DEPRESIASI DAN
PAJAK
ANJAR ANGGRAINI (1708541061)
NI LUH GEDE IZTA M (1708541054)
SARAH VERONICA H (1708541077)
MONISA MAHDAVIKA A (1708541070)
Analisis Break-Event
Point Investasi
Analisis Break-Event Point Investasi
• Pembangunan fasilitas sebenarnya tidak perlu dilakukan sekaligus dalam kapasitas maks
imum (full capacity), mungkin saja dapat dilakukan seiring dengan kebutuhan aktual dari
produksi, di mana kebutuhan produksi aktual biasanya akan mengikuti perilaku pertumbu
han pasar (product life cycle).
• Untuk itu, analisis break even point menjadi penting untuk dipahami dalam rangka melaku
kan analisis yang lebih mendalam terhadap suatu rencana investasi.
Contoh Soal 1
Jika dibangun untuk full capacity, diperlukan biaya investasi Rp. 12 miliar,
sedangkan jika dibangun dua tahap, tahap pertama diperlukan biaya inves
tasi Rp. 8,4 miliar dan tahap kedua Rp. 10,2 miliar.
Jika semua fasilitas akan habis dalam waktu 40 tahun dengan nilai sisa =
0, biaya operasi dan perawatan relatif sama untuk kedua metode, analisisl
ah sejauh mana keputusan tersebut sensitif pada suku bunga berjalan 8%
pertahun.
Contoh Soal 1
Penyelesian:
𝑃𝑊𝐶𝐴 dari metode satu tahap adalah Rp. 12 miliar.
𝑃𝑊𝐶𝑩 dua tahap konstruksi adalah:
𝑃𝑊𝐶𝑩 = 𝐼𝟏 + 𝐼𝟏 (P/F, i, n)
= 8,4 + 10,2 (P/F, 8%, n)
Jika n = 8 → PWCB = 8,4 + 10,2 (0,5403) = Rp. 13,911 miliar
Jika n = 10 → PWCB = 8,4 + 10,2 (0,4632) = Rp. 13,125 miliar
Jika n = 12 → PWCB = 8,4 + 10,2 (0,3971) = Rp. 12,450 miliar
Jika n = 15 → PWCB = 8,4 + 10,2 (0,3152) = Rp. 11,615 miliar
Analisis Break-Event Point Investasi
Grafik BEP dari dua metode pelaksanaan :
Metode A akan sensitif terhadap metode B, jika PWC A = PWC B, di mana PWC B akan sama
jika tahap 1 dan 2 berada antara n = 12 dan 15 tahun yang akan datang.
Analisis Break-Event Point Investasi
Jika diinterpolasikan akan diperoleh:
12,450 − 12 0,450
𝑛 = 12 + = 12 + = 12,539
12,450 − 11,615 0,835
(15-12) = 13,6 tahun = 14 tahun
Kesimpulan :
alternative sensitive pada umur proyek 15 tahun.
Jika kapasitas maksimum dibutuhkan sebelum 14 tahun yang akan datang, sebaiknya
dibangun full capacity dari sekarang.
Sebaliknya, jika kapasitas maksimum akan dibutuhkan setelah 14 tahun yang akan dat
ang, sebaiknya fasilitas dibangun dua tahap, yaitu tahap pertama sekarang dan tahap,
kedua 14 tahun yang akan datang.
Contoh Soal 2
• Jika pada soal sebelumnya asumsi biaya operasionalnya diganti, di mana biaya
operasional untuk alternatif full capacity tahun pertama 1.200 juta rupiah dan tiap
tahun meningkat gradient 150 juta rupiah/tahun,
Penyelesian :
Alternatif A
Penyelesian :
Alternatif B
Kesimpulan:
Jika kebutuhan full capacity sebelum tahun ke-6
sebaiknya dilakukan pembangunan dengan kapasitas
maksimum sekarang,
sebaliknya, jika kebutuhan full capacity setelah tahun
ke-6, sebaiknya fasilitas dibangun bertahap, yaitu
tahap pertama sekarang dan tahap kedua setelah
tahun ke-6.
Depresiasi Dan Pajak
3 Metode Depresiasi
4
1. Pengertian Depresiasi Aset
Depresiasi adalah penyusutan atau penurunan nilai aset
bersamaan dengan berlalunya waktu. Sebagaimana dike-
tahui pengertian aset mencakup current asset dan fixed
asset, namun aset yang terkena depresiasi hanya fixed
asset (aset tetap) yang pada umumnya bersifat fisik, sep-
erti bangunan, mesin/peralatan, armada, dan lain-lain.
Oleh karena itu, aset yang dimaksud dalam hal ini adalah
fixed asset.
4
1. Pengertian Depresiasi Aset
Depresiasi dibedakan menjadi beberapa sebab :
Rumus:
1
𝑆𝐿𝐷 = (𝐼 − 𝑆)
𝑁
Dimana:
- SLD = Jumlah Depresiasi Per Tahun
- I = Investasi (nilai asset awal)
- S = Nilai sisa asset akhir umur produktif
- N = Lamanya asset akan didepresiasi.
Jumlah asset yang telah didepresiasi selama t tahun adalah :
𝑡
𝐷𝑒𝑝𝑡 = (𝐼 − 𝑆)
𝑁 𝑡
Nilai buku tiap akhir t tahun depresiasi adalah : 𝐵𝑉1 = 𝐼 − 𝐷𝑒𝑝𝑡 = 𝐼 − (𝐼 − 𝑆)
𝑁
Metode Stright of Line Depreciation (LSD)
Nilai buku aset setiap akhir tahun jika dibuatkan grafiknya akan membentuk garis
lurus :
Contoh Soal
Metode ini mempunyai pola pembayaran depresiasi yang tidak sama setiap
tahunnya, yaitu didasarkan alas bobot digit dari tahun pemakaian. Pada tah
un-tahun awal depresiasi yang dikeluarkan lebih besar dari tahun berikutny
a, di mana penurunannya merupakan fungsi dari berkurangnya umur aset t
ersebut.
𝒖𝒎𝒖𝒓 𝒔𝒊𝒔𝒂 𝒂𝒔𝒆𝒕
Rumus : SOYD1 = (𝑰 − 𝑺)
𝑺𝒖𝒎 𝒐𝒇 𝒚𝒆𝒂𝒓 𝒅𝒊𝒈𝒊𝒕 𝒅𝒆𝒑𝒓𝒊𝒔𝒊𝒂𝒔𝒊
𝑁−(𝑡−1)
SOYDt = (𝐼 − 𝑆)
σ𝑑𝑖𝑔𝑖𝑡
Contoh Soal
Suatu aset dengan nilai investasi Rp 720 juta, umur 7 tahun nilai sisa
120 juta rupiah akan dihitung besarnya depresiasi/ tahunan, dan nilai
buku setiap, tahunnya
Penyelesaian: Maka :
Investasi (I) = Rp. 720 juta 𝑁
Nilai sisa (S) = Rp. 120 juta ∑digit= (𝑁 + 1)
2
Umur asset = 7 tahun 7
∑digit= (7 + 1)
2
∑digit= 28
Contoh Soal
𝑵−(𝒕−𝟏)
SOYDt = (𝑰 − 𝑺)
σ𝒅𝒊𝒈𝒊𝒕
7−(1−1) 7
t = 1 → SOYD1 = (720 − 120) = (600) = 150
28 28
7−(2−1) 6
t = 2 → SOYD2 = (720 − 120) = (600) = 128,57
28 28
7−(3−1) 5
t = 3 → SOYD3 = (720 − 120) = (600) = 107,14
28 28
7−(4−1) 4
t = 4→ SOYD4 = (720 − 120) = (600) = 85,71
28 28
7−(5−1) 3
t = 5 → SOYD5 = (720 − 120) = (600) = 64,28
28 28
7−(6−1) 2
t = 6 → SOYD6 = (720 − 120) = (600) = 42,86
28 28
7−(7−1) 1
t = 7 → SOYD7 = (720 − 120) = (600) = 21,43
28 28
Contoh Soal
Harga awal suatu aset adalah Rp. 600 juta, umur 7 tahun, nilai
sisa Rp. 100 juta rupiah. Hitung besar depresiasi/tahun dan nilai
buku tiap tahunnya !
Penyelesaian:
Investasi (I) = Rp. 600 juta
Nilai sisa (S) = Rp. 100 juta
Umur asset = 7 tahun
Contoh Soal
Penyelesaian:
Investasi (I) = Rp. 600 juta
Nilai sisa (S) = Rp. 100 juta
Umur asset = 7 tahun
Maka:
1
𝑆 𝑛
R=1−
𝐼
1
100 7
R=1− = 0,225 = 22,5%
600
Tabel Depresiasi dan Pajak
𝟏
Periode (t) 𝑺 𝒏
𝑫𝑩𝑫𝒕 𝑩𝑽𝒕
𝐑=𝟏−
𝑰
0 - - 600
Penyelesaian
2(600) 2 1−1 1200 0
Investasi (I) = Rp. 600 juta 𝑡 = 1, 𝐷𝐷𝐵𝐷1 = 1−7 = 0,7143 = 171,428
7 7
Nilai sisa (S) = Rp. 100 juta 2(600) 2 2−1 1200 1
Umur asset = 7 tahun 𝑡 = 2, 𝐷𝐷𝐵𝐷2 = 7 1−7 = 7 0,7143 = 122,451
2(600) 2 3−1 1200 2
𝑡 = 3, 𝐷𝐷𝐵𝐷3 = 7 1−7 = 7 0,7143 = 87,467
Besar Depresiasi : 2(600) 2 4−1 1200 3
𝑡 = 4, 𝐷𝐷𝐵𝐷4 = 7 1−7 = 7 0,7143 = 62,4777
𝟐 ⁞
𝑫𝑫𝑩𝑫𝒕 = 𝑩𝒐𝒐𝒌 𝑽𝒂𝒍𝒖𝒆𝒕−𝟏
𝑵 2(600) 2 7−1 1200 6
𝑡 = 7, 𝐷𝐷𝐵𝐷7 = 1−7 = 0,7143 = 22,770
atau 7 7
𝒏−𝟏
𝟐𝑰 𝟐
𝑫𝑫𝑩𝑫𝒏 = 𝟏−
𝑵 𝑵
Double Declining Balance Depreciation
Contoh Soal
Suatu aset bernilai 600 juta rupiah, umur 7 tahun, nilai sisa 100 juta
rupiah. Hitung besar depresiasi dan nilai buku tiap tahunnya!
Penyelesaian
Investasi (I) = Rp. 600 juta Nilai Buku Pada Akhir Periode :
Nilai sisa (S) = Rp. 100 juta
𝒏
Umur asset = 7 tahun 𝟐
BV𝒏 = 𝑰 𝟏 −
𝑵
7
2
BV7 = 600 1 −
7
BV7 = 56,9187
5. DDBD to
Convertion SLD
DDBD to Convertion SLD
Metode pertama tidak selalu dapat dilakukan, terutama jika umur asset
tidak mungkin lagi di tambah atau asset betul-betul tidak produktif lagi.
Metode kedua yaitu menggabungkan metode DDBD dan SLD yang
disebut dengan Metode DDBD to Convertion SLD.
DDBD to Convertion SLD
Grafik DDBD to Convertion SLD :
Untuk mengetahui kapan DDBD dikonversikan ke SLD, apakah pada titik A,B, atau C
dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu :
1. Metode Pemakaian Tabel
2. Metode Perhitungan Langsung.
DDBD to Convertion SLD
1. Metode Pemakaian Tabel
Diberikandalamtabel di samping, dimana kolom
tahun awal penggunaan SLD dipandu dengan
nilai rasio antara nilai sisadengan investasi.
• Jika angka rasio yang diperoleh 0 s.d < 0,05 di
pakai kolom2.
• Jikarasionya0,05s.d<0,10dipakaikolom 3.
• Jika rasionya 0,10 s.d. < 0,12 dipakai kolom4.
• Sedangkanjika rasionya ≥ 0,12 dipakai kolom
5. Kolom ke- 1menyatakan umur investasi/
aset yang akan didepresiasikan, maka nilai
sel yang berada antara hasil rasio dengan
umur aset menyatakan tahun awal penggan
tian metode DDBD ke SLD.
Contoh Soal
Penyelesaian:
Investasi (I) = Rp. 5.500 juta MakarasioS/I=180/5400=0,033 jadi rasionya
Nilai sisa (S) = Rp. 180 juta beradapadakolom ke-2 Didapat dari tabel
Umur asset = 5 tahun bahwa tahun peragantian metode (n) = 4, artinya
metode berubah dari DDBDkeSLDpadatahun ke-
4
2(5400) 2 10800
t=1𝐷𝐷𝐵𝐷1 = (1− )1−1= (0,60)0 = 2.160
5 5 5
2(5400) 2 10800
t=2𝐷𝐷𝐵𝐷2 = (1− ) 2−1= (0,60)1 = 1.296
5 5 5
2(5400) 2 10800
t=3𝐷𝐷𝐵𝐷3 = (1− ) 3−1= (0,60)2 = 777,6
5 5 5
Contoh Soal
BV3=1.166,4
Langkahperhitunganadalahsebagaiberikut
1. Hitung depresiasidenganmetode SLDdan DDBDsecarabersamaan
2. Bandingkannilai SLDdanDDBDuntuk masing-maisngtahun yang sama
3. SaatnilaiSLD DDBD,makakonversi dilakukan
Contoh Soal
• Beberapa jenis aset tidak begitu terpengaruh oleh variabel waktu, tetapi lebih banyak ditentukan oleh prod-
uktivitas kerjanya, seperti pesawat terbang, mesin-mesin tertentu yang sangat terpengaruh oleh aktivitas
produksinya, danberbagaiasetdalambentuk depositalam
• Misalnya, umur pesawat terbang tersebut tidak dihitung berdasarkan indikator tahun berapa dia dibuat,
atau seberapa tahun dia telah dioperasikan, tetapi sudah berapa lama jam terbangnya, begitu juga untuk
nilai sisa deposit yang terkandung dalam perut bumi setelah dieksploitasi tidak ditentukan berapa lama
dieksploitasi, tetapi sebaliknya, sudah berapa banyak deposit tersbut diambil dan seberapa banyak yang
masih tersisa.
Unit Production of Depreciation
Rumus Umum :
𝒑𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌𝒔𝒊𝒕
𝑼𝑷𝑫𝒕 = (𝑰 − 𝑺)
𝝈𝒏𝟏 𝒑𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌𝒔𝒊
Dimana:
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖𝑡 ∶ jumlah produksi padatahundimaksud
σ 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 ∶jumlah produksi keseluruhan (sesuai estimasi)
Contoh Soal
Suatu mesin ekskavator yang dibeli dengan harga Rp 4.200 juta digunakan untuk
menambang pasir/ kerikil. Berdasarkan spesifikasinya ekskavator tersebut mampu
menambang pasir sebanyak 50.000m3 dan setelah itu masihmempunyai nilai sisa
RP.900juta.Jikajadwal kerja penambangan seperti tabel di bawah, hitunglah depres-
iasi tahunan ekskavatortersebut.
Contoh Soal
Penyelesaian:
𝒑𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌𝒔𝒊𝒕
𝑼𝑷𝑫𝒕 = 𝑰−𝑺
𝝈𝒏𝟏 𝒑𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌𝒔𝒊
4000𝑚3
t=1 𝑈𝑃𝐷1 = (𝑅𝑝 4200−𝑅𝑝 900)=Rp264 juta
50000𝑚3
6000𝑚3
t=2 𝑈𝑃𝐷2 = (𝑅𝑝 4200−𝑅𝑝 900)=Rp392 juta
50000𝑚3
10000𝑚3
t=3 𝑈𝑃𝐷3 = (𝑅𝑝 4200−𝑅𝑝 900)=Rp660juta
50000𝑚3
10000𝑚3
t=4 𝑈𝑃𝐷4 = (𝑅𝑝 4200−𝑅𝑝 900)=Rp660 juta
50000𝑚3
15000𝑚3
t=5 𝑈𝑃𝐷5 = (𝑅𝑝 4200−𝑅𝑝 900)=Rp990 juta
50000𝑚3
5000𝑚3
t=6 𝑈𝑃𝐷6 = (𝑅𝑝 4200−𝑅𝑝 900)=Rp330 juta
50000𝑚3
Contoh Soal