Anda di halaman 1dari 30

PERT DAN CPM DALAM PENJADWALAN

RENCANA PENDIDIKAN
Disusun Oleh:
1. Rudi Hartono (322017011)
2. Andini Nawang Wulan (322017013)

Dosen pembimbing:DR.A. HUSEIN FATTAH, M.M.

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN FAKULTAS


KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2019
A. Konsep PERT dan CPM

Banyak administrator yang telah berhadapan dengan masalah


penjadwalan proyek, oleh karena aktivitas proyek sangat banyak
jumlahnya dan rumit. Karena jika disajikan dengan menggunakan
grafik akan dapat memperlihatkan :
1. Aktivitas mana yang mendahului dan aktivitas mana yang
mengikutinya
2. Permulaan dan lamanya waktu yang diperlukan untuk
melakukan setiap aktivitas
Alat bantu grafik yang pertama digunakan untuk menyajikan
proyek adalah “diagram batang (Gannt Chart atau Bar Chart).”
Diagram batang memiliki banyak kelemahan, yaitu:
1. Saling keterkaitan antara aktivitas yang satu dengan aktivitas
yang lain tidak kelihatan
2. Aktivitas kritis (aktivitas yang tidak boleh ditunda pengerjaannya
karena kalau ditunda akan mengakibatkan pemborosan) tidak
bisa diketahui.
3. Penyempurnaan informasi ketika terjadi perubahan karena waktu
permulaan kegiatan, dan karena adanya penambahan aktivitas,
akan memerlukan diagram baru, dan ini berpengaruh pada
perubahan proyek yang sulit untuk dinilai.
Usaha untuk menyempurnakan kelemahan diagram batang,
akhirnya secara evolusi ditemukan suatu teknik baru yang digunakan
untuk menganalisis jaringan kerja yang disebut PERT singkatan dari
Programme Evaluation and Review Technique. PERT secara
mendasar dapat dipandang sebagai penyajian dalam bentuk diagram
sama seperti alat bantu grafik untuk keperluan manajemen.
PERT Menggunakan beberapa simbol sederhana
dengan maksud untuk:
1. Memperlihatkan urut-urutan kegiatan proyek secara
logis
2. Memperlihatkan saling keterkaitan antar kegiatan.
Kegiatan mana yang harus dilakukan terlebih dahulu
dan kegiatan mana yang mengikutinya, kegiatan
mana yang harus diselesaikan terlebih dahulu dan
kegiatan mana yang baru mulai dikerjakan, dan
kegiatan mana yang menjadi penghambat bagi
kegiatan yang lain.
B. Kegunaan PERT dan CPM
PERT dan CPM sebagai alat bantu manajemen mempunyai
sejumlah kegunaan yang penting yaitu:
1. PERT dan CPM merupakan alat bantu grafik yang
mengorganisasikan aktivitas proyek secara logis pada tahap
perumusan proyek.
2. Melalui penjadwalan waktu dan data pada slack/ploat, PERT dan
CPM memberikan referensi yang dapat mengukur kemajuan proyek.
Ini merupakan fungsi pengawasan yang diberikan PERT dan CPM
kepada proyek.
3. PERT dan CPM memperlihatkan aktivitas-aktivitas yang kritis dan
harus terus dipantau secara serius oleh manajer.
4. PERT dan CPM memberi informasi yang sederhana kepada para
pekerja tentang cara bagaimana proyek diselesaikan.
C. Arti dan Simbol Pada PERT
Arti dan simbol yang di gunakan dalam jaringan kerja
PERT (inti PERT adalah Jaringan Kerja) adalah sebagai
berikut.
Peristiwa (event): yaitu permulaan atau akhir dari
suatu aktivitas, hanya satu tahap selama proyek
berjalan, dan tidak membutuhkan sumber daya dan
waktu.
1 Setiap peristiwa diberi nomor urut agar mudah di
identifikasi.

2
Aktivitas: yaitu komponen proyek yang membutuhkan
sumber daya dan waktu.

1 2 Dua peritiwa dihubungkan oleh satu aktivitas.

Banyak aktivitas dapat dimulai dari satu peritiwa


4
Simbol Keterangan

Aktifitas kosong (dummy activity) yaitu tanda panah


putus-putus menghubungkan dua peristiwa yang
menunjukkan bahwa pristiwa sebelumnya terjadi
penghambat bagi terjadinya peristiwa berikutnya.
Misalnya, kegiatan menyelesaikan bangunan
(bangunan selesai) menjadi penghambat bagi
kegitatan melengkapi perabotannya (bangunan
lengkap dengan perabotannya) seperti dapat dilihat
pada gambar dibawah ini.

1 3 4

6
2 5
Gambar 11.1. Contoh Aktifitas Dummy pada PERT
Dua hal yang harus dihindari dalam membuat jaringan kerja PERT
yaitu: menggantung (dangel) dan melingkar (loop). Setiap peristiwa
dari peristiwa yang satu ke peristiwa lain kecuali peristiwa pertama
dan terakhir harus dimulai dan diakhiri dari satu aktivitas atau dari
satu dummy, jika suatu peristiwa mengantung tanpa mempunyai
hubungan, maka hal ini dinyatakan dangle, seperti contoh dibawah
ini.
2
5
1

3 4 6

Gambar 11.2: Contoh Dangle pada PERT

Peristiwa 5 atau 5 adalah dngle dan harus dihubungkan dengan


peristiwa 6 atau 6 dengan aktivitas dengan dummy.
Ketika urutan aktivitas secara logis tidak terjadi karena
peristiwa yang terakhir kembali lagi ke peristiwa sebelumnya
atau ke peristiwa yang pertama dari aktivitas sebelumnya maka
akan mengakibatkan loop seperti dibawah ini.
Peristiwa 5 keperistiwa 3 adalah tidak logis sehingga jaringan
PERT salah.

2 4

3 5

Gambar 11.3 Contoh Loop pada PERT


D. Cara Mengambar PERT
Ada beberapa cara untuk dapat mengambanr jaringan kerja PERT.
Buku-buku teks tentang cara mengambanr PERT menjelaskan
pendekatan yang berbeda-beda. Namun, di sini kita akan belajar
dengan cara yang sederhana agar mudah dipelajari dan disertai
praktik.
Tahap I: daftar semua event yang akan terjadi dalam proyek secara
menyeluruh. Kemudian keluaran event yang kurang penting dari
daftar, dan pisahkan event-event yang baik dan logis.
Tahap II: letakan setiap event menurut nomor urut secara seri
dalam daftar pertama.
Tahap III: urutkan setiap event decaraseri, dimulai dengan event
terakhir dan diakhiri dengan event 1 yang menjadi awal dari proyek.
Tahap IV: Kenali segera event yang mendahului event yang lainnya
untuk setiap event. Ini akan menghasilkan daftar seperti di bawah
ini.
Tahap V gambar jaringan kerja,
Urutan Event mulai dengan event 1. Menurut
Event Sebelumn data di samping, event 2 muncul
ya segerasetelah event 1. ini bearti 2
mengikuti 1. ini dalam jaringan
kerja akan tampak sebagai
berikut.
5 4 Event 3 didahului dua event yaitu
4 3,2 event yaitu event 1 dan event 2.
3 2,1 ini bearti 3 mengikuti 1 dan 2.
2 1 jika disususn dalam jaringan
1 - kerjaakan tampak seperti dibawah
ini.
1 2

Gambar 11.4 PERT dengan dua event dan Satu Aktivitas


2
Gambar 11.5 PERT dengan Tiga
1
Event dan Tiga Aktifitas
3

Selanjutnya kita menemukan event 4 segera mincul setelah


event 1 dan 2. ini bearti 4 mengikuti event 2 dan 3.
jaringan kerja ini akan tampak seperti dibawah ini.
2
4
1
3 Gambar 11.6 PERT dengan Empat
Event dan Lima Aktivitas
Terakhir, event 5 didahului oleh event 4 sehingga jaringan
kerja lengkap akan tampak seperti di bawah ini.
2

4 5

Gambar 11.7 PERT dengan Lima Event dan


Enam Aktifitas
E. Mengisi Data Jaringan Kerja
Kegunaan jaringan kerja PERT sebagai alat bantu
manajermen peroyek dapat ditingkatkan dengan menuliskan
informasi di setiap tanda panah yang merupakan aktivitas
proyek. Informasi selanjutnya adalah tanggung jawab agensi
untuk mengisi aktivitas proyek tersebut, termasuk informasi
alokasi sumber daya manusia dan uang. Sebagai contoh,
semua informasi diberikan pada jaringan kerja seperti di
bawah ini. Membuat blok
Mengumpul
Iklan iklan
2 Tuan yoyo Rp. 5
Tuan Hamid
Rp. 200 Ribu Juta

1 4
Mengedit teks Mencetak teks
Tuan Percetakan A
Hamid Rp. 10 Juta
Rp. 1 Juta
3
Ketika jaringan kerja diisi dengan data, hati-hati
jangan terlalu banyak. Jika terlalu kompleks, maka
akan kehilangan fungsinya sebagai alat bantu
grafik untuk manajemen proyek. Alat bantu grafik
harus diperhatikan kejelasan dan keindahannya.
F. Penjadwalan PERT
Tujuan utama PERT ada dua, yaitu pertama untuk
menyajikan aktivitas proyek dengan urutan yang logis dan
memperlihatkan saling keterkaitan antaraktivitas, yang kedua
adalah untuk melakukan penjadwalan proyek. PERT mempunyai
kaitan dengan metodologi yang dapat melakukan penjadwalan
waktu seperti suatu cara untuk menyediakan sejumlah data yang
krusial yang sangat berguna untuk pengambilan keputusan
manajemen. PERT memiliki empat elemen yaitu:
1. Waktu Perkiraan (TimeEstimate )
2. Waktu Tercepat (EarliestTime )
3. Waktu Paling Lambat (LatestTEme )
4. Kelenturan Waktu (Slack atau Floats )

Waktu perkiraan di dalam PERT diperoleh dari seorang


ahli yang menguasai penyelesaian setiap aktivitas dengan
menggunakan rumus seperti di bawah ini
te = OE + 4 ML + PE
Dimana : 6
te = waktu yang diperkiraan
OE = perkiraan optimis (OptimisticEstimate), jika segala
sesuatunya berjalan baik, tidak ada hambatan berarti.
ML = perkiraan normal (MostLikelyEstimate), jika segala
sesuatunya berjalan normal.
PE = Perkiraan pesimis (PesimisticEstimate), jika segala
sesuatunya ada hambatan berarti OE ML PE
Rasional rumus di atas telah dibuktikan melalui analisis
statistik, dan dalam jaringan kerja t ditulis sebagai berikut.
2
Te = 2 mgu Te = 7 mgu

1 Te = 6 mgu 4 Te = 3 mgu 6
Te = 3 mgu
Te = 5 mgu Te = 1 mgu
3 5
Te = 2 mgu
1. Waktu Tercepat untuk Terjadinya Suatu Event (TE)
Berdasarkan jaringan kerja di atas, kita punya dasar untuk
menemukan waktu tercepat (EarliestPossibleTime) untuk terjadinya
event dengan simbol TE. Ketika kita memperhatikan jaringan kerja
di atas, maka kita menemukan hal-hal sebagai berikut.
Event ( 2 ) terjadi hanya dua minggu setelah event ( 1 ) . jadi TE
Untuk terjadinya Event ( 2 ) adalah 2 minggu. Event ( 3 ) dapat untuk
terjadinya setelah event ( 1 ) dan event ( 2 ). Aktivitas yang melalui
event ( 2 ) dan event ( 3 ) membutuhkan waktu 8 minggu. Jadi TE
untuk even ( 3 ) adalah 8 minggu. Dengan cara yang sama( 4 )
didahului oleh event ( 2 ) dan event ( 3 ) yang terjadi lebih dahulu.
Ini membuat TE event ( 4 ) menjadi 13 minggu. TE event ( 5 ) adalah
10 minggu, dan TE untuk event terakhir yaitu ( 6 ) adalah 16
minggu.
Perlu dicatat bahwa ketika TE untuk suatu event
tertentu dapat dihitung melalui beberapa jalur alternatif,
maka angka yang paling besar adalah angka TE yang tepat.
Misalnya untuk event ( 4 ) jalur yang mungkin adalah:
Melalui event 1 dan 2 = 9 minggu .

Melalui event 1 dan 3 = 8 minggu


Melalui event 1, 2, dan 3 = 13 minggu

TE yang benar adalah 13 minggu, karena event ( 4 ) tidak


akan terjadi sampai semua event yang mendahuluinya telah
muncul lebih dahulu.
2. Waktu Terlama untuk Terjadinya Suatu Event (TL)
Seperti halnya ketika menghitung TE,melalui jaringan
kerja, kia juga dapat menghitung waktu yang paling lama
untuk terjadinya sebuah event, yang diberi simbol TL.
Berdasarkan jaringan kerja di atas, kita dapat mengetahui
bahwa event ( 6 ) akan terjadi paling cepat 16 minggu. Jika kita
harus mengakhiri waktu pelaksanaan proyek, maka tidak
boleh terjadi lebih dari 16 minggu. Dengan demikian TL untuk
evert ( 6 ) adalah 16 minggu
Mari kita asumsikan bahwa penjadwalannya sama
dengan jaringan kerja di atas, maka kita akan mendapatkan
TL sebagai 3 berikut: Event ( 5 ) telah terjadi 1 minggu
sebelum event ( 6 ) adalah 15 minggu (16-1). TL untuk evert ( 5
) adalah 13 minggu (16-3). TL untuk event ( 3) menjadi 8
minggu, event ( 2 ) menjadi 2 minggu, dan event ( 1 ) menjadi
0 minggu
Perlu dicata, bahwa sama dengan cara mencari TE,
seperti ini, maka jalur yang angkanya paling kecil adalah
angka TL yang tepat. t,TE dan TL di atas akan tampak pada
jaringan kerja seperti di bawah ini.
TE = 2
TL = 2
2
7 TE = 13
2 TL = 13
4
TE = 0
1 6 TE = 16
TL = 0 TL = 16
5
6
3
3
1
TE = 8 2
TL = 8

Gambar 11.10 PERT dengan Waktu Tercepat dan Terlama 5


TE = 10
TL = 15
3. Waktu Lentur
Untuk menemukan aktivitas yang dapat dan tidak dapat
ditunda pengerjaannya, kita dapat menghitung TL dan TE untuk
setiap aktivitas tunggal. Ini dapat dilakukan dengan menggunakan
tabel di bawah ini.
AKTIVIT TL TE Slack/Float
AS
1-2 2 2 0
1-3 8 3 5
2-3 8 8 0
2-4 13 9 4
3-4 13 10 3
3-5 13 13 0
4-6 16 16 0
5-6 16 10 6
Tabel di atas menunjukkan bahwa untuk beberapa
aktivitas terdapat perbedaan antara TL dan TE kolom
slack/float. Itu berarti bahwa aktivitas tersebut dapat
ditangguhkan atau ditunda pengerjaannya selama
beberapa minggu sesuai dengan angka yang terdapat
pada kolom slack/float. Ini tidak akan mengganggu
penjadwalan proyek secara keseluruhan
Pengenalan terhadap aktivitas slack/float akan
membantu manajer untuk memaksinialkan penggunaan
sumber daya seperti: meminimalkan waktu tunggu bagi
orang dan mesin, memindahkan sumber daya untuk
aktivitas yang lebih penting dan menangguhkan pinjaman
untuk keperluan keamanan.
G. Metode Jalur Kritis
Ketika slack atau float berisi angka 0 maka manajer tidak
boleh menunda atau menangguhkan aktivitas tersebut karena
aktivitas itu merupakan aktivitas kritis. Jika aktivitas ini
ditangguhkan pengerjaannya maka sudah pasti akan mengganggu
jawal keseluruhan proyek dan menimbulkan pemborosan yang
tidak perlu. Aktivitas-aktivitas seperti ini dalam PERT disebut
sebagai "jalur kritis," Tak ada alasan bagi manajer proyek untuk
menunda setiap aktivitas pada jalur ini, dan bahkan mereka harus
memberikan perhatian yang lebih banyak terhadap aktivitas-
aktivitas kritis ini. Jalur kritis pada jaringan kerja di atas dapat
digambarkan sebagai berikut.
2

4 6

3 5

Kita melihat garis putus-putus pada beberapa anak panah, Inilah


jalur kritisnya. Jadi jalur yang menghubungkan event (1),(2),
(3)(4) dan (6) adalah jalur kritis.
Ketika jalur kritis telah diidentifikasi, manajer proyek akan
mengetahui ke mana sumber daya harus dikonsentrasikan. Jadi
jalur kritis menjadi alat manajemen untuk keperluan supervisi
dan untuk pengalokasian sumber daya.
H. Menentukan Probabilitas
PERT juga menyediakan metode untuk menentukan
peluang guna mengantisipasi keterbatasan waktu. Ini
dapat dilakukan dengan menggunakan dua rumus
sederhana yaitu:
x = PE – OE dan (2) z = TS – TE
(1)
6 x
Di mana:
PE = Perkiraan waktu yang pesimis
OE = Perkiraan waktu yang optimis.
TS = Waktu yang terjadwal.
TE = Waktu yang diharapkan
Untuk menggunakan rumus di atas, kita menambahkan
perkiraan waktu pesimis dan optimis kepada semua aktivitas
proyek, kemudian temukan perbedaannya. Perbedaan ini
kemudian dibagi 6. Ini menjadi faktor penentu rumus yang
kedua. Setiap nilai z kemudian dicocokkan dengan tabel
peluang yang tersedia. Penjadwalan aktivitas diterima jika nilai
z berada pada wilayah 60%. Jika nilai z berada di bawah angka
60%, maka penjadwalan tersebut dapat menghasilkan
penjadwalan yang terlalu ketat. Sebaliknya, jika nilai z berada
di atas angka 60%, maka penjadwalan tersebut terlalu longgar
sehingga menimbulkan pemborosan yang tidak perlu.
Mari kita ilustrasikan dengan menggunakan contoh di
bawah ini.
TS = 16
TE = 15
Jadwal I Jadwal II

AKTIVITAS PE OE AKTIVITAS PE OE

1-2 9 8 1-2 10 4
1-3 3 2,5 1-3 6 2
2-4 6 5,5 2-4 8 4
3-4 3 2,5 3-4 5 2
4-5 5 4,5 4-5 8 4
26 23 37 16
(1) x = 26-23 = 0,5 (1) x = 37 – 16 = 3,6
6 6

(2) z = 16 – 15 = 2 (2) z = 16 – 15 = 0,29


0,5 3,6

Dengan mengkonsultasikan hasil tersebut pada nilai


z yang terdapat pada tabel probabilitas ditemukan bahwa
jadwal I nilal z 2 berada pada daerah penerimaan 98%,
dan jadwal II nilai z = 0,29 berada pada daerah
penerimaan 60%. Dengan demikian, penjadwalan I
ternyata terlalu longgar sehingga menimbulkan
pemborosan yang tak perlu, sedangkan penjadwalan II
agak ketat sehingga diperlukan lebih banyak sumber
daya yang harus dicurahkan pada proyek.
z Probabilitas z Probabilitas
%
0,00 50 -0,00 50
0,25 59 -0,25 40
0,50 69 -0,50 30
0,75 76 -0,75 23
1,00 84 -1,00 16
1,25 89 -1,25 10
1,50 93 -1,50 6
1,75 96 -1,75 4
2,00 98 -2,00 2
2,25 99 -2,25 1
2,50 99,4 -2,50 0,6
3,00 99,9 -3,00 0,1

Anda mungkin juga menyukai