Suatu perusahaan menjual barang hasil produksinya di 3 daerah penjualan, yaitu Yogyakarta,
Semarang dan Bandung. Perusahaan itu memiliki 3 buah pabrik, yang menghasilkan barang
tersebut, yaitu di Magelang, Pati dan di Kediri. Kebutuhan barang di tiap-tiap gudang
penjualan sebagai berikut :
Biaya pengangkutan dari tiap-tiap gudang penjualan setiap ton sebagai berikut (dalam
ribuan Rp).
Biaya pengangkutan barang setiap ton sebagai berikut :
MAGELANG
(M) 15 3 18
PATI
(P) 17 8 30
KEDIRI
(K) 18 10 24
Y S B KAPASITAS
KEBUTUHAN
15 3 18
M 30
30
17 8 30
P 40
30 10
18 10 24
K 50
30 20
KEBUTUHAN 60 40 20 120
Biaya trasportasi :
Metode vogel adalah metode alokasi yang paling mudah, tetapi kadang-kadang
hasilnya kurang optimal.
Prosedur untuk mengerjakannya sederhana sekali :
a. Susunlah data yang ada ke dalam tabel alokasi, seperti tabel awal dalam
metode stepping stone.
b. Carilah indeks dari tiap-tiap baris dan tiap-tiap kolom. Dimana Indeks
didapat dari selisih antara biaya terkecil pertama dan biaya terkecil kedua
dari masing-masing baris /kolom tersebut.
15 3 18
M X 30 X 30 12
17 8 30
P 40 9
18 10 24
K 50 8
Kebutuhan 60 40 20 120
Indeks : 2 5 6
c. Mengisi Satu Segi Empat
Setelah diadakan pengisian berarti salah satu dari baris atau kolom
sudah tidak bisa diisi lagi. Dalam contoh kita baris M sudah terpenuhi
seluruhnya, maka baris itu kita lupakan. Akibatnya indeks kolom Y, S
dan B berubah, karena dalam pencarian indeks adalah dicari dari selisih
biaya angkut dari kotak yang masih belum terisi.
15 3 18
M X 30 X 30 12
17 8 30
P 40 9
10
18 10 24
K X 50 8
Kebutuhan 60 40 20 120
2 5 6
Indeks : 1 2 6
e. Mengisi satu Segi Empat lagi
Dengan prosedur yang sama seperti langkah c, kita isi salah satu segi
empat. Pada baris p (indeks terbesar) kita isi segi empat PS sebanyak
10, karena permintaan di S yang belum terpenuhi tinggal 10 meskipun
kapasitas di P ada 40. setelah pengisian itu maka permintaan di S sudah
terpenuhi semua maka kolom S tidak bisa di isi lagi, segi empat yang
kosong diberi tanda silang.
f. Melanjutkan alokasi
Dengan prosedur yang sama dilakukan
perbaikan indeks, hasilnya seperti pada tabel
berikut :
Kapasitas
Y S B Kapasitas Indeks :
Kebutuhan
15 3 18
M X 30 X 30 12
17 8 30
P 40 9 13
30 10 X
18 10 24
8 6
K 30 X 20 50
Kebutuhan 60 40 20 120
2 5 6
Indeks : 1 2 6
Dalam isian terakhir tinggal 2 kotak yang belum terisi.
Untuk mengisinya tidak usah menghitung indeks yang
baru, tetapi dialokasikan secara langsung, dimulai dari
segi empat termurah.
Untuk mencari nilai suatu kolom atau baris menggunakan rumus diatas
dengan syarat :
1. Antara baris i dengan kolom j dihubungkan oleh segi empat yang berisi
alokasi
2. Nilai salah satu (kolom i atau baris j) harus sudah diketahui.
Nilai baris M = RM = 0 (baris pertama selalu bernilai 0).
Nilai kolomY dengan rumus sebagai berikut :
RM + KY = CMY RM = 0 CMY = 15
0 + KY = 15
KY = 15
Setelah nilai kolom Y diketahui maka bisa dicari nilai kolom P, karena
dihubungkan oleh kotak PY.
RP + KY = CPY
RP + 15 = 17
RP = 2
Kemudian kita cari nilai-nilai baris dan kolom yang lain :
RP + KS = CPS
2 + KS = 8
KS = 6
RK + KS = CKS RK + KB = CKB
RK + 6 = 10 4 + KB = 24
RK = 4 KB = 20
c. Menghitung Indeks perbaikan
Untuk menentukan titik awal perubahan maka harus dihitung dulu
indeks perbaikan untuk kotak yang masih belum terisi, dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
Diantara kotak yang belum terisi itu dipilih kotak yang indeks
perbaikannya paling negatif sebagai titik tolak perbaikan. Kita lihat
kotak MS memiliki indeks perbaikan paling negatif,maka kita pilih
kotak MS sebagai titik tolak perbaikan.
d. Merubah Memperbaiki Alokasi
Untuk memperbaiki alokasi, mula-mula kotak yang terpilih
pada langkah c, (dalam contoh kotak MS diberi tanda positif
(+). Artinya kotak itu akan kita isi. Disamping itu kalau ada
kotak isi yang terdekat dan letaknya sebaris dan sekolom kita
beri tanda negatif (-), sedangkan kotak yang letaknya bertolak
belakang dan sebaris / sekolom dengan kotak yang bertanda
negatif tadi. Pada contoh kita terlihat bahwa yang bertanda
negatif adalah kotak MY dan kotak PS, sedangkan yang
bertanda positif di samping kotak MS dan juga kotak PY.
Dalam mencari nilai kolom S sebaiknya digunakan nilai baris P bukan baris
M, kecuali kalau terpaksa tidak ada nilai baris lain yang bisa digunakan.
Pindahkan alokasi (isian) dari kotak yang bertanda negatif ke kotak yang
bertanda positif sebesar isian terkecil dari kotak yang bertanda negatif.
Dalam contoh kita pindahkan 10 ton dari kotak MY ke kotak PY dan juga
kita pindahkan 10 ton dari kotak PS ke kotak MS, sehingga isian di tempat
kotak itu berubah.
Alokasi yang baru pada kotak MY sebanyak 20 , kotak MS = 10, kotak PY =
40 dan kotak PS tidak berisi lagi.
Biaya transportasinya :
= 20 (15) + 10 (3) + 40 (17) + 30 (10) + 20 (24)
= 300 + 30 + 680 + 300 + 480
= 1790
KAPASITAS
Y S B
KAPASITAS
KEBUTUHAN
15 6 20
- 15 + 3 18
M 20
10 30
0 30
+ 17 - 8 30
P
40 40
2 30 10
18 10 24
K
50
4 30 20
KEBUTUHAN 60 40 20 120
e. Melanjutkan Proses perbaikan / perubahan
Setelah diperoleh hasil alokasi yang baru maka dilakukan perbaikan lagi,
dengan proses sama seperti langkah a sampai dengan d di atas. Selama
indeks perbaikan masih ada yang bernilai negatif maka tabel itu masih
bisa diperbaiki. Tabel optimal kita peroleh kalau indeks perbaikannya
sudah positif semua. Untuk contoh diatas, perubahan tabel-tabel alokasi
sampai dengan alokasi optimal sebagai berikut :
MB : 18 – 0 – 17 = 1
PS :8–2–3=3
PB : 30 – 2 – 17 = 11
KY : 18 – 7 15 = -4
Biaya transportasi :
= 20 (15) + 10 (3) + 10 (17) + 30 (8) + 30 (18) + 20 (24)
= 300 + 30 + 170 +240 + 540 + 480
= 1760
KAPASITAS
Y S B
KAPASITAS
KEBUTUHAN
15 3 17
15 3 18
M - +
20 10 30
0
17 8 30
P + -
40 40
2 10 30
18 10 24
K
50
7 30 30 20
KEBUTUHAN 60 40 20 120
KAPASITAS
Y S B
KAPASITAS
KEBUTUHAN
15 6 21
_ 15 3 18
M +
20 10 20 30
0
17 8 30
P
40
2 10 30
18 10 _ 24
K + 50 50
3 30 20
KEBUTUHAN 60 40 20 120
MB : 18 – 0 – 21 = - 3
PB : 30 – 2 – 21 = 7
KS : 10 – 3 – 6 = 1
Kita pilih kotak KB diberi tanda negatif karena satu-satunya yang isi dalam
kolom itu, disamping itu juga kotak MY yang bertanda negatif bukan kotak
MS karena akan bisa menghemat biaya lebih besar.
Bisa dicoba dulu satu unit (1 ton) alokasi, kemudian dipindah dalam jumlah
besar seperti pada metode stepping stone.
Biaya transportasi :
= 10 (3) + 20 (18) + 10 (17) + 30 (8) + 50 (18)
= 30 + 360 + 170 + 240 + 900
= 1700
KAPASITAS
Y S B
KAPASITAS
KEBUTUHAN
12 3 18
M 15 3 18
10 20 30
0
17 8 30
P
40
5 10 30
18 10 24
K
50
6 50
KEBUTUHAN 60 40 20 120
MY : 15 – 0 – 12 = 3
PB : 30 – 5 – 18 = 7
KS : 10 – 6 – 3 = 1
KB : 24 – 6 – 18 = 0
SEMARANG 30 25 40
YOGYAKARTA 35 40 30
SOLO 40 15 25
AMD company, telah menerima kontrak untuk memasok kerikil untuk tiga
proyek jalan baru yang terletak di kota Greenville, Fountain dan Ayden.
Ahli konstruksi telah memperkirakan jumlah kerikil yang dibutuhkan ketiga
proyek konstruksi jalan itu :
Kebutuhan Proyek
Kebutuhan
Proyek Lokasi
(truk)
A Fountain 102
B Greenville 72
C Ayden 41
Total 215
AMD mempunyai tiga tambang baru kerikil yang terletak di
kota Kinston, Wilson dan Bethel. Kerikil yang dibutuhkan untuk
proyek konstruksi itu dipasok oleh ketiga tambang tersebut.
Kepala pengiriman AMD telah menghitung jumlah kerikil yang
dapat dipasok oleh tiap tambang :
Persediaan Tambang
Persediaan
Tambang Lokasi
(truk)
W Kinston 56
H Wilson 82
P Bethel 77
Total 215
Biaya pengangkutan dari tambang ke proyek :
Dari Biaya per muatan truk ($)
Ke Proyek Ke Proyek Ke Proyek
A B C
TambangW 8 4 7
Tambang X 24 15 16
Tambang Y 16 9 24
Pabrik 1 $4 $7 $ 10 $ 12 2.000
Pabrik 2 $7 $5 $8 $ 11 2.500
Pabrik 3 $9 $8 $6 $9 2.200
Kebutuhan 1.000 2.000 2.000 1.200
Latihan 5 :
Ke
Dari Pasokan
W X Y Z
A $ 132 $ 116 $ 250 $ 110 220
B $ 220 $ 230 $ 180 $ 178 300
C $ 152 $ 173 $ 196 $ 164 435
permintaan 160 120 200 230