Anda di halaman 1dari 13

MANAJEMEN PROYEK NETWORK PLANNING

Pada dasarnya network planning adalah suatu cara penggambaran kegiatan


proyek dalam bentuk simbol-simbol network.
Simbol-simbol yang digunakan adalah:
1) Event (Kejadian= Peristiwa=Saat)

Event adalah saat dimulainya atau berakhirnya suatu kegiatan. Simbul yang
digunakan biasanya berupa lingkaran atau ellips. Ruangan sebelah kiri digunakan untuk
memberi identitas dari event itu, biasanya berupa bilangan (tak berdimensi).

Ruangan kanan digunakan kapan terjadinya kejadian itu, bagian kanan


atas menunjukkan kapan paling cepat saat itu terjadi (EET=Earliest Event Time) dan
kanan bawah menunjukkan paling lambat saat itu boleh terjadi (LET=Latest Event
time). Setiap kegiatan selalu dimulai oleh sebuah event (disebut Start event atau saat
dimulai) dan berakhir pada event lain (disebut finísh event atau saat selesai). Event
tidak membutuhkan waktu.

2) Kegiatan (Activity).

Kegiatan adalah setiap bagian dari pekerjaan proyek yang membutuhkan waktu untuk
dilaksanakan, juga membutuhkan biaya, tenaga kerja serta peralatan, simbol yang
digunakan adalah anak panah. Bagian ekor anak panah terdapat saat mulai dan bagian
ujungnya terdapat saat berakhirnya. Karena network merupakan
rangkaian anak panah maka network disebut directed network (terarah). Diatas
anak panah tertuliskan (secara singkat) nama kegiatan (misal: Pembelian mesin,
galian pondasi dsb). Dibawahnya dituliskan lamanya kegiatan tersebut, dalam
satuan waktu yang seragam dengan kegiatan lainnya (misal: dalam jam, hari, minggu
dsb). Dalam rangka menempatkan suatu anak panah dalam suatu jaringan kerja
harus bisa menjawab dua pertanyaan dibawah ini:

 Kegiatan apakah yang sudah harus selesai sebelum sesuatu kegiatan tertentu dapat

dimulai?

 Adakah kegiatan-kegiatan lain yang dapat dikerjakan secara bersama-sama?

3) Dummy Activity (Kegiatan Semu)


Kegiatan semu (dummy activity) dalam network planning digunakan simbul anak panah
yang terputus-putus. Adanya kegiatan semu bisa terjadi karena hal-hal sebagai berikut:
1. Setiap kegiatan harus mempunyai identitas tersendiri yang dinyatakan oleh nomor
start event dan nomor finish event

Karena itu diperlukan ” Dammy”, gambar diatas dirobah menjadi sebagai berikut:
Dummy adalah: suatu kegiatan yang tidak memerlukan sumberdaya dan tanpa dimensi
waktu.

Kegiatan B identitasnya 2-4


Kegiatan C identitasnya 2-5
Kegiatan D identitasnya 4-5

b) Misalnya hubungan (relationship) antar kigiatan adalah sebagai berikut:


Kegiatan B baru bisa dimulai setelah kegiatan A selesai, sedangkan kegiatan D baru bisa
dimulai setelah kegiatan A dan C selesai.
Untuk menggambarkan relationship seperti tersebut diperlukan dummy
4) Prosedur.
Langkah-langkah yang harus diambil dalam melakukan perencanaan dengan network
adalah sbb:
 Menentukan batasan-batasan dari pekerjaannya. Tentukan kapan dapat dimulai dan

kapan harus diakhiri.

 Memecah (break down) pekerjaan itu menjadi kegiatan-kegiatan.Untuk ini perencana

harus bekerjasama dengan pelaksana. Secara lengkap semua kegiatan yang akan

dilaksanakan harus dicatat, apabila ada kegiatan yang terlupakan akibatnya sangat fatal.

Oleh karena itu dalam tahapan ini perlu mendapatkan perhatian dan usaha yang intensif.

Dan juga pemecahan pekerjaan kedalam kegiatan-kegiatan itu harus menghasilkan

kegiatankegiatan yang setingkat, dalam istilah network. Misalnya kegiatan memaku tidak

setingkat dengan kegiatan pengurugan tanah, dan sebagainya.

 Tentukan urutan-urutan dari kegiatan diatas, urutan-urutan ini disebut precedence

relationship, dalam menentukan urutan-urutan ini kita harus berpihak pada pengetahuan

logika, (kita tidak bisa memasang atap kalau penunjangnya belum terpasang).

 Kegiatan mana yang harus mendahului kegiatan yang lain.

 Kegiatan mana yang harus mengikuti kegiatan yang lain.

 Kegiatan mana yang harus dilaksanakan secara serentak.

 Dari informasi mengenai hubungan (relationship) antara setiap kegiatan dalam pekerjaan

dibuatkan diagram jaringannya, dalam hal ini harus dingat bahwa suatu pekerjaan

dimulai pada suatu event (saat mulai atau start event) dan berakhir pada suatu event lain

(saat selesai atau finish event). Hubungan ini bisa digambarkan sebagai berikut:

Misalnya : Kegiatan D baru bisa dimulai setelah kegiatan A, B dan C selesai.


Simbol:

5. Waktu

Untuk dapat menghitung jangka waktu proyek (Total Project time) serta semua event
time, terlebih dahulu harus diperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan
setiap kegiatan (activity duration).
EET = Earlist Event Time (saat paling cepat terjadi)
LET = Latest Event Time (saat paling lambat terjadi)
X(1-2) = Jenis kegiatan.
D(1-2) = Duration (waktu pelaksanaan)
EET2 = EET1 + X (1-2). LET1 = LET2 – D (1-2).
EST = Earlist Start Time (waktu tercepat kegiatan dapat dimulai).
LST = Lastest Start Time (waktu paling lambat kegiatan masih dapat dimulai).
EST = EET1 (EET1 + D (1-2) = EET2).
LST = LET1 + D (1-2) ≤ LET2.

6) Lintasan Kritis = Waktu Kritis.

Lintasan kritis atau waktu kritis adalah jumlah waktu pelaksanaan didalam suatu event
yang tidak boleh dilampaui dalam melaksanakan suatu rangkaian kegiatan. Apabila
waktu pada salah satu event didalam rangkaian lintasan kritis tersebut ada yang
terlampaui maka penyelesaian proyek tersebut dapat dipastikan
mengalami keterlambatan dari jadwal yang ditentukan, oleh karena itu pada lintasan
kritis ini perlu perhatian dan pengawasan yang ekstra ketat.
Lintasan kritis terjadi pada suatu event yang mempunyai: EET=LET.

EET (Saat paling cepat terjadi):

o Mulai dari event yang pertama kearah kanan menuju event yang terakhir.
o Dengan cara penjumlahan.
o Apabila EET dari satu event tergantung oleh lebih dari satu kegiatan maka yang
menentukan adalah hasil penjumlahan yang terbesar.

LET (Saat paling lambat terjadi).


o Mulai dari event yang terakhir kearah kiri menuju event yang pertama dengan cara
pengurangan.
o Apabila LET dari suatu event tergantung pada lebih dari satu kegiatan, maka yang
menentukan adalah hasil pengurangan yang terkecil.

7) Float (Slack) Time atau Waktu Mengambang.


Total Float = LET2 – EET1 – D (1-2).
Free Float = EET2 – EET1 – D (1-2).

1. Nama :
Banyak nama digunakan untuk pengertian network planning atau sejenisnya,
antara lain :
- CMD : Chart Method Diagram
- NMT : Network Management Technique
- PEP : Program Evalution Procedure
- CPA : Critical Path Analysis
- CPM : Critical Path Method
- PERT : Program Evalution and Riview Technique

Penggunaan nama tadi tergantung dibidang mana hal tadi digunakan,


umumnya yang sering dipakai CPM dan PERT, misalnya CPM digunakan
dibidang kontraktor PUTL, PERT dibidang research dan Design. Walaupun
demikian keduanta mempunyai konsep yang hampir sama.
2. Ruang Lingkup
Network Planning ( NP ), sebetulnya salah satu saja dari teknik-teknik
manajemen, dimana bila semua teknik-teknik tadi dikumpulkan merupakan suatu
kesatuan yang disebut Operation Technique Research ( OTR ). Variant-variant
lain dari OTR antara lain :
a. Linear Programming : dipelopori George Dantzing ( USA 1947 ) yang ide-idenya
diletakkan ahli matematika L.V Kantorivich ( USSR 1939 ). Sejak tahun
limapuluhan, digunakan mula-mula dibidang militer kemudian dibidang ekonomi.
Persoalan-persoalan yang dikembangkan disini ialah bagaimana mencari nilai-
nilai minimum atau maksimum dari variabes yang sering berkaitan dan terbatas,
misalnya : minimum dibidang ekonomi ( kerugian sekecil-kecilnya ), nilai
maksimumnya ( profit maximum ) dengan faktor-faktor produksi yang terbatas.
Hingga ada alternatives.
Contoh dalam praktek dibidang perusahaan
b. Non Linear Programing : variablesnya tidak bergerak linear tetapi konstan.
Bagaimana manager harus memilih alternatif.
c. Dynamic programing : variabel yang pertama mempengaruhi yang kedua, ketiga
dan seterusnya. Bagaimana manager mengatasinya.
Misalnya : bila gaji pegawai negeri dinaikan maka biaya-biaya akan naik dan bila
biaya-biaya naik harga-harga pun akan naik sehingga kenaikan gaji itu tak
berguna lagi.
Persoalannya : Bagaimana agar gaji maksimum dapat naik tetapi tidak berakibat
pada biaya-biaya dan harga-harga.
d. Queuing theory : variabesnya merupakan deretan yang beruntun.
Misalnya : menentukan banyaknya fasilitas di Fakultas, berapa banyak WC
diperlukan untuk Fakultas dengan mahasiswa 1500 ? Colt Kampus dengan
mahasiswa 10.000 ? Bila 2 WC atau 5 colt kampus ( kurang ), bila 100 WC atau
100 colt ( rugi ).
e. Montecarlo theory : atau Probability theory : hasilnya berdasarkan kemungkinan-
kemungkinan berdasar untung-untungan seperti main dadu dalam judi. Misalnya :
kemungkinan : kemungkinan dadu menunjukan angka 3 adalah 1/6 sebab muka
dadu 6, kemungkinan dalam pemilu : menang, kalah tidak, tidak menang, tidak
kalah. Teori ini berkembang menjadi Teori risiko ( risk theory ).
f. Network Planning : prinsipnya adalah hubungan ketergantungan antara bagian-
bagian pekerjaan (variables) yang digambarkan / divisualisasikan dalam diagram
network. Dengan demikian diketahui bagian-bagian pekerjaan mana yang harus
didahulukan, bila perlu dilembur (tambah biaya), pekerjaan mana yang menunggu
selesainya pekerjaan yang lain, pekerjaan mana yang tidak perlu tergesa-gesa
sehingga alat dan orang digeser ketempat lain demi effisiensi.
3. Penggunaan
a. Network Planning (NP) khususnya digunakan untuk menyelesaikan suatu proyek
yang hanya dilakukan sekali saja, jadi harus dibuat NP baru untuk setiap proyek
yang akan diselesaikan, misalnya : pendirian rumah baru, perencanaan perjalanan,
rescheduling urutan proses produksi dan sebagainya. Jadi digunakan dalam
Tatalaksana proyek.
Haruslah dibedakan antara Tatalaksana proyek dengan Tatalaksana Produksi :
1. Tatalaksana Proyek menyelesaikan hal khusus, hanya dilakukan sekali.
Tatalaksana produksi menyelesaikan hal umum yang berulang-ulang, rutine.
2. Fasilitas-fasilitas yang digunakan untuk Tatalaksana proyek, sekali dipakai sudah
selesai.
Fasilitas-fasilitas Tatalaksana Produksi dapat digunakan untuk macam-macam
tugas.
3. Bandingkan : Membuat pakaian khusus dengan membuat pakaian kodian.
4. Keuntungan Penggunaan Network Planning dalam Tatalaksana Proyek :
1. Merencanakan scheduling dan mengawasi proyek secara logis.
2. Memikirkan secara menyeluruh, tetapi juga mendetai dari proyek.
3. Mendokumen dan mengkomunikasikan rencana scheduling ( waktu ) dan
alternatif-alternatif lain penyelesaian proyek dengan tambahan biaya.
4. Mengawasi proyek dengan lebih efisien, sebab hanya jalur-jalur kritis ( Critical
Path ) saja yang perlu konsentrasi pengawas ketat.
5. Analisa-analisa Network akan membantu :
1. Time schedule urutan pekerjaan yang efisien.
2. Pembagian merata waktu, tenaga dan biaya.
3. Reschedulling bila ada kelambatan-kelambatan penyelesaian.
4. Menentukan Trade-Off / Pertukaran waktu dengan biaya yang efisien.
5. Membuka probabilitas / kemungkinan - kemungkinan yang lain menyelesaikan
proyek.
6. Merencanakan proyek yang komplek.
6. Data yang Diperlukan untuk menyusun Network :
a. Urutan pekerjaan yang logis :
Harus disusun : pekerjaan apa yang harus diselesaikan lebih dahulu sebelum
pekerjaan yang lain dimulai, dan pekerjaan apa yang kemudian mengikutinya.
b. Taksiran waktu penyelesaian setiap pekerjaan :
Biasanya memakai waktu rata-rata berdasarkan pengalaman. Kalau proyek itu
baru sama sekali biasanya diberi slack/kelonggaran waktu.
c. Biaya untuk mempercepat setiap pekerjaan :
Ini berguna bila pekerjaan-pekerjaan yang ada dijalur kritis ingin dipercepat agar
seluruh proyek lekas selesai. Misalnya : biaya-biaya lembur, biaya menambah
tenaga dan sebagainya.
d. Sumber-sumber :
Tenaga, equipment dan material yang diperlukan.
7. Bahasa/Simbol-simbol Diagram Network
Pada perkembangannya yang terakhir dikenal dua simbol yaitu :
a. Event on the node_ Peristiwa digambakan dalam lingkaran.
b. Activity on the node_Kegiatan digambarkan dalam Lingkaran
Karena Event on the note cara penggambarannya lebih mudah, sering dan
umum dipakai, maka dalamm buku ini bahasa/simbol yang dipakai adalah event
on the node.
Penggunaan Bahasa/Simbol-Simbol :

Sebelum menggambarkan diagran Network Planning perlu diingat ;


a. Panjang, pendek maupun kemiringan anak sama sekali tidak mempunyai arti,
dalam pengertian letak pekerjaan, banyaknya duration maupun resource yang
dibutuhkan.
b. Aktivitas-aktivitas apa yang mendahului dan aktivitas-aktivitas apa yang
mengikuti.
c. Aktivitas-aktivitas apa yang dapat bersama-sama.
d. Aktivitas-aktivitas itu dibatasi saat mulai dan saat selesai.
e. Waktu, Biaya dan resource yang dibutuhkan dari aktivitas-aktivitas itu.
f. Kepala anak panah menjadi pedoman arah dari tiap kegiatan.
g. Besar kecilnya lingkarang juga tidak mempunyai arti, dalam pengertian penting
tidaknya suatu peristiwa.
Anak panah selalu menghubungkan dua buah nodes, arah dari anak panah
menunjukan urutan-urutan waktu.
Contoh :

Saai i harus sudah terjadi sebelum aktivitas A dapat dimulai. Demikian pula
saat J belum dapat terjadi sebelum aktivitas A selesai dikerjakan.
Disamping notasi-notasi di atas, dalam penyusunan Network diperlukan dua
perjanjian, untuk memudahkan penggambarannya, yaitu :
1. Perjanjian I : di antara dua saat ( nodes ) hanya boleh ada satu aktivitas ( panah ) yang
menghubungkannya. Sebagai akibat dari Perjanjian I diatas, akan dapat timbul
kesulitan dalam penggambaran Network. Untuk itu perlu dibuat suatu notasi lagi,
yaitu :
( Panah terputus-putus ) aktivitas semu, dummy. Yang dimaksudkan dengan
aktivitas semu adalah aktivitas yang tidak memakan waktu.
Untuk menjamin kesederhanaan penyusunan Network, perlu pula
dibuat perjanjian :
2. Perjanjian II : aktivitas semu hanya boleh dipakai apabila tidak ada cara lain untuk
menggambarkan hubungan-hubungan aktivitas yang ada dalam suatu Network.
1. Apa Gunannya Mengetahui Lintasan Kritis :
1. Penundaan pekerjaan pada “Lintasan Kritis”, menyeabkan seluruh proyek
tertunda penyelesaiannya.
2. Proyek dapat dipercepat penyelesaiannya, bila pekerjaan-pekerjaan yang ada di
lintasan kritis dapat dipercepat.
3. Pengawasan/Control hanya “diketatkan” di lintasan Kritis saja. Maka pekerjaan -
pekerjaan di jalur kritis :
- Perlu pengawasan ketat agar tidak tertunda.
- Kemungkinan di Trade off dengan crash program : dipersingkat waktunya dengan
tambahan biaya (lembur).
4. Time slack (kelonggaran waktu) terdapat pada pekerjaan-pekerjaan yang tidak
dilalui Lintasan Kritis. Ini memungkinkan bagi manager untuk
merealokasi/memindahkan tenaga kerja, alat-alat, dan biaya-biaya kepekerjaan-
pekerjaan di lintasan kritis demi efisiensi.
2. Penggunaan EET dan LET pada Network Planning
a. Penggambaran NE, EET dan LET
Event dengan simbol lingkaran tadi, pertama-tama kita bagi menjadi 3 bagian,
terlihat dalam gambra di bawah ini :

1. NE : Number of Event : adalah indeks untuk dari tiap peristiwa sejak mulai sampai
dengan akhir dalam suatu diagram Network.
Pembagian nomor event awal dapat dimulai dari angka 0 atau 1.
Kemudian diikuti pemberian nomor event yang lain, pada dasarnya sejalan dengan
arah anak panah yang dimulai angka terkecil ke angka lebih besar dan diakhiri
nomor terbesar untuk event akhir. Sehingga tidak ada nomor event yang sama,
misalnya :
Contoh :
Disamping itu pula nomor event dapat menunjukan dan membedakan masing-
masing kegiatan. Hal ini sangat bermanfaat sekali jika menggunakan komputer.
1. EET : Earliest Event Time : Waktu paling awal peristiwa itu dapat dikerjakan.
Cara mencarinya dengan menggunakan metode algorithma :
- Mulai dari Event awal bergerak ke Event akhir dengan jalan menjumlahkan,
yaitu antara EET ditambah duration.
- Bila pada suatau Event, bertemu 2 atau lebih kegiatan EET yang dipakai waktu
yang terbesar.
Contoh : Event No. 4, 5 , 6 ( Lihat Pada Gambar Dibawah )

1. LET : Lates Event Time : Waktu Paling Akhir peristiwa itu harus dikerjakan.
Cra mencarinya dengan menggunakan metode algorithma
- Mulai dari Event akhir bergerak mundur ke Event No. 1 dengan jalan
mengurangi, yaitu antara LET dikurangi duration.
Bila pada suatu Event, berasal 2 atau lebih kegiatan, LET yang dipakai waktu
yang terkecil.

Ada dua macam diagram yang dikenal dalam network planning, yaitu diagram versi
CPM/PERT [diagram panah] dan diagram preseden.
1. DIAGRAM PANAH
Yang harus diperhatikan dalam menggambar diagram panah adalah :
1. Harus memperlihatkan urutan operasi yang jelas atau feasible.
2. Dapat mendefinisikan saat mulai dan saat berakhirnya tiap-tiap pekerjaan yang
dilakukan.
1.1. Istilah dan Simbol
Istilah-istilah dan simbol-simbol yang digunakan dalam diagram panah adalah
sebagai berikut :
1. Event atau peristiwa
Event atau peristiwa adalah suatu keadaan atau situasi pada suatu saat. Simbol dari
event adalah lingkaran atau elips.
Event dipergunakan sebagai tanda kapan suatu aktivitas dapat dimulai dilaksanakan
[start event], juga dipergunakan sebagai tanda kapan suatu aktivitas dinyatakan selesai
dikerjakan [finish event].
2. Aktivitas atau kegiatan.
Aktivitas atau kegiatan adalah perkerjaan apa yang harus dilakukan diantara dua event.
Event pertama disebut yang mendahului, sedangkan event yang kedua disebut yang
mengikuti.
Simbol dari aktivitas adalah anak panah yang menghubungkan dua event.

3. Dummy
Dummy digunakan untuk memperlihatkan ketergantungan dari suatu event kepada event
lain, akan tetapi tidak memerlukan sumber daya maupun waktu. Simbol dari dummy
adalah suatu panah yang terputus-putus.

1.2. Event Times


Event times terbagi dua, yaitu earliest event time [waktu paling pagi] dan latest
event time [waktu paling lambat harus sudah terjadi]. Sehingga node dari suatu event itu
dibagi-bagi dalam ruang-ruang [3 ruang] sehingga informasi yang diperlukan dapat
diisikan ke dalam ruang-ruang tersebut.

a = ruang untuk nomor dari event


b = ruang untuk t1
c = ruang untuk t2
Nilai dari EST diperoleh melalui perhitungan maju. Jika suatu peristiwa merupakan titik
kumpul dari beberapa aktivitas maka nilai terbesar dari perhitungan yang dipakai sebagai
nilai EST dari peristiwa tersebut.
Rumus : EST = t1 + d
Pekerjaan D akan selesai pada waktu 30 + 20 = 50

Pekerjaan E akan selesai pada waktu 20 + 25 = 45

Pekerjaan F akan selesai pada waktu 10 + 30 = 40

Jadi paling pagi event 7 baru akan terjadi pada saat 50 atau EST = 50
Sedangkan nilai LST diperoleh melalui perhitungan mundur. Jika satu event
merupakan titik dari beberapa aktivitas maka nilai terkecil dari perhitungan yang dipakai
sebagai LST dari peristiwa tersebut. Rumus : LST = t4:- d
Contoh :

Kalau mengikuti job C, LST 3 boleh 30 – 16 = 14


Kalau mengikuti job B, LST3 boleh 30 – 10 = 20
Kalau mengikuti job A, LST 3 boleh 20 – 4 = 16
Dari ketiga kemungkinan LST 3 itu, kita ambil yang terkecil, yaitu LST 3 = 14.
1.3. Jalur Kritis
Jalur kritis adalah jalur yang melingtasi aktivitas-aktivitas dengan durasi yang
paling panjang. Jadi, jumlah sepanjang jalur kritis adalah lamanya proyek berlangsung
secara keseluruhan.

Hal yang enandai suatu peristiwa untuk dikatakan masuk dalam jalur kritis
adalah jika EST = LST [dalam nodenya]. Contoh :

1.4. Float [Tenggang Waktu Kegiatan]


Float adalah jangka waktu yang merupakan ukuran batas toleransi keterlambatan suatu
kegiatan.
Total Float [TF] adalah jangka waktu antara paling lambat peristiwa akhri [t4] kegiatan
berlangsung dengan saat selesainya kegiatan yang bersangkutan, jika kegiatan itu
dimulai pada saat paling awal peristiwa [t1].
Free Float [FF] adalah jangka waktu antara saat paling awal peristiwa akhir [t3] kegiatan
yang bersangkutan dengan saat selesainya kegiatan yang bersangkutan, jika kegiatan
tersebut dimulai pada saat awal peristiwa [t1].

Rumus : Total Float [TF] = t4 - d – t1


Free Float [FF] = t3 – d – t1
Jika suatu kegiatan tidak memiliki float atau dengan kata lain TF ataupun FF = 0, maka
berarti kegiatan tersebut adalah kegiatan kritis.

2. DIAGRAM PRESENDEN
Formulanya :
EST KODE EFT
TF AKTIVITAS FF
LST DURASI LFT

Dimana :
EST = Earliest Start Time
EFT = Earliest Finist Time
LST = Latest Start Time
LFT = Latest Finish Time
TF = Total Float
FF = Free Float
Macam-macam hubungan saling ketergantungn dalam diagrm presenden:
1. Finish – Start [pekerjaan B dimulai setelah pekerjaan A selesai]

2. Finish – Finish [pekerjaan B selesai setelah pekerjaan A selesai]

3. Start – Start [pekerjaan B dimulai setelah pekerjaan A dimulai]

4. Start – Finish [pekerjaan B diselesaikan setelah pekerjaan A dimulai]

3. SISTEM PENGENDALIAN WAKTU DAN BIAYA


Ada tiga indkator dalam pengendalian biaya dan waktu :
1. ACWP [Actual Cost of Work Performance]
Yaitu jumlah biaya yang benar-benar sementara terpakai di lapangan . Biaya ini dapat
diketahu darti data-data akuntansi, dll.
2. BCWP [Budgeted Cost of Work Performance]
Yaitu jumlah biaya-biaya yang ditargetkan akan dipakai pada suatu proyek.

3. BCWS [Budgeted Cost of Work Schedule]


Yaitu jumlah biaya yang ditargetkan akan terpakai berdaarkan schedule.
Dengan menggunakan tiga indikator ini, dapat dihitung berbagai faktor yang dapat
menunjukkan kemajuan dan kinerja pelaksanaan proyek tersebut :
a. Variasi biaya [VB] dan jadwal [VW] terpadu
b. Memantau perubahan variasi terhadap angka standar
c. Indeks produktivitas dan kinerja
d. Prakiraan biaya penyelesaian proyek.

Rumus :
Variasi Biaya [VB] = BCWP – ACWP
Variasi Waktu [VW] = BCWP – BCWS

Analisa Variasi Terpadu

Variasi Waktu Variasi Biaya


[VW] [ VB] Keterangan

+ Pekerjaan terlaksana lebih cepat daripada jadwal,


+ dengan biaya < anggaran
0
+ Pekerjaan sesuai jadwal dan biaya < anggaran

+ Pekerjaan lebih cepat dari jadwal dan biaya sama


0 dengan anggaran
Pekerjaan sesuai dengan jadwal dan biaya
0 0
Pekerjaan terlambat dan biaya > anggaran
- -
0
- Pekerjaan sesuai jadwal, tetapi biaya > anggaran
Pekerjaan terlambat, biaya = anggaran
- 0

+ Pekerjaan lebih cepat selesai tapi


- biaya > anggaran
- + Pekerjaan lambat, tetapi biaya < anggaran

Anda mungkin juga menyukai