Hitungan nilai Durbin-Watson berada pada interval antara du < 4-DW < du, atau 1,567
< 1.728 < 2.433. Berdasarkan dasar pengambilan keputusan di atas, maka Ho diterima atau tidak ada
korelasi, sehingga model regresi untuk memprediksi tingkat kualitas menyetrika.

3.3. beton
Dari tabel diperoleh F hitung sebesar 5,181 sedangkan harga F tabel sebesar 4,20 untuk = 0,05, (k-1)
= (2-1) = 1, (nk) = (30-2) = 28. Sesuai dengan ketentuan F jika F > tabel hitung maka
Ho ditolak dan Ha, sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh yang signifikan
secara simultan (simultan) dari variabel CRBP7 dan CRK2 terhadap tingkat kualitas dan
pekerjaan beton model
Diperoleh t-hitung sebesar 2,332 untuk CRBP7 dan untuk CRK2 2,326, dimana = 0,05, (n-1) =
30-1 t = 29) tabel 2,045. Sesuai dengan ketentuan jika t hitung > t tabel (n-1)
maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dapat disimpulkan bahwa variabel CRBP7 dan CRK2
berpengaruh signifikan terhadap tingkat kualitas pekerjaan beton.
Nilai R-square 0,622 menunjukkan bahwa kontribusi suatu variabel diberikan pekerjaan beton
terhadap tingkat kualitas sebesar 62,20% sedangkan sisanya sebesar 37,80% dipengaruhi oleh faktor lain tidak
diperiksa.
Nilai hitung Durbin-Watson berada pada interval antara du < 4-DW < du, atau
1,567 < 2,365 < 2,433. Menurut dasar pengambilan keputusan di atas, maka Ho diterima atau ada
tidak ada korelasi. Sehingga model regresi untuk memprediksi tingkat kualitas pekerjaan beton layak.

3.4. Copot pemasangan bekisting


Dari tabel diperoleh F hitung sebesar 4,755 sedangkan harga F tabel sebesar 4,20 untuk =
0,05, (k-1) = (2-1) = 1, (nk) = (30-2) = 28. Sesuai dengan ketentuan F jika F > hitung
tabel maka Ho ditolak dan Ha, sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan
secara simultan variabel BBKBP3 dan BBKK4 terhadap tingkat kualitas pemasangan
bekisting.
Diperoleh t-hitung sebesar 2,740 untuk BBKBP3 dan untuk BBKK4 2,257, dimana = 0,05, (n-
1) = 30-1 t = 29) tabel 2,045. Dapat disimpulkan bahwa variabel BBKBP3 dan BBKK4
berpengaruh signifikan terhadap tingkat kualitas pemasangan bekisting.
Nilai R-square 0,763 menunjukkan bahwa kontribusi uninstal bekisting terhadap

hal-1412-3789 www.journalmabis.org
e-2477-1783 28

halaman 11
Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol. 17, No. 1 (Maret 2018)

tingkat kualitas sebesar 76,30% sedangkan sisanya sebesar 23,70% dipengaruhi oleh faktor lain.
Nilai hitung Durbin-Watson berada pada interval antara du < 4-DW < du, atau
1,567 < 1989 < 2,433. Berdasarkan dasar pengambilan keputusan di atas, maka Ho diterima atau ada
tidak ada korelasi. Jadi model regresi untuk memprediksi tingkat kualitas yang layak dari pekerjaan mencopot pemasangan
bekisting.

4. Kesimpulan
Kinerja pelaksanaan proyek sampai dengan minggu ke-27 aspek proyek
biaya pelaksanaan, tidak mengalami kelebihan biaya, tetapi pelaksanaan proyek
mengalami keterlambatan. Pelaksanaan proyek sampai saat ini masih berjalan, jika:
kinerja pelaksanaan proyek tetap sama sampai proyek selesai,
maka biaya beton yang dibutuhkan sebesar Rp 72.723.869.102 dengan nilai
Variance at Completion (VAC) Rp 13.736.780.898, biaya implementasi kurang dari
rencana anggaran sebesar Rp 86.460.650.000. Aspek waktu, saat pertunjukan tidak
perbarui maka itu akan terjadi, untuk proyek beton penundaan penyelesaian proyek selama 83 minggu
yang berarti proyek mengalami keterlambatan selama 28 minggu dari waktu yang ditentukan dalam kontrak
itu lebih dari 55 minggu.
Pekerjaan bekisting Y_BK = 4.052 + 1.757 BKBP8 + 0.476 BKK3. Ada 2
(dua) variabel dominan yang mempengaruhi kualitas bekisting BKBP8 (di tingkat beton
penandaan) dan BKK3 (dimensi dalam bekisting).
Pekerjaan menyetrika Y_BS = -0,499 + (-0,214) BSBP3 + (-0,300) BSK7. Ada 2
(dua) variabel dominan yang mempengaruhi kualitas setrika BSBP3
(Sambungan/overlay/stek tulangan besi) dan BSK7 (besi bersih, bebas karat, oli,
dan beton kering).
Pekerjaan beton Y_CR = 8.387 + 0,337 CRBP7 + 1.871 CRK2. Ada 2
(dua) variabel yang dominan mempengaruhi kualitas beton CRBP7 (pengecekan slump test)
dan BKK3 CRK2 (jumlah tenaga kerja pembetonan).
Pekerjaan mencopot bekisting. Y_BKK = 0,893 + 1.149 BBKBP3 + 0,954
BBKK4. Ada 2 (dua) variabel dominan yang mempengaruhi kualitas pemasangan bekisting yaitu
BBKBP3 (umur beton) dan BBKK4 (beton rata sesuai rencana).

Referensi
Ashokkumar D. 2014. Studi Manajemen Mutu Pada Industri Konstruksi. Internasional
Jurnal Penelitian Inovatif dalam Sains, Rekayasa dan Teknologi . 3(1): 2319-8753.
Aulady M, Cesaltino O. Perbandingan Durasi Waktu Proyek Konstruksi Metode Antara
Critical Path Method (CPM) dengan Metode Critical Chain Project Management (Studi
Kasus: Proyek Pembangunan Apartamen Menara Rungkut . Jurnal IPTEK . 20(1): 1411-
7010.
Daulasi A, Jantje B, Mangare, Walangitan DRO. 2016. Perbandingan Biaya Proyek Gedung
Empat Lantai STKIP Kie Raha Ternate eengan Metode Earned Value . Jurnal Sipil Statik .
4 (2): 75-82.
Dimyati A, Hamdan, Nurjaman K. 2016. Manajemen Proyek . Bandung: Pustaka Setia.
Efendi A, Sumarsiddin LO. 2015. Pengendalian Waktu dan Biaya pada Proyek dengan Metode
Earned Value (Studi Kasus Pembangunan Dermaga Kasipute Kab.Bombana) . Jurnal
Teknik ITS . 4(1): 2337-3539.
Hadiono B. 2010. Manajemen Pengendalian Mutu Pekerjaan Struktur Atas (Studi Kasus
Proyek 1 @ Cik Ditiro Menteng Residence Jakarta . [ Skripsi ]. Jakarta: Jurusan Sipil.
[Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana.
Maulana A. 2019. Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pelanggan PT. Pos Indonesia
Cabang Karawang. Jurnal Manajemen dan Bisnis . 18(1): 18-24.

hal-1412-3789 www.journalmabis.org
e-2477-1783 29

halaman 12
Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol. 17, No. 1 (Maret 2018)

Pinontoan DM, Mitchel, Mandagi RJM, Mangare J. 2015. Pengendalian Biaya dan Waktu
Dengan Metode Analisis Nilai dan Hasil dengan Microsoft Project 2010 (Studi Kasus :
Gedung Mantos Tahap III). Jurnal Sipil Statik . 3(12): 787-803.
Rantung HPA, Sompie FB, Mandagi RJM. 2014. Analisis Biaya dan Jadwal pada
Tahap Pelaksanaan Studi Konstruksi dengan Analisis Nilai Hasil (Earned Value Analysis)
Kasus pada Proyek Bangunan Pengaman Pantai di Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah
Rekayasa Media . 4(3): 2087-9334.
Rivelino. 2016. Kajian Pengendalian Mutu Konstruksi pada Pengawasan Pelaksanaan
Pembangunan Jaringan Irigasi Studi Kasus: Pembangunan Jaringan Irigasi di.
Leuwigoong . Jurnal Konstruksi . 8(1).
Rustendi I. 2012. Aplikasi Statistical Process Control (SPC) dalam Pengendalian Variabilitas
Kuat Tekan Beton. Teodolita . 14(1): 16-36.
Santosa MAW. 2013. Penerapan Standar Sistem Manajemen Mutu (ISO) 9001:2008 pada
Kontraktor PT. Tunas Jaya Sanur. Jurnal Ilmiah Elektronik Infrastruktur Teknik Sipil .
2(1).
Simanjuntak RAM, Firmansyah I. 2014. Rekomendasi Hasil Analisis Waktu Pelaksanaan
Konstruksi Bangunan Gedung Pemerintah Di Lingkungan Kota Serang Provinsi Banten.
Jurnal Ilmiah Teknik Media . 4(4): 219-228.

hal-1412-3789 www.journalmabis.org
e-2477-1783 30

Anda mungkin juga menyukai