KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 KETIDAKTENTUAN
1.2 KOMPATIBILITAS
1.3 METODE ANALISIS
BAB II. PERHITUNGAN DENGAN METODE TAKABEYA
2.1 PENURUNAN RUMUS
2.2 LANGKAH-LANGKAH DAN CONTOH SOAL PERHITUNGAN
METODE TAKABEYA
2.2.1 LANGKAH-LANGKAH PERHITUNGAN
2.2.2 CONTOH SOAL
BAB III. PERHITUNGAN DENGAN METODE MATRIK KEKAKUAN
3.1 DASAR TEORI
3.2 CONTOH SOAL
BAB IV. METODE ELEMEN HINGGA
BAB V. APLIKASI KOMPUTER
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
0
BAB I
PENDAHULAN
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai struktur statis tak tertentu perlu diketahui
jenis-jenis dari struktur itu sendiri. Dari jenisnya struktur dapat dibedakan dalam enam
kategori yaitu: Balok (beam), Rangka batang bidang (plan truss), Rangka batang ruang (space
truss), portal bidang (plane frame), Balok silang (grid), Portal ruang (space frame).
1. Balok (bean)
Balok adalah suatau batang lurus dengan satu atau lebih tumpuan, gaya luar balok
dianggap bekerja dalam bidang yang melalui sumbu simetri penampang lintangnya.
(gambar 1.a).
1
4. Balok silang (grid)
Seluruh elemen sebuah grid terletak pada bidang datar karena grid adalah merupakan
struktur bidang yang dibentuk oleh balok menerus yang saling bertemu (hubungan
kaku) atau hubungan bersilangan (sendi). Gaya-gaya yang bekerja pada grid terletak
pada bidang tegak lurus bidang referensi elemen. (gambar 1.d)
Gambar 1.a
Gambar 1.b
2
3
1.1.KETIDAKTENTUAN
Ketidaktentuan ( indeterminacy ) ada dua macam yaitu ketidaktentuan statistic dan
ketidaktentuan kinematis, hal ini tergantung dari cara peninjauan berdasarkan aksi
perpindahan. Berikut ini akan diuraikan perbedaan dari keduanya.
Ketidaktentuan statis
Definisi dari struktur statis tak tertentu yaitu struktur yang reaksi tumpuan atau
gaya-gaya dalam tidak dapat diselesaikan dengan persamaan kesetimbangan statis tetapi
pengetahuan mengenai beberapa keadaan geometri akibat beban juga diperlukan. Atau
dapat dikatakan bahwa struktur dengan jumlah gaya yang tidak diketahui lebih besar dari
jumlah persamaan yang ada. Berikut ini adalah kesetimbangan statis suatu benda yang di
bebani dengan gaya lurus maupun kopel agar benda dalam keadaan setimbang maka
komponen resultante dalam arah sumbu x, y dan z yang saling tegak lurus harus sama
dengan nol.
∑Fx=0, ∑Fy=0, ∑Fz=0, ∑Mx=0, ∑My=0, ∑Mz=0
Jadi suatu benda yang dibebani gaya tiga dimensi ( dimensi ruang ) akan mempunyai
enam persamaan kesetimbangan statis. Dan bila akan mempunyai enam persamaan
kesetimbangan statis. Dan bila benda itu terletak dalam suatu bidang atau dua dimensi
akan mempunyai tiga persamaan kesetimbangan statis, misalpada bidang x-y persamaan
kesetimbangannya adalah, ∑ Fx = 0, ∑Fy=0, ∑Mz=0
Ketidaktentuan suatu struktur dapat bersifat luar, dalam, ataupun keduanya.
Apabila reaksi perletakan yang harus ditentukan melebihi persamaan kesetimbangan yang
ada maka struktur tersebut dikatakan bersifat statis tak tertentu luar.
4
Pada gambar 1.2 diatas terdapat lima reaksi tumpuan yang harus ditentukan, tetapi hanya ada
tiga persamaan kesetimbangan dalam dua dimensi atau bidang yaitu : ∑Fx=0, ∑Fy=0,
∑Mz=0, jadi struktur diatas disebut struktur statis tak tertentu luar derajad dua. Pada gambar
1.3 diatas terlihat suatu rangka batang bidang statis tak tertentu dalam derajat satu dengan
jumlah reaksi perletakan tiga sama dengan jumlah persamaan kesetimbangan tetapi pada
setiap titik simpul bertemu 3 batang sehingga gaya batang tidak dapat dicari dengan
persamaan kesetimbangan saja. Derajat statis tidak tertentu dapat ditentukan dengan rumus
I=(S+m)-2j, pada gambar 1.3 ada 3 reaksi perletakan A yaitu sendi ( reaksi vertical Fy dan
horizontal Fx ) sedangkan perletakan B adalah rol dengan satu reaksi perletakan yaitu reaksi
vertical Fy saja, jumlah batang ada 8 batang, dan jumlah titik kumpulnya ada 5. Jadi
(3+8)-2(5)= 1. Struktur tersebut dapat ditentukan agar batangnya bila salah satu batangnya
dihilangkan. Karena suatu rangka batang bidang dapat dikatakan statis tertentu apabila faktor
yang harus ditentukan sama dengan persamaan yang tersedia atau 2j=S+m dimana, I adalah
derajat ketidak tentuan, S adalah jumlah reaksi perletakan, m adalah jumlah batang dan j
adalah jumlah titik kumpul yang ada pada struktuk rangka batang bidang.
5
bila 2j>S+m maka struktur menjadi tidak stabil, tetapi bila 2j<S+m maka rangka merupakan
suatu struktur statis tidak tertentu dan derajat statis tidak tertentunya merupakan selisih antara
jumlah reaksi tumpuan dan gaya batang yang harus ditentukan, dengan jumlah persamaan
kesetimbangan yang ada.
Tetapi kadang suatu struktur dapat pula dikatakan statis tak tertentu luar ataupun
dalam tergantung dari cara kita menganalisanya, misal pada gambar dibawah ini :
A
Gambar 1.4
6
penting. Derajat ketidak tentuan kinematis atau jumlah derajat kebebasan ( degree
of freedom ) adalah suatu sistem perpindahan titik kumpul disebut bebas bila setiap
perpindahan dapat berharga sembarang dan bebas terhadap lainnya. Jadi jumlah
perpindahan titik kumpul yang bebas pada struktur itulah yang disebut ketidaktentuan.
Jumlah ketidaktentuan ini sama dengan jumlah derajat kebebasan yang berupa putaran
sudut dan translasi. Dari statemen diatas dapat disimpulkan bahwa derajat kebebasan
terdiri dari :
Derajat kebebasan rotasi
adalah menyatakan jumlah titik kumpul yang mempunyai kemungkinan bias berotasi.
Derajat kebebasan translasi ( Derajat kebebasan goyangan )
adalah menyatukan jumlah derajat kebebasan akibat goyangan dari struktur yang bias
dihitung dengan rumus :
s=2j – (2f + 2h + r + m )
dimana :
J = jumlah titik kumpul termasuk titik tumpuan
f = jumlah tumpuan jepit
h = jumlah tumpuan sendi
r = jumlah tumpuan rol
m = jumlah batang
Derajat kebebasan total
adalah jumlah derajat kebebasan rotasi dan derajat kebebasan goyangan.
1.2.KOMPATIBILITAS
Syarat geometris ( kesepadanan ) disini adalah syarat kontiunitas perpindahan diseluruh
bagian struktur akibat beban atau disebut juga kompatibilitas. Metode yang digunakan adalah
mempelajari perubahan geometri sebuah struktur sebelum dan sesudah terjadi deformasi.
Misalnya syarat kesepadanan harus dipenuhi disemua titik tumpuan, yaitu perpindahan
struktur harus konsisten dengan kondisi tumpuan, contohnya : pada tumpuan jepit
7
tidak akan terjadi translasi dan rotasi sumbu batang. Syarat kesepadanan juga harus
dipenuhi disemua titik pada bagian dalam struktur, contoh pada sambungan yang kaku
antara dua batang deformasi ( translasi dan rotasi ) kedua batang harus samadan semua
elemen struktur yang bertemu pada sebuah titik kumpul harus tetap terikat pada titik
kumpul tersebut setelah pembebanan.
Gambar 1.5
Pada titik kumpul D hubungan secara kaku, maka setelah momen M bekerja sedemikian
rupa sehingga terjadi rotasi dititik D. Maka setiap elemen akan mengalami rotasi sebesar
0 juga.
8
Dengan jumlah gaya yang tidak diketahui atau jumlah pelepasan yang perlu untuk membuat
struktur menjadi statis tertentu.
Pada metode ini pengekangan diberikan untuk mencegah pergerakan titik – titik
kumpul, dan gaya -gaya pengekang yang perlu dihitung. Kemudian perpindahan titik - titik
kumpul itu dibiarkan terjadi dan hal ini menimbulkan jenis ketidaktentuan kinematis,
sehingga gaya - gaya pengekang fiktif tersebut menjadi nol. Dengan diketahuinya
perpindahan titik kumpul, gaya pada struktur ditentukan dengan superposisi pengaruh masing
– masing perpindahan. Jadi pada metode perpindahan yang tidak diketahui translasi dan
perputaran sudut titik kumpul yang mungkin terjadi,. Jumlahnya gaya pengekang yang
diperlukan pada struktur sama dengan perpindahan titik kumpul yang mungkin terjadi
9
BAB II
Sesuai dengan anggapan tersebut diatas, maka pada titik kumpul dimana balok dan
kolom berpotongan, batang-batang (balok dan kolom) ini dipengaruhi oleh perubahan yang
sebanding dengan perputaran dan pergeseran sudut, dimana momen – momen lentur dari
ujung -ujung batang dinyatakan sebagai fungsi dari perputaran sudut (rotasi) dan pergeseran
sudut (translasi) relatif dari satu ujung batang terhadap ujung batang yang lain.
Dalam sub pokok bahasan inin akan diuraikan beberapa penurunan rumus metoda
takabea pada portal. Dan dalam buku ini proses perhitungan menggunakan analisa matrik
pengujian tanda yang digunakan adalah :
1. Momen positif (+) bila arah momen searah dengan arah jarum jam.
2. Momen negatif (-) bila arah momen berlawanan arah dengan arah jarum jam.
Berikut ini adalah uraian penurunan rumus pada portal sehingga momen – momen disetiap
ujung batang dapat ditentukan .
10
Gambar 2.1
Misalkan kita ambil balok 1-2 pada gambar diatas maka akan terjadi reaksi seperti dibawah
ini akibat dari pembebanan.
Gambar 2.2
11
Θ1 = ω1 + ψ12 θ2 = ω2 + ψ21 ……………………………………………………… (1
∆𝑚12𝐿 ∆𝑚21𝐿
θ1 = − + ψ12 …………………………………………………………….. (2
3𝐸𝐼12 6𝐸𝐼12
∆𝑚12𝐿 ∆𝑚21𝐿
θ1 = + + ψ12 ……………………………………………………………... (3
3𝐸𝐼12 6𝐸𝐼12
2𝐸𝐼12
∆m12 = (2θ1 + θ2 − 3ψ12) ……………………………………………………... (5
𝐿
2𝐸𝐼12
∆m21 = (2θ2 + θ1 − 3ψ12) …………………………………………………...... (6
𝐿
12
K12=I 12L
∆m12 = 2EK12 (2θ1+ θ2 – 3 Ψ 12)
∆m12 = 2EK12 (2θ2+ θ2 – 3 Ψ 12)
m1 = 2EKθ1 = 2EKθ2
m12 = 6EK Ψ 12 = k12=K12/K
M12 = ̅ 12
∆m12 + M
M21 = ̅ 21
∆m12 + M
Jadi
M12 = ̅ 12 …………………………………(7
k12(2m1+m2+m12) + M
M12 = ̅ 21 …………………………………(8
k12(2m2+m1+m12) + M
A. Untuk menentukan momen parsiil akibat perputaran sudut atau momen rotasi, dapat
kita tinjau titik 5
M52=k25(2m5+m2+m25) + M ̅ 52
M52=k45(2m5+m4+m45) + M ̅ 54
M52=k56(2m5+m6+m56) + M ̅ 56
M52=k58(2m5+m8+m58) + M ̅ 58
Tingkat I
m7A=m8B=m9C=mIII=6EKΨ3 Ψ3= δ3/h3
Tingkat II
m47=m58=m69=mII=6EKΨ2 Ψ2= δ2/h2
Tingkat III
m14=m25=m36=mI=6EKΨ1 Ψ1= δ1/h1
ΣM5=0
M52+M54+M56+M58=0
̅ 52+M
2m5(k25+k45+k56+k58)+k25(m2+mI)+k54m4+k56m6+k58(m8+mII)+ M ̅ 54+M
̅ 56+M
̅
58=0
13
ρ5=2(k25+k45+k56+k58)
̅ 52+M
τ5= M ̅ 54+M
̅ 56+M
̅ 58
m5ρ5+k25(m2+mI)+k54m4+k56m6+k58(m8+mII)+c5=0
Selanjutnya untuk menentukan momen parsiil akibat pergeseran (mI,mII dan mIII) atau
momen displacement dapat dilihat dalam uraian berikut :
W1
H1 H2 H3
H1 H2 H3
M14 M25 M36
Gambar 2.4
W1=H1+H2+H3
H1=(M14+M41)/h1
H2=(M25+M52)/h1
H1=(M36+M63)/h1
14
W1=-(M14+M41+M25+M52+M36+M63)/h1
M14+k14(2ml+m4+ml)+M14
M41=k14(2m4+m1+ml)+M41
M41=k25(2m2+m5+ml)+M25
M52=k25(2m5+m2+ml)+M52
M36=k36(2m3+m6+ml)+M36
M63=k36(2m6+m3+ml)+M63
M14, M41, M25, M52, M36, M63 sama dengan nol
M14+M41=3k14 (m1 +m4) + 2k14 ml
M25+M52=3k25 (m2 +m5) + 2k25 ml
M36+M63=3k36 (m3 +m6) + 2k36 ml
3k14 (ml + m4) + 3k25 (m2 + m5) + 3k36 (m3 + m6) + ml(2k14 + 2k25 + 2k36)+h1W1
TI=2k14 + 2k25 + 2k36 t14=k14/TI
T25=k25/TI t36=k36/TI
15
Keseimbangan gaya arah horizontal maka ∑H=0
W2 + H1 + H2 + H3 + H4 + H5 + H6
H4=(M47+M74)/h2
H5=(M58+M85)/h2
H6=(M69+M96)/h2
W1+W2 = -(M47 + M74 + M58 + M85 + M69 + M96)/h2
M47=k47(2m4+m7+mII)+M47
M74=k74(2m7+m4+mII)+M74
M58=k58(2m5+m8+mII)+M58
M85=k85(2m8+m5+mII)+M85
M69=k69(2m6+m9+mII)+M69
M96=k96(2m9+m6+mII)+M96
M47, M74, M58, M85,M69, M96 sama dengan nol.
M47+M74=3k47 (m4 + m7) + 2k47 Mii
M58+M85=3k58 (m5 + m8) + 2k58 mII
M69+M96=3k69 (m6 + m9) + 2k69 mII
3k47(m4+m7)+3k58 (m5 + m8) + 3k69 (m6+m9) + mII(2k47+2k58+2k69)= h2(W1+W2)
TII=2k47 +2k58+ 2k69
T47= k47/TII t58=k58/TII t69=k69/TII
16
M9C=k9C(3/2 m9 + ½ mIII) +MC9-1/2M9C
M98=k89(2m9+m8) + M89
M96=k69(2m9 + m6 + mII)+M96
∑M9=0
M9C+M98+M96=0
2m9(3/4 k9C+k89+k69)+1/2k9CmIII+k89 m9+k69(m6+mII)+MC9-1/2 M9C + M89 +
M96=0
Ƴ9=MC9-1/2 M9C+M89+M96
P9=3/2k9C+2k89+2k69
P9=2k9C+2k89+2k69
P9=m9+1/2 k9C mIII +k89 m9 + k69 (m6 + mII) = - Ƴ9
Ƴ9C=1/2 k9C/p9 Ƴ89=k89/p9 Ƴ69=k69/p9
Jadi m9= Ƴ9/p9- Ƴ9C Miii – Ƴ89 M9 – Ƴ69 (m6+mII)………(12)
3k7A m7 + 2k7A mIII + M7A + MA7 + k8B M8 + 2k8B mIII + M8B + MB8 + k9C (3/2 m9
+ ½ mIII) MC9 – ½ M9C = -h3 (W1 + W2 + W3)
17
TIII’=2K7A+2K8B+1/2 K9C
TIII =2K7A+2K8B+2 K9C
TIII’= TIII-3/2 K9C
t7A’=3k7a/ TIII’ t8B’=3k8B/ TIII’ t9C’=3/2k9C/ TIII’
mIII=-h3(W1+W2+W3)/ TIII’ - t7A’ m7 m - t8B’ – t9C’ m9….(13
Gambar 2.6
18
Gambar 2.7
19
2m9(k69+k89+k9C)+k69(m6+mII)+k89m8+k9C1/a
mII+ Ḿ96+ Ḿ98+ Ḿ9C=0
ρ9=2(k69+k89+k9C)
τ 9= Ḿ96+ Ḿ98+ Ḿ9C
γ96=k69/ ρ9 γ98=k89/ρ9 γ9C=k9C/ ρ9
m9=-τ9/ ρ9- γ9C 1/a mIII- γ89 m9- γ69(m6+mIII)……….(14
20
2.2 LANGKAH-LANGKAH DAN CONTOH SOAL
PERHITUNGAN METODA TAKABEYA
2.2.1 LANGKAH-LANGKAH PERHITUNGAN
Langkah-langkah yang digunakan dalam perhitungan metoda takabeya adalah sebagai berikut:
Gambar 2.8
21
d. Perhitungan ρ
Ρ= 2(∑ki)
∑ki adalahjumlah k dalam 1 titik ,misal:
Gambar 2.9
Gambar 2.10
22
f. Menentukan momen rotasi (m)
23
m1=-Ԏ1/p1 – У12 m2 - У13 (m3+mI)
m2=-Ԏ2/p2 – У21 m1 – У24 (m4+mI)
m3=-Ԏ3/p3 – У34 m4 – У31 (mI+mI) – У3A (mA+mII)
mA=0, karena jepit, jadi tidak terjadi rotasi
m4= -Ԏ4/P4 – У43 m3 – У42 (m2+mII) –У4B (mB+mII)
mB=0, karena jepit
mI,Mii adalah momen displacement akibat adanya pergoyangan.
g.Menentukan momen akibat pergoyangan
g1.MenentukanT,t dan mI pada tingkatke II
T=2(∑ki)
Ki adalah angka kekakuan kolom
∑ki adalah jumlah angka kekakuan kolom dalam tiap tingkat
Contoh :
Pada gambar 2.12 diatas
TI = 2(KI3 + k24)
t13 = 3 KI3/TI
t24 = 3k24/TI
Mi = -h1.W/TI – t13(m1+m3) – t24(m2+m4)
g2. Menentukan T dan t padatingkat ke1
TII = 2(k3A + k4B)
t3A = 3k3A/TII
t4B = 3k4B/TII
MII = -h2.(W1+W2)/TII – t3A(m3+Ma) –t4B (m4+Mb)
h. Menghitung momen akhir
Momen akhir adalah merupakan hasil penjumlahan antara mo menkoreksi akibat adanya
deformasi (pergeseran dan rotasi) dengan besarnya momen primer (fixed and moment) dari
keadaan khusus kedua batang balok ter jepit.
M12 = Δm12 + M12 dan dapat disederhanakan menjadi rumus seperti dibawah ini (lihat
rumus 7 dan 8)
24
M12 = k12 (2ml + m2) + M12
25
m1 = Ԏ1/Þ1 - У12 m2 - У1A(mA+mI) mA=0, tegangan jepit
m1 = 1,3333/4 – 0,25m2-0,25mI …………..(1 tanpa goyangan mI=0)
titik 2
Ԏ2 = M21 =1,3333 tm
Þ2 = 2(k2B+k12)= 2(1+1)=4
У21 =kl2/ Þ2= ¼ = 0,25
У2B = k2B/Þ2 = ¼ = 0,25
m2 = Ԏ2/Þ2 - У21 m1- У2B (mB+mI) mB=0, tumpuan jepit
m2 = 1,3333/4 – 0,25 m1 – 0,25 m1 …………(2 tanpa goyangan mI=0)
tingkat I
TI = 2(k1A+k2B)= 2(1+1)=4
t1A = 3 k1A/T1=3*1/4 = 0,75
t2B = 3k2B/t1=3*1/4 = 0,75
mI = -h1.W/TI –t1A(m1+mA)-t2B(m2+mB)
mI = -2*0/4 – 0,75mI-0,75m2
ml = 0,75 mI – 0,75m2…………….(3
mI = 0 makamI=m2
disubstitusi ke persamaan 1 atau 2 didapat
m1 = 0,4444 tm m2 = -0,4444
atau dengan perhitungan matriks
mI+0,25m2+0,25ml=0,33325
0,25mI+m2+0,25mI=-0,33325
0,75ml+0,75m2+ml=0
Penyusunanmatriks
1 0,25 0,25 m1 0,33325
0,25 1 0,25 m2 = -0,33325
0,75 0,75 1 m1 0
26
Dengan gauss Jordan atau invers didapat
M2B=k2B(2m2+mB)+M12=1(2*-,4444)+0= 0.8888 tm
MA1=kA1(2mA+m1+mI)+MA1
MA1=1(2*0+0,4444+0)+0=0,4444 tm
MB2=kB2 (amB+m2+mI)+MB2
MB2=1(2*0-0,4444+0)+0= -0,4444 tm
TI= 2(k1A+k2B)=2(1+I)= 4
27
mI= -2*2/4 -0,75mI -0,75m2
mI= -1-0,75ml-0,75m2…………………………………………………………..(3)
m1+0,25m2+0,25mI= 0,33325
0,25m1+m2+0,25mI= -0,33325
0,75m1+0,75m2+mI= -1
Penyusun Matrik
28
3. Portal bertingkat dengan goyangan dan tumpuan sendi
k12 : k23 : k45 : k56 : k14 : k25 : k36 : k4A : k5B : k6C = 1 : 1 : 1 : 1 : 3 : 3 : 3 : 3 : 3
:3
29
ρ1=2(k12+k14)=2(I+3)=8
γ12=k12/ ρ1=1/8=0.125
γ14=k14/ ρ1=3/8=0.375
m1= - τ1/ ρ1 - γ12 m2 - γ14 (m4+mI)
m1= - 10.6667/8 – 0.125m2-0.375(m4+mI)
m1= 1.33333 – 0.125m2 – 0.375(m4+mI) ……………………….(1
titik 2
̅ 21+M
τ2 = M ̅ 23 = 10.6667-10.6667 = 0tm
ρ1 = 2(k12+k23+k25) = 2 (1+1+3) = 10
γ21 = k12/ ρ2 = 1/10=0.1
γ23 = k23/ ρ2 = 1/10=0.1
γ25 = k25/ ρ2 = 3/10=0.3
m2=- τ2/ ρ2 - γ21 m1- γ23 m3 - γ25 (m5+mI)
m2=- 0/10-0.1mI-0.1m3-0.3(m5+mI)
m2=- 0.1m1-0.1m3-0.3(m5+mI)……………………(2
titik 3
̅ 32 = 10.6667 tm
τ2 = M
ρ3 = (2k23+k36) = 2(1+3) = 8
γ32=k23/ ρ3 = 1/8=0.125
γ36=k36/ ρ3 = 3/8=0.375
m3= τ3/ ρ3 - γ32 m2 - γ36(m6 + mI)
m3= 10.6667/8 – 0.125m2-0.375 (m6+mI)
m3= 1.33333 – 0.125m2-0.375 (m6+mI) ………………………(3
titik 4
̅ 45 = 11.6667 tm
τ4 = M
ρ4 = 2(k14+k45+k4A) = 2(3+1+3) = 14
γ41=k14/ ρ4 = 3/14=0.2143
γ45=k45/ ρ4 = 1/14=0.0714
γ4A=k4A/ ρ4 = 3/14=0.2143
m4=- τ4/ ρ4 - γ41 (m1+mI) + γ45m5 - γ4A mII
30
m4= - - 11.6667/14-0.2143(m1+mI)=0.0714m5-0.2143mII
m4= 0.83333 – 0.2143 (m1+mI)-0.0714m5-0.2143mII ……….(4
titik 5
τ5 = M̅ 54 + M
̅ 56 + M
̅ 52 + M
̅ 5B = 11,6667-11,6667 = 0 tm
ρ5 = 2(k45+k56+k25+k5B) = 2(1+1+3+3) = 16
ρ5’= ρ5-1/2k5B=16 – (1/2) * 3 =14.5
γ54’ = k45/ ρ5’=1/14.5 = 0.069
γ56’ = k56/ ρ5’=1/14.5 = 0.069
γ52’ = k25/ ρ5’=3/14.5 = 0.2069
γ5B’ = ½ k5B/ ρ5’ = (1/2*3) / 14.5 = 01035
m5= - τ5/ ρ5’ - γ54’ m4 - γ56’m6 - γ52’ (m2+mI) - γ5B’ (mII)
m5= - 0/ 14.5 – 0.069 m4 - 0.069 m6 - 0.2069 (m2+mI) – 0.1035 (mII)
m5= – 0.069 m4 - 0.069 m6 - 0.2069 (m2+mI) – 0.1035 (mII)………………..(5
titik 6
τ6 = M̅ 65 = 11,6667tm
ρ6 = 2(k36+k56+k6A) = 2(3+1+3) = 14
ρ6’= ρ6 -1/k6C=14 – (1/2) * 3 =12.5
γ63’ = k36/ ρ6‘=3/12.5 = 0.24
γ65’ = k56/ ρ6’=1/12.5 = 0.08
γ6C’ = k25/ ρ6’=3/14.5 = 0.2069
γ5B’ = ½ k6C/ ρ6’ = (1/2*3) / 12.5 = 0.12
m6= - τ6/ ρ6’ – γ63’ (m3+mI) - γ65’ m5 - γ6C’ mII
m6= - 11.6667/12.5 – 0.24 (m3+ mII)-0.08M5-0.12mII
m6= – 0.93333 - 0.24 (m3+mI) - 0.8m5-0.12mII………………..(6
Titik B
MB = k5B (2mB+m5+mII) = 0 ……………………………….(7
Titik C
MC = k6C(2mC+m6+mII) = 0 ……………………………….(7
Tingkat II
TI = 2(k14+k25+k36)=2(3+3+3)=18
31
t14=3k14/TI=3*3/18=0.5
t25=3k25/TI=3*3/18=0.5
t36=3k36/TI=3*3/18=0.5
mI = -h1.W1/T1 = t14(m1+m4) – t25(m2+m5) – t36(m3+m6)
mI = -4*3/18-0.5(m1+m4)+0.5(m2.m5) – 0.5(m3+m6)
mI=-0.6667-0.5(m1+m4)-0.5(m2+m5)=0.5(m3+m6)………..(9
tingkat I
TII=2(k4A+k5B+k6C) = 2(3+3+3)=18
TII’=TII-3/2 k5B - 3/2 k6C = 18-3/2*3 - 3/2*3 = 9
t4A’ = 3 k4A/TII’ = 3*3/9=1
t5B’ = 3/2 k5B/TII’ = (3/2*3)/9 = 0.5
t6C’ = 3/2 k6C/TII’ = (3/2*3)/9 = 0.5
mII = -h2(.W1+W2)/TII – t4A’m4-t5B’m5-t6C’m6
mI= -4(3+2)/9-m4-0.5m5 – 0.5m6
mI=-2.2222-m4-0.5m5-0.5m6 ………………………..(10
1.0000 0.1250 0.0000 0.3750 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.3750 0.0000 m1 1.3333
0.1000 1.0000 0.1000 0.0000 0.3000 0.0000 0.0000 0.0000 0.3000 0.0000 m2 0.0000
0.0000 0.1250 1.0000 0.0000 0.0000 0.3750 0.0000 0.0000 0.3750 0.0000 m3 -
1.3333
0.2143 0.0000 0.0000 1.0000 0.0714 0.0000 0.0000 0.0000 0.2143 0.2143 m4 0.8333
0.0000 0.2069 0.0000 0.0690 1.0000 0.0690 0.0000 0.0000 0.2069 0.1035 m5 0
0.0000 0.0000 0.2400 0.0000 0.0800 1.0000 0.0000 0.0000 0.2400 0.1200 m6 -
0.9333
0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 1.0000 0.0000 2.0000 0.0000 0.0000 1.0000 mB 0
0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 1.0000 0.0000 2.0000 0.0000 1.0000 mC 0
0.5000 0.5000 0.5000 0.5000 0.5000 0.5000 0.0000 0.0000 1.0000 0.0000 mI -
06667
0.0000 0.0000 0.0000 1.0000 0.5000 0.5000 0.0000 0.0000 0.0000 1.0000 mII -
2.2222
̅ 12=-6.4751 tm
M12=k12(2m1+m2)+ M
̅ 21=13.754 tm
M21=k21(2m2+m1)+ M
̅ 23=-9.5922 tm
M23=k23(2m2+m3)+ M
̅ 32=10.8327 tm
M32=k23(2m3+m2)+ M
̅ 45=6.066 tm
M45=k45(2m4+m6)+ M
̅ 54=15.9313 tm
M54=k45(2m5+m5)+ M
̅ 56=9.1453 tm
M56=k56(2m5+m6)+ M
̅ 65=13.7812 tm
M65=k56(2m6+m5)+ M
̅ 𝐴4=-8.985 tm
MA4=k4A(m4+mII)+ M
̅ 4𝐴=2.0481 tm
M4A=k4A(2m4+m1+mI)+ M
̅ 41=8.1156 tm
M41=k14(2m4+m4+mI)+ M
̅ 14=6.4746 tm
M14=k14(2m1+m5+mII)+ M
̅ 𝐵5=0.000 tm
MB5=k5B(2mB+m5+mII)+ M
̅ 5𝐵=3.5688 tm
M5B=k5B(2m5+mB+mII)+ M
̅ 25=4.1599 tm
M25=k25(2m2+m5+mI)+ M
̅ 𝐶6=-0.000 tm
MC6=k6C(2mC+m6+mII)+ M
̅ 6𝐶=5.4002 tm
M6C=k6C(2m6+mC+mII)+ M
̅ 63=8.3815 tm
M63=k36(2m6+m3+mI)+ M
̅ 36=10.8316 tm
M36=k36(2m3+m6+mI)+ M
33
5. Portal dengan kolom miring
3T
1 EI 2
4m
EI EI
L1=4m L1=3m
A B
Gambar 2.16
δ1
δ1
Gambar 2.17
a α
b
δ1 = 1
34
tg α = h/L2 tg α = δ1/b
b= δ1/tg α = δ1L2/h
sin α=h/r r=h/sin α
sin α= δ1/a a= δ1r/h
m1A = - 6EK Ψ 1 = -6EK δ1/h = mI
m2B = -6Eka/r = -6EK δ1/h
m1A=m2B=mI
m12=-6EK(-Ψ 2)=6EK b/L1 = (6EK δ1 L2)/(hL1)
m12=-cmI c=L2/L1
3. Menentukan τ, ρ, γ, m
Titik 1
τ1=M ̅ 12 = 0 tm
ρ1 = 2(k1A + k12) = 2(1+1) = 4
γ12=k12/ ρ1= ¼ = 0.25
γ1A=k1A/ ρ1 = ¼ = 0.25
m1 = - τ1/ ρ1 - γ1A mI – γ12 (m2+m12)
m1= 0/4 – 0.25mI-0.25(m2+m12)
m12=-cmI c=L2/L1=3/4=0.75
m12=-0.75 mI
mI=-0.25mI-0.25m2+0.1875mI
m1+0.25m2+0.0625mI=0…………………………(1
titik 2
τ2 = M̅ 21 = 0 tm
ρ2 = 2 (k2B + k21) = 2(0.8+1) = 3.6
35
21 = k21/2 = 1/3.6 = 0.2778
Gambar 2.17
H = 0 W = H1 + H2
BATANG 1 – 2
M1 = 0
M12 + M21 – V2L1 = 0
36
V2 = ( M12 + M21 ) / L1
BATANG 1-A
MA = 0
M1A + MA1 + H1 h = 0
H1 = ( M1A + MA1 )/ h
BATANG 2-B
MB = 0
M2B + MB2 + H2h – V2 L2 = 0
H2 = ( M2B + MB2 )/h + ( V2 L2 )/h
tingkat I
TI = 2 ( k1A + k2B + c2k12 ) = 2 ( 1 +1 + 0.752 1 ) = 4.725
37
t1A = 3k2B/TI = 3*0.8/4.725 = 0.50794
t12 = 3ck12/TI = 3*0.75*1/4.725 = 0.47619
mI = - h. W/TI – t1Am1 – T2Bm2 + t12 ( m1 + m2 )
mI = -4*3/4.725 – 0.63492m1 – 0.50794m2 + 0.47619 ( m1 + m2 )
mI = - 2.53968 – 0.15873m1 – 0.03175m2.............................. ( 3 )
penyusunan matrik
1 0.25 0.0625 𝑚1 0
[0.2778 1 0.0139] [𝑚2] = [ 0 ]
0.1587 0.0318 1 𝑚𝐼 − 2.53968
𝑚1 1.0850 − 0.2692 − 0.0641 0 0.1628
[𝑚2] = [ −0.2991 1.0747 0.0038 ] [ 0 ] = [− 0.0097]
𝑚𝐼 − 0.1627 0.0085 1.0100 − 2.53968 − 2.5651
Perhitungan momen
M12 = k12 ( 2m1 + m2 + m12 ) + M12
= 1 ( 2*0.16279 – 0.00965 + 1.92381 ) – 0 = -2.23974 tm
M21 = k21 ( 2m2 + m1 + m12 ) + M12
= 1 ( 2*- 0.00965 + 0.16279 + 1.92381 ) + 0 = 2.0673 tm
M1A = k1A ( 2m1 + mA + mI ) + M1A
= 1 ( 2*0.16279 + 0 – 2.56508 ) + 0 = - 2.2395 tm
M2B = k2B ( 2m2 + mB + mI ) + M2B
= 0.8 ( 2*- 0.00965 + 0 – 2.56508 ) + 0 = 2.0675 tm
MA1 = kA1 ( 2mA + m1 + mI ) + MA1
= 1 ( 2*0+ 0.16279 – 2.56508 ) + 0 = 2.40229 tm
MB2 = kB2 ( 2mB + m2 + mI ) + MB2
= 0.8 ( 2*0 - 0.00965 + 2.56508 ) + 0 = - 2.0443 tm
38
6. Portal bertingkat dengan goyangan dan panjang kolom
tidak sama
Gambar 2.18
39
3. Menentukan momen primer
titik 1
τ1 = M12 = -10.6667 tm
ƿ1 = 2 (k12 + k13) = 2 (1+2) = 6
y12 = k12/1 = 1/6 = 0.166667
y13 = k14/ 1 = 2/6 = 0.333333
m1 = - 1/ 1 – y12 m2 – y13 (m3 + mI)
m1 = 10.666667/6 – 0.166667 m2 – 0.333333 (m4 + mI)
m1 = 1.777778 – 0.166667 m2 – 0.333333 m3 – 0.33333 mI ........................(1
titik 2
τ2 = M12 = 10.6667 tm
Ƿ2 = 2 (k12 + k24) = 2 (1+2) = 6
y21 = k12/2 = 1/6 = 0.166667
y24 = k24/ 1 = 2/6 = 0.333333
m2 = - 2/ 2 – y21 mI – y24 (m4 + mI)
m2 = -10.666667/6 – 0.166667 m1 – 0.333333 (m4 + mI)
m2 = -1.777778 – 0.166667 m1 – 0.333333 m1 – 0.33333 (m4 + mI) .............(2
titik 3
τ3 = M34 = -10.666667 tm
ƿ3 = 2 (k13 + k34) = 2 (2+1+2) = 10
y31 = k13/ƿ3 = 2/10 = 0.2
y3A = k3A/ƿ3 = 1/10 = 0.1
m3 = - τ3/ƿ3 – y31 (m1 + mI) – y34 m4 – y3A mII
m3 = --10.666667/10 – 0.2 (m1 + mI) – 0.1 m4 – 0.2 mII
m3 = 1.066667 – 0.2 (m1 + mI) – 0.1 m4 – 0.2 mII .......................................(3
titik 4
τ4 = M43 + M45 = 10.6667 – 10.6667 = 0
ƿ4 = 2 (k24 + k4B + k43 + k45) = 2 (2+1.6+1+1) = 11.2
y42 = k24/ƿ4 = 2/11.2 = 0.178571
40
y4B = k4B/ƿ4 = 1.6/11.2 = 0.142857
y43 = k43/ƿ4 = 1/11.2 = 0.089286
y45 = k45/ƿ4 = 1/11.2 = 0.089286
m4 = - τ4/ƿ4 – y42 (m2 + mI) – y4B (1/a mII) – y43 m3 – y45 m5
m4 = -0/11.2 – 0.178571 (m2 + mI) – 0.142857 (1/1.25 mII) – 0.089286 m3 –
0.089286 .............(4
m4 = -0.178571 (m2 + mI) – 0.142857 (1/1.25 mII) - 0.089286 m3 – 0.089286
.............(4
titik 5
τ5 = M54 = 10.666667 tm
ƿ5 = 2 (k54 + k5C) = 2 (1+1.6) = 5.2
y54 = k45/ƿ5 = 1/5.2 = 0.192308
y5C = k5C/ƿ5 = 1.6/5.2 = 0.307692
m5 = - τ5/ƿ5 – y54 m4 – y5C (1/a mII)
m5 = -10.666667/5.2 – 0.192308 m4 – 0.307692 (1/1.25 mII)
m5 = -2.051282 – 0.192308 m4 – 0.246154 mII .......................................(5
tingkat II
TI = 2 (k13 + k24) = 2 (2+2)
t13 = 3 k13/TI = 3*2/8 = 0.75
t24 = 3 k24/TI = 3*2/8 = 0.75
y5C = k5C/ƿ5 = 1.6/5.2 = 0.307692
mI = - h1. W1/TI – t13 (m1 + m3) – t24 (m2 + m4)
mI = -4*3/8 – 0.75 (m1 + m3) – 0.75 (m2 + m4)
mI = -1.5 – 0.75 (m1 + m3) – 0.75 (m2 + m4) ...........................................(6
tingkat I
TII’ = 2 (k3A + b² k4B + b² k5C ) = 2 (2+0.8²*1.6+0.8²*1.6) = 8.096
t3A’ = 3 k3A/TII’ = 3*2/8.096 = 0.741107
t4B’ = 3b k4B/TII’ = (3*0.8*1.6)/8.096 = 0.474308
t5C’ = 3b k5C/TII’ = (3*0.8*1.6)/8.096 = 0.474308
mII = - h2 (W1+W2)/TII’ – t3A’ m3 – t4B’ m4 – t5C’ m5
mII = -4 (3+2)/8.096 – 0.741107 m3 – 0.474308 m4 – 0.474308 m5
mII = -2.470356 – 0.741107 m3 – 0.474308 m4 – 0.474308 m5 ..................(7
41
penyusunan matrik
42
BAB III
PERHITUNGAN DENGAN METODA MATRIK KEKAKUAN
S S
Gambar 3.1
Dari gambar diatas terlihat bahwa pegas yang dibebani aksi A akan mengalami perpindahan D
sebesar satu-satuan, sehingga dapat didapatkan hubungan antara aksi A, perpindahan D, dan
kekakuan pegas S yang merupakan nilai beban A yang dibutuhkan untuk menimbulkan perpindahan
satu-satuan, dan dapat di tuliskan dalam persamaan berikut :
43
[A] = [S] [D]
Bila kita menggunakan persamaan fleksibilitas [D] = [F] [A] dari kedua persamaan tersebut maka S
adalah merupakan kebalikan (invers) dari F (fleksibelitas)
Tapi yang akan dibahas disini adalah dengan menggunakan metoda kekakuan menggunakan analisa
matrik. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perhitungan dengan metoda matrik kekakuan adalah :
1. Derajat ketidak tentukan kinematis haruslah ditentukan, yaitu kontruksi dimisalkan tertentu
secara kinematis dengan menganggap semua titik ikat terjepit sempurna dan tidak mengalami
pergeseran maupun rotasi
2. Pada setiap titik ikat terjadi deformasi sebesar satu satuan, selanjutnya menentukan besarnya
gaya yang menyebabkan deformasi sebesar satu satuan
3. Untuk menentukan besarnya reaksi yang terjadi pada masing-masing elemen, digunakan
persamaan kesetimbangan pada setiap titik ikat
1. Menentukan besarnya momen pada struktur akibat beban (ADL) yaitu merupakan aksi pada
struktur terkekang yang selaras dengan perpindahan. Basarnya ADL pada suatu titik kumpul
adalah merupakan penjumlahan FEM dari ujung-ujung batang pada titik kumpul tersebut.
Besarnya perhitungan FEM dapat dilihat pada lampiran 2. Dan menentukan gaya yang
menimbulkan pergeseran (AD) yaitu merupakan aksi pada struktur semula yang selaras dengan
perpindahan
2. Menentukan momen pada struktur akibat deformasi (S) yaitu merupakan aksi pada struktur
terkekang yang selaras dengan perpindahan yang tidak diketahui dan diakibatkan oleh satu
44
satuan perpindahan yang sama, dari parameter-parameter tersebut dapat ditentukan besarnya
deformasi yang terjadi pada struktur akibat beban (D)
Untuk memudahkan dalam pembentukan matrik kekakuan S dapat dilukiskan diagram
konstruksi, beban dan reaksi yang terjadi
Cara penyusunan matrik akibat deformasi S, besarnya bentuk deformasi akibat beban dapat
dilihat pada lampiran 2. Berikut ini contoh penyusunan matriks S
q t/m
EI
EI L
EI
Gambar 3.2
Menentukan AD
1 2 :
M12 M21 ADL = ቈ M12
−M21
A B
Gambar 3.3
45
Potongan 1 Potongan 2
4EI/L 2EI/L 4EI/L
1 2 1 2
4EI/L 4EI/L
2EI/L
2EI/L
2EI/L
Gambar 3.4
Pada potongan 1, yaitu jepit pada titik 1 dilepas jadi titik 1 dan titik 2 masih terjepit sehingga akan
terjadi rotasi sebesar S11=8EI/L dan pada titik 2 S12=2EI/L
Pada potongan 2 , yaitu pada titik 1 masih tetap terjepit, sedangkan titik 2 dilepas sehingga akan
terjadi rotasi sebesar S21=2EI/L dan pada titik 2 S22 = 8EI/L
P1 M12 M21
M2B P
2
M1A AD-ADL = [M12 − M1A]
MB2 M2B − M21
MA1
Gambar 3.5
46
Menentukan matrik kekakuan S
Potongan 1 Potongan 2
4EI/L 2EI/L
3
24EI/L 2
6EI/L
2
2 6EI/L
6EI/L
4EI/L
2 2EI/L
6EI/L 2
6EI/L
Potongan 3
2 4EI/L
6EI/L
2EI/L
4EI/L
2EI/L
Gambar 3.6
Pada portal dengan pergeseran langkah-langkah penyusunan matrik S seperti diatas tapi dengan
memperhitungkan gaya penyebab translasi. Untuk potongan 1 S11 = 12EI/L3 + 12EI/L3 karena ada
kolom yang mengalami translasi masing-masing 12EI/L3 selain itu juga terjadi gaya penyebab rotasi
sebesar S12=6EI/L2 S13=6EI/L2 Dan rotasi pada titik 1 sebesar S22=8EI/L dan pada titik 2 sebesar
S23=2EI/L
Pada Potongan 3 dengan melepas jepit pada titik 2 sehingga akan terjadi gaya penyebab translasi
sebesar S31=6EI/L2 dan rotasi pada
47
titik 1 sebesar S32 = 2EI/L dan pada titik 2 S33= 8EI/L, penyusunan matrik kekakuannya S
3. Menentukan momen pada ujung-ujung elemen akibat deformasi (AMD), selanjutnya momen
akhir pada ujung-ujung elemen (AM) dapat ditentukan
[AM] = [AMD]*[D]+[AML]
Penyusunan matrik AMD, dapat dilihat pada deformasi struktur akibat beban seperti pada
gambar 3.6. Sesuai gambar tersebut ada 6 ujung batang dan 3 derajat kebebasan jadi matrik
AMD berordo 6*3
48
4. Selanjutnya dapat ditentukan pula besarnya reaksi tumpuan akhir pada struktur (AS) dengan
menentukan terlebih dahulu reaksi tumpuan pada struktur akibat beban (ASL) dan reaksi
tumpuan pada struktur akibat deformasi (ASD)
[AS] = [ASD]*[AD]+[ASL]
4 t/m
1 EI 2
EI L = 2m
EI
A B
L = 2m
Gambar 3.7
Penyelesaian :
Menentukan FEM
menentukan (AD-ADL)
−1.33333
[AD-ADL] = [ ]
1.33333
49
Menentukan matrik kekakuan S
Pot 1 Pot 2
4EI/L 4EI/L
2EI/L
4EI/L
2EI/L
4EI/L
2EI/L
2EI/L
Gambar 3.8
8 2
Jadi S = EI/L[ ]
2 8
D1 1 8 −2 −1.33333
[ ] = (8)(8)−(2)(2) L/EI [ ][ ]
D2 −2 8 1.33333
D1 −0.22222
[ ] = L/EI [ ]
D2 0.22222
50
Seperti pada soal L=2m dan hanya beban merata sebesar 4 t/m jadi disini hanya terjadi deformasi
rotasi sebesar D1= 0.44444/EI dan D2 =0.44444/EI.
2 0 0
4 0 0
4 2 1.33333 tm
AMD =EI/L AML=
2 4 −1.33333 tm
0 4 0
[0 2] [ 0 ]
AM A1 0 1 2 −0.444444
AM 1A 0 2 0 −0.888888
AM 12 1.33333 2 1 1 −0.44444 0.88889
= + EI × [ ]=
AM 21 −1.33333 1 2 EI 0.44444 −0.88889
AM 2B 0 0 2 0.88889
[ AM B2 ] [ 0 ] [ 0 1 ] [ 0.44444 ]
Gambar 3.9
51
Penyelesaian
Menentukan FEM
1 1
-M21 = M12 = 12 q L2 = 12 4 22 = 1.33333 tm
2
Menentukan [AD – ADL]= [−1.33333 ]
1.33333
6EI/L2 2EI/L
6EI/L2
4EI/L
6EI/L2
24 6L 6L
S= [ 6L 8L2 2L2 ]
4EI/L 6L 2L2 8L2
2EI/L
2EI/L
Gambar 3.10
52
3 1.5 1.5 0.4762 −0.1429 −0.1429
1
S= EI [ 1.5 4 1 ] S −1 = EI [ −0.1429 0.3095 −0.0238 ]
1.5 1 4 −0.1429 −0.0238 0.3095
0.4762 − 0.1429 − 0.1429 2 0.9524
1 1
D = EI [−0.1429 0.3095 − 0.0238]× [−1.33333] = EI [−0.7302]
−0.1429 − 0.0238 0.3095 1.33333 0.1586
Jadi pada titik 1 dan 2 terjadi translasi sebesar 0.9524/EI kearah kanan dan dititik 1 juga terjadi rotasi
sebesar -0.7302/EI serta dititik 2 terjadi rotasi sebesar 0.1586/EI.
Selanjutnya dapat dihitung momen akhir pada struktur dengan terlebih dahulu menentukan AMD dan
AML.
1.5 1 0 0
1.5 2 0 0
0 2 1 1.33333 tm
AMD = EI AML =
0 1 2 −1.33333 tm
1.5 0 2 0
[1.5 0 1] [ 0 ]
0 1.5 1 0 0.6984 tm
0 1.5 2 0 −0.0318 tm
0.9524
1.33333 0.0315 tm
AM = + EI 0 2 1 1/EI[
−0.7302 ] = −1.7463 tm
−1.33333 0 1 2
1.5 0 2 0.1586 1.7458 tm
0
[ 0 ] [1.5 0 1 ] [ 1.5872 tm ]
53
3. Portal dengan pergoyangan dan perletakan sendi
Suatu portal salah satu kolomnya jepit dan yang lainnya sendi dengan kekakuan seperti pada gambar
dengan beban merata pada semua tingkat sebesar q=2t/m.
Penyelesaian :
Menentukan FEM
=1/12*2*8²
=10.6667 tm
54
[AD-ADL] = 2
3
10.6667
0
10.6667
11.6667
0
11.6667
0
0
55
56
Pot 3
Pot 4
57
Pot 5
Plot 6
58
Pot 7
Pot 8
59
Pot 9
2*1.5EI/4=0.75
6*1.5EI/42
=0.5625
4*1.5EI/4=0.5
Pot 10
0
2*1.5EI/4=0.75
6*1.5EI/42
=0.5625
4*1.5EI/4=0.5
Gambar 3.13
60
Matriks kekakuan [S]
S= 1.6875 -0.8438 -0.5625 -0.5625 -0.5625 0.0000 0.0000 0.0000 0.5625 0.5625
EI -0.8438 0.8438 0.5625 0.5625 0.5625 0.5625 0.5625 0.5625 0.0000 0.0000
-0.5625 0.5625 2.0000 0.2500 0.0000 0.7500 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
-0.5625 0.5625 0.2500 2.5000 0.2500 0.0000 0.7500 0.0000 0.0000 0.0000
-0.5625 0.5625 0.0000 0.2500 2.0000 0.0000 0.0000 0.7500 0.0000 0.0000
0.0000 0.5625 0.7500 0.0000 0.0000 3.5000 0.2500 0.0000 0.0000 0.0000
0.0000 0.5625 0.0000 0.7500 0.0000 0.2500 4.0000 0.2500 0.7500 0.0000
0.0000 0.5625 0.0000 0.0000 0.7500 0.0000 0.2500 3.5000 0.0000 0.7500
0.5625 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.7500 0.0000 1.5000 0.0000
0.5625 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.7500 0.0000 1.5000
[D]=[S]-1*[AD-ADL]
Dengan operasi matrik invers maka [S]-1 dapat ditentukan sehigga D dapat dihitung, dan dari
hasil perkalian antara [S]-1 dengan [AD-ADL] didapat :
61
Menentukan [AMD]
[AMD]=EI 0.0000 0.0000 0.5000 0.2500 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
0.0000 0.0000 0.2500 0.5000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
0.0000 0.0000 0.0000 0.5000 0.2500 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
0.0000 0.0000 0.0000 0.2500 0.5000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.5000 0.2500 0.0000 0.0000 0.0000
0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.2500 0.5000 0.2500 0.0000 0.0000
0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.5000 0.5000 0.0000 0.0000
0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.2500 0.0000 0.0000 0.0000
0.5625 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.7500 0.0000 0.000 0.0000 0.0000
0.5625 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 1.5000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
-0.5625 0.5625 0.7500 0.0000 0.0000 1.5000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
-0.5625 0.5625 1.5000 0.0000 0.0000 0.7500 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
0.5625 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.7500 0.0000 1.5000 0.0000
0.5625 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 1.5000 0.0000 0.7500 0.0000
-0.5625 0.5625 0.0000 0.7500 0.0000 0.0000 1.5000 0.0000 0.0000 0.0000
-0.5625 0.5625 0.0000 1.5000 0.0000 0.0000 0.7500 0.0000 0.0000 0.0000
-0.5625 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.7500 0.0000 1.5000
-0.5625 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 1.5000 0.0000 0.7500
0.5625 0.5625 0.0000 0.0000 0.7500 0.0000 0.0000 1.5000 0.0000 0.0000
0.5625 0.5625 0.0000 0.0000 1.5000 0.0000 0.0000 0.7500 0.0000 0.0000
62
Menentukan momen akhir pada struktur [𝐴𝑚]
-10.6667 tm AM 21 = -13.7532 tm
10.6667 tm AM 23 = 9.5934 tm
-10.6667 tm AM 32 = -10.8315 tm
11.6667 tm AM 45 = 6.0666 tm
-11.6667 tm AM 54 = -15.9306 tm
11.6667 tm AM 56 = 9.1459 tm
-11.6667 tm AM 65 = -13.7808 tm
0 AM A4 = 8.9867 tm
0 AM 4A = 2.0503 tm
0 AM 41 = -8.1168 tm
0 AM 14 = -6.4762 tm
0 AM B5 = 0.00 tm
0 AM 5B = 3.5714 tm
0 AM 52 = 3.2146 tm
0 AM 25 = 4.1604 tm
0 AM C6 = 0.00 tm
0 AM 6C = 5.4017 tm
0 AM 63 = 8.3808 tm
0 AM 36 = 10.8318 tm
63
Kurang hal 64
64
Menentukan matriks [S]
5.66496
0.5172
[D]1/EI =
0.5172
65
MENENTUKAN (AMD)
Cara 2
Pot 1
66
Pot 2
67
Pot 3
Gambar 3.17
68
Menentukan matrik [S]
[S-1]=
MENENTUKAN [AMD]
69
5. Portal dengan panjang kolom tidak sama
Gambar 3.18
Menentukan FEM
FEM21=FEM12=FEM43=FEM34=FEM54=FEM45=1/2qL2=1/12 2 82=10.6667 tm
70
Gambar 3.19
Menentukan [AD-ADL]
[AD-ADL] =
71
Pot 1
Pot 2
72
Pot 3
Pot 4
73
Pot 5
Pot 6
74
pot 7
0.4
Gambar 3.20
75
(S-1) = 1/E1 4.064428 5.495887 0.062213 0.224079 0.774915 0.370251 0.679156
5.495336 13.617970 1.222029 1.469055 1.690952 1.073385 0.808205
0.062213 1.222029 0.950231 0.081732 0.021697 0.149549 0.017274
0.224079 1.469055 0.081732 0.967268
0.204904 0.008923 0.043084
0.774915 1.690952 0.021697 0.204904 0.649666 0.083163 0.127068
0.370251 1.073385 0.149549 0.008923 0.083163 0.479344 0.023827
0.679154
0.808205 0.017274 0.043084 0.127068 0.023827 0.899195
Dengan operasi matrik invers maka (S)-1 dapat ditentukan, sehingga D dapat dihitung, dan dari hasil
perkalian antara (S)-1 dengan (AD-ADL) didapat
θ2 = 2.864339/EI θ3 = -9.779997/EI
θ4 = -6.792261/EI θ5 = 5.096945/EI
Menentukan AMD
Ada 8 batang dan 7 derajat kebebasan maka matrik AMD berordo 16x7
76
-0.3750 0.3750 0.0000 1.0000 0.0000 0.5000 0.0000
77
6. Suatu gelagar dengan beban dan perletakan seperti pada gambar
Penyelesaian :
MCD = PL = 1*2 = 2 tm
Menentukan [ADL ]
78
Menentukan matriks [S]
Pot 1
Pot 2
[S] = EI
= 1/EI
= 1/EI
Jadi pada titik B terjadi rotasi sebesar 0.35714/EI dan titik terjadi rotasi sebesar -0.92857/EI
79
Menentukan AMD dan AML
AMD = EI AML =
AM =
Batang A – B
Batang B – C
Batang C – D
VC2 = P = 1 T
80
3T
( ASL ) 4T
2T
Dalam menentukan reaksi perletakan struktur harus menentukan terlebih dahulu reaksi
tumpuan akibat adanya deformasi [Asd], misalnya untuk struktur gelegar diatas:
Pot 1
Pot 2
Gambar 3.25
1.5 0
( Asd ) EI 0 1.5
1.5 1.5
[As] = [Asd]*[D]+[Asl]
81
( Asd ) EI 1.5 0 3T 3.53571T
*
0.35714 4T = 2.60714T
0 1.5 +
0.92857
1.5 1. 2T 2.85715T
Jadi gaya vertikal pada tumpuan A adalah 3.53571 T sedangkan untuk tumpuan B dan C berturut-
turut adalah 2.60714 T dan 2.85715 T.
8. Hitung reaksi perletakan pada portal pada gambar 3.9 Menentukan reaksi perletakan struktur
akibat beban [Asl] reaksi vertikal akibat beban merata VA=VB=1/2*4*2= 4 T
Gambar 3.26
( Asd ) 0
0
4T
0
0
4T
82
Menentukan reaksi tumpuan akibat adanya deformasi [Asd]
Pot 1
Pot 3
Gambar 3.27
83
[ASD] = EI 1.5 1 0
-1.5 -1.5 0
0 1.5 1.5
1.5 0 1
-1.5 0 -1.5
0 -1.5 -1.5
[AS] = 0.6984 tm 0
-0.3333 T 0
3.1426 T 1.5
1.5872 tm 1
-1.6665 T -1.5
4.8574 T -1.5
Jadi pada tumpuan A terjadi reaksi momen sebesar 0,6984 tm, reaksi horizontal -0.3333 T
(0.3333 T arah kekiri), dan reaksi vertikal 3.1426 T.
Pada tumpuan B terjadi reaksi momen sebesar 1.5872 tm, reaksi horizontal -1.6665 T, dan
reaksi 4.8574 T.
84
Hukum Hooke σx = E€x
Pada x = 0 , u(0) = ui , ui = a1 + a2 . 0
a1 = ui
uj = ui + a2L
a2 = (uj – ui )/L
[ ][ ][ ]
a1
a2
=
1 0
-1/L 1/L
ui
uj
[]
a1
{u} = { 1 x}
a2
85
BAB IV
Metode Elemen Hingga (Finite Element Metod) merupakan cara modern dalam memecahkan
masalah dibidang rekayasa sipil. Timbulnya Metode Elemen Hingga karena banyaknya permasalahan
dibidang rekayasa sipil yang tidak dapat atau sulit dianalisis dengan metode metode konvensional ang
ada. Struktur struktur dengan bentuk yang komplek metode konvensional sangat sulit digunakan
karena kondisi batas dari struktur untuk menyusun model matematiknya sulit ditentukan.
Dalam bab ini akan dibahas Metode Elemen Hingga untuk struktur rangka batang dan portal.
Berikut ini akan diuraikan penurunan matrik kekakuan yaitu:
(e)
x,u
86
1 0
{ u } = [1 x] 1 1 ui
L L uj
X ui
{ u } = [1 X/L ]
uj
L
{u} = [N ] { d }
displacement
shape function
displacement equation
ɛx = du/dx
ui
= d/du [ 1-x/L x/L ]
ui uj
= [ -1/L 1/L ]
uj
[B] {d}
1
2
=ƒʌ L E [ -1/L 1/L ] dx dA
1
L
1 1
2 2
= EA dx
L L
1 1
2 2
L L
1 1
L L
[ KLᶜ ] = EA
1
1
L L
87
EA 1 1
L 1 1
1 0 1 0
[ KLᶜ ]
EA 0 0 0 0
L 1 0 1 0
0
0 0 0
U = displacement arah x
v(x) = a1 + a2 x + a3 x² + a4 x³
pada x = 0 v(0) = vi vi = a1 + a2 0 + a3 0² + a4 0³
88
a1 = vi
ϴi = a2 + 2a3 0 + 3a4 0²
a2 = ϴi
ϴi = a2 + 2a3 L + 3a4 L²
a3 = ( 3/ L² ) { wj-wi } – ( 1/L ) {2 ϴi - ϴj }
a4 = ( 2/ L³ ) { wj-wi } – ( 1/L² ) {2 ϴi - ϴj }
Secara matrik
1 0 0 0 vi
a1
0 1 0 0
a2 3 2 3 1
2 L 2 L
i
a3
vj
=
a4 L L
2 1 2 1
j
3 2 3 2
L L L L
Persamaan v(x) = a1 + a2 x + a3 x² + a4 x³
a1 1 0 0 0
vi
0
1 0
0
i
a2
V = [ 1 x x² x³ ] = 3 2 3 1
a3
a4 2 2 L
vj
L
L L
2 1 2 1
j
3
L
2 3
L L L
2
89
𝑉 = (1 − 3𝑥 2 / 𝐿2 + 2𝑥 3 /𝐿3 ) (𝑥 − 2𝑥 2 /L + 𝑥 3 /𝐿2 )
Displacement
[ B ] = -z (𝑑2 /𝑑𝑥 2 ) [ N ]
90
a22 = [-4L + 6x/L²]²
vi θi vj θj
12
vi
L
6 4
L L θi
12 6 12
L L L vj
6 2 6 4
L
L L L
θj
Tranformasi koordinat
ui = Ui cos α + Vi sisn α
θi = θi
uj = Uj cos α + Vj sin α
θj = θj
91
ui cos sin 0 0 0 0
vi sin cos 0 0 0 0
0i 0 0 0 1 0 0
uj 0 0 0 cos sin 0
vj 0 0
0 sin cos 0
0j = 0 0 0 0 0 0
[Kɢᵉ] = [T]ᵀ[Kᵉ][T]
{F} = [K ɢᵉ]{u}
Contoh soal :
92
Dimensi balok-dimensi kolom
b = h = 40 cm
L=2m
E= 2000000 t/m2
Penyelesaian
ui vi θi uj vj θj
A 0 0 −A 0 0 ui
0 12I/L2 6I/L 0 −12I/L2 6I/L vi
0 6I/L 4I 0 −6I/L 2I 𝜃i
[KLc] = E/L uj
−A 0 0 A 0 0
0 −12/L2 −6I/L 0 12I/L2 −6I/L vj
[ 0 6I/L 21 0 −6I/L 4𝐼 ] θj
𝞱 = rotasi
Elemen 1
u1 v1 θ1 u2 v2 θ2
A 0 0 −A 0 0 u1
0 12I/L2 6I/L 0 −12I/L2 6I/L v1
0 6I/L 4I 0 −6I/L 2I 𝜃1
[KLc]1 = E/L
−A 0 0 A 0 0 u2
0 −12/L2 −6I/L 0 12I/L2 −6I/L v2
[ 0 6I/L 21 0 −6I/L 4I ] θ2
93
Elemen 2
u2 v2 θ2 u3 v3 θ3
A 0 0 −A 0 0 u2
0 12I/L2 6I/L 0 −12I/L2 6I/L v2
0 6I/L 4I 0 −6I/L 2I 𝜃2
[KLc]2 = E/L
−A 0 0 A 0 0 u3
0 −12/L2 −6I/L 0 12I/L2 −6I/L v3
[ 0 6I/L 21 0 −6I/L 4I ] θ3
Elemen 3
u4 v4 θ4 u3 v3 θ3
A 0 0 −A 0 0 u4
0 12I/L2 6I/L 0 −12I/L2 6I/L v4
0 6I/L 4I 0 −6I/L 2I 𝜃4
[KLc]3 = E/L
−A 0 0 A 0 0 u3
0 −12/L2 −6I/L 0 12I/L2 −6I/L v3
[ 0 6I/L 21 0 −6I/L 4I ] θ3
Elemen 1
α = 90
0 1 0 0 0 0
−1 0 0 0 0 0
0 0 1 0 0 0
[T] =
0 0 0 0 1 0
0 0 0 −1 0 0
[0 0 0 0 0 1]
94
0 −1 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0
0 0 1 0 0 0
[T]T =
0 0 0 0 −1 0
0 0 0 1 0 0
[0 0 0 0 0 1]
u1 v1 θ1 u2 v2 θ2
12I/L2 0 −6I/L −12I/L2 0 −6I/L u1
0 A 0 0 −A 0 v1
−6I/L 0 4I 6I/L 0 2I 𝜃1
[KGc]1 = E/L
−12/L2 0 6I/L 12I/L2 0 6I/L u2
0 −A 0 0 A 0 v2
[ −6I/L 0 21 6I/L 0 4I ] θ2
Elemen 2
α=0
Elemen 3
α = 90
0 1 0 0 0 0
−1 0 0 0 0 0
0 0 1 0 0 0
[T] =
0 0 0 0 1 0
0 0 0 −1 0 0
[0 0 0 0 0 1]
95
0 -1 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0
[T]T = 0 0 1 0 0 0
0 0 0 0 -1 0
0 0 0 1 0 0
0 0 0 0 0 1
U4 v4 θ4 u3 v3 θ3
121/L 0 -61/L -121/L2 0 -61/L u4
0 A 0 0 -A 0 v4
[KGC ]3 = E/L -61/L 0 41 61/L 0 21 θ4
-121/L2 0 61/L 121/L2 0 61/L u3
0 -A 0 0 A 0 v3
-61/L 0 21 61/L 0 41 θ3
96
97
98
Reaksi tumpuan
F1 -121/L2 0 -61/L 0 0 0 u2
G1 0 -A 0 0 0 0 v2
M1 61/L 0 21 0 0 0 θ2
F4 =E/L 0 0 0 -121/L2 0 -61/L u3
G4 0 0 0 0 -A 0 v3
M4 0 0 0 0 2 θ3
F1 = -0.3498 T
G1 = 3.16894 T
M1 = 0.7294 Tm
F4 = -1.65016 T
G4 = 4.84706 T
M4 = 1.57503 Tm
Elemen 1
α = 90
0 160000 0 0 -160000 0
-6390 0 6390 6390 0 6390
[T] [KGC]l= -6390 0 8520 6390 0 4260
0 -160000 0 0 160000 0
6390 0 -6390 -6390 0 -6390
-6390 0 4260 6390 0 8520
99
f1 0 160000 0 0 -160000 0
g1 -6390 0 6390 6390 0 6390
M1 -6390 0 8520 6390 0 4260
f2 = 0 -160000 0 0 160000 0 232.8769 106
g2 6390 0 -6390 -6390 0 -6390 -19.7059
M2 -6390 0 4260 6390 0 8520 -178.215
f1 = 3.16894 t
g1 = 0.34929 t
M1 = 0.72887 tm
f4 = -3.16894 t
g4 = -0.34929 t
M4 = -0.03031 tm
elemen 2
α=0
f2 = 1.650144 t
g2 = -1.29654 t
M2 = -.30046 tm
f3 = -1.650144 t
g3 = -0.85731 t
M3 = -0.390998 tm
100
Elemen 3
α = 90
0 160000 0 0 -160000 0
-6390 0 6390 6390 0 6390
[T] [KGC]l= -6390 0 8520 6390 0 4260
0 -160000 0 0 160000 0
6390 0 -6390 -6390 0 -6390
-6390 0 4260 6390 0 8520
f4 0 160000 0 0 -160000 0 0
g4 -6390 0 6390 6390 0 6390 0
M4 -6390 0 8520 6390 0 4260 0
f3 = 0 -160000 0 0 160000 0 222.5636 106
g3 6390 0 -6390 -6390 0 -6390 -30.2941
M3 -6390 0 4260 6390 0 8520 35.2745
f4 = 4.8471 t
g4 = 1.64758 t
M4 = 1.57245 tm
f3 = -4.8471 t
g3 = -1.64758 t
M3 = 1.72272 tm
101
Bidang Momen
0.03 tm 1.72 tm
0.03 tm 1.72 tm
0.729 tm 1.572 tm
Rangka Batang
E = 2100 t/cm2
A = 30 cm2
2t
200cm 4t 200cm
1 2
3
1 3
200√3 cm
102
Matrik Kekakuan Elemen Lokal
Elemen 1
U1 v1 u2 v2
1 0 −1 0 𝑢1
0 0 0 0 𝑣1
[KLc]1 = EA/L1
−1 0 1 0 𝑢2
[0 0 0 0] 𝑣2
Elemen 2
U2 v2 u3 v3
1 0 −1 0 𝑢2
0 0 0 0 𝑣2
[KLc]2 = EA/L2
−1 0 1 0 𝑢3
[0 0 0 0] 𝑣3
Elemen 3
U1 v1 u3 v3
1 0 −1 0 𝑢1
0 0 0 0 𝑣1
[KLc]3 = EA/L3
−1 0 1 0 𝑢3
[0 0 0 0] 𝑣3
Matriks Transformasi
Ui vi uj vj
𝑐𝑜𝑠𝛼 𝑠𝑖𝑛𝛼 0 0 𝑢𝑖
−𝑠𝑖𝑛𝛼 𝑐𝑜𝑠𝛼 0 0 𝑣𝑖
[T] =
0 0 𝑐𝑜𝑠𝛼 𝑠𝑖𝑛𝛼 𝑢𝑗
[ 0 0 −𝑠𝑖𝑛𝛼 𝑐𝑜𝑠𝛼 ] 𝑣𝑗
103
Matriks Kekakuan Elemen Global
Elemen 1
α= 30˚
1 1
√3 0 0
2 2
1 1
−2 √3 0 0
2
[T] =
1 1
0 0 √3
2 2
1 1
[ 0 0 −2 2
√3]
3 √3 −3 −√3
√3 1 −√3 −1
[KGc]1 = EA/800
−3 −√3 3 √3
[−√3 −1 √3 1 ]
Elemen 2
α= 330˚
1 1
√3 −2 0 0
2
1 1
√3 0 0
2 2
[T] =
1 1
0 0 √3 −2
2
1 1
[ 0 0 2 2
√3]
3 −√3 −3 √3
−√3 1 √3 −1
[KGc]2 = EA/800
−3 √3 3 −√3
[ √3 −1 −√3 1 ]
Elemen 3
α= 0˚
KGc]3 = [KLc]3
104
Overall matrik kekakuan
3 4
3 3 3 4 3 0
3
𝐹1
𝑢1
3 1 3 1 0 0
𝐺1 𝑣1
3 3 3 3 3 3 3 3
4 3
𝑢2
= EA/800 1 3 3 1 1 3 1
−2 𝑣2
4 3 3 3
4
𝐹3 0 3 3 𝑢3
3
{ 𝐺3 } {𝑣3}
0 0 3 1 3 1
6 0 3 3 3 3
0 2 3 1 3 1
4 𝑢1
3 3
4
3 3 4 3 0
−2 3 𝑣1
𝐹1 3 1 3 1 0 0 𝑢2
= EA/800
𝐺1 3 3
4 𝑣2
3 4 3 0 3
𝐹3 3 𝑢3
3
{ 𝐺3 } 1 0 0 3 1 {𝑣3}
Displacement
4 = EA/800 6 0 u2
2 0 2 v2
1
4 6 0 u2
= EA/800
2 0 2 v2
1
u2 2 0 4
= EA/800
v2 0 6 2
105
u2 = 800/(12EA) 8 = 0.008466
v2 12 0.012698
Gaya Batang
Elemen 1
f1
g1 = ( T ) ( 𝐾 2)1 ( u )
f2 𝐺
g2
1
3
1
0 0
2 2
1
= EA/800 1 3 1
2
0 0
1
3 3
2
3 1 3 1
2 3 2 2 3 2 0
= EA/800 0 0 0 0 0
2 3 2 2 3 2 0.008466
0.012698
0 0 0 0
f1 0.30957
g1 = 0
f2 0.30957
g2 0
Elemen 2
f2
g2 = ( T ) ( 𝐾 2)2 ( u )
f3 𝐺
g3
106
1
3
1
0 0
2 2
1 1
0 0
2 2
= EA/800
1
0 0
1
3
2 2
1
0 0 3
2
2 3 2 2 3 2 0.008466
= EA/800 0 0 0 0 0.012698
2 3 2 2 3 2 0
0 0 0 0 0
f2 4.3094
g2 = 0
f3 4.3094
g3 0
Elemen 3
f1 1 0 1 0 0 0
g1 = EA/( 200 3) 0 0 0 0 0
=
0
f3 1 0 1 0 0 0
g3 0 0
0 0 0 0
Reaksi Perletakan
f1 3 3 0.008466
g1 = EA/( 200 3) 3 1 = 0.012698
f3 3 3 0
g3
3 1 0
f1 3 3 0.268097
g1 = EA/( 200 3) 3 1 = 0.15479
f3 3 3 3.732087
g3 2.15472
3 1
107
Gambar 4.6 gaya batang dan reaksi perletakan
108
LAMPIRAN 1
FLEXED END MOMEN (FEM) adalah momen yang terjadi pada ujung-ujung batang jepit atau disebut
juga dengan momen primer. Berikut ini beberapa contoh batang yang terjepit ujung-ujungnya
dengan pembebanan yang bervariasi.
MB = MA = PL/8
F2 = F1 = P/2
MB = Pa2b / L2
MA = -PAB2 / L2
F2 = P (a/L + a2b/L3 - ab2L3)
F1 = p (b/L – a2b/L3 + ab2/L3)
109
3. Balok terjepit dengan beban merata
MB = -MA = qL2/12
F2 = F1 = qL/2
MB = Ma/L (2-3a/L)
MA = Mb/L (2-3b/L)
F2 = -F1 = 6Mab/L3
110
6. Balok terjepit dengan 2 beban terpusat P berjarak a dari tiap ujungnya.
MA = -(qa2/12L2) (6L2-8aL+3a2)
MB = (qa3/12L2) (4L-3a)
F1 = (qa/2L3) (2L3-2a2L+a3)
F2 = (qa3/2L3) (2L-a)
MA = -WL2/30
MB = 20WL2/20
F1 = 3qL/20
F2 = 7qL/20
111